Konnichiwa, minna-saaaaannnn!!!!! ^^ I'm come baaaack!!!!! Kali ini Yuu bikin two-shots (akhirnya bisa juga bikin yang lebih pendek…), tapi tetep soal Kuroshitsuji tersayank *ditimpuk rame-rame*!!! Dan pairingnya teteup, Sebas X Ciel. Sebenernya takut, soalnya pairing ini pasaran banget n takutnya jadi pada gak mau baca, ehehehe… Tapi dengan modal nekat (dan pertimbangan melakukan kenekatan itu sendiri ^^;) jadilah Yuu publish juga, nyohoho~…

Dan Yuu mengangkat lagu OST Kuroshitsuji yang secara mengejutkan Yuu temukan setelah ngulik2 di om google, 'n juga di album Black Box (kumpulan OST ). Mungkin rada asing sih lagunya, tapi percayalah kalian akan suka *promosi mode on*!! Singer-nya gak asing (tapi bukan Sakamoto Maaya-san, seiyuu-nya Shieru), yaitu… DAISUKE ONO-SAN!!!! Buat yang penasaran, silakan cari sendiri lagunya! ^^v Lagu charanya SEBASTIAN MICHAELIS LHOOOOO!!!! Suaranya Daisuke Ono-san sexy banget *blushing*!!!

Udah, ah, nge-gajenya kepanjangan! *dihajar readers gara-gara terlalu lama 'berorasi'* Ya udah, kita mulai aja!!! RETSU GOOOO!!!!

Tsuki no Ame

Summary : First love lies deep…

Story Disclaimer: Well, kalo Kuroshitsuji milik Yuu… Yuu akan bikin Shieru jadi cewek, Sebastian berubah jadi manusia, Grell Yuu usir jauh-jauh *dibunuh Grellovers*, Shieru n Sebastian bisa hidup happily ever after (?), kontrak dibatalkan, Sebastian gak jadi (spoiler alert!!!) makan arwah Shieru (versi anime episode 24) n Sebastian gak bakal mati (versi manga chapter 41 That Butler: Death). Tapi berhubung bukan milik Yuu, jadi Yuu cuma bisa bikin FF aja! Intinya: KUROSHITSUJI PUNYA TOBOSO YANA-SENSEI!!! YUU CUMA PINJEM KARAKTER N LATARNYA AJA!!!

Song Disclaimer: Soal lagunya, dari lagu Tsuki no Ame by Daisuke Ono-san, chara song Sebastian tersaiank! *ditimpuk*

Pairing : Sebastian Michaelis X Ciel Phantomhive (a.k.a Secillia Phantomhive)

Rating : T

Warning : Buat yang bingung kenapa Shieru jadi cewek bernama Secillia Phantomhive, silakan baca FF Yuu yang judulnya "If Ciel Phantomhive is a…" *promosi terselubung ^^v*, ceritanya OC *hontou ni gomeen!!!! m_ _m*, OOC *sepertinya yang satu ini lebih tak termaafkan… =,=a*, plus ga-je!!!


On a rainy day, I stood in a garden.
Nonchalantly, it becomes audible
–– the sound of a string, while I entrust myself to this body.
Red roses.. Let's crush them.

Rintik hujan…

Seorang Lady menghela napas…

Ia terjebak, di gazebo taman belakang town house di tengah kota London. Hujan mulai deras turun, dan helaan napas itu makin santer terdengar. Hari semakin sore di London, seharusnya langit tetap cerah. Tentu saja, sekarang sudah masuk musim panas –dan The Season sudah dimulai-, tapi kenapa langit masih juga menangis…

"Kenapa dirimu masih menangis, hai langit…" gumam sang Lady pelan. Tapi ia lalu tertawa pelan, miris.

Tentu saja, mana mungkin langit menjawab pertanyaannya? Ia bangkit dari kursinya, lalu mendongak ke luar gazebo. Mawar merah, mengingatkannya pada Aunty-nya yang sudah tiada. Ia mengalihkan pandangannya ke arah lain. Lily putih, mengingatkannya pada Ibunda yang telah pergi selamanya.

