Parenting Series (Produce 101)
'My Sweet 17th Girl'
.
.
.
Cast :
Kim Jonghyun x Choi Minki
(Jren), Park Siyeon (Pristin)
Rated :
T
Genre :
Fluff, Romance
Warning!
Maaf bila ada kesalahan penulisan atau semacamnya, atau pairing tidak sesuai dengan yang kalian suka
AU, GS, Typos!
.
.
.
.
Kim Jonghyun (40)
Choi Minki (39)
Park Siyeon as Kim Siyeon (17)
.
.
.
.
Jonghyun mendudukkan dirinya di meja makan, tak lupa rutinitas paginya membaca surat kabar hari ini dengan segelas teh (karena ia tidak terlalu suka kopi) dan cookies cokelat butan istri tercintanya, yang juga sedang duduk disebelahnya.
Siyeon, satu - satunya putri keluarga Kim itu turun dari lantai dua kamarnya dengan baju seragam rapi , rambut hitam panjangnya ia biarkan tergerai dan tas ransel berwarna soft pink yang bertengger di punggungnya.
"Pagi, ayah, bunda" Siyeon mengecup pipi ayah dan bunda nya bergantian lalu mendudukkan dirinya di meja makan berhadapan dengan sang bunda.
"Pagi sayang, mau sarapan apa roti apa cookies?" Ujar Minki membalas sapaan Putri cantiknya.
Sedangkan Jonghyun hanya berdeham tanpa mengatakan apapun
Siyeon mendengus. Ayahnya memang tipe orang yang tidak banyak bicara bahkan cenderung canggung pada Siyeon.
Siyeon tersenyum kearah bundanya "Aku sarapan sama roti aja bunda" Ujarnya kemudian.
Minki mengambilkan roti tawar dengan diolesi selai strawberry kesukaan Siyeon.
Siyeon melahapnya perlahan sesekali tangannya mengetikkan sesuatu di ponselnya di bawah meja.
"Siyeon, ayah udah berapa kali bilang kalau di meja makan hp ditaruh gausah dimainin?"
Siyeon terkejut ia melirik ayahnya yang masih fokus pada koran paginya. "Maaf ayah Siyeon nggak akan ngulangin lagi"
Jonghyun melipat koran paginya kemudian menyesap tehnya "Ayah maafin, lain kali jangan gitu lagi nggak sopan" Ujarnya lembut seraya mengelus surai kehitaman putrinya.
Siyeon mengagguk kemudian meminum air putih di meja dan membenarkan seragamnya. "Ayah, aku udah selesai bisa berangkat sekarang?"
Jonghyun mengagguk. "Kamu tunggu di teras, ayah ambil berkas dulu di ruang kerja"
Siyeon berdiri dari duduknya kemudian berjalan kearah bundanya yang susah berdiri dari kursinya. "Bunda aku berangkat dulu, makasih sarapannya" Ujar Siyeon kemudian mencium tangan sang bunda.
Minki mengecup pucuk kepala Siyeon tangannya terulur merapikan ikatan dasi di leher putrinya "Hati - hati"
Siyeon berjalan kearah teras rumahnya dan duduk dikursi yang tersedia disana.
.
.
.
.
Jonghyun menutup pintu ruang kerjanya dengan menjinjing tas kerjanya, kemudian berjalan menghampiri sang istri yang berdiri menunggunya di ruang tamu.
Jonghyun tersenyum kemudian merengkuh pinggang istri cantiknya mengecup bibirnya kilat "Aku berangkat" Ujarnya kemudian.
Minki tersenyum kemudian merapikan kemeja suaminya "Hati - hati, jangan terlalu keras sama Siyeon, kamu bikin dia takut "
Jonghyun terkekeh geli. "Iya bunda, ayah cuma didik Siyeon supaya lebih baik aja kok"
"Yaudah, jangan ngebut - ngebut nyetirnya"
Jonghyun mengangguk kemudian mengecup dahi istrinya "Ayah berangkat dulu , jangan lupa kunci pintu kalau tidur siang"
Minki tersenyum kemudian berjalan bersisian bersama suaminya kearah teras rumah.
Siyeon bangkit dari duduknya kemudian berjalan bersama ayahnya memasuki mobil.
.
.
.
.
