A Very Special Fict Dedicated For NARUHINA FLUFFY DAY! #4
Story by: Oryko Hyuuzu (Ory-chan) oryschan
Disclaimer: Masashi Kishimoto-sama
Rated
T
Paring
NaruHina
Genre
Romance/ Friendship / FLUFFY!
Warning
OOC, abal, gaje, typo, gak propesional, EYD hancur, AU, BERUSAHA UNTUK BIKIN FLUFF TAPI KALO GAGAL GOMENNE MINNASAANNN m-_-m
Don't like, don't read, don't flame^^
.
.
.
Happy Reading!
~Andai Dia Tahu~
Hinata kembali mengesap hot lattenya saat tangannya telah terasa cukup pegal setelah setengah jam menari-narikan jemarinya di atas keyboard netbook mini kesayangannya itu. CV yang ia buat hampir saja selesai semalam, membuatnya memutuskan untuk menyelesaikan sisanya pagi hari ini di sebuah café dekat sekolah lamanya.
Hinata Hyuuga yang baru saja lulus dengan nilai yang sangat baik dari SMA 1 Konoha itu kini memang tengah disibukkan dengan persiapan masuk perguruan tinggi, yaitu Perguruan Tinggi Konoha, universitas idaman setiap orang yang biasa disebut UK (University of Konoha). Ia dengan tidak diragukan lagi diterima di universitas ternama di Jepang itu dan mengambil Fakultas Kedokteran, sesuai dambaan orang-orang terdekatnya. Tahun ajaran baru memang masih satu bulan lagi dimulai, namun persiapan yang dilakukan memang harus sejak dini agar tidak terlalu kerepotan nantinya.
Selesai mengistirahatkan diri, Hinata bersiap untuk kembali mengetik sebelum ponselnya berbunyi dengan nada dering yang tidak pernah digantinya sejak membeli ponsel itu. Lampu ponsel touchscreen itu menyala dan menampilkan rangkaian kata di bawah foto seorang gadis berambut merah jambu.
"Moshi-moshi. Ada apa Sakura-chan?" sapa Hinata hangat kepada sahabatnya itu
"Kau ada dimana Hinata? Aku butuh bantuanmu ne~" rengek sahabatnya itu dari ujung sana
"Hm, di café dekat SMP. Kenapa? Mengedit artikelmu lagi?" goda Hinata karena memang itu kebiasaan sahabatnya dulu.
Sakura Haruno adalah sahabatnya sejak SMP, mereka berpisah di SMA dan akan bertemu lagi di perguruan tinggi, ia juga masuk fakultas kedokteran. Saat SMA, Sakura dan Hinata sama-sama mengambil jurnalistik sebagai ekstrakulikuler mereka, tetapi karena Sakura yang memang tidak berbakat dalam dunia tulis menulis—ia bilang ia terpaksa ikut eskul itu karena tidak ada lagi yang menurutnya menarik—jadilah Hinata yang membimbingnya sedikit-sedikit dan sering menjadi editor dadakan bagi Haruno itu sebelum artikelnya dikirimkan kepada ketua redaksi di SMA 5 Konoha, sekolah Sakura.
"Ne, bukan! Kau ini," Hinata hanya tertawa kecil meningkahi sahabatnya yang terdengar memberengut.
"Lalu apa Sakura?"
"Bantu aku membuat CV hehe. Aku menyusulmu sekarang ya? Kau jangan kemana-mana!" ucap Sakura dan dijawab satu kata 'oke' dari Hinata, kemudian sambungan mereka terputus.
Hinata kembali fokus kepada CV yang sedang ia kerjakan, ternyata ia telah menyelesaikannya. Tinggal diberi sebuah foto informal berukuran 4x6. Awalnya ia berpikir mengapa informal? Dan jawabannya mungkin karena ini bukanlah persyaratan resmi, namun persyaratan yang dibuat oleh seniornya untuk masa ospek nanti.
Ia mencari foto dirinya di folder netbooknya namun tidak menemukan yang sesuai keinginannya. Tidak putus asa, Hinata membuka internet dan masuk ke dalam Facebooknya—tempat dimana album fotonya cukup banyak tersimpan. Layar netbook otomatis menampilkan beranda dan langsung berubah sepersekian detik saat pemilik jari lentik itu dengan lihai langsung mengganti halaman menuju album fotonya.
