Summary: Karma dibuang oleh Koro-sensei kedunia cinderella. Akankah semuanya akan berjalan baik seperti dalam cerita yang seharusnya?
Warning: BoyxBoy (YAOI)
"Jangan memancing Ren. Aku lelah dan ingin tidur. Jika kau tidak ada pertanyaan lagi aku akan segera pergi kekamar." Asano tertatih menuju pintu kamarnya yang setengah terbuka. "Ah iya ada satu lagi, kenapa disini anda mencari lelaki bukannya perempuan?" Ren cukup heran juga soal ini.
"Kau sendiri juga tahu kan, dari turun-temurun kerajaan kita ini raja nya pada belok. Jadi wajarlah" Gerutu Asano kesal.
STORY milik AUTHOR Levy Aomine Michaelis
SETTING: Cinderella World
MAIN CHARACTER:
Karma Akabane & Asano Gakushuu
SUPPORTING CHARACTER:
Korosensei, Asano Gakuhou, Karasuma, Takaoka, Nu, Kirara, Ren Sakakibara Dll
READ AND REVIEW
~Happy Reading~
Semua nya berawal saat Karma menghajar geng jalanan yang mengajak duel dengan nya di kuil dekat pinggiran kota, satu lawan 10 orang. Bermodal kan pisau sungguhan yang ia dapat dari dapur sekolah sebagai senjata, Karma mampu membuat korbannya sekarat. Namun, di sela tawa kemenangan nya, ia tiba-tiba dihampiri oleh seorang penyihir berpakaian hitam, berkepala bulat kuning dengan ranting sihir di tentankel nya.
"Karma-kun, jadi ini yang kau lakukan saat bolos dikelas ku ya?" Ujar Korosensei sambil tersenyum meremehkan. Karma mendecih, toh ia hanya kebetulan saja terjebak dengan keadaan seperti ini. Orang biasanya juga kalau bolos Karma kaburnya ke hutan. "Mereka yang umpff—" Korosensi membekap mulut Karma agar diam.
"Ckckckck... berbohong itu tidak baik Karma-kun, sebagai guru aku harus menghukummu."
Karma mendesah,"Terserah saja lah." Ujarnya. Kemudian Karma meninggalkan Koro-sensei.
"Jika itu yang Karma-kun mau..." Koro sensei tersenyum misterius lalu mengayunkan tongkatnya.
Papa pipi papa pipi papa pipi pu pe pooooooooooooo
OoooooooooooooooO
"Ayah, selama ini aku menuruti semua titahmu agar menjadi seorang raja selanjutnya sepertimu. Bahkan aku juga dengan terpaksa menerima keinginanmu untuk menikahi Karasuma sebagai ibu tiri. Tapi, untuk masalah ini biarkan aku saja yang menangani. Kau tidak perlu susah payah mencarikan ku jodoh sampai-sampai mendatangkan perempuan-perempuan asing kesini."
Gakuhou menghela nafas berat. "Kau masih saja suka membahas tentang Karasuma, dan tolong panggil dia dengan sebutan ibu, Gakushuu."
"Hm!" Asano mendengus kesal.
"Lagian kau juga belok, tidak usah kesal seperti itu. "
Asano merasa tersindir." Haha...maaf saja. Tapi aku ini masih normal, tidak sepertimu. Aku berjanji, dalam seminggu aku membawa calon pengantinku sendiri kehadapanmu. Camkan itu!" Sang pangeran pergi, ia tidak melirik sama sekali ibu tiri nya yang muncul dari balik pintu.
"Ada apa Gakuhou-kun?" Ujar Karasuma.
"Seperti biasa. Dia tak mau kita jodohkan."
"Aku dengar dia mau mencari sendiri jodohnya." Karasuma menghampiri Gakuhou lalu duduk disamping singgasana nya. "Aku akan lihat bagaimana hasilnya nanti, kau jangan khawatir permaisuri-ku."
Karasuma menarik nafas, "Sudah berapa kali ku sebutkan agar tak memanggilku sayang, Gakuhou-kun." Pria itu mendelik sebal pada Gakuhou.