Siyeon selalu merasa canggung ketika duduk berdua di dalam mobil bersama sang ayah padahal mereka selalu seperti ini setiap pagi tapi tetap saja Siyeon tidak bisa menyingkirkan perasaan itu. Siyeon hanya menatap keluar jendela sesekali mengetuk ngetukjan jarinya di kaca jendela mobil.
"Ayah pulang agak malem hari ini, jadi nggak bisa jemput nanti mungkin kamu di jemput om Dongho, ada les nggak hari ini ?"
Siyeon menoleh menatap ayahnya yang masih fokus mengemudikan mobil.
"Aku nggak ada les kok hari ini ayah, pulangnya aku bareng temen aja, biar nggak ngerepotin om Dongho"
Jonghyun menoleh kemudian menatap putri cantiknya dengan tatapan menyelidik.
Siyeon yang di tatap seperti itu meremas rok seragamnya, gugup.
"Bareng sama temen?" Ujar Jonghyun penuh selidik.
"Iya ayah, cewek kok namanya Shannon ayah masa nggak tau dia kan sering kerumah"
Jonghyun kemudian mengalihkan pandangannya kearah jalanan lagi. "Yaudah langsung pulang, kalau mau kemana - mana ijin dulu videocall ayah kamu lagi dimana"
Siyeon menghela nafas lega kemudian mengangguk.
Jonghyun menghentikan mobilnya di depan gerbang sekolah putrinya, ia melirik putri semata wayangnya yang tengah merapikan tatanan rambutnya. "Jangan lupa pesan ayah, kalau Shannon nggak bisa nganter langsung telpon om Dongho atau telpon ayah "
Siyeon tersenyum "Iya ayah, Siyeon nggak akan lupa, ayah juga hati - hati" Siyeon mencium tangan ayahnya kemudian turun dari mobilnya.
Jonghyun mengemudikan mobilnya meninggalkan area sekolah sang anak. Namun tiba - tiba netranya melirik kearah kaca spion mobil, ia melihat seorang pria menghampiri putrinya dan menggenggam pergelangan tangannya. Jonghyun menghembuskan nafasnya perlahan mencoba membuang jauh - jauh pikiran negatif yang hinggap di kepalanya.
.
.
.
.
Siyeon telah sampai di depan gerbang rumahnya ia tersenyum kearah seorang pria yang sejak tadi menggenggam pergelangan tangannya
"Makasih udah nganter aku sampe rumah, maaf nggak bisa nemenin kamu beli buku aku takut , soalnya ayah suka tiba - tiba pulang cepet"
Pemuda tampan yang berdiri di hadapan Siyeon itu tersenyum kemudian mengacak rambut gadis cantik itu kasar "Iya nggak apa - apa, nanti malem aku telpon kamu"
Siyeon mengangguk kemudian berjalan memasuki rumahnya "Hati - hati di jalan ya, Jeno. Sampe ketemu besok di sekolah."
Pria tampan bernama Jeno itu tersenyum kemudian melambaikan tangannya "Sampe ketemu besok juga, Siyeon cantik"
Siyeon tersenyum, pipinya tiba - tiba memerah karena mendengar perkataan Jeno.
.
.
.
.
Siyeon membuka pintu utama rumahnya "Bunda, Siyeon pu.." perkataan Siyeon terputus ketika melihat ayahnya berdiri di ruang tamu, menatapnya tajam.
"Kim Siyeon, ke ruangan kerja ayah sekarang!"
Nyawa Siyeon seakan keluar dari tubuhnya begitu mendengar perkataan ayahnya, ia tahu bahwa ayahnya sedang sangat marah sekarang, karena ia sudah hafal tabiat ayahnya pasti akan menyebutkan nama lengkapnya ketika ia sedang sangat marah pada Siyeon.
Siyeon menatap bundanya yang juga berdiri disana "Bunda, Siyeon udah bohongin ayah tadi, gimana ini Siyeon takut banget"
Siyeon memeluk sang bunda ia meremas tangan sang bunda
Minki mengelus surai putrinya "Maaf bunda nggak bisa bantu Siyeon kali ini karena Siyeon salah udah bohongi ayah, mendingan kamu cepet temuin ayah , minta maaf sebelum ayah tambah marah"
Siyeon mengangguk kemudian mengusap air mata yang entah sedari kapan mengalir di sudut mata indahnya. Ia berjalan ke ruangan kerja sang ayah.
.
.
.
.
