Terima kasih untuk Gaara-senpai yang setia membimbingku, Sahabatku Ino yang selalu ada untukku, Ibu, Ayah, dan Bibi Mikoto yang menyayangiku, Naruto yang selalu membuatku tertawa, dan untuk suamiku tersayang, Sasuke Uchiha−yang membantu mewujudkan mimpiku, dan mimpi kita...
Our Tree House
Storied by: AishaMath
Main Charactered by: Masashi Kishimoto
~~00~~
Summary:
Terkadang perjodohan mengajarkan kita betapa pentingnya mencintai orang yang kita nikahi. Meski episode-episode konyol harus mengawali hari-harimu.
~~00~~
~~00~~
Ketika perjodohan seolah menjadi bumerang...
Ketika pernikahan terasa seperti bom waktu yang mematikan...
Ketika mimpi berbelok menjadi kesuraman...
Ketika cinta mengantung begitu tinggi di angkasa...
Sedangkan kata dan raga tak dapat membantah takdir...
Putus asa menghantuimu...
Dan kau mulai kehilangan kekuatanmu...
Dan akhirnya kau bersujud pada takdir Tuhanmu...
Tanpa disadari kau telah mengetuk pintu cinta...
Pintu-pintu cinta terbuka satu-per satu...
Tapi hatimu terlalu kerdil melihat cahaya itu...
Ketika cinta hadir di hadapanmu...
Kau tidak lain seperti orang buta...
Yang meraba-raba dengan takut dan harap...
Yang meragukan mata hatinya sendiri...
Hingga akhirnya kau menyerahkan cintamu pada Tuhan...
Tapi disitulah Tuhan menyatukan cintamu...
Menghapus seluruh duka dan membuka lembaran cinta...
Dan kau pun terbangun dan berlari menggapainya...
Pilihan Tuhan adalah yang terbaik dari segala yang terbaik...
~~00~~
Chapter 1:
Spongebob Fans
.
.
"Tersenyumlah, Pengantinku..." wanita berumur itu masih terus mengelus rambut anaknya. Mencoba memancing cahaya dari wajah sang pengantin yang muram.
"Ibu... ini begitu berat. Kenapa ibu memilih jalan seperti ini? Kenapa ibu terburu-buru?" Sang pengantin berusaha menahan air matanya demi menjaga kesempurnaan make up-nya.
"Maafkan ibu. Tapi percayalah ibu selalu memberikan yang terbaik untukmu, Sayang. Ibu hanya ingin ada seseorang yang akan menjaga dan membimbingmu. Tanpa harus menghapus impianmu," Sang ibu beringsut memeluk anak semata wayangnya.
"Ibu, bahkan rancangan akhirku belum selesai... tapi aku harus menjadi seorang istri. Bagaimana impianku akan terwujud?" suara sang pengantin bergetar dan parau. Ingin ia meledakkan dirinya saat itu juga.
"Kau tidak perlu khawatir, Anakku. Orang yang menjagamu adalah orang yang baik. Hiduplah layaknya seperti biasa. Kuliah, belajar, menggambar, jalan-jalan... lakukanlah semua itu seperti biasa. Dia hanya akan menjadi penjagamu." Sang ibu kembali meyakinkan. Dan anaknya hanya memilih diam. Merasa semua kata-kata itu hanyalah penghibur sementara. Ia mencintai ibunya. Tentu saja. Tapi hari ini sepertinya ia sedikit kecewa.
"Ayo Sayang, kita turun. Semuanya sudah menunggu,"
Untuk sekian kalinya, pengantin muda itu menghela napas berat. Sambil berusaha menguatkan hati dan menghibur dirinya sendiri.
~~00~~
"Aku tahu itu sudah lama berakhir. Kau yang mengakhirinya. Dan hari ini... mungkin aku memaksa untuk mengakhirinya..."
Pemuda berambut raven itu membuka matanya. Rumah cantik yang berdiri anggun di samping rumahnya terlihat jelas di balik jendela kamarnya. Sekali lagi ia pandangi rumah itu, kemudian menarik gorden jendelanya dengan keras.
