Promise

Author : Miss. Hunnie ~

Tittle : Promise

Genre : Family, Friends, Love, GS (For all Uke), etc.

Rated : T

Main Cast :

Kim Kyungsoo

Kim Jongin

Kim Baekhyun

Wu Chanyeol

Kim Sehun

Wu Luhan

Other Cast :

Kim Minseok

Kim Jongdae

Zhang Yixing

Kim Joonmyeon

Wu Yifan

Lenght : chapter

Summary :

" kalian lah keluargaku sebenar nya, aku akan menyayangi kalian" – Kim Kyungsoo

"lebih baik kita tidak di pertemukan dan memiliki rasa itu jika pada akhirnya kita tidak di perbolehkan mempunyai rasa itu" – Kim Jongin

"jangan katakan yg tidak perlu, karena kau tetaplah adikku" – Kim Baekhyun

"aku mencintaimu, tidak bisakah kau melihat ku?" – Wu Luhan

"suara mu yg merdu, tatapan mu yg begitu tajam namun hangat, sikap mu yg begitu ceria dan penuh dengan semangat membuat ku ingin terus bersama mu" – Kim Sehun

"aku mencintaimu walaupun cinta ini terlarang" – Wu Chanyeol

"jangan menangis sayang, eomma akan selalu di samping mu dan melindungimu, tak kan eomma biarkan diya mengambil mu dari eomma" – Kim Minseok

"kalian lah harta ku" – Kim Jongdae

"maafkan eomma sayang, eomma terpakasa melakukan ini padamu, eomma tidak membencimu, hanya saja waktu yg membuat eomma terpaksa melakukan ini" – Zhang Yixing

"aku mencintaimu apa adanya, tidak bisakan kau percaya akan itu?" – Kim Joonmyeon

"aku tidak akan bisa melupakan kejadian itu, maafkan aku sayang, aku telah membohongimu" – Wu Yifan

"tidak bisakah kau mengatakan sejujurnya padaku? Aku sudah mengetahuinya sayang" – Huang Zitao

My Mom and I

Introduction

Part 1

Pagi yg cerah di kota Nohwon, musim panas datang menggantikan musim semi yg indah, burung-burung berterbangan, dan bunga-bunga bermekaran, matahari bersinar sangat terang dan terik.

"Jongin! ppali!" teriak wanita dengan dimple di pipi kulit pucat nya, mengeluarkan kepala nya dari kaca mobil dan menatap namja berkulit tan yg sedang malas berjalan ke arah mobil tersebut.

"Kkamjong! Ppali! Aku tidak ingin kulit ku yg putih ini menjadi gosong sama seperti mu" celetuk namja dengan kulit nyaris putih pucat tak kalah dari dalam mobil sambil mengipasi dirinya dengan buku tipis yg ada di tangan kanan nya.

"ck, iya, iya, dasar tak sabaran" balas Jongin jengah yg sudah duduk di samping namja kulit nyaris pucat tersebut, sang ayah yg menatap mereka dari cermin mobil nya hanya menggelengkan kepala nya.

"dasar lambat" komentar Kim Sehun, namja kulit putih nyaris pucat tanpa mengalihkan tatapan nya ke arah ponsel nya, sedangkan Kim Jongin hanya berdecak malas, udara yg panas membuat nya ingin menonjok siapa saja yg memancing amarah nya dan itu termasuk adik nya yg ada di sebelah kanan nya, namun ia urungkan karena ia malas. Jongin mengedarkan pandangan nya, dan jatuh pada ibu nya yg tengah berbincang dengan sang ayah.

"ibu, mengapa kita harus pindah?" tanya Jongin. Zhang Yixing menatap sang putra sulung dari sepion mobil, wanita itu tersenyum menampilkan dimple manis yg membuat siapa saja mengaggumi akan senyuman itu.

"karena proyek ayah sudah selesai" jawab namja dengan senyum yg terpatri di bibir nya, namja bernama Kim Joonmyeon.

"bukan kah Nohwon sudah sangat panas, bagaimana dengan keadaan Seoul?" protes Jongin, sebenar nya ia sangat malas untuk pindah hari ini, seharus nya hari minggu ia gunakan untuk bermalas-malasan bukan nya untuk pindah dan menata perabotan-perabotan rumah.

