Goblin! AU
Manusia diberikan kesempatan untuk hidup sebanyak empat kali, yang pertama untuk menebar benih, yang kedua untuk memberi air, yang ketiga untuk memanen dan yang terakhir untuk menikmati hasil panennya.
Lalu, dosa macam apa yang Wonwoo lakukan pada kehidupannya yang lalu sehingga ia harus hidup seperti ini?
.
.
.
.
.
Goblin! AU, artinya fanfic ini memiliki latar belakang cerita yang sama seperti Drama Goblin. Jadi di cerita ini tidak ada yang menjadi Goblin maupun istri Goblin. Author juga akan mengubah beberapa detail agar sesuai dengan jalan cerita yang author ingini.
Cerita ini murni hanya karya fiktif belaka dengan Drama Goblin sebagai plot dasar. Karya ini juga tidak tertuju pada agama manapun, Author tidak mau nanti dianggap sesat atau menistakan agama tertentu. Jadi, please, take it as a fun fanfiction please.
.
.
Genre: Fantasy, Reincarnation!AU, Soulmate!AU, Romance, Comedy, Drama
Main Pairings: Meanie (Mingyu & Wonwoo)
.
.
.
.
.
.
"Ini semua bukan salahmu"
"Jangan menangis"
"Karena walaupun aku dapat memutar waktu, aku akan tetap memilihmu"
"Pada kehidupanku yang selanjutnya pun"
"Aku akan memilihmu"
.
.
Wonwoo terbangun dari tidurnya dengan air mata yang telah membasahi pipinya. Ia hanya dapat terdiam. Hal yang baru saja ia impikan masih sangat jelas di fikirannya.
Lagi-lagi, ia memimpikan orang itu.
Akhir-akhir ini, Wonwoo selalu memimpikan hal yang sangat aneh. Ia melihat seorang pria. Walaupun ia tidak dapat melihat wajah dari pria itu, namun yang pasti, ia tahu bahwa orang-orang yang ia mimpikan selama ini adalah orang yang sama. Suara pria yang rendah namun penuh kehangatan itu masih terngiang-ngiang di kepala Wonwoo.
"Pada kehidupanku yang selanjutnya pun, aku akan memilihmu" Wonwoo mengulang perkataan pria yang ada di mimpinya tadi.
Namun, Wonwoo tidak mengerti. Mengapa ia selalu menangis ketika ia memimpikan pria itu?
Apakah itu dirinya dimasa lalu?
Beberapa orang percaya bahwa manusia diberikan kesempatan untuk hidup sebanyak empat kali, yang pertama untuk menebar benih, yang kedua untuk memberi air, yang ketiga untuk memanen dan yang terakhir untuk menikmati hasil panennya.
Lalu, dosa macam apa yang Wonwoo lakukan pada kehidupannya yang lalu sehingga ia harus hidup seperti ini?
Jeon Wonwoo merupakan seorang lelaki berumur 20 tahun. Ia merupakan seorang anak yatim piatu yang dibesarkan di sebuah panti asuhan di Kota Seoul. Sejak kecil, ia merupakan anak yang tidak mudah bergaul, wajahnya yang terlihat selalu marah dan dingin itu mengakibatkan anak-anak yang lain tidak ingin berteman dengannya. Ditambah lagi, Wonwoo memiliki sebuah panggilan yaitu si pembawa sial. Setiap orang yang dekat atau menyayanginya selalu tertimpa sebuah kesialan. Tentu saja awalnya Wonwoo merasa sedih ketika diperlakukan seperti itu, namun seiring dengan berjalannya waktu, ia pun terbiasa menyendiri di pojok ruangan dengan sebuah buku dihadapannya.
Satu-satunya teman baik Wonwoo di panti asuhan tersebut adalah Chan, anak yang memiliki keterbelakangan mental. Mereka berdua sering menjadi bahan bully-an anak-anak lainnya, dan Wonwoo selalu berusaha untuk melindungi Chan.
Anak-anak memang bisa dikatakan masih kecil, mereka masih tidak tahu apa yang mereka lakukan. Mereka masih bodoh dan hanya memandang sesuatu dari apa yang kasat mata saja. Namun, bagaimana dengan orang dewasa di panti asuhan tersebut?
Mereka sama saja.
Orang dewasa harusnya lebih bijaksana, namun mereka juga memperlakukan Wonwoo seenak mereka. Mereka tidak pernah menganggap keberadaan Wonwoo, mereka juga selalu memerintahkan apapun kepada Wonwoo. Mereka memperlakukan Chan cukup baik, dan itu membuat Wonwoo sedikit lega.