"Sudah berakhir!" Ia membalikkan tubuhnya dan menuju pintu kamarnya. Tidak tega membiarkan suara familiar di balik pintu itu berkicau terus-menerus.
Pintu kamar terbuka. Menampakkan wajah tampan bak porselen yang membuat wanita di balik pintu itu sumringah.
"Sasuke-kun, kenapa kau lama sekali? Ayo, kita turun, Sayang." wanita itu menggamit lengan anaknya yang bernama Sasuke itu.
"Hn,"
~~00~~
"Ya Tuhanku, ini tidak seperti yang kuharapkan. Bahkan aku tidak tahu wajah lelaki yang kau pilihkan itu. Benarkah ia tampan? Setampan apa? Apa setampan artis Takeru Satoh? Ataukah setampan Hiruma Miura?ataukah... seteduh wajah Gaara-senpai? Oh, jangan-jangan dia berotot seperti pemain Ninja Warrior! Oh..." sang pengantin wanita mulai berimajinasi dengan pikirannya. Berkali-kali ia mendesah akibat imajinasi amatirannya itu.
"Gawat! Aku lupa namanya! Siapa? Siapa? Sas... sasi? Sasu? Saus? Ahaha− Ups!" tanpa sadar sang pengantin mengeluarkan suara tawa yang tertahan.
"Sakura, ada apa Sayang?" tanya ibunya yang duduk tidak jauh darinya.
"T-tidak ada apa-apa, Bu." jawabnya gemetaran. Ia masih berusaha menahan tawa. Membayangkan bahwa nanti ia akan memanggil suaminya dengan nama "Saus".
Disela-sela tawa dalam hatinya matanya tiba-tiba menangkap sosok pria berjalan ke arahnya. Sakura terkesiap. "I-itukah?!"
Pengantin wanita bernama Sakura itu menundukkan wajahnya. Beberapa menit lagi ia resmi menjadi seorang istri. Jantungnya berlomba saat merasakan calon suaminya duduk di sampingnya. Pernikahan yang berlangsung secara adat Jepang itu pun dimulai. Dengan mengucapkan kalimat-kalimat yang tak terdengar lagi olehnya, Sakura melirik calon suami di sampingnya. Sepintas wajah pria itu terlihat sedikit tampan. Sakura memberanikan diri untuk menolehkan lagi wajahnya. Matanya meneliti pengantin pria di sampingnya. Dan di saat melihat rambut belakang sang calon suami, matanya terbelalak dan...
"Pfffft!" Sakura berusaha menahan tawanya. Tubuhnya bergetar hebat. "Apa itu? Kenapa si "Saus" ini meletakkan bokong ayam di kepalanya?"
Sakura bahkan hampir pipis karena menahan geli. "Eits, apa yang aku lakukan? Kenapa aku tertawa di saat pernikahanku berlangsung?"
Sakura tersadar saat gema suara "selamat" memenuhi ruangan itu. Ia melirik wajah pria yang menjadi suaminya. Aku... benar-benar sudah menjadi seorang istri. Istri... istri... dan istri. Dilihatnya tamu-tamu yang hadir di pernikahannya satu per-satu.
Ibu... aku sudah menjadi istri orang. Apa aku sudah menjadi anak yang berbakti?
Ayah... apakah pria ini sebaik dirimu?
Bibi Mikoto, aku sudah mejadi menantumu sekarang. Apakah aku akan bahagia bersama putramu?
Gaara-senpai... Oh, Gaara-senpai. Sepertinya memang kita tidak berjodoh. Tapi aku akan terus menjadi mahasiswa terbaik di bawah bimbinganmu.
Matsuri-chan, jalanmu menuju Gaara-senpai sudah terbentang begitu luas. Selamat, Matsuri-chan.
Ino... Ino... kumohon selalulah berada di sampingku...
Sai-senpai, aku tidak tahu apa senyummu itu mengucapkan selamat atau mengejekku?
Naruto, aku akan selalu merindukan tingkah konyolmu. Apa aku masih bisa tertawa bersama kalian?
Teman-teman arsitekku... semoga kita lulus bersama dengan rancangan terbaik!