"aishh, kau benar juga Jongin, pasti di Seoul sangat lah panas, dan itu membuat kulit ibu..." belum sempat Yixing melanjutkan ucapan nya kala tangan nya yg membelai lembut kulit pergelengan tangan nya terhenti saat merasakan gelang berwarna hitam yg sudah menghias pergelangan tangan itu cukup lama. Yixing menatap sendu gelang tersebut, gelang cantik yg mengingatkan nya akan sosok cantik di hidup nya dulu, sosok yg pernah ia sia-siakan dahulu.

Bahkan terdiam nya Yixing membuat Jongin yg sedari tadi mencoba memanggil nya, Sehun yg acuh tak acuh dan Joonmyeon yg sibuk menyetir pun memperhatikan nya dengan cemas.

"ibu/sayang" suara si kembar non identik Kim Jongin dan Kim Sehun bebarengan dan sentuhan tangan sang suami pada telapak tangan nya membuat Yixing bangun dari alam bawah sadar nya, di tatap nya sang suami dan dua buah hati nya melalui sepion mobil.

"gwaechana?" kali ini sang suami yg bertanya. Yixing mengernyitkan dahinya bingung. Ia mengalihkan tatapan nya pada dua buah hati nya yg ada di jok belakang.

"apa ibu sakit?" tanya Sehun meletakkan PSP nya di pangkuan nya.

"jika ibu sakit..."

"gwaechana, ibu baik-baik saja" balas Yixing memotong ucapan Jongin, Jongin dan Sehun mengangguk paham namun Joonmyeon menatap sendu pada istri nya, ia tahu apa yg membuat istri nya jadi seperti ini.

"kau masih mengingat nya Yixing? Tidak tahukah kau aku sangat mencintaimu?" batin Joonmyeon menatap jalanan kota Nohwon.

"ibu harap kamu baik-baik saja sayang, ibu yakin jika kamu tumbuh dengan sangat baik" batin Yixing meremas gelang hitam tersebut.

.

.

.

"Kyung, apa kau sudah siap?!" teriak Kim Minseok yg sudah berada di depan gerbang rumah nya sambil menunggu putri bungsu nya. 5 detik kemudian munculah, gadis berbadan mungil dengan suarai hitam dan mata bulat menggemaskan sedang berjalan tergesa ke arah sang ibu sambil memegang bingkisan cantik di tangan nya.

"iya, ibu Kyungsoo sia..."

#bruuukk!

Belum sempat gadis itu menjawab ucapan sang ibu, gadis bernama Kim Kyungsoo tersebut tersungkur dengan bingkisan yg terjatuh tidak jauh dari sana, Minseok yg melihat sang putri terjatuh langsung tergopoh meghampiri sang putri dengan cemas.

"astaga! Kyungsoo, berhati-hati lah" ucap Minseok membantu Kyungsoo yg masih tersungkur, dan betapa kaget nya saat ia menatap dagu sang putri yg sudah mengucur banyak darah akibat dagu yg terkantuk aspal rumah nya.

"astaga Kyung, dagu mu berdarah nak,, apa sangat sakit? Kau tidak pusing?" dan rasa kecemasan berubah menjadi raut takut Minseok.

"aku baik bu..."

"Baekhyun! Baekhyun!" belum sempat Kyungsoo menjawab pertanyaan sang ibu, Minseok sudah berteriak memanggil putri sulung nya. Kyungsoo tersenyum, ia maklum dengan tingkah ibu nya yg sudah begini, dengan halus Kyungsoo menggenggam erat jari Minseok, hingga membuat Minseok menatap nya sendu.

"aku baik-baik saja bu" jawab Kyungsoo lembut, namun Minseok menggeleng, air mata nya jatuh dan itu membuat Kyungsoo semakin bersalah, seharus nya ia berhati-hati dan tidak membuat sang ibu kawatir padanya. terlebih lagi menangis seperti saat ini.

"Baekhyun! Baekhyun!" teriak Minseok lagi bahkan kali ini Minseok memanggil nya dengan kesetanan.

"bisakah ibu mengecilkan suara ibu? Ibu memanggilku seolah aku ini tuli saja, ada apa?!" tanya Baekhyun tergopoh mendatangi ke arah lokasi Minseok dan Kyungsoo. Baekhyun menatap Minseok bingung dan mata sipit itu membelalak kala melihat keadaan sang adik.

