Vocaloid : Love so Life
1Disclaimer !
Vocaloid © Yamaha Corporation
Ini hanyalah cerita murni dari imajinasi saya, Poe Art, dengan judul cerita yang terinspirasi dari Kaeda Kouchi (Love so Life) untuk mengisi browsing Vocaloid's stories
2Peringatan !
Sebelum membaca cerita ini, saya kembali memperingatkan bahwa cerita ini memiliki Alur Dewasa. Sehingga pembaca yang masih dibawah 18 tahun, ditegaskan untuk TIDAK DIPERBOLEHKAN membaca cerita ini. Sekian nasehat dari author.
_SELAMAT MEMBACA_
Luka seorang guru TK yang bekerja di TK Vocaloid. Terkadang ia pulang terlambat hingga larut malam dan tersebar kabar pula jika di sekitar arah perjalanan pulangnya ada beberapa preman yang memang sering mengganggu penduduk tersebut.
Lalu pada hari itu, Luka mengalami kejadian tersebut hingga nyaris diperkosa. Tapi tiba-tiba datang Gakupo menolongnya dan hampir terluka parah akibat senjata tajam yang dibawa oleh salah satu dari preman tersebut. Apakah Gakupo akan baik-baik saja? Lalu bagaimana yang akan terjadi selanjutnya?
"Menarik ngga synopsis-nya? Yuk, ikuti ceritanya!" (◕‿‿◕)
Chapter 1
oOOOo
Langit yang tampak biru cerah dihiasi beberapa awan berwarna putih mengawali hari yang cerah di kota Tokyo saat itu. Hari pekan dimana seharusnya banyak pasangan muda-mudi menghabiskan waktu mereka bersama, tetapi berbeda dengan dua orang sahabat yang sedang berada di sebuah kuil. Seorang gadis berambut pink panjang bersama dengan temannya yang berambut coklat pendek tengah berdiri di depan kuil.
"Luka-chan, jauh-jauh kau mengajakku jalan hanya ke tempat ini?!", keluh gadis berambut pendek itu kepada temannya.
"Maaf, Meiko-san. Bagiku ini sangat penting kulakukan demi terkabulnya harapanku", ungkap Luka yang berusaha memberikan pengertian kepada teman baiknya itu.
"Haaah, itu lagi… Baiklah, aku akan menunggumu disini.", jawab Meiko yang sedang mencari tempat untuk bersandar.
Kemudian Luka kembali menuju depan kuil sambil melemparkan koin dan membunyikan lonceng kuil tersebut. "Plaak…plaak…", tepukan tangan yang ia lakukan mengawali Luka menutup mata dan mulai memanjatkan doanya.
"…Sudah 2 kali aku ditolong olehnya tanpa kuketahui namanya juga, makanya aku datang untuk berdoa dan memohon padamu agar aku bisa dipertemukan lagi dengannya. Oh, tuhan kabulkanlah permintaanku ini walau sedikit egois, karena ku ingin dia tahu perasaanku dan menerimaku apa adanya…"
Setelah selesai Luka memanjatkan doa, kemudian ia mengajak teman baiknya yang telah setia menunggunya untuk kembali menikmati hari akhir pekan mereka.
oOOOo
Hari senin merupakan awal aktivitas orang Jepang dalam memulai kesibukan mereka. Demikian hal itu juga terjadi pada Luka yang telah datang lebih awal ke tempat kerjanya, yaitu TK Vocaloid. Sekitar pukul 07.30 AM, tampak anak-anak murid Luka mulai berdatangan bersama orangtua mereka. Meiko yang seperti biasa datang terlambat 15 menit, langsung mempersiapkan perlengkapan belajar anak muridnya sementara Luka memimpin mereka untuk melakukan senam sehat sebelum memasuki kelas mereka.
Tapi tampaknya tak semua anak mau meninggalkan orangtuanya ketika mereka bersekolah. Hal itu pun terjadi pada anak murid baru yang bernama Kagamine Rin dan Kagamine Len. Mereka masih bersembunyi dibelakang ibunya yaitu Lily. Luka yang melihat mereka masih malu-malu bertemua dengan teman barunya, mencoba mendekati mereka.
"Haloo… Rin, Len? Masih ingat dengan ibu, tidak?", tanya Luka dengan senyum manisnya.