Dibukanya salah satu album lalu ia telusuri foto-foto itu satu persatu. Sampai foto terakhir dan berakhir pada kolom komentar. Lavendernya menangkap deretan kalimat yang tersusun rapi berkotak-kotak secara bergantian mendatar. Duel komentar antar dua akun facebook. Dua orang yang saling membalas komentar dengan diselingi candaan. Hinata terdiam mengamati dan membacanya. Ia tersenyum tipis kemudian matanya berubah sendu.
Ah pemuda itu. Seseorang yang masih membekas dihatinya. Seseorang yang datang dan pergi begitu saja. Datang seolah mereka sudah lama saling mengenal. Lalu pergi seolah mereka tidak pernah saling mengenal.
Hinata tersenyum kecut.
"Ooh jadi kau masih memikirkandia ya~" goda seseorang dari belakang Hinata yang membuatnya sontak berbalik.
"Sa-Sakura-chan!" Hinata berubah salah tingkah dan dengan kikuk berusaha mengganti halaman dengan mengarahkan kursor ke tulisan beranda. "Se-sejak kapan kau ada di sini? Kenapa cepat sekali?"
"Sudahlah jangan mengalihkan pembicaraan, akui saja kalau kau masih menyukainya~" Sakura semakin menggoda gadis di depannya yang mulai merona hebat. Ia pun terkekeh sembari mengambil posisi duduk di samping Hinata.
"A..aku..sudah tidak memikirkannya lagi kok. Ta..tadi itu tidak sengaja saat aku sedang mencari fotoku untuk CV kampus, Sakura-chan," jawab Hinata berusaha untuk tetap tenang agar sahabatnya ini percaya.
"Ooh begitu. Habis belakangan kau sering membahas sesuatu yang mencurigakan di twitter," ucap Sakura santai sembari mengaduk isi tasnya.
"Me..mencurigakan bagaimana?" Hinata bertanya hati-hati
"Yaa kau sering membuat tweet tentang memimpikan seseorang, orang masa lalumu, tadinya kukira itu dia," jawabnya kemudian mengeluarkan sebuah dompet yang sejak tadi dicarinya.
"Oh," Hinata menggantungkan kata-katanya. Memang. Ia akui memang belakangan orang itu sering sekali 'mampir' di mimpinya tanpa Hinata ketahui mengapa bisa begitu. Padahal mereka sudah tiga tahun tidak bertemu, dan empat tahun tidak saling berkomunikasi seperti dulu lagi. Hinata juga sudah 'merelakan' pemuda itu dan tidak terlalu memikirkannya lagi—walau tetap saja masih membekas di hatinya—namun pemuda itu dengan setianya mengunjungi alam mimpinya.
Ia ragu, tapi sebenarnya ingin sekali mengatakannya pada Sakura, bagaimana pun ia adalah sahabat Hinata. Mungkin saja gadis cantik itu bisa memberinya pendapat yang cukup bagus. "Ano…sebenarnya, Sakura-chan, orang itu memang benar dia," ucapnya sambil menunduk malu.
"Wah benarkah?" jawab Sakura, terkejut yang terkesan memaksa karena sebenarnya ia sudah tahu itu. Apa sih yang lepas dari insting seorang Sakura kalau sudah menyangkut masalah cinta?
"Um," Hinata mengangguk, kemudian memainkan kedua jemarinya tanda ia gugup. "Aku sendiri juga tidak tahu bagaimana bisa aku memimpikannya terus menerus, padahal aku sudah tidak memikirkannya lagi, sungguh."
Sakura tertawa kecil, membuat Hinata menoleh padanya. Ditepuknya pundak Hinata seraya tersenyum hangat, "Aku pernah dengar, katanya kalau seseorang muncul di dalam mimpi kita padahal kita tidak memikirkannya, itu artinya orang itu yang memikirkanmu loh Hinata."
"E—eeh?" Sakura kembali terkikik melihat wajah lucu sahabatnya yang sedang terkejut itu. "Ta..tapi itu tidak mungkin kan Sakura-chan. Maksudku, kami kan sudah empat tahun tidak berkomunikasi dan… dan…"
"Dunia itu penuh kejutan Hinata," potong Sakura kemudian turun dari kursi tingginya sambil membawa dompet lalu pergi ke bartender untuk memesan vanilla latte kesukaannya.
~Andai Dia Tahu~
"Dunia itu penuh kejutan Hinata."
