A Misc. Plays/Musical Fanfiction..

Freedom Street Alliance (FSA), present..

My Baby..

Rate: T

Genre: Drama, romance, comedy, SHONEN-AI, YAOI

Disclaimer: L'Arc~En~Ciel milik Ki/oon Records

GACKT milik Nippon Crown dan Avex Trax

Warning: Gaje, gak nyambung, dsb hihihihi ^o^V

Insert Song: "Good Luck My Way" dan "BLESS" by L'arc~en~ciel

Pairing: Gackt Camui x Hyde Laruku (GakuHai)

Author: Minoru_666


Author's Note: Hai…hai…aku baru pertama kali membuat fanfic so bisa dibilang pemula hihihihi… Maaf klu cerita nya ng-bosenin, aneh, geje ato ga nyambung wkwkwkwkwk XD

Maka dari itu aku butuh saran atau kritik yang membangun dr kalian tentang cerita ini yah.. Dan selain itu review dr kalian jg menentukan bakal di lanjutin ato ga ff ini. Okeh ga perlu nunggu lama, langsung cekidot yah :-*


Summary:

Pertemuan dua insan manusia Hyde Laruku dan Gackt. Sejalan dengan pertemanan mereka, tumbuh perasaan cinta di hati mereka masing-masing. Sayangnya mereka selalu menyangkal perasaan mereka, setiap hari mereka bertengkar, dan bersikap jaim. Mungkin tuhan geram melihat tingkah mereka akhirnya Tuhan berkehendak lain, mereka diberikan cobaan dan cobaan itu adalah menjadikan mereka sebagai orang tua angkat seorang bayi!

Apakah dengan cobaan itu mampu mempersatukan mereka? Mari kita cekidot sama-sama.

.

.

MY BABY: PART 1


Sebuah rumah sederhana berlantai dua dengan pepohonan rindang tumbuh di halaman kecil depan rumah. Pepohonan itu membuat tempat itu menjadi rindang. Di rumah bercat biru langit itu tinggallah seorang dansei (laki-laki) berumur 20 tahun. Meskipun matahari telah berada di puncaknya dia tetap berada di tempat tidur. Dia asyik tidur karena kelelahan, gara-gara kemarin malam dia harus kerja dan kebetulan juga lembur.

Kriinggg….Kriiingggg…Kringggg…..

Terdengar nada panggilan masuk dari handphonenya. Lama tidak diangkat oleh pemiliknya sehingga panggilan pertama terputus namun panggilan ke dua.

Kriinggg…Kriiinggg…Kriinggg….

Berisik sekali..

Hideto pun membuka matanya dengan terpaksa, karena rasa ngantuk masih dia rasakan. Tangan putihnya meraba-meraba tempat tidurnya, mencari dan mengambil handphone yang sedari tadi terus bordering. Setalah lama berdering akhirnya…

"Hoaeemmm…mmhh.. Moshi moshi..," sapa Hideto dengan nada yang masih mengantuk sambil garuk-garuk kepalanya.

"Hiideetttooooo….! Lama sekali angkat telfonnya!" suara teriakkan di seberang sana.

Otomatis Hideto kaget dan menjauhkan sedikit handphonenya dari telinganya.

"Gomen ne.. aahh.."

Dia melihat sejenak nama penelpon tadi dari layar handphonenya. Dan rupanya Tetsu, teman satu band yang bernama Jerusalem's rod.

"Tetsu-kun…? Ada apa tumben sekali pagi-pagi kamu menelfon?" tanya Hideto.

"Apaaa…? Pagi katamu? Sebaiknya kamu segera bangun dari tempat tidur, buka jendela kamar, dan lihat jam berapa sekarang!" balas Tetsu sedikit kesal.

Hideto pun bangkit dari tempat tidurnya tapi masih dalam posisi duduk, dan melihat jam di atas meja dekat tempat tidurnya. Jam tersebut menunjukkan pukul 12.00 PM.

"Aiishhh.. Ck! " Hideto sedikit kesal karena dia bangun kesiangan.

"Sudah sadar?"