~~00~~
"Bisakah kau menjelaskan sesuatu?" tanya Sakura sambil membersihkan make up-nya di meja rias.
Satu-satunya lelaki yang berada di kamar itu mendelik, "Apa?"
"Pernikahan ini. Kenapa bisa terjadi?" Sakura masih sibuk melepaskan pernak-pernik di kepalanya.
Pria itu berdiri di depan lemari dan membuka jasnya kemudian meletakkannya dalam keranjang. "Entahlah..." katanya mendesah panjang.
"Are? Kau pasti tahu sesuatu! Aww!" salah satu pernik membuat rambut Sakura sakit saat dilepas.
"Aku tahu tidak tahu," pria itu membuka kancing kemejanya.
"Ayolah!" Sakura membalikkan tubuhnya. Dan...
"Aaaa~ tunggu, tunggu! Aku menutup mataku dulu!" kata Sakura seraya memejamkan mata saat melihat kancing kemeja Sasuke hampir terbuka seluruhnya.
Sasuke berdecih. Ia hampir tertawa saat melihat wanita di seberangnya menutup mata rapat-rapat. Padahal saat berpakaian lengkap pun biasanya para wanita memandanginya tak berkedip.
"Aku sudah selesai," katanya sambil mengikatkan tali kimono tidurnya.
Sakura membuka matanya. "Huft! Hampir saja aku menodai mataku," katanya lega. Membuat Sasuke kembali berdecih.
Pura-pura tidak mau lihat atau memang tidak mau? Kira-kira itulah makna ekspresinya sekarang.
"Tidakkah kau rasa pernikahan ini konyol? Aku tidak mengenalmu, dan tidak tahu namamu," Sakura menatap Sasuke yang bersiap-siap ingin tidur.
"Hn, aku setuju."
"Lalu kenapa kau tidak mencegahnya?"
"Kau sendiri?"
"Bahkan aku tidak fokus menggambar karena memikirkan pernikahan ini. Aku sudah membujuk ibuku tapi dia justru bersikeras,"
"Hn. Sama denganku,"
Sakura mengernyitkan dahinya. Pria ini begitu pelit berbicara. Ia mendesah panjang. "Siapa namamu?" tanyanya kemudian.
Demi apa? Bahkan teman-teman wanita di kampusnya tahu jelas siapa pria yang dinikahinya itu.
"Sas... Sas apa? Saus? Ahahaha!" tawa Sakura meledak.
Sasuke memicingkan matanya. Tidak izin jika namanya yang terhormat itu dipermainkan. "Sasuke!" katanya cepat.
"Dan kau−" Sasuke menyeringai.
"Sa−"
"−Kura-kura! Pfffft!" Sasuke memotong kalimat Sakura dengan cepat. Kemudian menahan tawanya.
"Apa? Kura-kura? Enak saja! Jangan mempermainkan namaku!" Sakura bangkit dan berkacak pinggang.
"Kau duluan yang memulai!" balas Sasuke tak mau kalah.
"Aku memang tidak tahu namamu!"
"Aku juga!"
Sakura mendesah kesal. Menyebalkan! Tiba-tiba matanya kembali menangkap bagian belakang rambut Sasuke. "Ahahahahh!" spontan ia tertawa.
Sasuke menatapnya heran. Namun ia tak ambil pusing dengan tingkah wanita gila di kamarnya. Segera direbahkan tubuhnya dan berbaring membelakangi si wanita yang masih tertawa.
"Apa itu, hah? Apa itu...?" Sakura memegang perutnya sambil menunjuk rambut Sasuke.
"Apanya?" Sasuke terpaksa membalikkan badannya dengan kesal.
"Itu... di belakang kepalamu! Apa itu bokong ayam? Ahahhah~!" Sakura terduduk di lantai sambil terpingkal-pingkal.
Tanpa disadari ternyata suaranya merambat keluar kamar dan masuk ke kamar lain. Menimbulkan kesalahpahaman para penghuni kamar itu.
"Tunggu, suara apa itu?" Mikoto bertanya pada suaminya yang menyeruput kopi panas di kamarnya.
"Ssst! Jangan mencari tahu apa itu!" katanya suaminya menyeringai.