Kata-kata Sakura langsung terbesit di benaknya kala itu. Matanya membulat melihat pemandangan yang dilihatnya. Setahunya orang yang kini tengah menjadi objek utama pupil matanyanya itu tiga tahun lalu pergi ke London untuk meneruskan sekolah menengahnya. Apakan ia telah kembali? Apakah pemuda itu hanya mampir? Lalu mengapa ia ada di sini?
Pertanyaan-pertanyaan itu belum terjawab sampai pemuda yang sedari tadi menarik manik lavendernya seperti magnet tiba-tiba berbalik—dari posisi yang semula agak memunggungi Hinata—dengan sedikit salah tingkah Hinata pun mengalihkan pandangannya, berpura-pura tidak melihatnya dan langsung sibuk dengan ponselnya, alibi tentunya.
Ia yakin sekali mata mereka sempat bertemu beberapa saat sebelum Hinata menurunkan pandangannya dan beralih ke ponselnya. Dengan gerakan kaku Hinata berbalik dan berjalan pelan memasuki keramaian agar tidak menarik perhatian. Sebenarnya ingin sekali Hinata menyapa orang itu, namun ketakutan akan tidak dikenali oleh 'teman lama'nya sendiri itu memaksanya untuk pergi dari jangkauan pandang si pemuda blonde.
Ya siapa lagi kalau bukan Naruto, Naruto Namikaze.
Momen yang cukup singkat namun berefek besar bagi seorang Hinata. Maka pada hari itu juga Hinata menelpon Sakura dan memutuskan untuk mengunjungi rumah sahabatnya itu. Karena hanya Sakura yang mengetahui perasaan berkelanjutan Hinata terhadap pemuda itu, dan hanya dia pulalah yang mengerti bagaimana seorang Hinata yang tidak bisa menyikapi permasalahan seperti ini sendirian.
"Hei Hinataaa," Sakura kembali mengibaskan tangannya di depan wajah Hinata yang melamun. Sontak Hinata terbangun dari lamunannya dan tersenyum kikuk. Sakura hanya menggeleng, sudah paham dengan sifat Hinata yang selalu saja mengahadapi masalahnya dengan melamun.
"Jadi, ada masalah apa Hinata?" tanya Sakura sembari menyeruput capuchino hangat yang ia buat untuknya dan Hinata.
"Ehm…Ta..tadi pagi saat sedang melakukan resistrasi di UK aku… melihat Naruto-kun," ungkap Hinata perlahan.
Sakura sedikit tersedak, membuat Hinata panik dan segera memukul-mukul pelan punggung Sakura. Setelah sedikit tenang, Sakura mengeluarkan suaranya. "Apa benar? Kau tidak salah lihat?"
Hinata mengangguk, lalu mulai menunduk menutupi rona di wajahnya. "Ka..kami sempat bertemu pandang, tapi aku langsung mengalihkan pandanganku dan pergi dari sana."
"Eh? Kenapa malah pergi?"
Hinata mendongak sebentar, lalu mengerucutkan bibirnya "Aku ingin sapa tapi takut ia sudah lupa padaku, jadi..jadi.." Hinata memeluk lutut dan membenamkan wajah diantara lututnya.
"Hmpft dasar Hinata. Tapi kenapa Naruto bisa ada di UK, bukankan dia pergi sekolah di London?" tanya Sakura entah pada siapa, karena sudah pasti gadis pemalu di sampingnya ini tidak tahu.
"Ah!" Sakura menjentikkan jarinya membuat Hinata kembali mengangkat wajah. "Aku tanyakan saja pada Sasuke, dia pasti tau."
"Jangaaaan!" cegah Hinata cepat sebelum Sakura sempat membuka password ponselnya.
"Ne, kenapa?"
"Na..nanti dia akan bertanya kenapa kau menanyakannya, nanti dia pasti akan menebak kalau aku…ah pokoknya jangan Sakura-chan!" ucapnya memohon membuat Sakura membenarkan juga.
Sasuke Uchiha adalah sahabat Naruto sejak SD. Mereka masuk ke SMP yang sama dengan Sakura dan Hinata, lalu ke SMA yang sama dengan Sakura. Kini kabarnya pemuda itu berhasil masuk ke Sekolah Tinggi Penerbangan Konoha seperti apa yang dicita-citakannya.
"Bagaimana kalau kita stalking dari sosial media saja?" usul Hinata ragu, entah kenapa rona merahnya kembali terlihat kali ini.