Jonghyun menatap nanar kearah tumpukan berkas yang ada di atas mejanya. Firasat Jonghyun terbukti benar putrinya mungkin sedang menjalin hubungan dengan seseorang tanpa di ketahui olehnya. Ia selalu mendengar putrinya tertawa - tawa ketika malam dan bercanda lewat sambungan telepon, atau seperti tadi pagi ia melihat Siyeon sibuk mengetikkan sesuatu di ponselnya saat di meja makan dan melihat seorang pria menghampiri putrinya di gerbang sekolah, yang terakhir baru saja ia melihat putrinya pulang dengan pria yang sama di gerbang sekolah tadi. Jonghyun mengurut pelipisnya pelan ia tidak habis pikir, Siyeon berani membohonginya hari ini.
Siyeon masuk ke ruangan kerja ayahnya dengan kepala tertunduk, gadis cantik dengan surai hitam itu berdiri di hadapan ayahnya yang masih duduk di kursi kerjanya. Keduanya masih terdiam selama beberapa menit.
Siyeon melirik ayahnya yang masih menatapnya di balik kursi kerjanya, kakinya sedikit gemetar karena takut menderanya.
"Kim Siyeon, tadi pulang diantar siapa?" Suara rendah ayahnya membuat Siyeon semakin takut.
"Na- namanya Je- jeno, ayah dia temen sekelas aku"
Jonghyun menghembuskan nafasnya "Siyeon bilang, hari ini bareng sama Shannon janji nggak akan pulang telat, tapi ini udah jam berapa Siyeon? jangan - jangan kamu selalu kaya gini setiap ayah lembur dan pulang malem?"
Siyeon mendongak menatap ayahnya "Nggak ayah, ini baru pertama kali Siyeon telat soalnya Siyeon.."
Jonghyun berdiri dari duduknya "SOALNYA SIYEON APA? PACARAAN SAMPE SORE? IYA KAN?" Teriaknya memotong ucapan Siyeon, nafasnya putus - putus menandakan ia sedang sangat marah.
Siyeon bergetar, air mata mengalir di pipinya "Ma- maaf ayah - hiks Siyeon nggak jujur sama ayah selama ini -hiks, emang bener Jeno pacar Siyeon, tapi Siyeon baru
pertama kali pulang dianter Jeno, Siyeon minta maaf banget Siyeon udah bohong sama ayah, Siyeon nggak pingin di jemput om Dongho biar bisa pulang bareng Jeno, tapi selama ayah lembur Siyeon nggak pernah pulang telat ayah, ini baru pertama kali, jangan salahin Jeno karna Siyeon pulang telat, ini semua Siyeon yang pingin, Siyeon pingin jalan - jalan sebentar, Siyeon jenuh setiap hari Siyeon selalu pulang tepat waktu"
Jonghyun mencoba mengatur emosinya "Siyeon tatap ayah" Ujarnya.
Siyeon mendongak menatap langsung ke mata sang ayah
"Ayah kecewa Siyeon bohongin ayah, bahkan udah berani pacaran, Siyeon tahu kan kalau Siyeon salah?
Siyeon mengagguk.
"Siyeon tahu kan setiap seseorang berbuat kesalahan pasti ada konsekuensi yang harus ditanggung?"
Siyeon lagi - lagi hanya mengangguk.
"Kalau begitu, taruh hp Siyeon di meja, hp Siyeon ayah sita, sekarang Siyeon bisa ke kamar"
Siyeon menatap ayahnya dengan pandangan tak percaya "Ayah, Siyeon udah tujuh belas tahun bukan anak kecil lagi, sampe kapan ayah perlakuin Siyeon kayak anak kecil, Siyeon pingin kayak temen - temen Siyeon ngerasain masa - masa SMA tuh seneng yah"
"KAMU BERANI BANTAH AYAH SIYEON?"
"AYAH, SIYEON CAPEK SIYEON SELALU NURUT SAMA AYAH DARI KECIL, TAPI AYAH NGGAK PERNAH NGERTIIN SIYEON!"
"KIM SIYEON!"
Tangan Jonghyun terangkat namun ditahannya ketika melihat putrinya mundur ketakutan.
"POKONYA PERINTAH AYAH NGGAK BISA DIGANGGU GUGAT, SEKARANG KAMU MASUK KAMAR!"
"AYAH JAHAT, AYAH EGOIS, SIYEON BENCI AYAH!"
Teriak Siyeon kemudian berlari keluar dari ruangan kerja sang ayah.
