Toki: konnichiwa minna-san! Toki disini!
Momo+Yukiko: kali ini To-chan mempersembahkan… One Litre Tears for You!
Toki: (girang) YUP! Cerita ini terinspirasi dari film drama "One Litre of Tears" yang mengisahkan seorang gadis yang terkena penyakit Spinocerebellar ataxia!
Rukia: (nongol entah darimana) HEH! Di dramanya kan ceweknya mati tuh… berarti…
Toki: Ya, lo nanti bakalan mati, karena lo yang bakal jadi ceweknya! WAKAKAKAKAK! (kabut hitam mulai muncul)
Rukia: (masih ngotot) Ta-tapi kan! Hinamori lebih cocok buat peran itu!
Toki: (mulai kesel) Gak bisa! Momo tuh karakter favorit gue! Gak bisa gue biarin mati! Dan juga, nih fic juga genrenya Romance, yaudah gue pasangin lo sama Ichigo! Kalau gue pake Momo, gue gak mau ngepairing Momo sama siapa-siapa! Jadi, NGERTI LO HAH?
Rukia: (sweatdrop) Iya deh, gue nurut…
Toki: (mulai balik ke wujud manisnya) Tenang aja! Nih, chappy! (ngasih Rukia boneka chappy berukuran 2 meter)
Rukia: (girang) KYAAA! CHAPPY!
Toki: Nah! Karena Rukia udah setuju, jadi… Momo! Silahkan disclaimer-nya!
Momo: Hai! Toki-san bukan pemilik Bleach beserta mahkluk yang didalamnya dan juga One Litre of Tears!
Toki: Oke! One Litre Tears for You… DOZOU!
Petunjuk:
"Hai" – percakapan
"Hai" – bicara dalam hati
Hai – narasi Rukia/flashbask
One Litre Tears for You
"Apa kamu merasa susah berbicara?"
"…Tidak"
"Rukia, bagaimana kalau kamu besok pergi ke rumah sakit bersama Nee-chan?"
"Eh?" tanya cewek yang disebut; Kuchiki Rukia. "Untuk apa Nee-chan? Aku tidak sakit kok!"
Sang kakak; Kuchiki Hisana, hanya tersenyum kecil. "Yah… Kan kamu sering jatuh dan menjatuhkan barang akhir-akhir ini… Nee-chan cuma… Takut kamu kenapa-kenapa… Kapan aja boleh deh! Asalkan, kamu mau ke rumah sakit sama Nee-chan, oke?"
Rukia tersenyum. "Mungkin saja itu karena aku kecapekan bukan?"
Hisana terdiam. "Yah… Tapi kan…"
Rukia terkekeh. "Baiklah! Kalau Nee-chan memaksa, aku akan ke rumah sakit bersama Nee-chan! Jadi, jangan khawatirkan aku lagi ya!"
Hisana hanya terkekeh. "Oke! Sekarang, kamu siap-siap sana untuk besok!" ujar Hisana, Rukia mengangguk.
Namaku Kuchiki Rukia, siswi SMA Karakura. Aku tinggal bersama Hisana-nee-chan dan suaminya, Kuchiki Byakuya. Awalnya sih, aku tidak setuju tinggal bersama mereka. Tapi karena orang tuaku sudah meninggal dunia dan aku tak mau merepotkan kerabatku, jadinya aku tinggal bersama mereka.
Setelah selesai menyiapkan apa yang diperlukannya besok, Rukia langsung berbaring di tempat tidurnya. "Huwa! Aku sudah tidak sabar untuk besok!" Dan dengan pikiran itu, Rukia tertidur dengan nyenyak.
"Ohayou minna!" sapa Rukia yang sudah rapi dengan seragamnya.
"Ohayou! Sarapannya sudah jadi tuh!" ujar Hisana dari dapur. Rukia langsung bergabung dengan kakak iparnya yang sedang membaca koran di meja makan.
"Ohayou Nii-sama!" sapa Rukia pada Byakuya. Byakuya yang mendengar suara khas adik istrinya itu, menurutkan korannya dan tersenyum kecil.
"Ohayou. Sepertinya kau ceria sekali hari ini" Mendengar ucapan Byakuya, Rukia langsung mengangguk.