"Oh ide yang bagus," jawab Sakura sedikit mendelik kepada Hinata, membuat gadis itu salah tingkah.
Sakura membuka laptopnya dan dengan cepat membuka internet dan masuk ke situs facebook lalu dengan lihai diketiknya tiga huruf "Nar" dan secara otomatis membuka profil seseorang dengan nama "Naruto Uzumaki Namikaze"
Ditelusurinya profil itu perlahan mencari status terbaru. Namun status paling barunya hanya yang lima bulan lalu tentang sesuatu yang mereka tidak mengerti namun pastinya urusan sekolahnya di sana. Karena tidak mendapatkan informasi yang mereka butuhkan, Sakura membuka tab baru untuk masuk ke situs twitter. Kemudian menuju ke kolom search namun berhenti sejenak.
"Nama username Naruto apa ya?" tanyanya pada Hinata.
Yang ditanya malah merona lalu menjawab dengan malu-malu. "Coba uzunaru10," jawabnya pelan dan dituruti oleh seringai kecil Sakura. Setelah tombol enter, secara otomatis layar laptop menampilkan tweet-tweet yang dibuat oleh uzunaru10 yang tak lain adalah milik Naruto. Kembali Sakura menelusuri satu persatu tweet-tweet Naruto yang memang jarang membuat tweet baru itu.
Pandangan Hinata langsung tertuju pada dua tweet pertama, begitu juga Sakura.
uzunaru10: Ya begitulah hehe RT kibamaru: Sugooi! Anak London akhirnya jatuhnya ke UK juga hahaha RT uzunaru10: Konoha… sudah lama sekali…
uzunaru10: Konoha… sudah lama sekali ya. Kali ini aku tidak akan meninggalkanmu lagi :)
Hinata terdiam. Ia terlalu larut dalam pikirannya. Apa UK yang Kiba maksud itu benar University of Konoha? Apa semua ini benar? Apa ini bukan mimpi? Apa… ia akan kembali bertemu dengan Naruto, cinta pertamanya?
Seulas senyum yang sempat dengan tidak sadar terulas di wajah Hinata seketika memudar saat pikirannya drastis memikirkan hal lain, pikiran negatif. Bagaimana kalau Naruto lupa sama sekali padanya? Atau ia ingat namun tidak ingin mengingatnya? Bagaimana kalau nanti Naruto berubah, menjadi pria dingin khas pemuda-pemuda Inggris lainnya? Bagaimana jika…
Tuk…
"Sa..Sakura-chan," Hinata mendongak melihat Sakura mengetukkan ujung jarinya ke dahi Hinata.
"Haah~ syukurlah, kukira jiwamu sudah hilang dari sini," Hinata memberengut membuat Sakura tertawa kecil.
"Kenapa malah tidak bersemangat begitu? Harusnya kau senang kan pria idamanmu itu kini kembali berada di dekatmu? Hihihi," goda Sakura kepada sahabatnya itu. Hinata hanya diam dan menyeruput capuchinonya dengan tatapan seolah lelah, membuat Sakura berhenti tertawa. "Ada apasih Hinata?
Hinata diam sebentar, sebelum mengela nafas dan berkata. "Aku hanya takut ia telah berubah, Sakura. Maksudku, Naruto dan aku hanya saling kenal selama dua tahun dan tidak saling berbicara lagi selama empat tahun, apa yang bisa menjadi alasan ia mengingatku?" ucap Hinata sendu.
"Buktinya kau selalu mengingatnya," pernyataan terkonyol Sakura hari ini. Tentu saja itu berbeda, Hinata memiliki 'rasa' terhadap Naruto sedang pemuda itu…entahlah.
"Ne, sudah hampir gelap. Sebaiknya aku pulang sebelum Otou-sama mencariku. Aku juga belum berkemas untuk apartemen baru kita besok," ucap Hinata seraya bangkit dan mengulaskan sedikit senyum. Sakura dan Hinata memang menyewa apartemen lantaran rumah mereka yang cukup jauh dari UK, dan untuk menghemat biaya mereka memutuskan menyewa apartemen berdua sekaligus agar mereka tidak terlalu kesepian nantinya.
Sakura masih terdiam melihat sahabatnya menutup pintu kamarnya, gadis bersurai indigo itu memang terkadang sangat keras kepala, apalagi bila menyangkut tentang dirinya sendiri seperti ini.