Lalu mawar putih, cerminan dirinya, seperti kata butlernya…

Ia berlari ke luar, tak peduli dengan asma akut yang bisa menyerangnya kapan saja. Ia lalu merebahkan tubuhnya diantara ketiga bunga itu, tak peduli dengan hujan yang masih turun seperti debu –tak sebesar sebelumnya-. Kedua bola mata azure jelita-nya memandangi langit. Langit mulai cerah, ia tersenyum kecil. Sebentar lagi pasti pelangi muncul…

Dan, tepat…

Sesaat kemudian, pelangi muncul diatas kepala sang Lady. Melengkung indah, persis seindah lengkungan di wajahnya. Matanya berbinar, setelah mengabsen seluruh warnanya. Tujuh warna, lengkap…

Ia bangkit, memetik mawar merah, lily dan mawar putih masing-masing satu tangkai, lalu mulai menari tak karuan, kesana-kemari. Dan ia mendengar sesuatu…

"Biola…?" gumamnya pelan. Lalu mulai memandang ke segala arah.

Sebastian, pasti butler tampan itu memandanginya dari suatu tempat di dalam town house dan bermain biola untuk menemaninya menari. Tapi ia tak peduli, ia menari dan terus menari di bawah rintik hujan. Hingga akhirnya ia kembali merebahkan tubuhnya diatas rerumputan yang basah tersiram hujan, untuk selanjutnya jatuh tertidur.

Tak lama, sang butler, yang kini bertitel Sebastian Michaelis, datang dan mengeluh pelan setelah melihat Nonanya yang tak karuan.

"Nona Secillia ini… ada-ada saja," keluhnya singkat, sebelum tersenyum lembut seperti biasanya. Ia lalu mengangkat tubuh sang Lady di kedua tangannya dan dengan setengah memeluknya, Sebastian membawa masuk sang Lady.

Tanpa Sebastian sadari, sang Lady, Secillia Phantomhive, terbangun, untuk segera kembali memejamkan mata. Untuk menikmati aroma tubuh dan feromon gentle butlernya itu…


If her dream continues
The winter's snow, the hearth's fire,
Sleepy breath… Without vanishing
,
Let's conceal this body.

Sebastian merebahkan tubuh Lady-nya diatas ranjangnya yang empuk, lalu menutupnya dengan selimut yang hangat. Dan bukannya segera pergi, ia malah tertegun memandangi wajah manis tanpa perlindungan Secillia.

Seketika ia teringat akan semuanya…

Ya… awal pertemuan mereka, saat salju masih dengan derasnya turun di bulan Januari. Seseorang –yang saat itu ia anggap seorang bocah lelaki padahal ia seorang Lady cilik- menatapnya angkuh, membuat perjanjian dengannya, meminta perlindungan dengan wajah yang –oh, sungguh…- memuakkannya.

Tapi kenyataannya adalah, kini…

Sebastian merasakan apa yang para manusia bilang dengan "cinta". Menjurus ke arah cinta gila, ia rasa. Hmph, memalukan bukan? Jatuh cinta pada manusia memang bukan pelanggaran bagi seorang iblis, tapi tentunya iblis itu akan dipandang sebelah mata untuk selamanya.

Dan kini…

Ia menginginkan gadis itu. Ia ingin menjadi lebih dari seseorang yang sekadar membantunya untuk melanjutkan mimpinya. Ia juga ingin merengkuh permata rapuh itu erat-erat. Ia ingin melakukan apapun yang perlu untuk mengklaim bahwa gadis itu miliknya. Meskipun itu artinya melanggar semua batasan hukum, baik bagi iblis, ataupun bagi manusia.

Tapi ia tahu, ia tak bisa…

Dan baginya, dengan melihat angelic face dan merasakan sleepy breath Lady-nya, itu sudah lebih dari cukup…

Ia melangkah keluar, menghindari sang Lady. Agar ia tidak melakukan hal yang "macam-macam" pada cintanya itu.


Aa, if this warm time stops,
I'll put it into a memory and continue to gaze only at you.

Hangat…

Itulah yang pertama kali terpikir dalam benak Secillia, sesaat setelah ia tersadar dari tidurnya. Tentu saja bukan hanya karena selimut yang kini ada di atas tubuhnya, tapi juga karena satu hal lainnya…

Ia ingat, Sebastian membawanya masuk ke dalam town house. Ia sempat terbangun sebentar saat itu, untuk kembali jatuh tertidur karena feromon tenang Sebastian. Dan memikirkan hal itu cukup untuk membuat wajahnya merona merah.

