Title : Someone In The Picture

Cast :

Kris x Tao

Others:

Luhan, EXO and maybe BTS?

Author: Cloudy

Warning: GS, typo(s), Ey(T)D

a/n: Halo lagi~ maaf ya bukannya ngelanjutin Like A Flower malah bikin ff baru, untuk alasannya silakan baca a/n di bawah, pretty please~

.

.

.

Do not copycat

.

.

Happy reading ^.~

.

.

Musim semi akhirnya datang.

Musim semi dimana matahari bersinar menyingkirkan dinginnya salju di musim dingin. Dimana bunga-bunga mulai bermekaran dan binatang seperti burung dan tupai mulai melompat dari satu pohon ke pohon yang lain. Musim dimana sangat baik untuk memulai sebuah romansa baru. Pokoknya semuanya terasa indah.

Kecuali dengan mood seorang pria dengan surai ravennya dan tubuh tinggi namun langsingnya itu. Kedua tangannya menyilang di depan dada, mata pandanya memandang tajam dan bibir kucingnya tersenyum kecut. Bukan tanpa alasan moodnya memburuk seperti ini, ini semua karena seorang pria yang tengah berdiri di depannya.

"Jadilah kekasihku, Huang!" Pria dengan postur tubuh seperti seorang ketua geng itu mengulurkan tangannya pada pria yang dipanggilnya Huang. Huang yang sudah terkenal seantero sekolah sebagai baby Panda itu mendengus sebal.

"Kau tak bisa melihat ya? Apa kau pikir aku memakai rok?" Wajah Huang Panda sudah panas, bukan karena malu tapi karena emosi yang ditahannya. "Aku ini laki-laki, bodoh!"

"Aku tak peduli, kau tetap cantik seperti gadis dan aku mau kau jadi kekasihku." mendengar pernyataan pria itu, Huang Panda menggeram jengkel. Jika ini di sebuah komik, pasti di sekeliling si tunggal Huang sudah ada api yang berkobar-kobar.

"Yang benar saja!" Setelahnya, tinju milik Huang sudah meluncur begitu saja. Dan kaki panjangnya sudah meninggalkan pria yang jatuh tersungkur karena tinjunya.

Namanya adalah Huang Zitao, pria asal negara tirai bambu ini adalah putra tunggal Huang Hangeng dan Kim Heechul. Nama lain yang juga melekat pada selain baby panda adalah irritate panda. Bukan tanpa alasan ia diberi julukan irritate panda, karena si Huang Panda ini sering sekali dalam mood yang buruk saat ada orang yang menyebutnya mirip anak gadis.

Tao rasanya ingin menangis saja setiap kerja kerasnya sejak kecil untuk mengikuti wushu ternyata tak membuat pandangan orang lainnya tentangnya berubah. Ia sudah bekerja keras menyembunyikan koleksi boneka pandanya dan juga koleksi gucci bag miliknya, tapi tetap saja ia disebut-sebut cantik lah, manis lah, sexy lah. Jika sexy yang berarti manly seperti pria-pria jantan di luar sana yang digilai wanita sih tak apa, tapi ini sexy yang mengundang pria untuk mendekat, bukannya wanita.

Moodnya semakin memburuk saja ketika ia harus mendengar tawa menggelegar dari satu-satunya sahabatnya yang tampak puas sekali menertawakan kesialannya. "Sudah puas tertawanya, Kris?"

"Sebenarnya sih belum, tapi karena aku kasihan padamu aku akan berhenti." Pria dengan surai dark brownnya itu mengusap kedua ujung matanya yang berair sehabis menertawakan Tao. "Mencoba lebih tepatnya." Tawanya memang sudah berhenti, tapi seringaian menyebalkan itu masih bertengger di bibir curvynya.

"Terima kasih, kau tak membantu sama sekali." Tao menumpukan dagunya di satu tangan dan memilih melihat keluar cafe langganan mereka.

"Iya iya, maaf sudah menertawai kesialanmu, princess." Tao langsung memberikan death glare terbaiknya pada Kris yang tampak tak bersalah itu.

"Kau mau mati ya, Kris?" Mendapatkan tatapan seperti itu Kris hanya dapat mengangkat kedua tangannya menyerah.

"Baiklah maafkan aku. Tapi Tao, mau bagaimana pun sepertinya pandangan mereka tentangmu memang sulit berubah. Bagi mereka kau terlalu manis untuk jadi pria manly." Kris menyedot kembali americanonya sembari menyamankan posisi duduknya.

"Tapi aku ini kan laki-laki, Kris. Aku juga tak menyimpan barang-barang girly di dorm atau berpakaian seperti wanita." Tao mengacak surai ravennya gemas, lebih tepatnya gemas dengan permasalahan yang masih saja sama dalam hidupnya.