Jonghyun mendudukkan dirinya di kursi kerjanya mengurut pelipisnya pelan. Minki yang mendengar perdebatan antara sang suami dan putrinya hanya bisa menghela nafasnya, ia sedih melihat putrinya berurai air mata keluar dari ruang kerja ayahnya.
.
.
.
.
Saat makan malam tiba, meja makan hanya diisi oleh Minki dan Jonghyun , sedangkan Siyeon belum keluar dari kamarnya sama sekali setelah perdebatan dengan sang ayah. Minki hanya memakan makanannya dengan kidmat tanpa sepatah katapun keluar dari bibirnya, begitu pula dengan Jonghyun.
"Aku abis ini mau ngomong sama Siyeon, kita juga perlu ngomong banyak" Ujar Minki, ia meletakkan piring bekas makannya pada wastafel dapur. Kemudian berjalan kelantai dua kearah kamar putrinya tanpa menunggu sang suami menyelesaikan makannya.
Jonghyun meminum air putihnya, menyandarkan tubuhnya pada sandaran kursi, Jonghyun menyadari bahwa istrinya juga marah padanya, karena bersikap terlalu keras pada Siyeon.
.
.
.
.
Siyeon tidak pernah merasa sekecewa ini pada ayahnya, meskipun hubungannya dengan sang ayah tampak canggung tapi Siyeon tahu ayahnya selalu memperlakukan Siyeon dengan sangat baik,bak seorang putri, Siyeon juga begitu menghormati sang ayah, Siyeon menyadari kesalahannya, ia tahu ayahnya pasti sangat kecewa karena Siyeon telah membohonginya, tapi ayahnya selalu bertindak berlebihan apa salahnya jika memiliki seorang yang istimewa? Siyeon sudah tujuh belas tahun ia mengerti mana yang baik dan mana yang buruk untuknya, tapi sang ayah selalu memperlakukan dirinya layaknya balita , Siyeon lelah.
Siyeon membenamkan wajahnya di bantal untuk meredam suara tangisnya, kemudian terdengar suara pintu terbuka.
"Sayang, ini udah malem udah dong nangisnya, kamu juga belum makan nanti kamu sakit" Ujar Minki menepuk pelan punggung putrinya.
Siyeon merubah posisinya kini menjadi duduk berhadapan dengan sang bunda kemudian memeluknya erat.
"Bunda Siyeon minta maaf, Siyeon udah bohong, Siyeon nggak pernah cerita soal Jeno ke ayah sama bunda, karena Siyeon tahu pasti ayah bakal marah sama Siyeon karena Siyeon pacaran, tapi meskipun Siyeon pacaran, Siyeon nggak lupa apa kewajiban Siyeon, Siyeon selalu berusaha bikin nilai Siyeon nggak turun tapi ayah malah bentak Siyeon, ayah emang nggak pernah mau ngertiin Siyeon, ayah nggak sayang sama Siyeon bunda"
Minki melepaskan pelukan putrinya kemudian mengusap lelehan air mata yang mengalir di pipi gadis cantik di hadapannya ini.
"Bunda ngerti perasaan Siyeon, tapi walau bagaimanapun bohong itu salah nak, ayah bukan nggak sayang sama Siyeon, ayah marah karena ayah kecewa Siyeon bohongin ayah"
"Iya Siyeon minta maaf bunda, Siyeon nggak pernah benci ayah Siyeon sayang banget sama ayah sama bunda, maafin Siyeon"
Minki tersenyum kemudian memeluk putrinya lagi.
"Iya, bunda sama ayah juga sayang banget sama Siyeon, udah ah jangan nangis mulu nanti cantiknya ilang"
Siyeon tersenyum kemudian mengecup pipi bundanya.
"Kamu mandi dulu sana terus turun, makan gih"
Siyeon mengagguk kemudian bergegas menuju kamar mandi.
Tanpa Minki dan Siyeon sadari, Jonghyun sedari tadi mendengar percakapan keduannya di balik pintu kamar Siyeon yang sedikit terbuka. Jonghyun memutuskan kembali kekamarnya sebelum Minki melihatnya.
.
.
.
.
Minki membuka pintu kamar yang ditempatinya bersama Jonghyun, ia melihat suaminya itu berbaring di kasur dengan sebuah laptop di pangkuannya, tidak lupa dengan kaca mata membingkai wajahnya. Minki ikut berbaring di sebelah suaminya menyandarkan kepalanya di pundak sang suami
"Aku mau ngomong sama kamu" Ujar minki pelan
Jonghyun masih saja menatap kearah laptopnya "Ngomong aja" Ujarnya kemudian.