"Berapa kali pun tak masalah, asal aku selalu bisa wajah imut mu saat ngambek begini... Chuu~" Satu ciuman mendarat di pipi kiri Karasuma. Sang uke Cuma bisa nge-blushing.
OooooooooooooooooO
Tidak wajar sekali bagi Karma untuk bangun sepagi itu, terlebih ia tinggal sendiri dan sekarang hari minggu. Cih, ia mendengus sebal dengan orang yang dengan bisingnya membangun kan Karma pada pukul lima pagi seperti ini.
"Akabane! Akabane! Cepat bangun dan memasaklah! Kami sudah kelaparan bodoh!" Pekik seseorang dari balik pintu kamarnya.
Hah?!
Karma belum loading, lagian siapa yang dengan beraninya memerintah Karma untuk mengerjakan itu. tapi tunggu...
"I-ini bukan kamarku!" Karma langsung berdiri dari kasurnya, tempatnya tidur tadi Cuma tikar tipis , ruangan yang ia tempati pun penuh dengan sarang laba-laba di setiap sudut dan tidak terlewatkan bau busuk yang menyengat indera penciumannya.
"Cih, berani-berani nya gurita itu melemparku kegudang seperti ini!"
Brak!
Karma menendang kasar pintu, hingga kedua orang yang berdiri di depannya kaget setengah mati.
"Heh kau ingin membunuhku hah!" Takaoka langsung menjewer telinga kanannya, sementara si paman NU menjewer telinga kiri nya.
"Ap—" Karma mau berontak tapi mulutnya keduluan di bekap Takaoka.
"Heehh... kau berani sekali meneriaki kami. Apa kau tidak takut di hukum ibu lagi hah? Aku rasa semalaman tidur di gudang sudah cukup memberimu pelajaran." Ujar pria besar tersebut, Karma mengeryit lalu mendorong kuat dua tubuh yang menghimpitnya itu.
"Aww!"
"Bunda! Bunda!" Pekik si Paman Nu (maaf aku ga tau namanya). Tak lama kemudian datanglah seorang wanita berambut keriting lurus dengan wajah menakutkan. Itu.. si Kirara kan? Karma menatap menantang pada sosok yang baru datang tersebut.
"Ada apa sayangku? Loh kalian kenapa?" Kirara langsung menatap curiga Karma. "Heh anak setan, apa yang kau lakukan!" Kirara langsung mencengkram kerah baju Karma lalu mendorongnya kedinding. Karma sedikit meringis, tak menyangka jika wanita itu bisa memilik tenaga yang cukup besar.
"Apa katamu?seharusnya aku yang bertanya!" Karma mendorong kedua bahu wanita itu untuk menjauh. "Dan kalian bertiga..!" Karma mengeluarkan pisau anti koro-sensei dari saku nya lalu menodongkannya pada ketiga orang yang tengah menatapnnya kesal. "Harus menjadi pembantu ku selama aku mencari tahu cara untuk keluar dari sini! Kalian mengerti!" Ketus Karma.
Kirara, NU , dan Takaoka langsung saling berpandangan kemudian mereka mengelak tawa.
"Astaga, seperti nya ini anak belum bangun dari mimpinya." Ujar Takaoka bangun dari lantai, diikuti Nu dan Kirara yang menghampiri Karma perlahan. "Jadi kalian tak mau diajak kerja sama? Baiklah aku tak akan segan-segan." Karma menyeringai.
Kemudian...
Bukk... bukk...prang... plak... duk.. duk.. plak.. buk...
Pisau anti koro-sensei itu terlempar kelantai dengan darah yang menetes di bodi nya, tubuh Karma tergeletak lemas didekatnya dengan luka lebam di tubuh dan pipi , jangan lupa luka gores disekitar bibir dan hidung yang berdarah akibat tinjuan NU dan Takaoka. Karma salah perhitungan dengan menganggap mereka lemah.
"Jika kau sudah merasa mampu berdiri, cepatlah pergi kepasar. Bahan makanan kita habis dan hari ini aku ingin makan daging. " Ujar Kirara dengan wajah seram, Takaoka dan Nu tertawa puas melihat bocah strawberry itu terbaring tak berdaya.