Rin yang mulai ingat dengan wajah Luka, langsung cepat menanggapi pertanyaan Luka.
"Iya! Rin ingat dengan Bu Luka-sama!", jawab Rin yang mulai tak tampak malu-malu lagi sambil menunjuk ke Luka.
Sedangkan Len yang masih bersembunyi dibalik baju ibunya, masih tampak malu untuk mendekati Luka. Rin pun menarik tangan Len sambil tersenyum senang padanya hingga akhirnya Len menjadi berani untuk keluar dibalik persembunyiannya. Luka dan Lily yang melihat perkembangan si kembar pun tersenyum senang.
oOOOo
Tak terasa waktu begitu cepat berlalu, anak-anak murid Luka dan Meiko pun pulang dengan dijemput oleh orang tua mereka masing-masing hingga yang tersisa hanyalah si kembar sambil duduk di depan teras sekolah menunggu ibunya. Luka pun mendekati mereka seraya berusaha menghilangkan kesedihan mereka yang tampaknya ibu mereka terlambat menjemputnya.
"Rin dan Len suka dengan bekal makan siang tadi, tidak?", tanya Luka sambil duduk menemani mereka.
"Iya, Rin suka❤sekali! Apalagi di dalam bekal tadi ada bentuk pisang, iya kan Len?", jawab Rin yang mulai ceria ketika membahas tentang bekal makanannya.
"Hng…", jawab Len sambil menganggukkan kepalanya.
Meiko yang memperhatikan Luka dan si kembar dari dalam, tampak tersenyum senang melihat keakraban mereka. Tak lama kemudian, sesosok wanita berbaju rapi dengan rambutnya berwarna kuning terurai tampak tergesa-gesa datang ke arah mereka. Si kembar yang mengenal sosok tersebut langsung tampak ceria dan kemudian menyambutnya.
"Mamaaaa!", sahut si kembar bersamaan.
"Maaf, mama telat menjemput kalian…tadi di sekolah, menyenangkan belajarnya?", tanya Lily pada anak-anak kesayangannya.
"Iyaaa!", jawab Len yang terlihat sangat senang.
"Syukurlah…", ucap Lily yang tersenyum senang mendengar pernyataan anaknya sambil mengusap-usapkan kepalanya.
Dan berakhirlah keberadaan mereka di TK Vokaloid ketika ibu mereka telah menjemputnya. Sementara Luka dan Meiko masih berada disana sambil merapikan perlengkapan sekolah. Sekitar pukul 05.00 PM, Meiko pamit untuk pulang duluan karena ada keperluan mendadak sehingga Luka pun sedirian di TK Vokaloid tersebut. Sementara Luka yang masih sibuk membuat persiapan alat belajar untuk anak-anak murid mereka masih tetap bertahan berada di TK. Tapi rasa kantuk yang ia alami tak mampu ia tahan sehingga Luka pun ketiduran juga.
Suasana gelap dan sepi di ruang ketika Luka berada, membuat ia terbangun dari tidurnya yang nyenyak. Luka pun terkejut melihat keadaan sekitarnya, dengan segera ia menyalakan lampu dan dilihatnya jam telah menunjukkan angka 10.40 PM.
"Duuh, bagaimana ini? Sudah larut malam, aku terlambat untuk pulang sekarang.", keluh Luka dengan rasa khawatir.
"Apa sebaiknya aku minta Meiko kemari? Tapi tempat tinggalnya kan sangat jauh dari TK ini.", gumam Luka yang sedang mencari solusi.
"Aku takut untuk pulang sendirian, ditambah lagi arah perjalanan ke apartemen sering ada beberapa preman yang mangkal di tempat itu.", ucap resah Luka yang tampak kebingungan.
"Oh, tuhan…apa yang sebaiknya aku lakukan?"
Luka yang berusaha meredam rasa khawatirnya, tetap berupaya untuk pulang ke apartemennya walau bagaimanapun caranya. Dengan tekat yang kuat untuk bisa pulang, akhirnya ia sekarang berada separuh dari arah perjalanan ke apartemennya. Luka menengok keadaan sekitar yang tampak sepi orang melintas di jalan saat itu, membuat ia tetap berusaha melangkahkan kakinya menuju apartemennya.