"Tentu! Aku sudah tidak sabar untuk bertemu dengan Momo!" ujarnya semangat. Hisana yang mendengar ucapan adiknya, langsung terkekeh.
"Bukannya kamu menunggu-nunggu untuk bertemu senpai-mu itu… Siapa namanya… Kaien!" ujar Hisana, membuat wajah Rukia memerah.
"Ne-nee-chan!" teriak Rukia sebal, menyebabkan tiga orang yang berada di meja makan tertawa riang.
"Sudah, sudah. Sekarang ayo kita makan" ujar Byakuya. Rukia dan Hisana mengangguk setuju.
"Hai! Ittadakimasu!"
Rukia dengan cepat melahap apa pun yang ada di meja makan, kadang-kadang dia tersedak. Hisana hanya geleng-geleng melihat tingkah adiknya.
"Ya ampun! Kamu ini, meskipun sudah SMA, tapi kamu tetap seperti anak kecil ya!" ujar Hisana sambil menyondorkan Rukia segelas air putih.
"Ya! Aku takutnya ketinggalan bus!" ujar Rukia. "Oke! Selesai!" Rukia langsung meraih tasnya. Hisana langsung bengong, melihat piring adiknya sudah bersih tanpa sebutir nasipun. Byakuya sweatdrop melihat kelakuan adik iparnya.
"Aku pergi dulu ya!" ujar Rukia.
"H-heh! Tunggu! Bento-mu!" ujar Hisana panik, sedangkan Byakuya melanjutkan aktivitas makannya.
Tapi, ketika Rukia baru keluar dari rumahnya dan mulai berlari di jalanan aspal, tiba-tiba…
BRUUK!
Hisana, yang tadinya berlari kecil mengejar adiknya, kaget dan langsung berlari kencang mengejar adiknya. Setelah keluar rumah, Hisana kaget melihat adiknya menangis dengan dagu berdarah.
"Ru-Rukia! Kamu kenapa?"
"A-aku… hiks…"
"Tunggu! Nee-chan antarkan ke rumah sakit!" Hisana berlari ke dalam rumah. Byakuya bingung melihat tampang panik dari istrinya itu.
"Ada ap-"
"Kunci, mana kunci mobil? Rukia jatuh lalu dagunya berdarah!"
"Huh… Kok Rukia-chan belum datang ya?" tanya Hinamori Momo; sahabat Rukia semenjak SMP.
"Aku juga gak tau… Ada apa ya…" tanya Inoue Orihime.
"Ya, anak-anak! Kita mulai pelajaran hari ini ya!" ujar Ochi Misato; wali kelas 1-A sekaligus kelas Rukia.
"Baik sensei!" ujar para murid dengan nada malas.
"Lho? Dimana Kuchiki Rukia dan Kurosaki Ichigo?" tanya sang guru.
"Tidak tau sensei!"
"Tidak tau… Huh… Masa pengurus kelas bolos sih?"
Hisana menyetir mobilnya dengan cepat, sesekali melihat ke kursi belakang, melihat adiknya yang memegangi dagunya yang berdarah dengan handuk kecil.
"Sebentar lagi kita sampai kok… Tunggu ya…" ujar Hisana menenangkan. Rukia mengangguk lemah.
Mobil mereka memasuki daerah Rumah Sakit Seiretei. Setelah mendapatkan tempat parkir, Hisana membantu Rukia turun dengan perlahan.
"Ayo kita turun… Nee-chan bantu ya" ujar Hisana dengan lembut.
Saat melihat tangan Rukia yang bersih tanpa sebersit luka, Hisana mengerutkan dahi. Dengan perlahan, dia menggelengkan kepala.
"Terima kasih nak, sudah mengantarkan dokumen ini padaku… Bisa-bisanya aku lupa… Apa tidak apa-apa kau tidak cepat-cepat ke sekolah, Ichigo?"
Pemuda yang disebut; Kurosaki Ichigo, menggelengkan kepala. "Tenang saja ayah, terlambat sedikit tidak apa-apa kok"
Sang ayah; Kurosaki Isshin, menghela nafas. "Baiklah, pergilah kalau begitu, baru seminggu masuk sekolah tidak enakan kalau telat?"