"Kau tak ingat airport stylemu tahun lalu?" Well, dengan skinny jeans, v-neck t-shirt, leather jacket, leopard scarf dan topi rasa-rasanya bukan dandanan wanita. Tapi menurut Kris, itu menonjolkan sifat divanya dan Tao terlihat sexy dengan style seperti itu. Yang terakhir tak pernah keluar dari bibir Kris, karena dia masih ingin hidup tampan.

"Sudah diam saja!" Tanpa sadar Tao mengerucutkan bibirnya sebal, yang sebenarnya justru membuatnya semakin manis.

"Memang ini sudah yang keberapa?"

"Entah lah, sepertinya sudah lebih dari sepuluh pria sejak aku sekolah." Kris hampir saja menyemburkan tawanya lagi kalau saja Tao tak segera mendelik ke arahnya. Ya Tuhan, walaupun death glare Tao terkadang tak ada seramnya sama sekali tapi Kris masih sayang dengan dompetnya. Kalau Huang Panda itu ngambek bisa-bisa isi dompetnya ludes hanya untuk mengembalikan mood si Panda itu.

"Mau ku beri solusi?" Tao meneguk caramel macchiatonya sembai mengangkat kedua alisnya pertanda ia mendengarkan Kris. "Kau pacaran." Tao langsung tersedak dan menepuk-nepuk dadanya, hampir saja ia menyemburkan minumannya tapi sekarang ia justru tersedak.

"Apa maksudmu, Kris?"

"Kalau kau tak ingin mereka menyatakan perasaannya lagi padamu, ya tinggal kau pacaran saja entah dengan siapa." Kris menyandarkan punggungnya pada belakang kursi sembari menyilangkan kaki.

"Dengan siapa? Perempuan di sekolah kita? Aku bahkan tak ingin membayangkannya apalagi dengan lelaki di sekolah kita." Karena perempuan di sekolah kita hanya memperhatikanmu, tambah Tao dalam hati.

"Ya sudah, kau acuhkan saja masalah ini. Ayo pulang ke dorm, aku mau mandi." Menyampirkan tas di bahu kiri dan satu cup kopi di tangan kanan, akhirnya dua orang pria yang masih mengenakan seragam sekolah mereka itu pun berjalan berdampingan menuju dorm sekolah mereka.

Seoul International High School memang menyediakan dorm untuk siswa dan siswinya. Gedung barat untuk siswa dan gedung timur untuk siswi namun tak banyak yang menempati dorm, rata-rata mereka yang memiliki rumah dekat dengan sekolah memilih untuk tinggal di rumah karena memang para murid tidak diwajibkan untuk tinggal di dorm.

Tao dan Kris baru saja memasuki lobi dorm mereka dimana terdapat meja resepsionis yang biasanya diisi oleh penjaga dorm mereka, terkadang ketua dorm menggantikan ketika penjaga yang memang kadang-kadang saja datang jika akan ada murid baru atau dikabari akan ada inspeksi.

Selain ada lobi, di lantai satu juga terdapat ruang makan dan dapur dorm. Naik ke lantai dua di tangga terdapat beberapa lukisan yang dipasang sepanjang tangga hingga ke beberapa sudut lantai dua yang berfungsi sebagai ruang rekreasi. Di sudut lain lantai dua juga terdapat ruang makan yang terhubung ke lantai satu.

Lantai tiga hingga seterusnya terdapat kamar juga kamar mandi bersama. Karena tak banyak siswa yang menempati dorm maka setiap siswa mendapatkan kamar untuk mereka sendiri.

"Aku lelah sekali, mlas mandi." Tao meregangkan kedua tangannya ke atas masih di tengah tangga menuju lantai dua. "Hei, Kris! Pernah berpikir tidak kalau lukisan-lukisan ini terkadang terlihat menakutkan, apalagi saat malam hari."

"Buatmu kan apa saja terlihat menakutkan di malam hari." Tao hanya mendengus kemudian kembali mengikuti langkah panjang Kris. Ia tak sadar jika salah satu sosok di dalam lukisan itu mengikuti setiap langkahnya.

~oOo~

"Aku sudah menemukan orangnya." Sosok perempuan atau pria cantik dengan pakaian aneh itu menyeringai seram, membuat pria bertubuh tinggi yang hanya memakai celana bahan di sampingnya merinding.

Sosok yang masih diragukan apakah ia perempuan atau laki-laki manis itu berdiri dan menepuk-nepuk baloon skirtnya dan mengambil tongkat yang sama anehnya dengan pakainannya. "Bagaimana menurutmu?"

"Terserah master saja." Pria tinggi itu mempertahankan wajah datarnya.

"Dia terlihat menyenangkan untuk diganggu. Aku akan melakukannya!" Setelahnya ruangan yang terlihat seperti dalam sebuah kerajaan itu dipenuhi tawanya.