"Hehe.."

"Ada pekerjaan, mau tidak?"

"Apa?"

"Kamu mau ikut show di Café 666?"

"Ta… Bukannya band kita sudah bubar seminggu yang lalu?" jawab Hideto sedikit kebingungan, karena baru saja band itu bubar dan membernya sudah sibuk dengan kesibukan baru mereka.

"Aiissshhh… Tenang saja Hideto, aku sudah mengajak mereka jauh-jauh hari dan syukurlah mereka mau manggung lagi."

Jawaban dari Tetsu membuat lega hati Hideto.

"Ahh… baiklah kalau begitu. Lalu kapan kita manggung?"

"Nanti malam, kamu harus bersiap-siap dari sekarang yah…"

"Siap Bos! "

"Ck…semangat sekali kau. Baiklah jangan lupa jam 7 malam kita harus sudah berkumpul di kafe tadi, karena kita akan tampil jam 8, mengerti?"

"Siiipp…!"

Piippp..!

Suara yang mengakhiri obrolan antar teman yang sudah lama tidak bertemu. Meskipun baru seminggu tetapi rasa kangen ke teman-teman sewaktu band tersebut masih terbentuk. Yah..siapa lagi kalau bukan Tetsu, Ken, dan Yukihiro. Tetsu seorang bassis, Ken seorang gitaris, dan Yukihiro adalah drumer.

Tanpa menunggu lama Hideto bangkit dari tempat tidur queen sizenya dan segera mandi, karena dia berencana membeli bahan makan untuk besok dan sarapan hari ini. Beberapa menit selesai mandi, dia bersiap-siap. Dia memakai T-shirt biru dongker lengan panjang dengan kerah tipe Sabrina (sedikit lebar pada bagian pundak) sedikit mengekspos leher jenjangnya yang berwarna putih bersih. Gelang metal style pada pergelangan tangan kirinya, kalung berantai yang bertumpuk dengan berbagai model. Sedangkan pada bagian bawahnya dia memakai celana panjang skinny jeans hitam. Tidak lupa diberi aksesoris rantai kecil sebagai tambahan, dan sepasang sepatu boots ala rider moge turut menambah nilai plus style hari ini. Dirasa sudah cukup rapi, akhirnya dia keluar dari rumahnya,

Tapi tiba-tiba langkahnya terhenti karena..

Ahhh…! Aku lupa sesuatu!

Hideto kembali ke dalam kamarnya dan segera mengambil topi hitam kesayangannya yang tergeletak di atas lemari pakaiannya. Dan langsung dipakainya. Dia melangkahkan kakinya keluar rumah dengan mantab dan gembira, Yah.. memang sudah sifatnya sebagai orang yang selalu ceria dan bersemangat.

.

.

.

"..Utsuriyuku sekai no katasumi de kimi ni aeterurashii
Afuresona omoi wo kotoba ni dekinakattayo
Itsukamata aetara motto umaku tsutaerarerukana
GOOD LUCK MY WAY hohoemi kakete

Massugu ni kakedasu harewataru aozora ga mabushii
Oikaze ni aorare atarashii tabi ga hajimaru
Itsukamata aeruyo furikaerazuni asu he mukauyo
GOOD LUCK MY WAY SMILE AT ME

Utsuriyuku sekai no katasumi de kimi ni aeterurashii
Afuresona omoiwo kotoba ni dekinakattayo
Itsukamata aetara motto umaku tsutaerarerukana
Harukana niji wo koete
GOOD LUCK MY WAY shinjiru michi he.." ("Good Luck My Way" by L'Arc~En~Ciel)

Hideto berjalan sambil mendengarkan lagu melalui headset dari Ipod-nya. Lagu yang dibawakan Laruku itu ikut menghiasi perasaan senangnya kali ini. Dengan asyiknya dia melihat-lihat suasana kota, sesekali dia melihat ke arah jalan raya banyak kendaraan yang lalu lalang di jalan tersebut. Tak ada yang berbeda dengan suasana seperti itu, tapi karena pengaruh suasana hatinyalah membuat segalanya indah dan bersemangat. Tidak salah dan tidak bukan disebabkan nanti malam dia akan bertemu dengan teman-temannya lagi.