Tapi perasaan gelisah mulai muncul ketika ia mendengar suara beberapa langkah yang sedang mengikutinya. Tentu saja hal itu membuat Luka makin mempercepat langkah kakinya, tapi tiba-tiba langkahnya terhenti ketika ia akhirnya dicegat oleh para preman yang rupanya terdiri dari 4 orang.
"Hehe…nona mau ke mana? Tampaknya lagi sendirian ya?", ucap salah satu preman tersebut.
Luka yang tampak pucat dan gemetaran, tak mampu menghindar dari mereka.
"Jangan gugup gitu, donk…kami tidak akan menyakitimu, hanya ingin berkenalan saja, iya kan?", ucap seorang preman yang terlihat seperti bos mereka. "Betul itu, nona…", sahut preman yang lain.
"Tolong, ja…jangan menghalangi jalanku. Aku sedang terburu-buru…", jawab Luka yang sedang berusaha menolak ajakan mereka.
"Eeh, kok gitu…hanya sebentar saja. Nona harus ikut bersenang-senang dengan kita, ya kan bos?", ucap preman itu lagi sambil menarik tas Luka yang ia kenakan. Pada akhirnya Luka yang terlihat sangat rapuh ketika mereka ganggu, langsung menggunakan kesempatannya. Celakanya, tidak ada seorang pun yang melintasi jalan tersebut, membuat Luka tampak ketakutan saat itu.
Seorang preman yang terlihat seperti boss dari ketiga preman lainnya, menarik tangan Luka dan mendorongnya ke dinding tembok. "Nona, masih ingat denganku, kan?", ucap preman itu sambil memegang dagu Luka dengan kasarnya. Sehingga membuat Luka tak bisa memberikan perlawanan mental padanya.
"Waktu minggu lalu sepertinya nona tampak beruntung ditolong oleh orang yang sama. Tapi sekarang, aku tak akan membiarkan hal itu terjadi lagi…", ucap lagi preman itu sambil mendekatkan wajahnya ke Luka. "Karena sepertinya hari ini merupakan hari keberuntunganku untuk dapat menyentuhmu…", ucap bisikan preman itu ke telinga Luka dengan sorot mata yang tajam.
Dengan kedua tangan yang masih digenggam erat oleh preman itu, Luka ketakutan dan tak bisa melakukan perlawanan sehingga terlihat sangat pasrah akan keadaannya dan berharap keajaiban datang untuk menolongnya. "Oh, Tuhan…apa yang harus kulakukan? Haruskah hal buruk seperti ini terjadi lagi? Ku mohon tolonglah aku…ku mohon!", ungkap jeritan hati Luka yang tak kuasa untuk menerima keadaannya yang sekarang ini.
Sementara preman itu mulai menyentuh dan mencium leher Luka yang terlihat putih dan mulus itu hingga Luka tak sanggup untuk bertindak macam-macam padanya. Menikmati hal itu, preman tersebut lanjut untuk membuka kancing baju Luka di bagian dadanya dengan mulutnya yang tampaknya sangat mudah dilepas. Luka pun tampak kaget dengan reaksi preman itu yang tampak berani melakukannya.
"Tuhan…haruskah hal ini terjadi padaku?! Aku tidak mau….!Tolong aku…!", ucap jeritan hati Luka lagi yang mulai menangisi keadaannya.
"Buugh!"
Tiba-tiba salah satu preman jatuh tersungkur dari arah belakang mereka hingga membuat preman yang lainnya tampak kaget dengan kondisi dari salah satu teman mereka. Ternyata hal itu dilakukan oleh seorang pria berambut ungu panjang yang tampaknya tak asing bagi Luka dan bos preman tersebut. Kemudian terjadilah perkelahian yang dilakukan oleh anak buah preman tersebut. Tapi tampaknya hal itu dengan mudah diatasi oleh pria berambut ungu hingga akhirnya bos preman itu pun turun tangan.
"Huh, mengganggu kesenangan orang saja...enyah kau dari hadapanku!", bentak bos preman itu.
"Kalau berani, hadapi aku lagi…", jawab pria berambut ungu itu sambil menggulung lengan bajunya.