Sial! Batin Karma.
OooooooooooO
"Ren, cepat sebar selebaran ini dikota sekarang juga." Asano memberikan selebaran hasil tulis tangannya sendiri. Ren, teman akrab sekaligus pendamping setia pangeran Asano membaca isi selebaran tersebut.
"Berapa hari anda mengerjakan semua ini Pangeran?" Tanyanya.
"Tiga hari tiga malam." Jawab Asano lelah, tak heran jika kantung mata nya sampai punya kantung mata lagi. Lagian kenapa gak nyuruh oranglain aja sih yang ngerjain, dia kan pangeran.
"Anda gigih sekali demi mencari jodoh sendiri. Sementara saya kan ada disini." Ujar Ren sekalian kasih kode-kode sedikit.
"Jangan memancing Ren. Aku lelah dan ingin tidur. Jika kau tidak ada pertanyaan lagi aku akan segera pergi kekamar." Asano tertatih menuju pintu kamarnya yang setengah terbuka. "Ah iya ada satu lagi, kenapa disini anda mencari lelaki bukannya perempuan?" Ren cukup heran juga soal ini.
"Kau sendiri juga tahu kan, dari turun-temurun kerajaan kita ini raja nya pada belok. Jadi wajarlah" Gerutu Asano kesal.
"Oh iya iya.." Ren pasang muka bodoh, saat mau bertanya lagi sang pangeran ternyata sudah masuk kamar untuk tidur.
"Yasudahlah.." Desahnya, kemudian Ren pergi melaksanakan tugasnya.
Sementara Asano sendiri sedang memikirkan masa depannya, seperti apa wajah calon permaisurinya nanti dan juga bagaimana cara nya agar bisa mengatur kerajaan untuk melampui sang ayah yang memang sudah membawa kerajaann mereka menjadi kerajaan yang damai, tentram dan sejahtera. Hal ini malah membuatnya tak bisa tidur, tadi ia sempat tidur dua jam dan kini kantuknya untuk tidur kembali sudah hilang gegara banyak pikiran. Demi menyegarkan pikirannya Asano memilih untuk berjalan-jalan keluar di kota. Bodoh amat jika ia sampai bertemu dengan Ren yang akan mengomelinnya nanti gara-gara sudah menipunya.
"Pangeran, anda mau kemana?" Tanya penjaga kuda kerajaan pada Asano, ia heran karena tidak biasanya si pangeran keluar sendirian dari istana. "Aku akan jalan-jalan di kota sebentar, menghirup udara segar. Jangan bilang siapa-siapa jika aku pergi." Ujar Asano , kemudian menarik Peach kuda putih kesayangannya keluar.
"T-tapi pangeran, di kota itu banyak orang jahat. Bahaya!" Sergah penjaga menahan Asano.
"Kau tenang saja,aku membawa pedangku dan lagi pula aku takkan mudah di kalahkan semudah itu." Asano menyeringai lalu memacu kudanya kencang meninggalkan penjaga kuda yang sedang kalut sendiri.
"Apa kau akan biarkan ia pergi sendiri?" Ujar Karasuma pada suaminya. Mereka berdiri di balkon dengan posisi Gakuhou memeluk Karasuma dari belakang.
"Firasatku mengatakan kepergiannya ini adalah hal baik untuk ia lakukan. Lagipula Ren dan pasukannya ada di kota jadi tenang saja. Tumben kau mengkhawatirkannya.." Gakuhou berbisik sensual di balik telinga Karasuma.
"Aku tidak mengkhawatirkannya. Jika ada apa-apa nanti kita juga yang susah. Aku akan memberi perintah pada Isogai untuk mengikutinya ." Karasuma melepas kan pelukan Gakuhou, "Bilang pada Isogai jangan terlalu dekat, cukup awasi saja dia dalam keadaan aman. Kau tau bagaimana sifat anak kita kan?" Gakuhou menyungging senyum, Karasuma berdeham mengerti.