Gadis itu kembali beralih pada layar laptop—bermaksud untuk mematikannya—di sana tertulis "Two new tweets" pada timeline Naruto yang belum ditutupnya. Iseng, ia buka tulisan itu, menampilkan dua tweet terbaru lelaki sahabat Sasuke itu.
uzunaru10: Heh berisik kau teme-_- RT sasukechi: Hn. Pasti gadis pemalu itu. RT uzunaru10: Kenapa tadi aku merasa dia menghindar dariku ya…
uzunaru10: Kenapa tadi aku merasa dia menghindar dariku ya… padahal sudah kebetulan bertemu setelah sekian lama tapi malah dijauhi… nasib perantau-_-
Kedua emerald Sakura membulat sempurna, kemudian tatapannya melembut lalu ia tersenyum geli. "Dasar kalian berdua ini," gumamnya kemudian menutup jendela internet dan mematikan laptopnya.
~Andai Dia Tahu~
"Hei."
Sebulan berlalu dengan sangat cepat. Tahun ajaran baru telah dimulai sejak satu minggu lalu. Para mahasiswa baru UK telah melaksanakan pekan ospek dengan lancar tanpa kendala yang berarti. Ospek yang mereka jalani dominan indoor dan dilakukan oleh senior masing-masing fakultas. Satu hal yang disyukuri Hinata karena dirinya tidak perlu malu dihadapan mahasiswa dari fakultas lain. Sebenarnya lebih tepat dikatakan, dirinya tidak perlu malu di hadapan Naruto, seorang mahasiswa baru dari fakultas ekonomi.
Ya, memang benar Naruto masuk ke UK dan melanjutkan perguran tinggi di sana dan mengambil jurusan bisnis Internasional. Hinata sendiri sudah pernah melihatnya di lingkungan UK sesaat sebelum upacara penerimaan mahasiswa baru dimulai. Namun jarak deretan kursi antara fakultas kedokteran dengan fakultas ekonomi yang cukup berjauhan membuatnya kehilangan jejak pemuda itu.
Sekarang disinilah ia. Sedang dengan asyiknya membaca modul barunya di bawah pohon sakura yang baru mekar, lalu ia terpaksa mendongak dan menghentikan aktivitasnya juga menutup bukunya saat seseorang berdiri di hadapannya dan menyapanya. Seseorang yang tak biasa.
"Hinata kan?" ucap pemuda itu lagi saat gadis yang tadi ia sapa tidak memberikan respon apa-apa.
"I..iya," Hinata membenarkan posisinya dengan salah tingkah sembari mengangguk.
"Aku Naruto, teman SMP, masih ingat?"
Bagaimana mungkin ia bisa lupa?
"Ehm, Na..Naruto, ya, tentu saja aku ingat," jawab Hinata sembari memberikan pemuda itu sedikit senyuman untuk menutupi kegugupannya.
"Hehe, baguslah," respon Naruto lalu terdiam sejenak. "Ano, boleh aku duduk di sampingmu?"
"Um," Hinata hanya mengangguk. Kemudian menunduk menutupi rona merah di wajahnya saat dirasakan pemuda itu sangat dekat disampingnya.
"Jadi, kau mahasiswi kedokteran ya?" tanyanya setelah melirik buku yang dipegang Hinata.
"Um, begitulah," jawab Hinata sembari memandangi buku di pangkuannya. "Na..Naruto-kun sendiri mengambil jurusan apa?" tanya Hinata memberanikan diri.
"Ekonomi, bisnis internasional. Agar aku bisa mengambil kendali perusahaan Otou-san nanti haha," jawab Naruto enteng.
"Eh? Bu..bukannya Naruto-kun sejak dulu ingin jadi pilot?" tanya Hinata otomatis, mebuatnya menyesal telah menanyakan itu. Pasti Naruto akan bertanya-tanya bagaimana bisa Hinata mengetahui dan mengingat hal itu.
Namun jawaban dari Naruto membuatnya tidak jadi menyesal.
"Yah semua bisa berubah. Kau sendiri juga dulu ingin sekali jadi guru kan?" respon Naruto membuat Hinata kembali merona dan menunduk malu sekaligus senang. Ia mengingatnya, cita-cita lamanya!
"Otou-sama yang menyuruhku mengambil fakultas kedokteran, karena katanya menjadi guru itu sulit. Lagipula itu cita-cita Oka-sanku dulu dan aku tidak keberatan karena memang cukup tertarik dalam bidang ini," jawab Hinata sambil tersenyum lembut saat mengingat almarhumah ibunya.