"Tunggu saja panda manis, aku akan memberikan hadiah yang tak akan pernah kau lupakan~" Setelahnya sosok itu keluar dari dunia lukisannya diikuti pria tinggi itu di belakangnya.

~oOo~

Tao baru saja melepas seluruh bajunya dan memasuki salah satu bilik shower yang hanya disekat dengan beberapa kaca di kanan dan kirinya ketika ia mendengar pintu kamar mandi kembali terbuka. Melongokkan kepalanya keluar dari bilik kaca yang sudah berembun, Tao mendapati Kris yang juga sudah melepas pakaiannya dan kini hanya mengenakan handuk yang melilit pinggangnya.

"Oh, kau mendahuluiku, Tao?" Kris memasuki bilik di sampingnya kemudian Tao bisa mendengar shower yang mulai meluncurkan air. "Kau mau makan apa nanti, Tao?"

"Tidak, aku tak napsu makan." Zitao kemudian mendengar shower milik Kris mati kemudian terdengar ketukan di kaca dari Kris, menyuruhnya juga mematikan showernya.

"Kau serius? Kau? Huang Zitao? Tak napsu makan?" Rasanya Tao ingin sekali menghajar Kris yang nampak sangat terkejut, memangnya Tao tak ingin makan itu hal yang aneh apa? Well, menurut semua orang di dorm sih begitu. Mereka berdua kembali ke urusan mandi mereka yang tertunda ketika Kris memulai pembicaraan lagi.

"Masih terpikir masalah yang tadi?" Zitao mengetuk bilik kaca sebanyak dua kali tanda jika ia mengiyakan pertanyaan Kris, itu kode mereka di kamar mandi. "Sudah tak usah dipikirkan lagi, bisa-bisa kau jadi tulang dan kulit saja kalau memikirkan hal ini sampai tak mau makan."

"Tidakkah itu berlebihan, Kris?"

"Well, tidak jika pada kenyataannya pasti masih banyak pria di luar sana yang akan menyatakan perasaannya padamu. Dan jika kau tak napsu makan karena masalah itu bisa-bisa kau tak akan pernah makan. You can be as skinny as you want."

Zitao menghela napasnya, benar kata Kris. Dia pusing sendiri, satu tahun lebih ia di sini dan selama ini ia hanya mendapatkan pernyataan cinta dari murid laki-laki tak ada murid perempuan sama sekali. Bukannya ia mengharapkan untuk mendapatkan pernyataan cinta dari siswi di sekolahnya, hanya saja tak adakah siswi di sekolahnya yang menganggapnya cukup manly untuk dijadikan teman kencan?

Selama ini jika Kris dan Tao jalan bersama, ia sadar jika perhatian para siswi atau bahakan wanita di luar sana selalu tertuju pada Kris. Memang apa yang kurang dari Tao? Mereka sama-sama tinggi. Well, walaupun masih lebih tinggi Kris. Mereka sama-sama punya abs. Yang ini perempuan-perempuan di luar sana tak perlu tahu, bukannya mereka mengumbar tubuh mereka di luar sana. Mereka sama-sama menarik. Walau menurut orang-orang Kris cenderung tapan dan Tao cenderung manis. Mereka sama-sama bagus dalam bidang olahraga. Kris di basket dan Tao di wushu. Intinya mereka itu sama-sama menarik!

Tao rasanya ingin menangis saja sekarang. Mengapa hidupnya seperti ini? Ia jadi rindu pelukan mama dan babanya juga boneka pandanya.

"Tao, cepat selesaikan mandimu setelah itu kita makan. Tidak ada penolakan!" Pemaksa sekali naga satu itu, mana mandinya cepat sekali? Batin Tao kemudian ia cepat-cepat menyelesaikan mandinya. Dia bukannya mirip para gadis yang mandinya lama, hanya saja ia menikmati waktu mandinya!

Menghela napasnya sekali lagi, tao segera mengeringkan tubuhnya untuk segera menyusul Kris sebelum ia diseret ke ruang makan oleh naga tukang perintah itu.

~oOo~

Matahari mulai bersinar di musim semi. Kicauan burung yang saling bersahutan itu bagaikan sebuah alarm di pagi hari, mengingatkan masih panjangnya waktu yang akan mereka tempuh hari ini. Sinar matahari yang mengintip masuk dari celah tirai mengusik tidur sosok yang masih terbungkus selimut yang hanya memperlihatkan rambutnya yang sehitam malam dan setengah wajahnya yang mengintip keluar selimut. Mengerang kecil, sosok itu menggerakkan tubuhnya untuk duduk kemudian meregangkan kedua tangannya ke atas. Kedua tangannya kemudian beralih mengusap-usap kedua matanya untuk mengusir kantuk dan berusaha mengumpulkan nyawanya yang terasa masih terbang di alam mimpi.