OooooooooooooooooooO
Asano memelankan laju kudanya saat dirinya sudah memasuki kota, beruntungnya ia sampai di sebuah pasar dimana pemandangan yang bisa dilihat begitu banyak, tanpa sadar ia tersenyum melihat keadaan disekitarnya. Penampilannya bak penjaga kerajaan tidak terlalu menarik perhatian orang yang disekitar karena memang penjaga kerajaan suka berkeliling memantau kota.
Tak lama kemudian mata nya tertuju pada seseorang, seseorang yang bersurai strowberry dengan tubuh ringkih sambil membawa kantung belanjaan. Asano bisa melihat luka lebam yang ada di pipi pemuda itu, "Apa dia habis di pukuli?" Pikirnya.
Asano memutar kudanya, diam-diam ia mengikuti pemuda itu. Jalannya pincang meski pemuda itu tak menunjukkannya. Apa aku beri tumpangan saja?
Karma sendiri menyadari jika ada orang yang mengikutinya, ia mengambil jalan lain rute pulang yang mestinya melewati hutan menjadi melewati sungai. Saat sampai di tepi sungai, Karma meletakkan belanjaannya lalu membasuh muka dan meminum air sungai melalui tangkupan tangannya. Ia tak sempat makan dan minum sama sekali karena dipaksa orang-orang yang mengaku sebagai ibu tiri dengan kakak tiri nya. "Cih, seperti cerita cinderella saja." Gerutu Karma. Kemudian ia melirik kebelakang, ia tahu jika orang yang mengikutinya sedang bersembunyi di balik bebatuan sungai.
Seperti nya orang yang mengikutinya bukanlah orang jahat. Kemudian sebuah ide jahil muncul di kepalanya . Karma mendekati tepian sungai lalu...
Byuurr!
"Waaa! Tolong! Ukh! Tolong!"
"Gawat !" Asano yang memang memiliki jiwa kesatria reflelks keluar dari tempat persembunyiannya dan tanpa babibu dia ikut menceburkan diri untuk menolong Karma.
Beruntung tubuh Karma tidak terbawa arus, Asano jadi mudah untuk membawanya ketepian dan membaringkannya di bebatuan pinggir sungai. Wajah Asano tiba-tiba menjadi khawatir melihat si surai strawberry diam dengan wajah terpejam erat.
"A-apa aku terlambat? H-hei bangun!" Asano menepuk-nepuk pipi Karma, namun sang korban masih tak sadarkan diri. Ia tak pernah belajar bagaimana cara menolong orang yang habis tenggelam, dan satu-satunya yang ada dipikirannya sekarang hanyalah memberikan nafas buatan. Pengetahuan itu ia dapatkan saat Karasuma pingsan akibat tenggelam di pemandian air panas, dan dengan gagahnya ayahnya memberi nafas buatan hingga Karasuma bangun.
Apa itu akan membangunkannya? Asano berpikir matang-matang, bibirnya ini belum pernah disentuh siapapun, makanya ia jadi ragu. Namun, karena ini menyangkut nyawa manusia, apalagi warga kerajaannya maka ia harus rela mengorbankan kesucian bibirnya. Lagian tak ada salahnya mengorbankan itu pada mahluk yang menurutnya imut-imut ini.
Asano menyelipkan tangannya kebalik belakang rambut Karma, lalu ia mendekatkan wajahnya pada si pemilik surai strowberry. Hingga jarak tinggal beberapa centi, Asano pun dapat mencium aroma Strowbery Vanilla yang menguar dari tubuh si empunya. Ini kah yang namanya feromon? Bau miliknya manis sekali.
Tinggal sesenti lagi Asano akan mendaratkan bibirnya pada Karma. Namun, ketika bibirnya berhasil menyentuh tiba-tiba tubuhnya terdorong kebelakang hingga ia terjatuh lagi kedalam sungai.
"Ukh—byuuur!" Asano gelagapan bangun ke kenyataan, kaki nya menyetuh bebatuan didasar sungai, dan tangannya mengusap wajahnya yang kembali basah oleh air. Suara gelak tawa terdengar dari arah kepala strawberry.