Hidup di panti asuhan merupakan hal yang tidak menyenangkan, dan ketika Wonwoo diangkat anak oleh sebuah keluarga kaya ia kira hidupnya akan jauh lebih baik. Namun pada kenyataannya tidak. Baru seminggu setelah Wonwoo diangkat anak, keluarga Jeon bangkrut dan terlilit hutang-hutang. Keluarga itu lalu menyalahkan Wonwoo atas apa yang terlah terjadi.
Ayah angkatnya sulit mendapatkan pekerjaan walau dengan kemampuan yang diatas rata-rata, akhirnya, ia hanya mabuk-mabukan dan berjudi setiap hari. Ibu angkatnya memperlakukan Wonwoo seperti seorang babu, Wonwoo juga selalu menjadi tempat yang setiap saat harus bisa menerima luapan-luapan emosi dari wanita paruh baya itu. Adik-adik angkat Wonwoo juga sama saja, mereka memperlakukan Wonwoo seperti seekor binatang.
Wonwoo sudah hidup selama 20 tahun, tapi ia tak pernah merasakan kebahagiaan. Wonwoo tidak pernah percaya pada Tuhan, karena memang jika Tuhan itu ada, Ia tak mungkin memberikan hidup yang sangat menyedihkan ini pada Wonwoo.
Apa mungkin Wonwoo dihukum? Apa mungkin ia adalah seorang yang melakukan banyak dosa sehingga ia harus menerima semua hukuman pada kehidupannya yang sekarang?
Wonwoo hanya ingin hidup bahagia.
.
.
Sudah berapa kali Wonwoo berdiri di atas sini?
Ya, sudah berapa kali ia berdiri diatas atap sambil memandangi permukaan bumi yang terlihat sangat jauh itu? Ia berada di atap gedung dengan 17 lantai tersebut. Jika ia menjatuhkan diri dari atap gedung itu, apakah ia akan merasakan sakit yang hebat? Apakah ada cara lain agar ia dapat pergi dari dunia ini?
Wonwoo sudah muak, ia sudah muak dengan apa yang dunia berikan padanya. Ia ingin menghentikan semua ini. Ia benar-benar tidak kuat lagi, ia hanya ingin bebas dari kehidupan yang tidak pernah memberikan kebahagiaan padanya ini. Kali ini, tekad Wonwoo sudah bulat, ia sudah memutuskan untuk menghentikan semua ini.
Ia memejamkan matanya, merasakan angin mengelus pipinya.
Satu langkah.
Wonwoo hanya perlu mengambil satu langkah dan semuanya akan berakhir.
Satu lang-
"Berhenti"
Wonwoo membuka matanya sebelum membalikan badannya kearah suara tersebut. Ia melihat seorang lelaki yang terlihat seumuran dengannya hanya beberapa meter darinya. Lelaki itu memiliki sebuah wajah yang cantik dan rambut sebahu.
"Hentikan Jeon Wonwoo, kau tak boleh melakukan itu!" Suara lelaki itu terdengar bergetar. Wonwoo hanya dapat tertawa kecil.
"Bagaimana kau bisa berada disini, Yoon Jeonghan?" Wonwoo bertanya.
Yoon Jeonghan adalah seseorang yang sangat aneh. Ia selalu ada ketika Wonwoo ingin melakukan hal-hal yang membahayakan dirinya. Pertemuan mereka pertama kali terjadi ketika Wonwoo berumur 7 tahun. Wonwoo dipalak oleh beberapa kakak kelas, karena Wonwoo adalah yatim piatu, tentu ia tak punya uang dan ia pun dipukuli. Lalu, Jeonghan muncul dan membantu Wonwoo. Sejak saat itu, Jeonghan selalu ada di sekitar Wonwoo. Wonwoo sendiri tidak tahu bagaimana dan mengapa, namun Jeonghan adalah orang yang agak sedikit menyebalkan untuk Wonwoo.
"Ayolah, Won. Ini bukanlah sebuah pilihan terbaik. Tuhan paling benci dengan hal ini"
"Aku tidak percaya pada Tuhan"
"Aku mohon, Wonwoo. Jangan melakukan hal yang aneh!"
Jeonghan sangatlah takut pada saat itu. Melihat Wonwoo berdiri diatas sana merupakan sesuatu yang sangatlah mengerikan di mata Jeonghan. Ia juga takut jika Wonwoo kehilangan keseimbangan dan terjatuh. Wonwoo tidak boleh pergi dengan cara ini!