"Brughhttt….!"

Tak sengaja Hideto menabrak dansei (laki-laki) yang berjalan dari arah berlawan. Tubuh Hideto terdorong ke belakang dan terjatuh akibat tubrukan cukup kuat. Tubuh Hideto jatuh membentur lantai dengan cukup keras.

"Aarrghhtttt…ssshhh… Gomen nasai, saya tidak sengaja."

Cepat-cepat dia meminta maaf kepada orang yang ditabraknya tadi. Padahal posisinya sendiri masih tersungkur. Diapun berusaha bangkit dari tempatnya terjatuh seraya membersihkan pakaiannya dari kotoran atau debu yang menempel. Sesekali dia mengerang karena sedikit kesakitan akibat jatuh tadi. Sedangkan dansei yang Hideto tabrak hanya merapikan kembali pakaiannya namun belum mengucapkan apa-apa kepada Hideto.

"Hounto ni gomen nasai," ucap Hideto kali ini dalam posisi membungkuk seperti kebiasaan orang Jepang pada umumnya.

"Ck…! Lain kali berhati-hati kalau berjalan," tegur dansei itu dengan suaranya yang nge-bass, manly.

Jelas sekali dansei itu kesal dengan ulah Hideto dari nada bicara yang digunakannya. Hideto menjadi semakin merasa malu dan bersalah.

"Sekali lagi, hounto ni gomen nasai. Saya tidak sengaja, gomen."

Posisi yang masih sama, tetap membungkuk serta berharap orang itu mau memaafkannya.

Kasihan juga kalau dibiarkan. Lagipula sepertinya di tulus meminta maaf.

"Baiklah..kumaafkan," akhirnya dansei itu memaafkannya.

Mungkin karena ketakutan Hideto tetap dalam posisi sikap minta maaf. Hal itu membuat dansei (laki-laki) yang ditabraknya bingung dan menganggap aneh pemuda di depannya.

"Heiii…anak muda, sampai kapan kau akan membungkuk seperti itu?"

"Eh?"

Sontak mendengar perkataan tersebut Hideto segera mengangkat kepalanya dan melihat dansei yang tak sengaja ditabraknya. Alangkah terkejutnya dia. Kedua mata Hideto terbelalak melihat dansei itu. Baru kali ini dia melihat dansei yang fashionable. Kulitnya putih seputih salju, memakai kaos hitam berkerah V, dan jaket krem lengan tiga perempat pada bagian luarnya. Rambutnya hitam pendek sedikit berantakan seperti rambut L dengan poni sedikit menutupi dahinya. Soft lens abu-abu muda pada kedua matanya, menghiasi bentuk matanya yang menurut Hideto sangat indah..

"Whooaaaa..~ Keren sekali..," guman Hideto masih menatap fashion style orang itu dari ujung kepala hingga ujung kaki karena merasa takjub.

Pria di depan Hideto mulai bingung ada apa dengan dansei yang lebih pendek darinya dan umurnya sepertinya lebih muda darinya itu. Sesekali dia menggoyang-goyangkan tangan di depan wajah Hideto dengan tujuan menyadarkannya.

"Oi..oi.."

"Ahh…! Sumimasen!"

Akhirnya Hideto tersadar juga.

"Kau tidak apa-apa? Ada yang terluka?" tanya dansei tampan itu.

"A, aku tidak apa-apa. Lihat aku baik-baik saja."

Dengan polosnya Hideto menirukan gerakan binaragawan, padahal tubuhnya tidak kekar seperti binaraga. Melihat tingkah aneh laki-laki di depannya, dansei tampan itu hanya tersenyum nyengir-nyengir aneh.

"Hai'..hai'..aku mengerti. Tapi hentikan gerakan konyolmu itu," perintah dansei itu menghentikan gerakan aneh Hideto karena malu dilihat orang sekitar.

Hideto menurut, dia menghentikan gerakannya.