Masih dengan mata yang setengah tertutup, satu tangannya menutup mulutnya yang menguap kemudian ia mengusap rambutnya yang panjang.

Yang panjang? Sepertinya ada yang salah di sini, rambut Tao kan pendek. WAIT!

Kedua mata pandanya terbelalak, kedua tangannya meraba-raba rambutnya yang tiba-tiba menjadi panjang. Ia mencoba menarik rambutnya dan terasa sakit, berarti ini bukan wig. Wajahnya yang pucat semakin pucat ketika ia menurunkan pandangannya menuju tubuhnya. Apa ini? Ia punya melon yang melekat di dadanya! Dengan tangan gemetaran ia menyentuh dua gundukan di dadanya dan satu tangan lagi meluncur ke daerah selatan tubuhnya. Matanya semakin membelalak.

"KYAAAAAAAAAAAAA!"

Mendengar teriakan kencang di pagi hari yang tenang, para penghuni dorm pun berhamburan keluar dari kamar mereka. Menyadari asal teriakan tersebut, mereka segera berkumpul di depan kamar Tao dan menggedor kamar itu.

"Hei, ada apa Huang?"

"Buka pintunya, Tao!"

"Tolong minggir dulu!" Kris membelah kerumunan di depan kamar Tao kemudian mengetuk pintu itu kembali. "Tao, buka pintunya. Ini aku Kris."

Tak lama pintu Tao terbuka sedikit kemudian hanya tangan Tao yang keluar dan menarik Kris memasuki kamarnya sebelum pintu itu kembali tertutup keras.

"Tao, ada ap… SIA-hmphhhh" Belum selesai teriakan Kris, Tao sudah membungkam bibirnya.

"Jangan teriak, ini aku Tao! Akan ku lepaskan tanganku tapi jangan teriak!" Setelah mendapat anggukan dari Kris, Tao melepaskan bungkaman tangannya di bibir Kris.

"Kau siapa, hah? Jangan kira aku percaya kau Tao, dimana bocah panda itu?"

PLAK

Bukannya mendapat jawaban, Kris justru mendapat pukulan. "Enak saja kau memanggilku bocah! Aku ini Tao, bodoh!" Tao duduk bersimpuh di depan Kris setelah membentaknya, rasanya tenaga Tao habis untuk membentak Kris terlebih setelah badannya yang sudah lemas karena perubahan tubuhnya.

"Jelaskan!" Kris duduk di hadapan Tao sembari menyilangkan kedua tangannya.

"Aku tak tahu apa yang terjadi, tapi saat aku bangun tiba-tiba aku berubah jadi perempuan dengan rambut panjang dan tubuh ini." Kedua alis Kris masih berkerut, ia masih tak mempercayai ucapan Tao. Jika dilihat-lihat wajah gadis ini seratus persen Tao, tapi mana mungkin hal konyol seperti itu terjadi? Jangan-jangan Tao hanya main-main dengannya, dia pasti hanya memakai kostum!

Tanpa pikir panjang Kris mendekati Tao, ia menarik rambut Tao dan mendapatkan erangan kesakitan dari Tao. Pasti hanya hair extension! Belum juga Tao sempat melayangkan protesnya, Kris sudah melakukan hal lain.

CTAK! CTAK! CTAK!

Tiga kancing kemeja putih Tao terlepas oleh koyakan Kris di kerah bajunya. Kedua mata Kris membola, wajahnya terlihat kaget. Bagaimana tak kaget jika kini di hadapannya terpampang dua bongkahan daging yang menjadi aset para wanita. Astaga ukurannya!

"KYAAAAAAAAAAAAAAAA!"

BUGH

Sepertinya Kris tak akan sadar untuk waktu yang lama, tendangan Tao melemparnya hingga satu meter. Semoga saja dia masih bisa melihat matahari keesokannya.

.

.

.

.

TBC

a/n (2):

Alasan aku belum melanjutkan Like a Flower karena aku sedang depresi berat. Aku bukannya mau cari alasan, tapi ini sungguhan.

Aku terpaksa cuti kuliah padahal aku nggak mau, dan aku harus cuti selama satu tahun. Selera menulisku hilang, tapi sekarang aku coba bangkit lagi. Aku mulai fangirling lagi, baca ff lagi kemudian setelah baca beberapa manga aku terinspirasi buat bikin ff ini. Ini ff GS pertamaku ngomong-ngomong.

Oh ya, ff ini terinspirasi dari salah satu manga genderbender yang jujur aku lupa judulnya, kalau ada yang tahu tolong kasih tau aku ya soalnya aku pengen baca manga itu lagi *grin*

Yak, jadi keep or delete?

Review juseyo~