"astaga Kyungsoo!" teriak Baekhyun takut manakala darah yg mengucur dari dagu sang adik makin bertambah.

"telfon Dr. Cho" perintah Minseok yg segera di lakukan oleh Baekhyun, sementara Minseok memindahkan Kyungsoo yg sudah pingsan, Baekyun pun menelpon dokter keluarga mereka. setelah menelpon dokter keluarga tanpa di suruh Baekhyun langsung menelpon seseorang selain dokter yg harus di beri tahu saat menyangkut kondisi Kyungsoo.

"ayah, Kyungsoo, ayah,, cepat lah pulang" air mata menetes, nafas nya tersengal membuat nya sulit mengeja kata-kata nya dengan benar.

.

.

Pesawat pun mendarat dengan selamat di bandara Seoul, seluruh penumpang pun turun dari pesawat dengan tenang. Termasuk satu keluarga yg tengah menenteng barang mereka masing-masing.

"apa kita perlu taxi?" tanya gadis cantik bersurai emas tersebut memecahkan keheningan di antara keluarga nya.

"tidak perlu, seharus nya kita di jemput" jawab sang ayah, pria bersurai blonde yg tengah menggenggam erat koper nya.

"dan seharus nya diya ada di sini saat ini" jawab laki-laki tinggi kedua dengan surai hitam cepak dan bermata bulat tersebut berkomentar.

"bersabarlah" kali ini sang ibu lah yg menjawab, wanita tinggi bersurai hitam dengan lingkaran mata panda yg menggemaskan.

"sebenar nya, perlukah kita pindah? Merepotkan sekali" tanya Wu Chanyeol, namja tinggi dengan surai hitam nya, ia melepas kaca mata hitam yg bertengger manis di hidung mancung nya dan menyisipkan nya di kerah baju nya, Wu Luhan gadis cantik bersurai emas itu menatap jijik apa yg di lakukan Chanyeol.

"perlu, karena pekerjaan papa yg tidak bisa di tunda" jawab Wu Yifan, kepala keluarga, tanpa mengalihkan pandangan nya dari jalanan yg ada di depan bandara Seoul.

"papa egois sekali, aku juga memiliki kehidupan di China,, lalu bagaimana dengan Bang Yongguk yg aku tinggalkan?" dengus Luhan sambil menautkan kedua tangan nya di atas dada nya dan menatap kesal pada sang ayah. Tao yg sedari tadi terdiam pun menolehkan kepala nya ke arah putri semata wayang nya dengan raut wajah bingung.

"Bang Yongguk? Nuguya?" tanya Tao menggeser posisi Chanyeol yg ada di samping Luhan. Chanyeol yg diam pun berdecak kala melihat tingkah Luhan yg gugup.

"diya namja brengsek yg membuat jiejie terluka mama" jawab Chanyeol yg mendapat pukulan gratis dari Luhan, Tao mengernyitkan dahinya dan menatap sang suami, sedangkan sang suami hanya mengendikan bahu nya acuh.

"aku sudah mengatakan padanya, jika namja itu tidak baik" ucap Yifan melirik sang istri yg sudah menatap nya tajam. Yg langsung dapat protesan dari sang putri, melihat perang dingin antara suami dan putri nya Tao berdehem dan menatap sang putri yg sudah mempoutkan bibir nya kesal.

"seseorang mempunyai hutang penjelasan pada mama saat ini" ucap Tao kesal yg sebenarnya di buat-buat. Luhan terdiam tidak menjawab dan itu membuat Chanyeol jengah.

"Yongguk berselingkuh karena jiejie tidak mau menciumnya" setelah mengucapkan hal tersebut, Chanyeol pun mendapat 3 pelototan pasang mata dari Yifan sang ayah, Tao sang ibu dan Luhan sang kakak.

"jeongmal!" ini adalah teriakan Tao ibunya.

"MWO!" ini adalah teriakan Kris ayah nya.

"YA! Park Chanyeol sialan!" teriak Luhan geram. Banyak orang-orang yg ada di bandara menatap mereka dengan pandangan yg berbeda-beda dan keluarga WU bukanlah orang yg peduli. Mereka tetap tak acuh dan melanjutkan perbincangan.