"Ne.."

Hideto tertunduk malu sambil meremas-remas tangannya sendiri.

"Hm.. Arigatou gozaimasu, sudah memaafkan saya," ucap Hideto pada dansei tampan itu.

"Doo itashimashite," jawab dansei itu seraya melihat jam tangan bermerk yang melingkar di pergelangan tangan kanannya. "Ahhh..maaf, saya harus pergi."

"Oh ya! Jangan lupa perhatikan langkahmu, jangan sampai menabrak lagi," pesan dansei itu sambil berjalan meninggalkan Hideto.

Hideto hanya menatap kepergian dansei itu. Cukup lama menatap punggung dansei tadi yang berjalan agak terburu-buru. Tiba-tiba dia tersadar.

"Aku kan mau belanja. Hah sial, aku jadi lupa," gerutu Hideto.

Hideto melanjutkan jalannya.

"Sret!"

"Eh? Rasanya aku menginjak sesuatu?"

Hideto berhenti berjalan. Dilihatnya sesuatu yang ada di bawah kakinya, sebuah dompet kulit berwarna coklat tua. Disingkirkannya kakinya dari dompet itu. Diapun membungkuk dan mengambilnya.

Punya siapa ya?

Dibukanya dompet itu. Kedua mata Hideto membulat sempurna melihat kartu identitas yang tersemat di dompet itu. Pemilik dompet itu adalah milik dansei yang dia tabrak! Namanya Gackt Camui.

Namanya..Gakuto Kamui? (ejaan bahasa Jepang)

Tanpa pikir panjang diapun segera berlari mengejar dansei itu. Dia terus berlari sampai di suatu perempatan yang ramai. Dia berhenti dan mengatur nafasnya yang semula memburu. Sesekali dia mengelap dahinya dengan punggung tangannya yang berkeringat. Diedarkannya pandangannya ke segala penjuru. Lihat ke kiri dan ke kanan untuk menemukan pemilik dompet tersebut. Tapi semua itu nihil, Hideto kehilangan jejaknya.

Sial! Sepertinya jalannya cepat juga. Ya sudahlah..bisa kukembalikan besok atau lusa.

.

.

* Minoru_666 *

.

.

Matahari telah terbenam pertanda bahwa malam telah datang. Hideto termenung di balkon kamarnya di lantai dua. Dia masih ingat betul bahwa nanti jam 7 berkumpul di Café 666 atau orang-orang lebih mengenal sebagai Café 'Roku..roku..roku..'. Dansei mungil dan cantik itu (ukuran untuk seorang dansei) telah menyiapkan segalanya, mulai dari pakaian dan gitar kesayangannya. Segeralah dia berangkat karena Hideto tidak mau teman-temannya menunggu.

Bus yang dinaiki Hideto terjebak macet. Kalau seperti ini dia sudah bisa dipastikan akan datang terlambat, karena macetnya sudah lebih dari sepuluh menit. Akhirnya Hideto keluar dari bus yang dinaikinya walaupun masih lumayan jauh dari tempat tujuannya. Hideto berlari secepat mungkin, karena dia takut terlambat dan bila terlambat itu artinya sama saja dia mengecewakan teman-temannya.

Setelah beberapa lama Hideto berlari, akhirnya..

"Hei, Tetsu! Bukannya itu Hideto?" seru Yukihiro seraya menunjuk seorang dansei yang berlari di kejauhan.

"Heeh..? Mana?" Tetsu pun mencari sosok yang dimaksud Yukihiro.

"Itu..pakai baju warna abu-abu!"

"Ahhh…! Iya benar! Aiihh..tumben dia tepat jadwal, hihihihi," jawab Tetsu disertai tawanya.

Tap…Tap..Tap….!

Suara langkah lari yang semakin terdengar karena semakin dekat.

Memang benar yang Yukihiro lihat memang teman baiknya yaitu Hideto.

"Haah..cape;nya..," keluh Hideto sambil sedikit ngos-ngos'an karena habis berlari. "Gomen minna-san, aku terlambat ya?"

