Disclaimer
Naruto © Masashi Kishimoto
Warning(s)
AU, OOC-maybe, typo(s), gaje.
.
.
.
Found You
.
.
.
Pagi hari merupakan awal mula beraktifitas bagi semua orang. Suara burung berkicau pun terdengar dari sela-sela ruang kamar seorang gadis berambut soft pink yang masih terbaring nyenyak di atas ranjang empuknya. Matanya terpejam, wajahnya sangat tenang seakan tidak ada beban yang ditanggung. Sampai ketenangan itu terusik dengan suara
.
Kriinggg..
.
Tubuh sang gadis tersebut serentak bergerak, yang berarti sudah terbangun dan mendengar alarm berbunyi dengan indahnya. tidak, ini hanya gurauan. Tangannya berusaha mengambil alarm dengan kesadaran yang belum penuh dan mematikannya. Tubuhnya bangkit duduk di ranjang sembari merenggangkan otot-otot yang kaku. Mata gadis itu melirik ke arah jam menandakan pukul 7 lewat 30 menit. Lalu gadis tersebut mulai beranjak turun dari ranjang dan keluar kamar. Saat melihat ke arah dapur, dirinya melihat seorang wanita yang sedang membuat sarapan pagi, ia adalah ibu dari Haruno Sakura. Tidak lain tidak bukan merupakan nama gadis berambut senada cotton candy tersebut. Sakura hanya tersenyum tipis lalu berjalan ke kamar mandi untuk membersihkan diri.
Setelah selesai dengan kegiatannya di kamar mandi, gadis itu mengganti pakaian seragam sekolah nya. Ia mengenakan hem putih lengan pendek, dibalut dengan blazer biru dongker, dan rok kotak-kotak bewarna abu-abu tua di atas lutut, lalu tidak lupa dengan pita berwarna merah bersender di bagian kerahnya. Rambut soft pinknya yang panjang ia biarkan terurai.
"Ohayou, kaa-san." Sapa Sakura saat berada di meja makan.
"Ah, ohayou, nak."
Ibu Sakura, Haruno Mebuki, membalas sapaan sang anak dengan tersenyum lalu memandang gadis tersebut dari atas sampai bawah. "hari ini adalah hari pertama mu pindah di Konoha Gakuen, ne? Jangan sampai telat." Tegasnya.
"Tentu saja, kaa-san. Anak mu ini tidak akan membuat masalah." Ucap Sakura sembari mengacungkan jempol.
Sang ibu hanya terkekeh mendengar jawaban yang keluar dari anak gadisnya tersebut. Mereka pun mengatakan ittadakimasu, lalu mulai melahap sarapan yang dibuat oleh Mebuki. Sakura menghabiskan makanan tanpa sisa dan membawanya ke wastafel. Tangannya meraih tas sekolah miliknya. "kalau begitu aku berangkat kaa-san. Ittekimasu!" ujar Sakura setelah membuka pintu.
"Itterasshai!" balas Mebuki dengan sedikit berteriak.
Langkah kaki Sakura terdengar saat menuruni tangga apartemen nya. Ya, Sakura dan ibu nya tinggal di apartemen sederhana yang hanya berlantai 4. Mereka pindah ke Tokyo setelah sang ibu berpisah dengan ayah nya yang berada di Kyoto. Berat hati Sakura saat tahu bahwa ia akan meninggalkan sang ayah, Haruno Kizashi. Walaupun ia tahu, jika ayah dan ibu nya tetap bersama, tidak akan menampik mereka selalu bertengkar setiap hari. Baik itu masalah kecil atau besar.
Mebuki lantas harus bekerja di sebuah toko roti untuk membantu biaya sehari-hari. Namun jika untuk keperluan sekolah, sang ayah lah yang akan mengirimkan uang tersebut kepada Sakura. Helaan nafas terdengar dari mulut Sakura jika sedang memikirkan hal tersebut. Tidak lama bibirnya melengkung, ia merasa harus tetap semangat untuk bersekolah.
Sakura tidak menggunakan kendaraan apa pun saat berangkat ke sekolah barunya, karena jarak yang ia tempuh tidak terlalu jauh. Langkahnya santai sembari bersenandung ria.