Akhirnya terjadi perkelahian yang cukup sulit ditaklukan bagi bos preman itu kepada pria berambut ungu yang tampaknya sangat pandai bela diri. Luka yang merasa sangat tertolong dengan kehadiran pria itu lagi tampak senang karena tak menyangka akan bertemu dia lagi. Kembali dari perkelahian yang tadi, tampaknya bos preman itu sudah tak sanggup menghadapi pria berambut ungu karena ia menerima pukulan hingga kepalanya menabrak dinding tembok dan jatuh tersungkur. Melihat keadaan preman itu yang mulai berlumuran darah di kepalanya dan pingsan, pria berambut ungu itu pun akhirnya menghentikan perkelahiannya. Luka yang masih berada di posisinya saat itu kemudian dihampiri oleh pria berambut ungu itu.
"Kau tidak apa-apa, kan? Apa ada yang terluka?", tanya pria itu yang tampak khawatir.
Saat pria berambut ungu itu masih berada didekat Luka, tampaknya menyadari keadaan seorang gadis didepannya itu merasa ketakutan sebelumnya. Sementara baju Luka yang robek di bagian atas hingga memperlihatkan bra dengan belahan dadanya yang tampak penuh, membuat ia tampak seksi dihadapan pria itu tanpa ia sadari. Sehingga si pria tak sengaja melihat bagian atas tubuhnya yang sangat indah itu.
"Ah…i…iya, aku tidak apa-apa. Anu…terima kasih telah menolongku", jawabnya.
Luka yang mencoba mendekati pria itu mulai tampak diacuhkan olehnya. Menerima reaksi seperti itu Luka terdiam bingung sementara pria itu melepaskan blazernya yang berwarna hitam.
"Pakailah ini untuk menutupi tubuhmu agar tak kedinginan", ucap pria itu sambil mengenakan blazernya pada Luka. Jarak yang begitu dekat antara Luka dan pria berambut ungu saat itu, membuat perasaan Luka berbunga-bunga. Tampaknya Tuhan telah mengabulkan doa-nya, hingga ia menangis karena begitu senangnya sedangkan pria itu tampak bingung melihat ekspresi Luka saat itu.
"Eeh, kau benar-benar tak apa-apa? Kenapa menangis?", tanya pria itu.
Luka yang hanyut dalam perasaannya, berusaha menghapus air mata yang membasahi wajahnya yang juga tersipu malu. Tapi hal indah yang Luka rasakan saat itu mulai berakhir, ia terkejut karena di belakang pria berambut ungu tampak bos preman yang telah terluka parah di kepalanya berusaha berdiri sambil menggenggam sebilah pisau.
"Aah…awaaaaaas!", teriak Luka. Melihat hal itu Luka langsung berusaha melindungi pria yang telah menolongnya tadi dengan menjadikan dirinya sebuah tameng. Lalu bos preman itu berlari mendekati mereka dengan pisaunya yang siap melukai siapa pun. Tapi pria berambut ungu itu dengan cepat mengubah posisinya dengan melindungi Luka lagi.
"Craaats!"
Darah pun keluar dari lengan kanan pria berambut ungu itu demi melindungi Luka dan Luka tampak kaget melihat orang yang ia sukai terluka. Sementara pria itu sempat menahan serangan dari bos preman itu dengan segera memberi pukulan yang kuat hingga musuhnya itu jatuh terkapar.
"Uuukh…", keluh pria berambut ungu itu sambil mencoba melepaskan pisau yang tengah menancap di lengannya.
Tak lama kemudian, dua orang petugas keamanan yang sedang berjaga datang dan langsung meringkus preman-preman tersebut. Luka pun memberi keterangan mengenai kejadian yang sebenarnya telah terjadi.
"Anu…sepertinya, luka di lenganmu cukup parah. Sebaiknya…diobati terlebih dahulu", ucap Luka yang tampak khawatir melihat luka pria itu.
"Baiklah…", jawab pria itu sambil menahan darah yang keluar dari lengannya.
Tapi salah satu petugas yang sedang menangkap preman-preman itu tampaknya mengalami kesulitan ketika menahan bos preman tersebut yang masih bisa memberikan perlawanan. Sehingga petugas yang lainnya tengah berusaha mengejarnya, sementara Luka dan pria itu tampak terkejut melihat kejadian itu.
"Sial! Dia masih bisa melarikan diri…", ucap kesal pria berambut ungu itu.