"Ya! Wu Luhan jangan mengumpat!" marah Tao yg tidak sengaja mendengar atau memang teriakan Luhan yg sangat keras hingga terdengar Tao. Sedangkan Chanyeol hanya mengendikan bahu nya tak acuh, saat mendapati sang kakak yg marah padanya. Luhan ingin sekali memukul adik nya hingga sekarat, namun keinginan nya ia urungkan saat ayah nya menginteruksi kegiatan nya.

"ya! cepat masuk, Chanyeol jangan mengganggu jiejiemu, dan Luhan, kau mempunyai hutang penjelasan pada papa dan mama" ucap Yifan sambil melenggang masuk ke dalam mobil jemputan yg sudah sampai. Chanyeol kembali mengendikan bahu nya acuh, sedangkan Luhan? Ia berjalan ke arah Mobil dengan lemas sambil menggumamkan mantra-mantra aneh untuk sang adik. Chanyeol memang terlihat acuh, tapi siapa sangka jika ia mendengar mantra-mantra sayang dari sang kakak, membuat senyum yg memang jarang terbit dari sang adik kini tergores tipis di bibir nya.

.

.

Mobil sedan yg sederhana berwarna hitam itu pun sampai, semua penumpang pun memutuskan untuk keluar dan melihat bagaimana keadaan rumah yg selama ini mereka tinggalkan.

"kenapa sepi sekali?" tanya Jongin mengedarkan pandangan nya ke sekeliling, biyasa nya jika ada tetangga baru, maka penduduk di sebelah rumah nya akan menyambut nya dengan suka cita, tapi ini tidak, sangat sepi.

"entah lah Jongin, appa juga tidak mengerti" balas Joonmyeon melepaskan kaca mata minus nya sambil menerogoh saku baju yg ia kenakan untuk memperoleh sapu tangan nya dan menghapus keringat yg ada pada dahinya, karena suhu Seoul begitu ekstrim di banding kan dengan Nohwon.

"sudah lah, mungkin mereka sangat sibuk, dan sekarang putra eomma yg tampan bantu eomma ne" ujar Yixing mengangkat kardus berukuran kecil dan masuk ke dalam rumah yg sudah di buka oleh Sehun.

"ck, kesan pertama ku terhadap tetangga kita malah negatif eomma.." komentar Sehun sambil membantu Jongin yg tengah kesulitan mengangkat kardus berukuran besar.

"ya! jika tidak bisa mengangkat, jangan sok kuat" celoteh Sehun pada Jongin. Jongin berdecih kesal.

"jika tidak ingin membantu diam saja" balas nya sengit, Joonmyeon yg mengangkat kardus sedang pun menimpali saat kedua putra nya bergelung dalam debat panas nya. seperti cuaca panas di Seoul yg membuat nya kehilangan banyak kesabaran menghadapi sang buah hati.

"ya! jangan banyak bicara dan cepat kerjakan!" bentak sang appa, mendengar bentakan sang appa yg jarang terjadi pun mereka buru-buru meletakan kan kardus tersebut di ruang tamu, sedangkan Yixing? Ia malah menatap rumah sebelah nya, rumah bercat biru toska dengan nomor 12 yg tertutup rapat, entah mengapa hati nya menatap rumah tersebut membuat nya sedih, bukan karena tidak di sambut oleh tetangga nya, hanya saja, hati nya berdenyut sakit entah karena apa.

.

.

.

Minseok menatap sendu pada pintu bercat warna hitam tersebut, meremat kuat jari-jari nya untuk mehyalurkan rasa gugup nya, berdoa dalam hati agar buah hati nya tidak apa-apa, Kim Jongdae kepala rumah tangga keluarga ini pun hanya bisa mengelus punggung sang istri agar tidak gelisah, Jongdae yg berada di kantor pun langsung pulang saat putri sulung nya menelpon nya.

Sedangkan Baekhyun? ia sedari tadi berdiri di depan kamar sang adik dengan kadar kecemasan yg sama dengan sang eomma.

#ceklek!

Pintu tersebut terbuka, dengan buru-buru Minseok segera berdiri membuat Jongdae terkejut dan langsung menghampiri namja berjas putih yg baru saja keluar dari kamar sang putri.