Lalu ia telah sampai di gerbang Konoha Gakuen, banyak siswa siswi yang melintasi gerbang tersebut. Bahkan ada yang bergerombolan, berpasangan, ataupun sendiri yang pasti seperti Sakura saat ini. Akhirnya setelah memasuki gedung, gadis musim semi itu menuju ke ruang guru terlebih dahulu.
.
.
.
Suasana di kelas 2-B sedikit ramai, para murid mulai berdatangan dan menduduki kursi masing-masing. Bahkan ada yang bersenda gurau dengan temannya, bergosip, maupun yang memilih menidurkan kepalanya di atas meja. Tak terkecuali kumpulan murid perempuan yang masing-masing berbeda warna rambut, yang duduk di kursi pojok kiri.
"Hei, Ino. Wajahmu sumringah sekali." Gadis bercepol dua menatap teman yang di depannya dengan tatapan penasaran.
"Yang benar? Biasa saja, ah." Elak gadis berambut blonde diikat ponytail.
"Jangan berbohong kau. Hinata, pasti kau juga menyadarinya, kan?"
Gadis berambut panjang lurus dengan poni di dahi nya tersenyum canggung, "U-umm, Ino-chan sepertinya terlihat senang."
Tenten pun memasang wajah menyeringai kepada Ino. Lantas Ino memutar bola matanya malas, ia sebetulnya tidak ingin gegabah menceritakan 'kisah cinta'nya kepada teman teman. Namun apa boleh buat kalau ternyata ia tidak bisa mengontrol rasa senangnya pagi ini, dan disadari oleh mereka. Lalu dengan lugas Ino pun menceritakan kejadian kemarin, saat di hari Minggu.
"Kau kencan dengan Sai?!"
"Ssstt!" dengan sergap Ino membungkam mulut Tenten saat gadis itu berteriak, "pelan-pelan, dong. Kau ingin aku malu dihadapan mereka?!" Ino melirik kumpulan pria di kursi pojok depan, yang tidak lain tidak bukan terdapat sosok Sai yang merupakan bahan gossip mereka. Dan salah satu dari kumpulan tersebut sepertinya ada yang menyadari jika Sai sedang dibicarakan.
"Gomen, gomen. Aku terkejut, bagaimana bisa kau dengan dia?" Tanya Tenten.
"Lain kali saja aku bahas."
"Jika Ino-chan senang, aku akan mendukung kedekatan kalian." Ujar Hinata sembari tersenyum manis. "Oh, Hinata. Aku padamu." Ino memegang kedua pipinya yang merona lalu matanya berkedip-kedip. Sedangkan Tenten hanya menatap malas wajah sahabat blonde nya tersebut.
Lain hal nya dengan kumpulan pria ini, mereka melihat tingkah laku para gadis yang berbincang tersebut. Ralat. Tidak semua, tapi hanya pria berambut kuning dan berambut hitam klimis yang melihat. Sisanya, pria berambut panjang yang wajahnya mirip seperti Hinata, dan berambut raven tampak acuh dengan sekitar.
"Jadi, bisa kau jelaskan, Sai?" wajah Naruto seperti sedang mengintrogasi temannya tersebut.
"Apakah penting?" jawab Sai, mengeluarkan senyum palsu ciri khas pria itu.
"Tentu saja penting! Kita kan teman, seharusnya kau berbagi cerita dengan kami "
"Sudahlah, Naruto." Potong Neji.
Naruto hendak memprotes perkataan Neji namun terhenti saat pintu kelas bergeser, dan masuk lah seorang guru berambut perak, yang bentuknya seperti melawan gravitasi. Wajah nya pun tertutup oleh masker. Kemudian para murid kembali menduduki kursi nya masing-masing, tidak lupa dengan memberikan salam kepada sang guru.
"Baik lah, semua. Sebelum kita memulai pelajaran, aku ingin mengenalkan murid baru yang akan pindah di kelas ini."
Kakashi menoleh ke luar kelas, dan memberi kode agar murid pindahan tersebut masuk ke dalam kelas. Suara bisik-bisik sedikit terdengar di dalam kelas, ada yang bertanya-tanya apakah murid pindahan itu pria atau perempuan. Tidak lama kemudian, langkah kaki mulai terdengar, bersamaan dengan itu, muncul sosok perempuan berseragam berambut pink berdiri di depan kelas.