"Maaf, bapak dan ibu…kami tak bisa mengantar kalian ke klinik terdekat. Jadi, kami masih harus menangkap salah satu preman yang telah melarikan diri tadi.", ungkap petugas keamanan itu yang sedang menghampiri Luka dan pria berambut ungu itu.
Dan akhirnya tinggallah mereka berdua, Luka yang masih khawatir dengan keadaan pria itu mencoba mendekatinya.
"Ka…kalau kau tidak keberatan, maukah kuobati di tempat kerjaku? Tidak jauh kok dari sini, soalnya disana ada perlengkapan obat-obatan…", ungkap Luka dengan ekspresi sangat khawatir padanya.
"Iya, tak apa-apa, kita ke sana saja…", jawab pria itu sambil tersenyum pada Luka agar wanita itu tak merasa sedih lagi.
oOOOo
Di TK Vocaloid, Luka dan pria berambut ungu itu telah sampai berada di sana. Sementara Luka mempersiapkan perlengkapan obat-obatannya, pria itu duduk sambil beristirahat dan juga mengamati Luka dengan tatapan penuh arti. Kembalinya Luka yang telah mengambil obat-obatan, pun langsung menghampiri pria itu.
"Maaf, menunggu lama…", ucap Luka sambil meletakkan wadah air berisi handuk basah dan beberapa obat-obatan.
"Aah, tidak juga…", jawab pria itu yang telah duduk rapi menghadap Luka sambil tersenyum manis padanya.
Sebelum memulai, Luka mengikat rambutnya yang berwarna pink tergerai indah di salah satu bahunya. Dan kemudian Luka membersihkan noda darah di lengan pria itu sebelum diobati terlebih dahulu. Sementara pria itu hanya diam mengamati wanita yang ada di depannya, begitu juga Luka yang hanya fokus mengobati lengannya. Sehingga tak satu pun dari mereka berbicara satu sama lain.
"Ehmm…sebelumnya apa kau masih mengenalku?",tanya pria berambut ungu itu untuk memecahkan keheningan diantara mereka.
"Hngh…iya, yang kutahu kau sudah menolongku 2 kali dari gangguan para preman itu. Aku sangat berterima kasih…", jawab Luka yang tersipu malu padanya.
"Ooh itu…berarti kau… aah lupakan saja. Dari tadi kita belum kenal satu sama lain, namaku Gakupo tapi orang biasa memanggilku Gakkun. Ku boleh tahu namamu?", tanya Gakupo balik.
"Namaku…Megurine Luka", jawab Luka yang tampak senang karena akhirnya ia mengetahui nama pria yang ia sukai selama ini.
"Megurine…Luka, boleh ku memanggilmu Luka?", tanya Gakupo lagi dengan sorot mata yang masih tertuju pada Luka. Luka yang merasakan hal itu hanya bisa mengangguk diam dengan wajah masih tersipu malu.
oOOOo
Setelah selesai Luka mengobati lengan Gakupo, tampaknya pria itu ingin pamit pulang padanya.
"Luka, maaf aku harus buru-buru pulang. Terima kasih ya sudah mengobatiku.", ucap senyum Gakupo.
"Aah, i…iya. Aku juga sangat berterima kasih atas pertolonganmu", jawab Luka sambil mengantar Gakupo ke pintu depan.
Tak lama mereka berada di beranda, tiba-tiba diluar mulai turun hujan dan semakin lama semakin deras hujannya.
"Aah, sial! Kenapa turun hujan, deras lagi…", keluh Gakupo.
"Anu…sebaiknya Gakkun menunggu saja disini hingga hujannya mereda…", ungkap saran Luka.
"Aah, benar juga. Kalau pun kupaksakan, sayangkan perban yang Luka pasang jadi rusak, hehehe…", ucap canda Gakupo dan Luka pun jadi tersipu.
Akhirnya mereka berdua pun kembali masuk ke dalam sambil menunggu hujan mereda. Tapi timbul lagi keheningan di antara mereka yang tak memulai bicara satu sama lain. Luka pun berinisiatif untuk membuatkan sesuatu yang hangat.
"Tunggu sebentar disini ya, aku akan segera buatkan minuman hangat", ucap Luka yang mulai beranjak dari tempatnya.
"Eeh, tidak usah repot-repot…", jawab Gakupo yang merasa tak enak telah merepotkan Luka.