"Ahaha! Sudah kuduga mereka itu memang cocok. Sepertinya mereka begitu bahagia di hari pertama mereka," kata Mikoto tersenyum senang.
Betapa kedua insan ini sudah salah paham! Jika tahu apa yang sebenarnya terjadi di kamar anaknya, pastilah mulut mereka menganga seperti buaya.
"Baka! Kau menghinaku lagi, Nona!" Sasuke terduduk di ranjangnya. Baru kali ini ada yang menghina seorang presdir tampan seperti dirinya.
"Hah... gomen," Sakura menyeka air matanya. Perutnya terasa kram sehabis tertawa berat. Ia berjalan mendekati Sasuke.
Sasuke menatap wanita yang berjalan ke arahnya dengan heran. "Apa lagi yang akan dilakukannya?"
"Gomen!" Sasuke terlonjak saat melihat uluran tangan yang diberikan Sakura.
"Cih!" Sasuke membuang muka.
"Ayolah Tuan Muda, kau tidak mau menyambut uluran tanganku?" Sakura menahan tangannya yang terasa pegal.
Tiba-tiba Sasuke kembali menyeringai. Ia menatap Sakura dan menyambut uluran tangan itu. "Hn, Nona jidat nong-nong!"
"Baik− Eeehh?!"
"Pffftt!" Sasuke kembali menahan ketawanya.
"Apa kau bilang? Nong-nong?" Sakura melepaskan tangannya. "setelah aku minta maaf kau malah balas mengejekku!"
"Ahahah! Tidakkah kau tahu? Jidatmu itu nong-nong sekali seperti ini," Sasuke menarik rambut depannya dan menampakkan jidat lebar seperti milik Sakura.
"Ahahahha!" kali ini tawanya lepas. Sungguh! Apa yang dilakukannya itu tidak seperti image 'Uchiha Sasuke' yang biasanya. Dirinya yang begitu cool dengan segala wibawa dan kecerdasannya kini berubah 180 derajat. Baru kali ini ia merasakan leganya tertawa dengan lepas.
"Kau!−"
'Drrt!' 'Drrrtt'
'Drrt!' 'Drrrtt'
Sakura yang hendak mendorong tubuh Sasuke berhenti dan menoleh pada ponselnya yang bergetar. Demikian juga Sasuke yang segera meraih ponselnya yang juga bergetar. Keduanya mendesah. Kemudian saling bertatapan dengan artian 'kita lanjutkan pertarungan ini nanti!".
Sebenarnya malam ini sudah begitu larut. Bagi pengantin baru harusnya mereka diberi waktu istirahat yang panjang. Tapi juga ada beberapa orang yang tidak sabaran ingin mewawancarai pengantin baru.
"Iya Ino, iya..." entah sudah berapa lama sahabat Sakura itu mengoceh hingga membuat setengah matanya hendak tertutup. Sakura mengganti pakaiannya sambil sesekali melirik Sasuke yang membelakanginya. Takut tiba-tiba laki-laki itu menoleh ke arahnya saat ia berganti pakaian.
"Hn. Iya, Dobe..."
"Mungkin Sakura-chan menyebalkan tapi dia teman yang baik, Teme! Dia calon arsitek berbakat. Kau beruntung!"
"Hn."
"Teme, bla bla bla..."
"Sudahlah, Dobe. Aku mau istirahat," Sasuke berbaring di ranjangnya. Rasa kantuk benar-benar menyerangnya. Bahkan ia sudah tak dapat mencerna kalimat-kalimat yang dilontarkan karibnya itu yang sekaligus teman kampus Sakura.
"Ino, aku mengantuk." Hal yang sama juga terjadi pada Sakura. Ia beringsut ke ranjangnya sambil melepaskan kontak lens yang ia kenakan.
"Sahabatku yang malang! Semoga kau bisa beristirahat di samping suami barumu ya! Ahahaha!"
"Ino pig..."
