Disclaimer:

Naruto: Masashi Kishimoto

High School DxD: Ichiei Ishibumi

.

.

.

My Husband From The Last

By Hikasya

.

.

.

Chapter 1. Siapa yang memanggil?

.

.

.

Membosankan.

Satu kata yang terlintas di pikiran gadis berambut putih. Helaan napas ringan terdengar pelan ketika ia menutup novel yang dibacanya.

"Aku sudah selesai baca," katanya pada sosok gadis berambut pirang yang duduk di sampingnya.

"Eh? Cepat sekali," sahut gadis berambut pirang itu.

"Ya, aku tidak suka dengan ceritanya."

"Kenapa? Padahal ceritanya bagus lho."

"Bagiku, cerita cinta itu membosankan."

Toujou Koneko, menyandarkan punggungnya pada sandaran bangku yang didudukinya. Tangannya menyodorkan novel yang barusan dibacanya hanya sekilas saja, pada Argento Asia, teman sebangkunya dan sekaligus sahabat terbaiknya.

Asia dengan wajah bengong, menerima novel itu. "Cerita cinta membosankan, katamu? Padahal genre cerita itu yang paling diminati banyak orang khususnya perempuan seperti kita."

Koneko menggeleng cepat seraya membuka kertas yang membungkus permen lolipop. "Aku tidak tertarik dengan cerita seperti itu."

"Kalau misalnya, kau mengalami apa yang dialami tokoh utama perempuan itu, apa yang akan kau lakukan, Koneko?"

Atas pertanyaan Asia yang membingungkan, Koneko terdiam. Dengan wajah yang datar dan mulut yang asyik mengemut lolipop rasa blueberry, Koneko menjawab, "Aku tidak tahu."

Asia tersenyum dengan wajah yang cerah. "Suatu saat, kau akan merasakan apa yang dialami tokoh utama perempuan di novel itu."

Sekali lagi Koneko terdiam. Asia tetap tersenyum lalu melototi halaman novel yang dibukanya. Suasana yang hening di dalam bus pariwisata tersebut, menjadi agak berisik karena suara yang berasal dari arah depan Koneko dan Asia.

"Hei, yang benar saja, Rias?"

"Iya, Akeno. Aku ditembak Ise-kun lho."

"Mati dong kalau kena tembak."

"Bukan itu maksudnya."

"Maksudnya?"

"Ise-kun menyatakan cintanya padaku, kemarin itu."

"Eeeh?"

Himejima Akeno ternganga lebar. Gremory Rias tersenyum dengan hati yang berbunga-bunga. Dua sosok primadona yang paling terkenal di Akademy Kuoh tersebut, saling tertawa karena merasa senang.

Mendengar itu, Asia menoleh. "Hei, kau dengar itu, Koneko?"

Koneko mengangguk pelan, masih mengemut lolipop. "Hn."

"Kalau ada laki-laki yang menyatakan cinta padamu secara langsung, tapi kau tidak mengenalnya, apa yang akan kau lakukan?"

"Aku akan menghajar orang itu."

"Hah? Kau sadis sekali."

"Biarkan saja. Aku, kan, tidak suka berhubungan dengan namanya cinta. Karena menurutku, itu tidak berguna."

"Kenapa?"

"Orang yang berpacaran itu, pasti ujung-ujungnya putus. Bahkan pasangan yang sudah menikah bertahun-tahun pun, bisa juga bercerai. Cinta abadi dan sejati itu langka, sedikit orang yang beruntung mendapatkannya. Jadi, aku tidak ingin mengalami yang namanya jatuh cinta karena aku tidak mau menjadi orang lemah yang gampang menangis."

Koneko berbicara panjang lebar sehingga membuat Asia terdiam karena mendengarnya. Perjalanan mereka menuju ke tempat perkemahan yang berada di perbukitan yang jauh dari kota Kuoh, tiba-tiba mendapatkan halangan di jalan.

Ban bus pariwisata pecah ketika menempuh jalan rusak saat berusaha melaju di jalan menanjak, tepat di tepi perbukitan. Semua orang sempat panik saat bus berhenti di tengah jalan menanjak, namun sang supir dengan sigap menenangkan mereka.

"Kyaaa!"

"Busnya menurun!"

"Tolong!"

"Aku takut!"

"Matilah kita!"

"Tenang semuanya! Tidak apa-apa! Kita sudah berhenti di tempat yang aman!"

Supir yang berkata paling akhir, berhasil memarkirkan Bus di tepi jalan, yang berada di lereng perbukitan. Di seberang jalan yang lain adalah jurang yang sangat dalam, dan dipastikan siapapun yang jatuh ke sana, akan tewas sekejap mata. Karena itu, semua orang sangat panik dan takut, mengira Bus akan berjalan menurun dan pada akhirnya jatuh terbalik ke jurang dalam itu.

Hal itulah yang menjadi momok menakutkan bagi para penumpang. Koneko dan Asia bernapas lega karena selamat dari ancaman maut. Lalu mendengar instruksi wanita pemandu pariwisata yang menjadi pembimbing siswa-siswi Akademy Kuoh.