"Hm.. Belum kok, masih ada 15 menit lagi. Ngomong-ngomong, kenapa kau berlari? Jarak Café 666 dengan rumahmu kan jauh," tanya Tetsu penasaran.

"Hahahah.. Yah, gitu deh~ ," jawab Hideto tersenyum lebar sambil tertawa hambar.

"Dasar."

Tidak lama kemudian datanglah Ken. Keadaannya tidak jauh beda dengan Hideto tadi. Sepertinya kemacetan menjadi musuh Hideto dan Ken malam ini. Akhirnya keempat personel Jerusalem's rod itu berkumpul.

.

.

.

Sebuah mobil sedan hitam mewah melaju di jalan raya yang padat-merayap. Seorang sopir berada di depan bangku belakang setir, dan ada seorang laki-laki muda duduk di bangku belakang. Sepertinya dansei itu adalah majikan sang sopir laki-laki paruh baya itu. Dansei itu sedang duduk lesu, pandangan matanya hanya melihat pemandangan di luar melalui jendela mobilnya.

Hari ini membosankan.. Rasanya aku lelah dan stress.

Apa sebaiknya aku pergi ke sana saja ya?

Ingin sekali dia pergi ke suatu tempat yang bisa mengurangi kepenatannya.

"Pak Jun, kita ke Café biasanya saja," perintah dansei itu pada sopirnya.

Keheningan dalam mobil itupun pecah.

"Baik tuan," jawab sang sopir.

Mobil itupun berganti haluan, dan melaju dengan kecepatan tinggi. Menuju Café langganannya dansei itu. Lima belas menit kemudian mobil mewah itu sampai di depan Café yang dimaksud. Café itu cukup ramai, terbukti dengan banyaknya orang yang masuk ke dalam sana. Dansei itu melihat keluar melalui jendela mobilnya.

"Kita sudah sampai tuan," kata sopir Jun mengingatkan.

"Ahh, baiklah..jemput aku 3 jam lagi ya," perintah dansei itu setelah tersadar dari lamunannya.

"Baik tuan," jawab sopir Jun.

Dansei itupun keluar dari mobilnya. Berdiri di sana sejenak dan melihat mobilnya melaju meninggalkannya. Dia menghela nafas berat, segera masuk ke dalam Café itu. Dia tak sabar ingin segera bersantai di sana sambil diiringi penampilan dari band-band ataupun penyanyi lokal yang sering mengisi panggung kecil Café itu.

.

.

* Minoru_666 *

.

.

* Café 666, 08.02 PM *

Hideto dan teman-temannya berkumpul di tempat tunggu para pemain band yang akan tampil.

"Sudah saatnya kita masuk ke belakang stage," ujar Tetsu mengingatkan teman-temannya.

Teman-temannya pun segera masuk ke belakang stage. Ken, Yukihiro, dan Tetsu segera masuk. Namun ketika Hideto hendak masuk ke tempat itu, dia menghentikan langkahnya. Menoleh ke belakang. Entah ada perasaan apa yang memuat pemuda itu ingin sekali menoleh ke belakang. Setelah menoleh Hideto melihat sosok seorang dansei yang sedang berjalan membelakanginya dari kejauhan. Cukup lama Hideto memandanginya, namun sepertinya dansei itu tidak menyadari bahwa Hideto sedang mengamatinya.

Laki-laki itu..dari belakang mirip sekali dengannya.

Di dalam pikirannya bahwa sepertinya Hideto mengenal sosok itu atau mungkin sosok itu hanyalah mirip dengan orang yang dipikirkannya saat ini. Hideto masih menatap dansei itu sampai tak terlihat lagi dari pandangan Hideto.

Tetsu menoleh ke arah Hideto.

"Hei, Hideto. Kenapa kau melamun?" tanya Tetsu.

Hideto mulai tersadar.

"Eh? Err..ano..tidak apa-apa Tetsu-kun," jawab Hideto berusaha bersikap normal.

"Ayo masuk, sebentar lagi giliran kita."