"Please… Turun dari sana" Air mata Jeonghan sudah menggenang di matanya, "Semua akan baik-baik saja. Percayalah padaku, aku akan melindungimu. Kali ini, aku akan benar-benar melindungimu"
Mendengar hal itu, Wonwoo tidak bisa menahan air matanya. Ia merasa ada suatu tarikan aneh yang ada pada dirinya. Ia merasa sangat sedih, hatinya sakit seperti ada yang mencabik-cabik, namun ia juga merasa ia dapat percaya dengan apa yang Jeonghan katakan.
Dan sekali lagi, Jeonghan berhasi menyelamatkan Wonwoo dari perbuatan yang bodoh.
"Maafkan aku"
Wonwoo tidak mengerti kenapa Jeonghan selalu meminta maaf seakan semua yang terjadi pada dirinya adalah kesalahan pemuda berambut panjang itu…
Mengapa?
.
.
.
"Mingyu honey~"
"Ah ma, aku sudah bilang aku tidak mau pergi ke tempat itu!" Mingyu berkata dengan mata yang masih tertuju pada layar TV di depannya itu.
Nyonya Kim pun duduk di sebelah anak tunggalnya di sofa.
"Tapi kan mama penasaran!"
"Ngga ada yang aneh kok ma, aku Cuma belom ketemu yang pas kok"
Kim Mingyu. Anak dari konglomerat yang memiliki segalanya. Wajah tampan, tubuh yang tinggi dan kulit tan yang terlihat begitu memukau. Ia juga memiliki sifat yang menyenangkan, baik dan orang-orang sangat menyukainya. Tidak ada seorang pun yang pernah mengatakan hal yang buruk tentang Kim Mingyu. Belum lagi ia sangat kaya raya, juga pintar dalam berbagai jenis olah raga. Satu lagi, ia juga sangat pintar. Perfect, right?
Yeah he is.
Tapi, hanya satu hal yang orang-orang tidak dapat pahami tentang Kim Mingyu. Orang seperfek Kim Mingyu ini tidak punya pacar. Selama 19 tahun, ia tidak pernah merasakan yang namanya jatuh cinta. Jangankan jatuh cinta, dia juga tidak pernah merasakan ketertarikan pada siapapun. Nyonya Kim sangat heran dengan kelakuan anaknya itu, ia pun sempat berfikir bahwa Mingyu mungkin tidak menyukai wanita. Mingyu mungkin punya kekasih gelap yang merupakan seorang pria maka ia tidak pernah mengatakan hal tersebut pada siapapun. Nyonya Kim sudah sangat berbesar hati jika hal tersebut adalah kenyataan yang ada. Ia tidak peduli dengan orientasi anaknya itu, yang terpenting adalah ia tidak ingin anaknya hidup sendiri.
"Ayolah Mingyu, hanya 10 menit"
Sebenarnya, Nyonya Kim ini mengajak Mingyu kemana sih?
"Jangan percaya dengan hal-hal kayak gitu ah ma, fortune teller itu bohong"
Ya, Nyonya Kim mengajak Mingyu untuk melihat jalur hidupnya di sebuah peramal terkenal di Gangnam. Peramal yang biasa disebut Madam Heo tersebut merupakan peramal terbaik seantero Korea Selatan, bahkan mungkin dunia. Semua hal yang ia prediksi selalu menjadi kenyataan.
"Kamu itu ngga sayang mama lagi yah? Kok sekarang ga pernah nurutin mama sih?" Nyonya Kim pura-pura sedih dan menangis. Ia memang lebay.
"Lebay deh ma" Mingyu memutar bola matanya malas.
"Ayodong, mama udah booking buat jam 2 nanti" Nyonya Kim masih saja keras kepala, dan Mingyu sendiri tahu bahwa ibunya itu akan terus mencoba untuk membawa Mingyu ke tempat ramalan itu.
"Kalau diramal terus hasilnya jelek gimana ma?" Mingyu bertanya. Ia sendiri tidak mempercayai hal itu, jadi ia tidak akan terganggu dengan apapun yang akan dikatakan oleh Madam Heo, namun mama Mingyu ini loh masalahnya.
"Yaudah, gausah didengerin" Mingyu ngga yakin sama jawaban mamanya itu.
"Beneran kok~"
"Iya, yaudah" Mingyu hanya dapat pasrah.