"Haaahaaahaa... dasar otak mesum! Ahahha ..." Karma tertawa puas melihat korbannya kembali tercebur , ia tambah merasa geli saat melihat wajah kesal Asano sedang menatapnya.
"Kurang ajar, berani sekali dia memperlakukanku seperti ini!"Geram Asano, kemudian ia naik lagi kedaratan, menghampiri Karma dengan cepat lalu merengkuh tubuh itu dengan cengkraman kuat.
"Apa kau bilang tadi? Aku mesum?" Imajiner puluhan lipan seperti mengeliinginya. Tubuh Karma terjebak di dalam pelukan yang bisa meremukkan tulang-tulangnya. "U-ugh hentikan." Desisnya kesakitan, tiba-tiba Asano tersadar dari kelakuan gelapnya tersebut. Kemudian ia melepaskan Karma dari cengkramannya, pria itu pun langsung terduduk dan meringis kesakitan. Segitu kuat kah ia mencengkram pria itu tadi?
"Ma-maaf apa kau tidak apa-apa?" Asano mendekat lalu memapah tubuh Karma untuk duduk, tanpa sengaja ia melihat memar di tubuh Karma melalui bajunya belakangnya yang tersingkap.
"Kau... habis dipukuli kan? Oleh siapa? Kenapa kau bisa—"
"Diam! Ini bukan urusanmu!" Pekik Karma layaknya wanita yang sedang tak ingin didekati.
"Lagipula, untuk apa kau mengikutiku dari tadi? Apa kah aku secantik itu sampai kau untit kemana-mana?" Entah kegeeran dari mana datang hingga Karma berkata seperti itu. Asano menahan tawa.
"Jangan kepedean, aku mengikutimu karena kau terlihat seperti zombie yang habis berbelanja dipasar. Lagipula dengan tubuh seperti itu, kenapa kau memaksakan diri?"
Karma tak menjawab, wajah Asano mendekatinya.
"Jangan mendekat!"
"Aku hanya ingin menolongmu." Asano berbicara datar, lelah menghadapi mahluk strowberry itu. ia merengkuh tubuh ringkih nya lalu menaikannya ke atas kuda. "Jalan peach!"
"Turunkan aku! Aku tidak butuh bantuan!" Karma memberontak, untung pegangan Asano kuat hingga pria itu tak kan jatuh dari kudanya.
"Tunjukkan aku dimana rumahmu?"
Karma yang sudah kehabisan tenaga hanya bisa pasrah, sesungguhnya kalau bisa ia tak ingin kembali kerumahnya, tapi jika ia bilang ingin ikut Asano bisa hilang harga dirinya.
"Asano, kenapa kau bisa ada didunia ini?" Tanya Karma tiba-tiba setelah diam beberapa saat lalu
"Apa maksudmu?" Kuda Asano berhenti sesaat.
Jadi dia bagian dari dunia ini juga. Pikir Karma.
Karma memilih diam, yang justru memancing rasa penasaran Asano.
"Hei, namamu siapa?"
"Akabane Karma." Entah merasa seperti orang bodoh atau memang wajahnya kini terasa memanas saat Asano menanyai namanya dari balik telingannya, sedangkan Asano tak heran kenapa Karma bisa tahu namanya, toh dia kan anak raja.
"Oh ya Akabane, apa kau sudah lama tinggal disini? Aku baru melihatmu pertama kali ini."
Ini juga pertama kalinya bagiku nyasar di dunia ini! Gerutu Karma dalam hati.
"Aku sudah lama disini, mungkin kau saja baru tahu. Dan tolong jangan raba-raba pinggangku lipan mesum!" Ketus Karma. Asano terkekeh geli. "Aku hanya mengeratkan peganganku karena dari tadi kau gerak-gerak terus. Jika kau sampai jatuh, kemungkinan memar di punggungmu itu tidak akan pernah sembuh." Balas Asano.
"Sok perhatian kau!" Gerutu Karma, padahal wajahnya sudah memerah malu.