"Kim Jonghyun!"
Jonghyun menutup laptopnya kemudian melepas kacamatanya "Mau ngomong apa?"
Minki menegakkan tubuhnya duduk bersila menatap kesamping kearah suaminya, begitu pula dengan Jonghyun kini keduanya duduk saling berhadapan.
"Aku tahu kamu kecewa sama Siyeon, dia udah bilang dia minta maaf, harusnya kamu maafin dia , bilang jangan ngulangin kesalahan yang sama , atau kasih peringatan dulu, jangan langsung kasih dia hukuman, apa yang Siyeon bilang bener dia bukan anak kecil lagi, anak kita pasti tahu apa yang baik dan apa yang buruk buat dia, kalian kurang komunikasi makanya hubungan kalian jadi kaku gini"
"Iya, aku minta maaf nggak seharusnya aku bentak Siyeon, aku lagi emosi aku takut aja waktu pulang kerja tadi nggak ada Siyeon dirumah aku terlalu khawatir tapi aku nggak bisa nyampein apa yang aku rasain, aku cuma berusaha menjadi kepala keluarga yang baik untuk kalian berdua, aku bener - bener minta maaf udah buat anak kita nangis"
Jonghyun menundukkan wajahnya, Minki tersenyum. Kemudian menangkup waja sang suami dengan kedua tangannya. "Kamu itu kepala keluarga yang baik bahkan lebih dari baik untuk kita, aku ngerti perasaan kamu gimana, makanya mulai sekarang coba deh kamu ngobrol bentar atau ngabisiin waktu bareng Siyeon, tanya gimana temen - temennya di sekolah, dia seneng atau nggak, jangan tanya seputar nilai aja, bebasin Siyeon sekali - sekali jalan sama temen - temennya, biar sekolahnya nggak gitu - gitu aja anak kita juga perlu nikmatin masa - masa sekolahnya"
Jonghyun tersenyum kemudian menggenggam jemari istrinya "Makasih udah jadi bunda dan istri yang hebat buat aku dan anak kita, aku cinta sama kamu"
"Minki juga cinta sama kak Jonghyun"
Keduanya tertawa bersama "Udah lama kamu nggak manggil aku kak Jonghyun" Kemudian Jonghyun berbaring dengan kepala bersandar pada sandaran ranjang, merengkuh pinggang istrinya yang bersandar di dadanya.
Cukup lama mereka berdua terdiam namun akhirnya ia minki tersadar akan sesuatu "Oh iya aku hampir lupa, besok aku harus kerumah ibu, lusa baru bisa pulang"
Jonghyun menunduk menatap istrinya '' Yaudah kalau gitu aku ikut "
"Eh, jangan! Siyeon nggak ada yang nemenin dirumah"
"Tapi biasanya Siyeon nggak apa - apa kan sendirian, ada Somi kan biasanya nemenin dia"
"Udah deh pokoknya kamu dirumah aja sana siyeon"
Jonghyun hanya mengagguk pasrah entah bagaimana canggungnya ia hanya berdua bersama anaknya besok.
.
.
.
.
Siyeon turun dari kamarnya berlarian "BUNDA SERAGAM OLAHRAGA SIYEON DIMANA YAA?" Teriaknya.
"Di keranjang cucian yang abis di laundry kamu cari di tempat setrikaan ditumpuk disitu sama bunda kamu katanya"
Siyeon terdiam cukup lama ketika melihat ayahnya sedang menara peralatan makan dimeja makan.
"Eh ayah, bunda kemana?"
"Kerumah nenek tadi pagi - pagi berangkatnya, besok baru pulang"
Siyeon mengagguk kemudian berlari menuju tempat dimana seragam olahraganya di letakkan.
Begitu selesai ia langsung menuju ruang makan ia duduk sesekali melirik ayahnya yang sedang membaca koran paginya.
Siyeon berdeham. "Ayah masih marah sama Siyeon?, ayah, Siyeon minta maaf, Siyeon nggak seharusnya ngomong gitu ke ayah, ayah ngomong dong jangan bikin Siyeon takut"
Jonghyun melipat koran paginya kemdian menatap putrinya yang masih menatapnya sedikit ketakutan "Kalau Siyeon ngomonngnya cepet kayak gitu gimana ayah mau ngomong?"