Hideto mengangguk. Hideto langsung mengikuti temen-temannya menuju ke belakang stage untuk bersiap-siap tampil nanti.

"SATU MENIT LAGI!" teriak manager kafe itu pada Hideto dan teman-temannya.

Sementara itu di kafe..

"Silahkan Tuan, sebelah sini," ujar seorang waitress dengan sopan kepada pelanggan setia mereka, seorang dansei tampan.

Menunjukkan dan mempersilahkan pelanggan setia mereka di meja khusus yang ada di pinggir kanan, sudut yang bagus untuk menikmati pertunjukan musik di sana.

"Arigato," jawab dansei itu sopan.

Diapun duduk dengan nyaman dan segera mengambil buku menu yang tergeletak di atas meja. Dansei itu membolak-balikkan buku itu.

"Aku pesan Chocolate Hazelnut Float dan Cheese Vanila Cake."

"Baik, pesanan Anda akan segera datang. Mohon tunggu sebentar."

Waitress itupun berjalan menjauh dari meja dansei itu. Sambil menunggu pesanannya dansei itu mendengarkan alunan live music yang dibawakan salah satu band yang biasa tampil di kafe itu. Dia duduk bersandar di sofa, menyilangkan kaki dan tangannya sambil memejamkan mata. Setelah beberapa lama, akhirnya pesanannya datang.

"Silahkan Tuan," kata waitress itu telah kembali seraya menaruh pesanan dansei itu di atas meja.

"Arigato."

Satu menit kemudian band yang tampil itu kembali ke belakang panggung. Sekarang giliran Jerusalem's rod untuk tampil. Tetsu memimpin ketiga temannya keluar menuju panggung. Suasana kafe cukup ramai ketika mereka keluar. Walaupun bukan band yang terkenal, tapi dengan penampilan dan wajah keempat personelnya sudah bisa membuat para wanita berteriak dan terpesona. Apalagi style mereka yang visual kei banget.

Hideto berdiri di depan microphone dengan membawa gitar kesayangannya. Yukihiro duduk di kursi untuk drumer. Ken bersiap dengan gitarnya dan Tetsu bersiap dengan gitar bass-nya.

"Konban wa," sapa Hideto sebelum memulai menyanyi. "Hari ini kami akan membawakan sebuah lagu berjudul 'BLESS'. Enjoy this song.."

Yukihiro memukul drum-nya, memberi aba-aba pada teman-temannya. Suara gitar dari Ken dan Hideto terdengar. Disusul suara gitar bass dari Tetsu. Musik aliran Japanese Rock terdengar ke seluruh penjuru kafe itu.

.


"..Kimi he to yume wa ima

Tooi chiheisen he mukai yasashii ude kara
Zutto kakete ki ta n da ne
Saisho wa chiisai hohaba de

Hitotsu hitotsu fu o susume
Furimukeba nagai ashiato
Igandete mo massugu
You have come a long way
Everything is for today

Kimi he to yume wa ima me no mae de kiramei teru
Hanabira no mai furu you na yuki ga shukufuku shi ta
Hanabanashii kisetsu mo yokome ni sugisari
Tameiki sTetsuku tsui te
Mayottari mo shi takedo

Shinto haritsumeta fuukei
Kodou wa kou nari o oboe
Afureru omoi wa kono shunkan o mukaeru
Everything is for today

Sora he to kane no oto ga toki o tsuge narihibiku yo
Tsubasa Tetsuge tobitatte yuku kimi ni shukufuku are
Omoi o nose kimi wa kon daichi o keru
Kokoro hitotsu yorokobi mo kanashimi mo zenbu tsumekonde

Kimi he to yume wa ima me no mae de kiramei teru
Hanabira no mai furu you na yuki ga shukufuku shi ta.."

(BLESS by L'Arc~En~Ciel)


.

Dansei (laki-laki) itu menyantap makanan yang dia pesan tadi. Sesekali melihat penampilan band itu. Dilihat satu persatu member band itu. Tiba-tiba dansei itu membulatkan kedua matanya ketika melihat salah satu personelnya. Dia mengenal pemuda itu.