"Benar juga, biologi dan kedokteran kan tidak terlalu berbeda," Hinata menoleh dan menatap Naruto yang kemudian menggaruk kepala belakangnya. "Maksudku kau pernah bilang ingin jadi guru biologi padaku."
Itu kan empat tahun yang lalu…
"Tidak sepertiku. Pilot dan Pebisnis, sangat jauh," pemuda itu terkekeh pelan.
Dia masih ingat.
"Kudengar dari Sakura, Sasuke-san masuk Sekolah Tinggi Penerbangan Konoha," ucap Hinata sambil memandang Naruto hati-hati.
"Yap benar. Aku sedikit iri padanya, padahal ayahnya punya Uchiha Corp tapi dia bukan pewaris tunggal yang harus mengambil alih perusahaan suatu saat sepertiku," ia menyengir lebar, cengiran khas pemuda berkulit tan itu.
Dia juga…tidak berubah.
Hinata tersenyum lembut. "Walau tidak menjadi pilot tapi yang terpenting Naruto-kun bisa membuat orangtuamu bahagia kan? Lagi pula menjadi pebisnis itu tidak terlalu buruk menurutku."
Naruto menatap Hinata lekat. Wajah tersenyum gadis di depannya memberikan semangat tersendiri baginya. "Menurutmu begitu? Apa aku bisa?"
"Kalau Naruto-kun pasti bisa," ucapnya seraya tersenyum meyakinkan yang terlihat sangat manis di kedua bola mata safir itu.
Kelerengnya sejenak membulat lalu melembut kemudian tersenyum, transformasi ekspresi yang begitu cepat oleh Naruto karena ulah gadis di sampingnya ini. "Arigatou," tangan Naruto terulur untuk sedikit menyentuh puncak kepala gadis itu, "kau memang yang terbaik," kemudian tersenyum.
Hinata yang merasakan kehangatan menjalar di seluruh wajahnya seketika langsung salah tingkah. Buru-buru ia kembali beralih ke modul barunya dan berusaha menyibukkan diri dengan memasukkan modul itu dan mengeluarkan sebuah ponsel yang tepat bordering kala itu, menampilkan sebuah sms dari Sakura.
"Um…gomenasai Naruto-kun aku harus pergi sekarang, aku ada janji dengan Sakura-chan," ucapnya seraya berdiri dari duduknya, lalu membungkuk sebentar kemudian berbalik.
"Hinata!" panggil Naruto sebelum Hinata benar-benar melangkahkan kakinya untuk pergi. Gadis itu menoleh dan mendapati Naruto sudah berdiri dengan kedua tangan di dalam saku, terlihat agak canggung.
"Hari ini, boleh aku mengantarmu pulang?" tanya Naruto sambil menatap ke depan, kepada lawan bicaranya. "Well, aku masih ingin mengobrol banyak denganmu, hehe," ungkapnya jujur.
Hinata terpaku sesaat, kemudian menunduk menyembunyikan rona merah yang semakin memerah dikarenakan udara hangat musim semi yang membelai wajahnya yang tidak lagi terlindungi rindangnya pohon sakura.
Ia kemudian mengangguk pelan lalu berkata dengan lirih "Kelas terakhirku selesai jam 3 sore nanti, kita bertemu di sini ya Naruto-kun," lalu pergi tanpa menoleh kepada pemuda yang tersenyum senang dibuatnya.
~Andai Dia Tahu~
-TBC-
Hai, Ory balik lagi bawain two shoot untuk membayar drabble yg kemarin^^
Tenang Ory gabakal mengoceh lagi kok seperti biasa karena emang ini lagi bête *curhat* dan ternyata berdampak baik karena seketika Ory mendapat inspirasi dan langsung menulis fict di atas dalam waktu 3,5 jam non stop :O
Well, sebenarnya cerita di atas tentang cerita kehidupan Ory sendiri sih *merona* tapi ganyampe yg pas kuliahan, kan Ory baru 1 SMA hoho –v- mungkin bisa dibilang itu cerita+harapan Ory selanjutnya…..tuhkan malah keterusan curhatnya-_-
Fluffnya akan Ory tampilkan di chapter kedua ya! Sampai jumpa!
.
Reviewnya ya, kalo gariview Ory gatau mau ngapain *pundung di pinggir BKT*