Ujung sudut bibirnya tertarik tangannya terulur membelai rambut hitam putrinya. "Ayah nggak marah sama Siyeon ayah cuma kecewa aja, tapi sekarang ayah ngerti, ayah juga minta maaf udah bikin princess ayah satu ini nangis"
Siyeon berdiri dari tempat duduknya kemudian berjalan kearah kursi ayahnnya, memeluknya dari belakang "Siyeon sayang banget sama ayah sama bunda juga, Siyeon nggak benci sama ayah, maafin Siyeon yah"
Jonghyun mengelus lengan putrinya "Iya ayah juga sayang banget sama kalian berdua, udah cepet abisin sarapanya kamu nanti keburu telat"
.
.
.
.
Siyeon turun dari mobil tak lupa ia mencium tangan sang ayah sebelumnya.
"Nanti ayah jemput jam berapa?"
"Agak sorean mungkin, aku masih ada kerja kelompok di sekolah , nanti aku telpon aya aja, kalau udah selesai."
Jonghyun mengangguk. "Udah sana masuk"
Siyeon bemasuki kawasan sekolahnya, Jonghyun menutup jendela mobilnya begitu ingin meningglkan kawasan sekolah, matanya memicing sebuah benda persegi panjang berwarna soft pink tergeletak di dashboard mobilnya. Ponsel milik Siyeon tertinggal. Jonghyun mematikan mesin mobilnya, kemudian berjalan menghampiri putrinya 'semoga saja masih belum masuk kelas' batinnya.
Begitu Jonghyun masuk ke area sekolah ia melihat Siyeon berdiri di dekat gazebo dekat gerbang masuk sekolah bersama seorang pria yang ia lihat tempo hari.
"Hp Siyeon, ketinggalan di mobil" Ujarnya begitu berada di dekat putrinya.
Siyeon yang melihat ayahnya berada di sampingnya tentu saja terkejut kemudia meraih ponselnya. "Ma- makasih ayah" ujarnya tergagap.
Jonghyun tersenyum kemudian membelai surai kehitaman milik putrinya.
"Iya , sama - sama, Siyeon masuk kelas dulu gih, ayah mau ngomong sebentar sama temen kamu dulu"
Siyeon melirik kearah Jeno, kemudian mengangguk berjalan meninggalkan kedua lelaki beda usia itu di gazebo dekat gerbang sekolah.
Jeno gugup setengah mati namun memberanikan diri mengulurkan tangannya " Hallo om, sa- saya Jeno temennya Siyeon"
Jonghyun mengangguk kemudian membalas uluran tangan pemuda dengan rambut cokelat kehitaman di hadapannya ini "Saya, nggak mau ngomong banyak, Siyeon udah cerita semuanya, kalian emang lebih dari teman biasa, saya cuma minta kamu jaga Putri saya dengan baik selama di sekolah, saya yakin kamu orang yang baik juga, ingat kalian masih sekolah, jangan terlalu berlebihan. Saya ada dirumah jika akhir pekan, kamu datang saja kerumah, sepertinya kita perlu bicara banyak hal, kalau perlu kamu temenin saya main catur nanti" Jonghyun tersenyum diakhir kalimatnya, membuat Jeno mau tidak mau merasa lega sekaligus senang.
"Iya om, siap Jeno pasti bakalan mnemenin om main catur"
Jonghyun terkekeh "Saya pamit, senag bicara walaupun sebentar sama kamu"
Jeno tersenyum kemudian membungkukan badanya sedikit. Ia menatap kepergian ayah Siyeon sampai menghilang dari pandangannya.
.
.
.
.
"Anak - anak itu mengingatkanku pada masa sekolah dulu"
.
.
.
.
-FIN-
.
.
.
.
A/N: Haaaaiii~! Aku posting FF baru lagi, ini series jadi nggak bakalan bikin kalian penasaran nunggu chapter selanjutnya, dari dulu aku emang pengen bikin series gini cuma baru sekarang ada ide.
Untuk ff aku yangmasih nunggu kelanjutan ff yang lain mohon sabar, ide kan nggak muncul gitu aja ya kan? aku coba selesaiin pelan pelan semua masih dalam proses tenag aja oke!
Pembukaan series ini diawali dengan jren, selanjutnya kalian mau siapa? aku Kasih pilihn ya?
Jinseob atau Samhwi?
atau yang lain?
Silahkan tulis di kotak review yaa!
With Love,
Hara22.