"Nah, tidurlah, Sayang. Semoga kau tidak bermimpi aneh malam ini. Bye~"
Masih setengah sadar, Sakura meletakkan ponselnya di meja kecil sebelahnya. Matanya berakomodasi maksimum demi menyaksikan kamar tidur mewah yang ditempatinya. Kamar yang cukup lebar dengan furniture mewah menghiasi kamar itu. Belum lagi bunga-bunga harum yang memenuhi sudut-sudut kamar. Kamar ini begitu indah pikirnya. Tapi kamar terbaik adalah kamarnya sendiri. Meski kamar itu dipenuhi dengan tempelan rancangan-rangan rumah yang berserakan.
"Apa aku bisa tidur nyenyak malam ini?"
Sakura melirik pria di sampingnya yang membelakanginya. Sepertinya pria itu juga baru menyelesaikan telepon panjangnya. Pria itu segera meletakkan ponselnya dan terlelap dengan lelah. Sakura juga segera menutup matanya, namun tiba-tiba...
"Gawat, tidak ada guling? Aku tidak bisa tidur tanpa bantal guling!"
Matanya terbuka lebar setelah tadi menutup sempurna. Dilihatnya kembali pria di sampingnya. Sepertinya pria itu tidur dengan nyaman sambil memeluk bantal guling. Dengan kantuk yang masih mendera tangan Sakura menepuk-nepuk lengan pria di sampingnya.
"Ano..."
Sasuke merasa terusik dengan tepukan itu. "Hhh... Oh, jangan sekarang. Besok saja lanjutkan pertarungannya. Aku mau istirahat," desahnya dengan mata tertutup.
"Tidak, bukan itu. Ano..."
"Hn?"
"B-bolehkah aku yang memakai bantal gulingnya?"
"Apa?" Sasuke membuka setengah matanya.
"Aku tidak bisa tidur tanpa bantal guling,"
Sasuke mendesah. "Konyol! Nah, ambillah..." Sasuke memberikan gulingnya pada Sakura.
Sepintas ia hampir tertawa saat melihat piyama Sakura yang bergambar spongebob. Tapi ia sedikit lega karena Sakura mengenakan piyama dengan celana dan lengan baju yang panjang. Setidaknya itu tidak membuatnya merinding karena melihat baju tidur wanita yang biasanya tampak menerawang−seperti kebanyakan kemeja yang dipakai karyawan wanita di perusahaannya. Oh, sungguh dia tidak suka itu!
"Terima kasih, Temaan!" Sakura memeluk bantal guling itu dengan riang.
Sasuke kembali mendesah. Kemudian segera menutup matanya kembali. "Baiklah, ibuku menjodohkanku dengan seekor anak konyol!"
~~00~~
Perlahan-lahan tapi pasti. Sasuke merasakan area tidurnya semakin sempit. Ia berusaha menggeser tubuhnya agar Sakura tidak menempel pada punggungnya. Tapi meski sudah bergeser berkali-kali, Sakura tetap saja memakan wilayah tidurnya. Ini memaksanya untuk mendorong tubuh Sakura menjauh darinya.
"Hei, Nona jidat nong-nong, kau sudah melewati batas wilayah tidurmu! Ke sanalah sedikit, sempit tahu!" bisik Sasuke sambil mendorong tubuh wanita di sampingnya.
Setelah merasa aman, ia kembali terlelap sambil menelan kekesalannya. Tapi tidak berapa lama setelah itu ia kembali terjaga karena ulah teman tidur di sampingnya.
"Patrick, jangan Patrick! Patrick, jangaaann! Oh, Spongebobku yang malang!"
Sasuke membuka matanya dengan paksa. Berusaha menyadari apa yang terjadi pada punggungnya. Ia membalikkan badannya. Sial! Ia mendapati tangan Sakura yang memukul-mukul punggungnya dan kaki yang menendang-nendang kakinya dengan mata terpejam!
"Pergilah, Patrick bodoh! Kau Idiot!"
"Kaulah yang harus pergi, Nona! Sadarlah!" Sasuke menangkap tangan Sakura. Mendorong tubuhnya.
"Spongebobku, kau anak malang yang baik sepertiku!" Sakura mengelus-elus kepala spongebob dalam mimpinya. Tapi nyatanya ia justru mengelus-elus wajah Sasuke.