Mingyu melihat ke sekitar ruangan dengan mata yang penuh kekhawatiran. Ia melakukan sedikit pencarian di Google tentang Madam Heo ini, dan mereka semua mengatakan apa yang diramalkan benar-benar terjadi. Awalnya Mingyu berifikir itu adalah komentar bayaran, namun ia tidak yakin setelah ia melihat bagaimana ruangan tempat ia berada. Semua hiasan dan atribut yang ada entah memperlihatkan bahwa Madam Heo ini benar-benar the real deal. Salah satu kekurangan Mingyu ialah ia sangat polos. Ia merupakan tipe orang yang dapat tertipu dengan mudah, dan ia sudah sering menjadi korban dari penipuan-penipuan di jalanan bahkan oleh temannya sendiri. Namun ia masih saja tidak bisa belajar dari pengalaman.
"Kim Mingyu, 6 April"
"Musim semi" Madam Heo menganggukan kepalanya dengan mata yang terpejam.
"Layaknya musim semi, ia memiliki sifat yang hangat dan cerah. Kemanapun ia berjalan, bunga-bunga akan bermekaran. Hidupnya dipenuhi oleh kasih sayang dan kebaikan" Madam Heo berbisik, namun suaranya cukup keras sehingga Mingyu dan Nyonya Kim dapat mendengarnya.
"Lalu, apa masalahnya?" Madam Heo kemudian bertanya sebelum ia menjawabnya sendiri, "Ahh.. tentu saja"
"Tangan" Madam Heo mengulurkan tangannya sebelum Mingyu menaruh tangannya sendiri diatas tangan Madam Heo.
Ketika ujung jari Mingyu menyentuh tangan Madam Heo, tiba-tiba wanita tua itu membuka matanya. Ia melihat kearah Mingyu dengan tatapan yang sangat aneh.
"Dalam kehidupan kali ini pun, kamu dapat melakukan apapun yang kamu inginkan. Walaupun kau diberi kesempatan beratus-ratus kalipun, kau tetap akan memilih jalan itu" Madam Heo berkata dengan pelan, "Terkadang, aku berfikir bahwa Sang Pencipta itu memang keterlaluan"
Mendengar hal itu, Nyonya Kim merasa khawatir, "Apa maksudmu, Madam?"
Madam Heo lalu melihat kearah Nyonya Kim dan berkata, "Kali ini pun, kau tidak bisa melarangnya. Apapun jalan yang ia pilih, kau harus selalu mendukungnya"
Nyonya Kim lalu memberikan tatapan yang tajam pada Mingyu, "Aku tau kau pasti tidak suka perempuan kan!"
"Hah?"
Madam Heo tersenyum kecil sebelom ia kembali mengarahkan pandangannya pada lelaki muda dihadapannya.
"Tuhan selalu ada pada sisimu, ia akan selalu berpihak padamu. Hal-hal yang terjadi padamu kelak bukanlah kesalahanmu maupun dirinya, karena seperti yang telah kukatakan sebelumnya, berapa kali kau diberi kesempatan pun kalian adalah pasangan yang ditakdirkan untuk bersama"
Mingyu tidak tahu apakah hal yang ia dengar itu merupakan hal yang baik atau buruk. Ia sendiri kadang merasa aneh karena ia tidak bisa menyukai seorang pun walau ia telah mencoba. Perkataan Madam Heo setidaknya memberikan harapan pada Mingyu bahwa ia akan memiliki seseorang yang dapat ia cintai. Mingyu juga tidak sabar untuk merasakan bagaimana rasanya jatuh cinta.
"Madam, sudah waktunya" Seorang lelaki yang terlihat seumuran dengan Mingyu masuk ke dalam ruangan untuk mengingatkan bahwa waktunya telah habis, Madam Heo masih memiliki beberapa klien yang sedang menunggu diluar.
Mendengar hal itu, Nyonya Kim dan Mingyu pun bangkit dari kursinya sebelum mereka meninggalkan ruangan. Mata dari Lelaki muda yang terlihat seumuran dengan Mingyu namun jauh lebih pendek darinya itu terus mengikuti ke arah pria tinggi yang baru meninggalkan ruangan.
"Bagaimana menurutmu, zi?" Madam Heo menanyakan pendapatnya kepada lelaki yang bernama Woozi yang merupakan putranya sendiri.
"Aku hanya berharap kali ini Tuhan akan memiliki belas kasihan" Woozi berkata, "Terlebih lagi ini adalah kehidupan terkahir mereka"
"Kim Mingyu… Dia hanya akan merasakan musim semi sebanyak 20 kali"
.
.
.
Lanjut ngga nih? hehe