"Tidak apa…", ucap Luka sambil meninggalkan Gakupo.
oOOOo
Sekitar 15 menit Luka kembali dari dapur untuk membuat minuman hangat dan mereka menikmatinya di ruang tengah. Tapi belum lama mereka menikmatinya, tiba-tiba terdengar suara guntur yang keras hingga membuat aliran listrik di sekitar TK Vocaloid padam.
"Eeh, ke…kenapa listriknya padam? Aduh, bagaimana ini?", keluh Luka yang tampak ketakutan akan kegelapan.
"Tunggu, tenang dulu Luka…pasti terjadi konsleting dari aliran listriknya", ungkap Gakupo yang berusaha menenangkan Luka.
"Gluduuk…Gluduuk….Duaaar!"
"Aaaakh….!", teriak Luka ketakutan sambil berlari ke arah Gakupo.
Gakupo pun menerima kehadiran Luka yang sekarang berada dekatnya dan sementara Luka masih tampak ketakutan sambil menutup kedua telinganya. Sempat ada keinginan Gakupo merangkul wanita yang tampak ketakutan itu tapi terdengar lagi suara petir yang lebih keras dari sebelumnya hingga membuat Luka yang terkejut dan tak sengaja jatuh terpleset ke arah dada Gakupo. Dan akhirnya mereka jatuh berdua di lantai dengan posisi Luka berada di atas Gakupo.
"Aah…ma…maafkan aku…", ucap Luka yang sekarang tampak gugup karena berada dekat sekali dengan Gakupo.
"Tak apa-apa jika seperti ini bisa meredakan ketakutanmu…", ucap Gakupo sambil tersenyum pada Luka.
Perasaan Luka pun meluap hingga rona wajahnya memerah ketika mendengar perkataan manis Gakupo saat itu. Entah kenapa kejadian yang telah terjadi padanya selama ini membuat ia berpikir inikah yang dinamakan jatuh cinta. Pertemuan yang tak disengaja hingga telah beberapa kali Luka ditolong oleh Gakupo, sehingga ia selalu memikirkan pria itu berkali-kali. Sementara itu, Gakupo melihat wanita yang berada diatasnya tampak sangat cantik ketika ia berusaha menyembunyikan rona wajahnya yang memerah. Pria itu pun hanyut dalam perasaanya yang kemudian menyentuh wajah Luka dan mulai mendekatkan wajahnya. Luka pun juga begitu, merasakan hal yang sama sambil menutup mata dan Gakupo mulai mencium bibir indah berwarna pink itu dengan sangat lembut hingga mereka berdua pun hanyut dalam perasaannya.
Sentuhan bibir Luka yang lembut pun mulai Gakupo membalasnya dengan begitu dalam, membuat gejolak dada Luka ikut berdetak kencang. Luka pun berusaha menahan napasnya agar ciuman itu mencapai puncak kenikmatan mereka berdua. Lalu Luka melepaskan ciumannya.
"Gakkun…aku benar-benar menyukaimu…", ungkap Luka yang tak bisa lagi menyembunyikan perasaannya.
"Luka…kau tampak sangat cantik, aku juga menyukaimu…", ungkap Gakupo dengan lembut sambil mencium lagi wanita yang sangat dicintainya itu.
Kali ini ciuman yang diberikan Gakupo begitu dalam dan hangat hingga membuat Luka tampak kewalahan menerima reaksi darinya. Ciuman yang tidak biasa itu, Gakupo mulai merasakan hangatnya Luka dengan lidahnya yang saling beradu. Luka pun menikmati hal itu sambil merangkul pundak pria berambut ungu itu dan sementara Gakupo masih menahan berat badan Luka yang berada diatasnya.
"Uuukh!", keluh Gakupo yang merasakan sakit di lengan kanannya yang terluka.
"Aah…luka ditanganmu mengalami pendarahan lagi, sebaiknya…", ucap Luka yang khawatir sambil mengangkat tubuhnya dari Gakupo.
"Tak apa….ini hanya efek sementara…", jawab Gakupo di sela perkataan Luka.
Suasana romantis yang mereka rasakan tadi sempat menghilang menjadi hening karena Luka mulai khawatir dengan lengan Gakupo. Daripada terdiam, Gakupo pun kembali mencoba menghidupkan suasana romantis mereka dengan mencium Luka lagi hingga wanita itu terbaring di bawahnya.