Sementara di sisi lain town house, Sebastian tampak memandangi kebun dari jendela dapur. Di luar hujan turun lagi. Ia termenung, musim panas yang tak biasa.

"Bagaimana Nona pergi ke pesta dansa bila hujan terus turun begini?" ia bertanya pada dirinya sendiri. Ia memejamkan mata, merasakan betapa sepinya town house. Tentu saja karena keempat pelayan perusuh itu tidak ikut, jadi keadaan sangat tenang.

Ia memikirkan, apa yang terjadi nanti jika saat "itu" akhirnya tiba. Apakah ia akan menangis meraung-raung, memanggil nama Lady-nya yang telah terbujur kaku dihadapannya? Atau ia tak akan melakukan hal "itu" dan menjadi iblis kelaparan selamanya? Mungkin tidak kelaparan, hanya menjadi iblis rendahan yang memakan sembarang jiwa.

Tapi satu yang pasti baginya…

Ia akan membiarkan Secillia terus bertahta di nalurinya –karena iblis buta nurani- dan hanya akan menatap pada Secillia…

Meskipun itu hanya delusinya semata…


Aa, if this finger is touching your hair
Like a spider's thread, just… sweetly, yet painfully.

Malam mulai turun menggantikan senja di town house Phantomhive. Secillia telah bersiap untuk pergi menuju pesta. Sementara Sebastian berdiam di beranda, menunggu Elizabeth dan keluarganya yang akan menjemput Secillia dan pergi bersama.

Tak lama kemudian, sebuah kereta kuda terlihat memasuki taman depan town house dan berhenti tepat di hadapan Sebastian. Dan ketiga, ah tidak, keempat penumpangnya turun. Lady Elizabeth berserta ayah, ibu, dan tunangannya.

"Saya telah menunggu Anda semua, silakan masuk. Hujan masih turun, pasti teh hangat akan sangat membantu menghangatkan," Sebastian mempersilakan tamunya masuk ke dalam, dimana Secillia telah menunggu di ruang tamu.

Secillia yang sedang duduk diatas sofa bangkit saat melihat butlernya masuk diikuti keempat anggota keluarganya itu.

"Secillia!" Elizabeth berseru lalu berlari memeluk sepupunya itu.

"Apa kabar, Lizzie? Masih bersemangat seperti biasanya, ya?" Secillia balas memeluk sepupunya. Tak lama, mereka melepas pelukannya.

"Aku baik, kamu juga sepertinya begitu. Kamu cantik sekali!" puji Elizabeth.

"Terima kasih. Ayo, silakan duduk. Sebastian, tolong siapkan tehnya." Secillia memerintah butlernya itu tanpa sedikitpun menoleh padanya. Tapi butler itu hanya tersenyum.

"Baik, Nona." Sebastian segera mundur. Ia melangkah menuju dapur, tapi entah kenapa perasaannya begitu tidak nyaman. Tak ingin memikirkannya terlalu jauh, ia segera beranjak menuju ruang tamu dari dapur.

"Tapi, Aunty," terdengar suara Secillia yang sepertinya sedang merajuk. Sebastian yang telah tiba didepan pintu, terdiam.

"Maafkan kami, Secillia. Kami tak bisa membawanya serta. Padahal kami telah berusaha memohon, tapi tetap tidak bisa," Elizabeth berusaha membela ibunya.

"Lizzie… Haah, baiklah. Kalau ternyata tidak bisa, apa boleh buat." Secillia menyerah. Dengan segera Sebastian mengerti siapakah yang mereka bicarakan. Ia tahu bahwa mereka membicarakan dirinya. Memang awalnya, Sebastian akan ikut ke pesta. Ternyata takdir tak berkata begitu, ya…

"Nona, saya masuk." Sebastian masuk membawakan teh dan kue. Semuanya menikmati dalam diam, lalu tanpa waktu yang terlalu lama mereka semua bubar.

"Silakan menuju kereta lebih dulu," Secillia mempersilakan tamunya yang mulai memandanginya tak mengerti, kecuali Elizabeth tentunya.