Semua mata tertuju pada Sakura. Bahkan pria beramput mangkuk yang duduk paling depan menganga saat melebarkan matanya. Lain halnya dengan Sakura, ia tersenyum kikuk saat melihat calon teman-teman barunya. "Silahkan, Sakura. Perkenalkan dirimu." Ujar Kakashi.
Sakura menoleh ke arah Kakashi lalu mengangguk pelan. Ia menarik nafas terlebih dahulu dan membuangnya. "Perkenalkan, nama saya Haruno Sakura." Ia mengambil kapur lalu menulis huruf kanji yang merupakan namanya. "Saya pindahan dari Kyoto, dozo yoroshiku onegaishimasu." Sakura pun membungkuk.
Kemudian Kakashi mempersilahkan Sakura untuk duduk di kursi yang kosong. Tepatnya berada di barisan belakang pojok kiri. Tepatnya di belakang kursi Ino. Sakura duduk dengan tenang lalu melihat gadis di depannya menoleh ke belakang, "Hei, nama ku Yamanaka Ino. Salam kenal" Ucap Ino sembari mengedipkan mata sebelah. "Ano, salam kenal juga, Yamanaka-san." Balas Sakura dengan tersenyum.
"Minna-san, kita lanjutkan materi pertemuan kita yang terakhir." Suara Kakashi lalu terdengar oleh para murid.
.
.
.
Bel istirahat sudah berbunyi.
Disaat seperti ini pasti sebagian murid mulai berhamburan ke kantin untuk mengisi energi nya kembali. Sakura sedang membereskan buku serta alat tulis miliknya. Mata emerald nya memandang ke seluruh kelas, teman kelasnya tersebut mulai beranjak dari kursinya dan melangkah keluar kelas bersama teman-temannya. Ia lalu melihat kumpulan pria yang berkumpul di depan sepertinya juga akan meninggalkan kelas ini.
Tidak tahu bagaimana nasib dirinya saat ini, Sakura sangat ingin pergi ke kantin, perutnya meraung-raung ingin diberi jatah tapi ia sadar diri bahwa tidak tahu jalannya. Bahkan tadi pagi saja ia sudah dibikin pusing saat mencari ruang guru, beruntung Sakura bertanya pada petugas kebersihan yang sedang lewat di koridor. Sakura merutuki dirinya yang lupa membawa bekal dari rumah.
"Haruno-san, kau mau ikut kami ke kantin?"
Tiba-tiba suara lembut hinggap di telinga Sakura, ia menoleh ke depan melihat gadis berambut biru tua panjang berponi sedang berbicara ke arahnya, lalu di sampingnya berdiri gadis bercepol dua. "Ayo lah, daripada kau bengong di kelas." Ujarnya.
"Ah, boleh." Sakura menganggukan kepala.
Mereka pun akhirnya menuju kantin bersama. Setidaknya kali ini Sakura tidak perlu seperti anak hilang saat mencari letak kantin. Saat di perjalanan mereka memperkenalkan diri kepada Sakura. Dan Sakura menganggap mereka teman yang ramah, sebenarnya ia bukan tipe orang yang susah bergaul, sifatnya ini menurun dari sang ibu.
Sesampainya di kantin, Sakura dan yang lain mencari tempat duduk yang kosong.
"Haruno, kau ingin beli apa?" Tanya Tenten menatap Sakura.
"Panggil aku Sakura saja, sepertinya lebih enak didengar." Balas Sakura terkekeh.
"Kalau begitu kau juga harus memanggil ku Ino, lalu Hinata, lalu Tenten."
"Dasar cerewet." Omongan Tenten pun mendapat tatapan membunuh dari Ino. Sedangkan Sakura dan Hinata hanya bisa tertawa melihatnya.
Setelah beberapa lama Sakura dan teman-temannya memutuskan akan membeli sushi, ia pun beranjak bersama Ino untuk membelinya. Sesaat sedang mengantri, ia melihat beberapa murid perempuan datang ke kantin dengan lagak bossy. Sakura yakin itu, dengan melihat tampilannya saja sudah terlihat. Dalam hati ia menebak pasti perempuan berambut merah dan berkacamata itu adalah pentolannya. Hei, apa itu pentolan.
"Karin and friends." Celetuk Ino.