Pemuda itu..? Bukankah dia..?

"Rupanya dia pemusik. Hm..permainan gitarnya juga bagus," pendapatnya sembari menikmati lagu mereka yang mereka mainkan.

Perform Jerussalem rod's pun selesai. Mereka kembali ke belakang stage. Menunggu di sana sampai manager memberi mereka upah tampil malam ini. Kafe ditutup jam 10 malam, bukan masalah kalau hanya menunggu satu atau dua jam di sana. Apalagi mereka mendapat makanan dan minuman gratis.

"Sudah lama tidak tampil, rasanya tadi ada yang miss dalam permainan bass-ku," ujar Tetsuya memulai pembicaraan.

"Tadi aku juga merasa ada yang false," papar Hideto.

"Tidak apa-apa..yang penting kalian masih ingat dengan kunci dan lagunya kan? Oya, bagaimana kabar kalian selama ini?" tanya Tetsu pada ketga temannya.

"Sepert biasa, aku akan melanjutkan kerja part time-ku di restoran fast food," jawab Hideto seraya mengambil orange juice di atas meja.

"Aku berencana menikah," timpal Ken seraya memasukkan gitarnya ke dalam tas khusu gitarnya.

"Eeeehh..?"

"Kenapa?" tanya Ken menatap ketiga temannya dengan pandangan tanpa dosa.

"Ka, kau akan menikah?" Hideto membeo.

Ken mengangguk.

"Selamat ya..," ujar Tetsu dan Yukihiro bersamaan.

"Bukan sekarang. Mungkin tahun depan..soalnya tunanganku masih kuliah."

"Oh..."

Ketiga teman Ken hanya ber-'oh'-ria.

Tak terasa jam di dinding telah menunjukkan pukul 09.45. Lima belas menit lagi temat itu akan tutup. Sang manager kafe berjalan ke belakang stage, menemui band-band yang perform tadi. Diapun membagikan upah pada mereka. Satu per satu band itupun keluar dari kafe yang telah sepi pengunjung itu. Hampir semua pengunjungnya telah pulang. Ya, hampir.

"Hideto, kami pulang dulu ya..," seru Tetsu seraya melambaikan tangannya pada Hideto.

"Ya..!" teriak Hideto seraya membalas lambaian tangan temannya itu.

Ketiga teman Hideto pulang bersama karena kebetulan rumah mereka searah. Tinggallah Hideto sendirian. Dia berjalan menuju halte bus yang kebetulan tak jauh dari kafe itu. Tak seorangpun ada di halte itu, padahal jam baru menunjukkan jam sepuluh malam. Hideto duduk di bangku halte itu. Dia sedang menunggu bus. Terdiam dan sesekali kepalanya menoleh ke kiri dan ke kanan untuk melihat bus yang ditunggu sudah datang apa belum.

Kenapa belum ada bus juga? Ini kan sudah malam..

"Konban wa, o-genki desu ka? (selamat malam, apa kabar?)"

Terdengar suara nge-bass seorang dansei yang muncul tiba-tiba.

"Eh?"

Hideto menoleh ke arah dansei itu.

"Kimi..? (kau..?)" gumam Hideto lirih tapi masih terdengar oleh dansei itu.

Hideto menatapnya tak percaya. Dansei itu hanya tersenyum padanya.

"Kau memang anak yang aneh. Bertemu tiga kali denganmu dan sikapmu masih sama."

Eh? Tiga kali? Bukannya baru dua kali ini..?

.

.

~ To Be Continued ~


Author's Note: Nyaaaaa….~~~ akhirnya chap 1 selesai juga! Fiiuhhh…* ngelap keringat.

Ini Fict pertama saya, map klu bnyk kesalahan di chap ini, ato ga nyambung, coz ane bikin ini fic di tempat gawe, sepulang gawe an eng-tem dl di kantor, buat bikin fanfic wkwkwkwkwk XD, payahh…!

Mohon ripiunya yah, karena ripiu dr kalian menentukan hidup matinya fanfic ini hihihihihi ^o^V so jangan ragu-ragu yah…