"Hmmph…tu…tunggu, apa benar tak apa?", tanya Luka dengan sedikit menolak reaksi Gakupo.
Tampak Gakupo menatap wajah Luka dengan penuh arti hingga membuat Luka masuk ke dalam sisi lain pria itu. Dan mereka berdua pun kembali hanyut dalam asmara mereka dengan saling berciuman. Sementara mereka berdua berciuman, Luka memeluk mesra Gakupo sedangkan Gakupo mulai meraba tubuh Luka dari bawah hingga bagian atas.
Kenikmatan dan gairah dari ciuman mereka timbul hasrat Gakupo ingin melanjutkan hal yang lainnya. Didukung dengan keadaan yang gelap dan udara dingin dari luar, Gakupo pun melepaskan kemejanya sedangkan Luka dengan rona wajah masih memerah tampak telah hilang rasa ketakutan yang ia alami sebelumnya. Kemudian Gakupo membuat sentuhan lembut dengan menciumi leher hingga ke dada wanita itu sambil membuka kancing bajunya dan melepaskannya dari tubuh Luka. Sekilas Luka merasa agak malu dengan memperlihatkan tubuhnya itu pada Gakupo tapi pria itu membalasnya dengan senyuman lembut padanya.
"Luka, kau benar-benar sangat cantik…", ungkap Gakupo yang kembali mencium mesra Luka.
Luka pun merasakan kenyamanan dan kehangatan yang belum pernah ia rasakan sebelumnya pada saat bersama Gakupo ketika ia menyentuh dan menciumi seluruh tubuhnya. Dengan menghabiskan malam bersama sambil berpelukan, layaknya seperti dalam sebuah mimpi dari setiap wanita yang telah jatuh cinta. Hingga perasaannya kini telah menjadi satu dengan pria yang selama ini ia cintai itu tanpa adanya keraguan di antara mereka.
oOOOo
Saat pagi menjelang, Luka yang terbangun dari tidurnya yang nyenyak merasakan adanya kekosongan dari balik selimut yang menyelimuti tubuhnya. Ternyata pria berambut ungu itu telah tak ada disampingnya, sehingga sempat Luka berpikir bahwa ini hanyalah mimpinya saja. Perasaan kecewa dan sedih pun mulai menghiasi relung hatinya yang sebelumnya tampak sangat bahagia. Air mata pun mulai membasahi pipinya yang memerah ketika Luka tak bisa menahan perasaan sedihnya saat itu. Tapi di balik selimut yang Luka kenakan, terdapat sepucuk surat dan kartu nama yang kemudian ia ambil dan membacanya.
"Luka, maaf karena aku harus meninggalkanmu sendirian seperti ini tapi jujur dari perasaanku semalam saat kita bersama, aku benar-benar mencintaimu. Aku akan bertanggungjawab atas semua yang telah kulakukan padamu, jadi kuharap Luka bisa menungguku…"
K. Gakupo
Setelah membaca isi surat itu, wajah Luka kembali berseri-seri dengan harapan bisa bertemu dengan Gakupo lagi sambil mendekap erat sepucuk surat itu.
oOOOo
Pukul 7. 55 AM, Luka yang seperti biasanya tidak pernah terlambat masuk kerja menjadi suatu hal yang ganjil di pikiran Meiko, sahabat dan teman kerjanya itu.
"Luka-chan? Tidak biasanya kamu terlambat masuk hari ini, untung saja hari ini aku datang lebih awal sehingga bisa mengurus anak-anak tadi…", tanya Meiko.
"Ma…maaf, Meiko-san. Tadi malam aku sempat pulang terlambat dan…para preman itu menggangguku lagi", ungkap Luka dengan suara sendu.
"Eeh?! Kenapa kau tidak menelponku Luka-chan? Kau tidak terluka kan atau jangan-jangan…", sahut Meiko yang tampak khawatir mendengar pernyataan sahabatnya itu.
"Hngh…aku tidak apa-apa soalnya aku ditolong lagi oleh pria itu…", jawab Luka yang menggelengkan kepalanya sambil menunjukkan wajahnya yang tersipu.