"Karena ban bus bocor, kami harap semuanya turun dulu. Kami akan segera memperbaikinya secepatnya," ucap wanita berambut silver itu, Rossweisse.

Semuanya mengangguk paham, lantas bergegas keluar dari Bus satu persatu. Koneko dan Asia menyusul mereka dari belakang serta diikuti dengan yang lainnya.

Suasana sore menjelang malam, memang sangat indah. Apa lagi didukung cuaca yang cerah dan terlihat matahari yang akan tenggelam ke barat dalam naungan langit senja jingga kemerah-merahan. Sinar matahari terhalang perbukitan biru yang sangat jauh dari tempat Koneko dan Asia berada.

Siswa-siswi kelas 10-12 itu, menunggu di dekat Bus yang terparkir. Pihak pemandu wisata sedang berusaha memperbaiki ban Bus yang bocor.

Angin sore berdesir pelan di lereng perbukitan yang beriklim dingin. Memainkan rambut dan pakaian Koneko. Gadis berambut putih pendek model bob itu, memeluk dirinya sendiri untuk mencoba menghangatkan tubuhnya. Rasa dingin sungguh membekukan kulitnya, meskipun ia sudah terlindungi dengan pakaian yang serba tebal.

Tiba-tiba, Koneko mendengar suara asing yang hinggap di gendang telinganya.

"Toujou Koneko."

Ada suara yang memanggilnya. Koneko menoleh ke kanan-kiri. Hanya terlihat banyak orang yang sedang berkumpul di dekat Bus di sisi kirinya, dan sebuah jurang yang berada di sisi kanannya. Tapi, asal suara itu terdengar jelas di sisi kanannya.

"Toujou Koneko."

Sekali lagi, suara itu memanggilnya. Suara lelaki yang asing, namun terasa dekat dengan hatinya.

Suara siapa itu? Batin Koneko.

Jiwanya menuntunnya menuju ke asal suara itu. Tidak ada kendaraan yang lewat di daerah terpencil itu karena jauh dari perkotaan, sehingga memudahkan ia untuk menyeberang jalan.

"Toujou Koneko."

Suara itu memanggilnya lagi ketika ia semakin dekat dengan asal suara. Pandangannya kosong, seakan terhipnotis dengan suara itu.

Suara siapa itu? Rasanya aku pernah mendengar suara itu sebelumnya. Siapa kau?

Tangan Koneko terulur ke depan, dan merasakan tubuhnya ringan. Deru angin yang sangat kencang menerpa dirinya.

"Ko-Koneko!"

Terdengar suara gadis yang memanggilnya. Itu suara Asia.

"Asia!" Koneko sadar dengan apa yang terjadi. "Eh? Kenapa aku melayang begini?"

Mata emas itu terbelalak keluar saat menyaksikan dirinya yang telah menjauh dari tebing.

"A-Apa? Te-Tebing!" sambung Koneko yang kini menjerit kencang. "Ah ... Wuaaaaah!"

Di atas tebing sana, Asia dipeluk oleh Yuuto Kiba karena Asia berusaha menyusul Koneko ke bawah sana - jurang. Asia syok saat melihat Koneko terjun bebas ke jurang yang sangat dalam itu.

"Koneko!" teriak Asia sangat kencang menggelegar hingga mengguncang langit dan bumi. Betapa tidak, Koneko adalah orang yang paling dekat dengannya saat bersekolah di Kuoh Academy.

Semua orang yang melihat kejadian itu, menjadi ribut. Mereka berkumpul di tempat Koneko jatuh tadi, tidak menyangka Koneko akan bunuh diri secara tiba-tiba.

"Hei, apa yang terjadi?"

"Anak kelas 11 itu terjun bebas ke jurang sana!"

"Maskot sekolah bunuh diri?"

"Toujou Koneko! Tidak!"

"Ini bohong, kan?"

WAS! WES! WOS!

Suara orang-orang mewarnai suasana duka ini. Asia ambruk dan terduduk di tepi jurang. Ia menangis histeris bersama Kiba yang menenangkannya.

"Tidak! Koneko! Hiks! Hiks! Hiks! Dia tidak mungkin mati!"

"Tenang, Asia."

"Kiba, bagaimana ini? Huhuhu."

"Kita akan mencarinya besok."

"Kenapa harus besok? Kita harus mencarinya sekarang saja!"

"Tidak bisa, hari mulai gelap. Sebaiknya kita masuk ke Bus. Ayo, Asia!"

Kiba berusaha menenangkan Asia sambil menarik Asia pergi dari sana. Tapi, gadis itu enggan beranjak dari tempat yang didudukinya. Rias dan Akeno serta Issei juga turut menghiburnya.

Bagaimana nasib Koneko setelah ini?

.

.

.

BERSAMBUNG

.

.

.

A/N:

Fic yang didapatkan secara tiba-tiba.

Terima kasih banyak karena sudah membacanya.

Selasa, 19 Februari 2019