"Ah~ Jidat nong-nong baka!" Sasuke menyingkirkan tangan Sakura dari wajahnya.
"Spongebob, kenapa wajahmu berminyak?"
"What the−?!" wajah Sasuke memerah. Tanpa sadar ia meraba wajahnya sendiri.
"Sial! Karena begitu ngantuk aku sampai lupa mencuci muka!"
Sasuke meraih tisu di atas meja di sampingnya dan mengelap minyak yang membanjiri wajahnya. Ia melihat Sakura yang sepertinya akan memulai kembali drama tidurnya.
"Gawat!"
Sasuke melompat dari ranjangnya. Dan menatap Sakura dengan sweat drop. Ia mendesah keras. Tidurnya benar-benar terusik malam ini. Tunggu, benarkah hanya malam ini? Bukan kah ia akan tidur selamanya dengan wanita ini?
"Ah~ jidat nong-nong baka!"
Sasuke mengambil bantalnya dan pindah ke sofa. Meski tidak nyaman karena kakinya harus ditekuk setidaknya itu lebih nyaman bila harus mendapat serangan tidur dari Sakura.
"Anak konyol!"
~~00~~
Sakura mengerjap-ngerjapkan matanya. Berusaha memfokuskan pengilahatannya akibat rabun jauh yang dideritanya. Ia terduduk di ranjangnya dan terheran sendiri karena mendapati tubuhnya berada di tepi ranjang tempat Sasuke tidur. Matanya mengelilingi tempat tidurnya yang berantakan. Dan ia terheran karena tidak melihat Sasuke di ranjang itu. Sakura berdiri dan merasakan kakinya menginjak sesuatu. Ia menoleh kebawah. Dan...
"Ya Tuhan!" pekiknya sambil melompat ke sisi lain.
Matanya yang rabun menerka-nerka apa yang dipijaknya itu. Di matanya itu terlihat seperti... tubuh manusia?
"Tidaaak! Oh tidak, tidak! Apa yang terjadi? Sasuke, kenapa kau jatuh ke bawah? Maaf aku tidak sengaja menginjakmu!"
Sakura berusaha menggoyang-goyangkan benda panjang yang tertutup selimut itu. Namun benda itu tidak bergeming.
"Gawat! Dia... mati!" Sakura menutup wajahnya dengan tangan.
Tidak jauh dari ranjang itu berada, sepasang mata onyx memperhatikan kelakuan Sakura yang terlihat konyol. Setelah menyiksanya sepanjang malam dan membuatnya tidur di sofa, kini wanita itu mengatakan bahwa dirinya telah mati. Pria bermata onyx itu terlihat gerah dengan sikap istri barunya yang sangat konyol. Ia berjalan mendekati wanita itu yang masih menutup wajahnya.
"Hentikan tingkah konyolmu itu, Nona jidat nong-nong!"
Sakura tersentak mendapati suara di depannya. Buru-buru ia membuka wajahnya dan mencari makhluk yang bersuara itu. Matanya menangkap kabur sepasang kaki yang berdiri di depannya. Ia mendongakkan kepalanya dan mendapati seorang pria yang wajahnya kabur.
Ia berdiri mendekati pria itu. Matanya berakomodasi sampai akhirnya melihat jelas wajah pria di depannya. Sasuke menatap Sakura yang terlihat aneh−meski sepintas hatinya merasa manik emerald hijau milik Sakura terlihat begitu indah.
"Kau kah itu, Sasuke berambut bokong ayam? Benar! Ya Tuhan, aku kira kau sudah mati!" seru Sakura sambil menepuk jidatnya yang memang lebar.
"Hn− Apa?! Sialan kau, Nona berjidat nong-nong baka!"
~~00~~
-TBC-
~~00~~
Ah benar, humornya pasti garing! =_=
Typonya bertebaran!
Oh, tidak! lagi-lagi fic nista yang kupublish. T_T
Segala macam kritik dan saran terbuka luas untuk kalian.
Arigatou minna, sudah rela membaca bahkan mau meriview fic yang ala kadarnya ini. :)
Salam literasi, semuanya. ^_^