"Ooh….begitu, syukurlah kau tidak kurang satu apapun", ucap Meiko lega sambil memeluk sahabatnya itu dengan erat. Luka pun merasakan rasa khawatir Meiko yang tampak mencemaskan keadaannya.
Setelah Meiko melepaskan pelukkannya pada Luka, ia memperhatikan perubahan yang berbeda dari sahabatnya itu. Terlihat dua tanda merah di bagian leher kanan dan permukaan dada kiri Luka yang mana pada saat itu Luka memakai baju dengan kerah yang terbuka lebar.
"Luka-chan, kenapa di leher dan bagian dadamu ada tanda merah? Seperti cupang atau bekas ciuman, deh…", tanya Meiko yang heran sambil memeriksa dengan seksama tanda itu.
"Eeh, be…benarkah?! A…aku tidak menyadarinya ketika bangun tadi…", jawab Luka yang terbata-bata untuk tidak mengakui hal yang terjadi semalam.
"Hmm…kau benar-benar tak tahu ya? Soalnya tanda merah seperti itu biasa Kaito berikan padaku ketika kami telah melakukan sex", ungkap Meiko yang masih ragu dengan pernyataan Luka. Luka yang mendengar perkataan Meiko mulai tampak bingung harus berkata jujur atau tidak.
"Luka-chan…apa benar tadi malam, kau yakin tidak terjadi apa-apa kan padamu? Aku benar-benar khawatir jika terjadi sesuatu padamu…", ungkap Meiko dengan tatapan cemas pada Luka.
"I…iya, aku benar-benar tak apa-apa Meiko-san. Jika terjadi sesuatu padaku, ku pasti akan memberitahukanmu terlebih dahulu…", jawab Luka yang tengah berusaha menghilangkan rasa cemas sahabat baiknya itu. "Maafkan aku, Meiko-san. Ku tak bisa memberitahukan hal yang sebenarnya padamu, kuharap kau bisa mengerti akan suatu hal yang tak bisa kujelaskan. Karena hal itu merupakan suatu hal yang terindah bagiku sehingga ingin kusimpan dalam diriku.", ungkap kata hati Luka sambil menggenggam kedua tangan sahabatnya itu dengan tersenyum lembut.
oOOOo
Sudah beberapa hari berlalu sejak kejadian yang menimpa Luka, tapi belum ada kabar ataupun sosok kehadiran pria yang dicintainya itu. Sebenarnya Luka bisa saja datang menemuinya dengan kartu nama yang berisikan alamat rumahnya tapi selalu ia urungkan niatnya itu. Hingga pada hari sabtu, ia mendapatkan surat dari kampung halamannya yang ternyata dari orangtuanya.
Teruntuk anakku,
Megurine Luka
Luka, bagaimana kabarmu di kota Tokyo? Apa kehidupan disana lebih nyaman ya hingga kau tak pernah mengunjungi ayah dan ibumu lagi? Sebenarnya ada hal penting yang ingin kami beritahukan jika kamu mau pulang. Ayah menerima lamaran dari Keluarga K untuk menjodohkanmu dengan anaknya. Ibu berharap kau mau menerima perjodohan itu karena ibu juga sempat berpikir ingin menimang cucu dari putriku satu-satunya. Kamu bisa melihat foto dan info dari calon tunanganmu yang sudah ibu lampirkan di amplop ini. Jadi, pertimbangkan baik-baik tawaran ini untuk masa depan kehidupanmu.
Penuh cinta & sayang
Dari Ibu dan Ayah
Luka yang telah membaca isi surat itu tampak shock dengan perjodohannya yang begitu tiba-tiba hingga ia tak mau melanjutkan membaca info dari calon tunangannya itu beserta dengan fotonya.
"Bagaimana ini? Apa yang sebaiknya harus aku lakukan?", ucap Luka yang kebingungan dengan membiarkan surat itu jatuh dan tergeletak di lantai.
To be continue ….
Oke, sampai disini dulu cerita di Chapter 1 ini. Cukup banyak menyita waktu dan pikiranku dalam membuat cerita ini. Ya mungkin cerita pertamaku yang beralur dewasa dan sepertinya rada kepanjangan, nih. Semoga tidak membosankan dan tidak ada kesalahan dalam pembaca yang masih dibawah umur, hihihi…
Sampai jumpa di cerita selanjutnya …. ^_^
Poe Art.