Asano melihatnya, wajah malu Karma yang sangat terlihat imut baginya. Astaga apa dia hanya perlu membawa pemuda ini ke istana lalu mengajukannya sebagai calon permaisurinya? Akan tetapi Asano pikir takkan bisa semudah itu untuk mendapatkan pemuda ini. Dari pertama kali bertemu saja mereka sudah tidak akrab, terlebih Karma selalu menuduhnya mesum, meski Asano memang punya keinginan mengerape nya sekarang juga. Namun demi menjaga diri sebagai pangeran Asano tak ingin sembarang ambil jalan.
"Ohya apa kau sudah tahu tentang selebaran yang disebar pihak kerajaan pagi ini?"
"Maksudmu tentang pangeran yang mencari lelaki idamannya untuk dijadikan permaisuri? Bodoh sekali."
Jleb!
Satu panah menembus jantung Asano. "Sepertinya pangeran sudah belok, atau jangan-jangan semua orang dikerajaan sudah belok." Ketus Karma. Tepat katamu. Pikir Asano
Karma tertawa hambar, "Tapi untung saja, aku lelaki yang normal. Aku masih menyukai wanita dan kedua kelapa nya. "
Jleb! Jleb! Jleb!
Tidaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaakkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkk
Inner Asano menjerit tidak terima, jika begini Karma pasti tak akan sudi datang pada pestanya malam minggu nanti. Terlebih saat Karma menyatakan bahwa dia tidak belok, sepertinya Asano tak akan punya harapan, meski sedikit.
Padahal dia sendiri pernah ngaku normal =="
Pemuda strawberry yang duduk didepannya ini benar-benar menghipnotisnya. Asano mikir-mikir untuk menculik pemuda ini, membawanya keistana dan langsung melemparkan nya keranjang agar pemuda itu menjadi miliknya seutuhnya. Bodoh amat jika ia akan menerima pukulan dan rontakan dari Karma asal pemuda itu jadi miliknya . eh tunggu, Asano bukan seorang M loh.
Namun lagi-lagi, posisinya sebagai pangeran yang terhormat telah mengalah pikiran naifnya untuk melakukan semua itu. Asano memang merasa dirinya absolut seperti ayahnya, akan tetapi dia akan tetap menjaga citra nya sebagai calon raja dengan baik. Tidak mau jika suatu hari nanti muncul headline di surat kabar berjudul
Kebelet Tergoda Manisnya Sang Strowberry
Pelecehan Anak Raja di Akui untuk Mencari Permaisuri
No way!
Asano itu gentleman.
"Apa kau tidak mau mencoba datang? Mungkin saja kau yang terpilih." Asano memberanikan diri bertanya, yang di tanya hanya diam tak menjawab. Karena diseperkian detik selajutnya Asano diabaikan, ia pun menghentikan kudanya lalu memperhatikan pemuda yang duduk didepannya tersebut.
Dengkuran halus terdengar dari sana, Karma Akabane tertidur dipangkuan sang pangeran dengan pulasnya.
"Sepertinya kau lelah.." Asano membawa tubuh itu hingga sampai ketujuan, ia mengetuk-ngetuk pintu rumah namun tiada siapapun yang membukanya.
"Apa mereka sedang keluar ya?" Asano membaringkan Karma di kursi panjang teras. Ia memperhatikan wajah yang tengah terlelap itu, menikmati setiap garis indah yang membentuk wajah tersebut. Tangannya membelai pelan pipi Karma kemudian sebuah ciuman manis nan singkat ia berikan di bibir mungil beraroma Vanila strowberry tersebut.
"Istirahatlah, maaf tak bisa menemanimu lama-lama. " Asano melepas jubah kerajaannnya lalu menyelimutinya di tubuh Karma. Sebenarnya ia tak tega meninggalkan pemuda itu sendirian, namun tuntutan waktu untuk kembali ke istana memaksanya. Sebelum ia pergi, satu kecupan lagi mendarat di kening Karma. Cukup lama hingga kemudian ia meninggalkan Karma terlelap di teras rumahnya.
Bersambung...
Yuhuu~ Levy disini. Ini fanfict pertamaku di fandom AC. So, thanks buat yang bersedia membaca dan review please~