"Ayo Pa, Ma, sayang, kita keluar duluan yuk!" katanya sembari mendorong ketiganya secara langsung. Lalu ia mengerling lembut pada Secillia. Dan tersisalah Secillia dan Sebastian di ruang tamu yang besar itu.

"Maaf, Sebastian, aku…"

"Tak masalah, Nona." Sebastian menyela. Lady yang tadinya menundukkan wajahnya itu kembali menatap butler dihadapannya. Dan saat sang butler melewatinya, ia bergidik. Entah kenapa, ia merasakan sesuatu. Ia lebih terkejut saat Sebastian memakaikan mantelnya dan mendekapnya dari belakang.

"Jangan hiraukan saya, berkonsentrasilah pada misi anda. Saya yakin ini yang terbaik," tangan kokohnya membelai rambut Secillia dan menciumnya lembut. Meskipun saya tahu, saya tak bisa membiarkan anda pergi tanpa saya.

Tapi aku tak mampu melakukan apapun tanpamu. Keluhan pertama, meluncur begitu saja di hati Secillia. Bibirnya masih terkunci rapat, tapi hatinya terus berbicara. Bukan hanya berbicara, tapi juga mengeluh dan memaki. Tak mampu bertahan lebih lama dalam posisi itu, ia berusaha melepaskan tangan butlernya.

"Kalau begitu, aku harus segera pergi." Secillia berkata dengan wajah tertunduk kembali, meninggalkan butler yang juga menunduk, untuk menghormatinya.

Sakit. Sebastian kembali membatin.

Ini terlalu sakit. Dalam waktu yang sama, sang Lady meratap dalam hatinya.

Sayangnya, di antara keduanya tak ada yang tahu…


Yosh!!! Akhirnya chapter 1 jadi juga! Chapter 1 ini baru sampai ke reff pertama, jadi lanjutannya akan Yuu tulis di chapter berikutnya. Silakan menganggap lagu ini sebagai "curhatannya" Sebas-chan!!! *ditimpuk Sebbylovers* Dan jangan heran kalo Secillia dan Sebastian di FF Yuu yang ini langka ngomong berdua, soalnya Yuu ingin menekankan ke konflik batinnya (tadinya malah Yuu cuma bakal bikin full descript, tapi pasti bakal jadi lebih ga-je, ia kan??? =.=). Dan sekarang Yuu juga ingin penekanan di OOC-nya Sebastian. Soalnya gak seru kan kalo Sebastian ekspresinya cuma ekspresi patuh, kali2 membangkang knapa, hehehe… *dimarahin Ciel*. Kalo readers atau reviewers ngerasa strange sama cara ini, Yuu minta maaf… T^T.

Well, Yuu mau ngaku! Yuu udah ngebunuh… eh, salah!!! Maksudnya Yuu udah ngerubah sedikit liriknya di bagian "If her dream continues", padahal harusnya "If his dream continues". Tapi kalo nggak diubah, nanti nggak nyambung sama cerita "Lady Ciel"-nya dong! Buat yang gak suka, Yuu minta maaf lagi! m(_ _)m

Special thank Yuu for:

~Mi dictionairia *bahasa mana tuh?* yang setia ngartiin kata2 sulit n ngaco dari transtool, juga tempat Yuu ketemu gudang summary yang unik. Makasih banyak yaaaa!!!!

~Mi transtool yang berhasil ngartiin lagu ini secara general, arigatouuu!!!

~Daisuke Ono-san, buat suara seksinya *blushing [lagi]* di lagu ini, dan untuk penampilannya di KSJ yang gak pernah ngecewain! Arigatou, Daisukiiiii!!! XDDDDDDDD

~Buat pencipta lagu Tsuki no Ame ini, siapapun anda, hontou ni arigatou gozaimasu!

~Buat siapapun di blog yang Yuu lupa link-nya yang bersedia menranslate lagu ini, hontou ni arigatou!

~Buat , om google, n situs tempat Yuu nemu lagu ini, hatur nuhun! ^^

~Buat bapak TB yang dengan senang hati menyambut Yuu kalo Yuu dateng ke taman bacaannya *gak ada hubungannya!*. Pokoknya, makasih ya, Paaak!!!!

~Buat reviewer di FF Yuu sekarang n sebelumnya, thanks berat yaaaa!!!!

Gak lupa…

REVIEEEEEEW!!!!! ^^v