"bagaimana uisanim? Apa Kyungsoo kami baik-baik saja? Apa pendarahan nya parah?" Minseok memberondong semua pertanyaan yg akan di lontarkan Baekhyun dan Jongdae, melihat keadaan istrinya Jongdae langsung memeluk istrinya dari samping dan memenangkan nya.

"tenanglah" bisik Jongdae, Minseok melirik suami nya, sebenarnya jika untuk menyangkut putri bungsu nya ia tidak pernah tenang walaupun Kyungsoo dalam keadaan aman sekalipun, namun melihat Jongdae dan Baekhyun ia pun mengangguk sambil menyeka air mata yg akan mengalir dari sudut matanya.

"mianhae" bisik Minseok menyesal. Dokter bernama lengkap Cho Kyuhyun itu pun menggeleng maklum.

"gwaechana, saya mengerti" jawab Kyuhyun. Merasa tidak ada yg membalas ucapan nya, Kyuhyun membuka masker nya dan menatap ketiga orang yg ada di hadapan nya dengan raut yg serius.

"pendarahan yg di alami nona Kyungsoo cukup parah,untung saja Nona Baekhyun segera menelfon saya, jika tidak... saya tidak tahu bagaimana nasip nona Kyungsoo"jawab Kyuhyun sambil menghembuskan nafas nya panjang. Ia menatap Minseok yg sudah memeluk Jongdae erat, sedangkan Baekhyun ia malah menunduk menatap lantai. Kyuhyun tahu bagaimana perasaan keluarga pasien.

"dan nona Kyungsoo baik-baik saja,,"sambung Kyuhyun membuat Minseok langsung melonggarkan pelukan nya dan menatap nya, Baekhyun yg sedari tadi menatap lantai pun juga sama, begitupun dengan Jongdae yg langsung tersenyum lega.

"tapi, jangan sekali-sekali ini terjadi lagi..." Minseok mengangguk paham sambil menyeka air matanya.

"anda tidak perlu repot-repot menebus resep yg saya buat ke apotek, karena saya sudah membawa obat tersebut,"ucap Kyuhyun menyerahkan obat yg ada di tangan nya pada Minseok.

"gamsahamnida uisanim"ucap mereka bertiga bersamaan, Kyuhyun mengangguk , setelah berpamitan pergi dengan Jongdae yg mengantar Kyuhyun ke luar, Baekhyun dan Minseok pun segera masuk ke dalam kamar Kyungsoo dengan terburu-buru.

.

.

.

"aku tidak menyangka akan se sepi ini?" komentar Tao menatap sekeliling nya, yg segera di angguki oleh Luhan, Chanyeol dan Yifan yg juga menatap sekitar nya.

"apa mereka tidak tahu ada tetangga baru dari China?" tanya Chanyeol berjalan ke arah pagar rumah bernomor 13 tersebut.

"entah lah, aku rasa mereka orang-orang sibuk" jawab Luhan sambil menyeret koper nya sambil menenteng tas jinjing, karena bawaan nya banyak membuat Luhan kesusahan masuk ke dalam rumah, melihat sang kakak yg kesusahan Chanyeol pun langsung menyambar koper besar Luhan dan segera masuk tanpa mendengarkan teriakan Luhan dari belakang nya.

"aishhh! Mereka selalu saja bertengkar..." gumam Tao mengangkat tas jinjing nya, namun pergerakan nya terhenti saat menatap punggung suami nya yg tidak bergerak sama sekali, karena penasaran Tao pun berjalan ke arah sang suami.

"ada apa?" tanya nya lembut sembari mengelus pundak Yifan, Yifan menunduk menatap sang istri. Menggelengkan kepala tanda ia memang baik-baik saja, Tao tersenyum dan mengangguk paham.

"kajja,,, di luar sangat panas" ujar Tao sebelum masuk ke dalam rumah nya, Yifan hanya mengangguk, namun langkah yg akan membawa nya ke dalam rumah singgah baru nya terasa berat, bahkan ia kembali menatap rumah yg ada di depan nya, rumah bercat warna hijau tosca bernomor 14, ada perasaan yg mengganjal hati nya saat menatap rumah tersebut, entah apa itu.

To Be Continued . . .