"Ah… Baiklah…"
"Nah, lukanya sudah diobati! Sekarang sudah tidak apa-apa"
Hisana menghela nafas lega. "Lukanya tidak membekas kan sensei?"
Sang dokter tertawa. "Tenang saja, beberapa minggu juga akan hilang"
Rukia tersenyum. "Arigato ne sensei"
Setelah semuanya beres, mereka berdua keluar dari ruangan dokter tersebut. Tiba-tiba, Hisana teringat sesuatu.
"Rukia?"
"Hm?"
"Kita kan sudah dirumah sakit… Bagaimana kalau kita sekalian check-up?"
Rukia terdiam sesaat, lalu berkata "Baiklah"
Setelah bertanya kepada suster, mereka berdua berjalan menuju ruang dokter saraf.
"Namanya saya Unohana Retsu. Yoroshiku" ujar sang dokter.
"Saya Kuchiki Hisana dan ini adik saya, Kuchiki Rukia. Mohon bantuannya" ujar Hisana. Unohana hanya tersenyum.
Setelah memberitahu masalahnya, Unohana hanya mengangguk. "Jadi, sejak kapan kamu berjalan tidak benar?"
Rukia terdiam sejenak. "Mulai dari bulan lalu… Kupikir aku hanya kecapekan"
"Apa kamu merasa susah berbicara?"
Rukia dan Hisana agak terkejut mendengar pertanyaan itu. Apa hubungan cara berjalan dengan cara berbicara. "…Tidak"
Setelah bertanya-tanya, Unohana mulai menyuruh Rukia melakukan beberapa hal seperti berjalan telanjang kaki, berdiri satu tangan, dan lainnya. Setelah itu, Rukia juga melakukan diagnosis x-ray seluruh tubuh.
"Baiklah, hasilnya akan keluar beberapa hari lagi" ujar Unohana dengan tersenyum kecil.
"Uhm, sensei… Aku sakit apa?" tanya Rukia.
"Belum diketahui secara pasti, tetapi, setiap kali ada masalah dengan tubuhmu, tulislah dalam buku, seperti menulis buku"
Setelah berbincang-bincang, Rukia meninggalkan kakaknya untuk berbicara dengan sang dokter. Saat menunggu, dia melihat seorang cowok yang sudah khas baginya.
"Kenapa aku bisa ketiduran di bus? Baka Rukia!" ujar Rukia menggerutu dalam hati sambil berlari. Tiba-tiba, dia terjatuh sendirinya dan menabrak sebuah sepeda. "Aduh!"
"Hei! Itu sepedaku tau!"
Rukia mendongak lalu melihat cowok berambut jingga menghampirinya. Ketika menyadari dia yang berteriak tadi, Rukia langsung berdiri. "Gomen…"
Setelah membetulkan letak sepedanya, Rukia memunguti semua barangnya yang jatuh. Lalu dia mencoba berlari, tetapi tidak bisa. Aku tidak bisa kesana tepat waktu kalau begini!
Cowok itu menghela nafas lalu menaiki sepedanya. "Naiklah"
"Eh?"
"Ichigo!"
Ichigo langsung menoleh kearah suara yang memanggilnya. Lalu mendapati seorang Kuchiki Rukia dengan kapas dibawah dagunya. Ichigo terkekeh. "Kenapa dengan dagumu?"
Rukia mendengus. "Uruse… Lagipula, kenapa ada disini? Gak sekolah? Apa jangan-jangan kamu sakit lagi!"
Ichigo mendengus. "Ayahku itu professor disini"
Rukia terdiam. "Hah? Gak mungkin! Pasti bohong!"
Ichigo hanya terkekeh, tidak menjawab pernyataan Rukia.
~TBC~
What's coming up?
"A-aku… Tidak! Tidak mungkin! Dia masih berumur 15 tahun! Mana mungkin aku memberitahunya?"
…
"Penyakit ini, belum ada obatnya"
…
"Daijobu… Semuanya akan baik-baik saja… Percayalah"
A/N: Yak! Inilah part pertama dari fic drama abal ini! DIMOHON SANGAT REVIEWNYA! Oiya, Happy Birthday Minna-san berhenti sementara karena otak ini tidak berfungsi dengan baik… Hehehe… Sekali lagi, REVIEW, REVIEW, REVIEW! XD