Sakura mendengar gumaman Ino. Lalu dilihatnya Karin dan temannya berhenti di sebuah meja, ingin menduduki tetapi ada satu murid perempuan yang sedang makan sendirian. Kemudian murid itu sadar akan keberadaan Karin dan menoleh, "Hei, bisakah kau pergi? Aku dan kedua teman ku ingin duduk disini." Karin berbicara dengan suara lantang, lantas para murid yang berada di kantin bisa mendengar dan sebagian melihat ke arah gadis berambut merah tersebut.
"T-tapi, aku belum selesai makan." Sahut gadis berambut coklat yang sedang duduk, "Lagipula disini masih ada tiga kursi kosong." Lanjutnya sembari tersenyum canggung.
Seketika Karin mendelik, "Aku tidak mau makan dengan mu." Ia menekankan kata 'dengan mu'.
Sedangkan teman-temannya hanya menyetujui perkataan Karin, tanpa ada niat membela gadis tersebut.
"Teme, kekasih mu bertingkah, tuh."
Yang dipanggil teme alias Sasuke hanya mendengus mendengar perkataan sahabat pirangnya. Ia sungguh tidak peduli dengan apa yang sedang terjadi di kantin, dan lebih memilih berkutat bersama jus tomat yang sedang ia minum.
Sasuke dan yang lain duduk tidak jauh dari tempat Karin bertingkah, para pria tidak mengerti kenapa perempuan sangat merepotkan. Hanya masalah kursi saja harus dipeributkan. Naruto sebenarnya ingin membantu gadis bernama Ayame itu, tetapi ia bingung harus memulainya dari mana. Dan akhirnya dia memilih untuk menyimak apa yang terjadi.
Di sisi lain, Sakura sungguh geram melihat sesorang ditindas seperti itu, tangannya sudah mengepal kuat. Logikanya menahannya untuk ikut campur, ia sadar adalah murid baru, tidak mungkin baru hari pertama memijak gedung ini sudah membuat masalah. Namun inner-nya berkata ia harus turun tangan. 'Shannaro..!'
"Maaf."
Dengan keguguhan hati akhirnya Sakura menghampiri meja tersebut. Ino yang melihat Sakura pergi hanya bisa menganga. Bahkan Tenten dan Hinata juga terkejut.
"Apa kau tidak lihat dia sedang makan?" Ujar Sakura menatap Karin.
Karin memasang wajah bingung, "Siapa kau?"
"Kalau kau tidak mau menunggu kenapa tidak duduk saja disini. Kau tega mengusir dia saat makanannya belum habis?" Ayame yang sedari tadi menunduk menoleh ke arah Sakura, ia tidak menyangka akan ada membela dirinya.
"Memangnya aku peduli." Timpal gadis berambut pink gelap yang bernama Tayuya. Sedangkan teman yang berambut dikuncir empat hanya diam memasang wajah datar.
"Kami senior asal kau tahu."
Mendengar perkataan yang terlontar dari mulut Karin membuat Sakura mendengus, "Memangnya aku peduli?" tantangnya.
'good job, Sakura!' Batin Ino.
Karin membelalakan matanya. Ia tidak habis pikir gadis berambut aneh di depannya menentang dia dengan santainya. Selama ini bahkan tidak ada yang berani beradu mulut dengan gadis berkacamata tersebut secara terang-terangan. Lalu tak sengaja, ekor matanya melihat Sasuke duduk tak jauh dari tempat ia berdiri, Sasuke sedang sibuk dengan ponselnya. Padahal ia berharap pria itu memperhatikan dirinya.
"Dasar pinky! Gara-gara kau aku jadi tidak nafsu makan."
Akhirnya Karin dan teman-temannya meninggalkan kantin dengan tampang penuh kekesalan. Tak lama suasana kantin kembali seperti biasa. "Anu, terima kasih sudah membantu ku." Ucap Ayame.
"Hm, tidak masalah. Kau bisa lanjut makan dengan tenang." Balas Sakura.
Ino menghampiri Sakura dengan membawa senampan sushi, lalu kembali duduk bersama Tenten dan Hinata yang sudah tidak sabar menunggu. Terlebih tidak sabar menunggu cerita dari Sakura kenapa ia bisa bisa seberani itu. Sedangkan Sakura hanya bisa sweatdrop.
"Hei, teme! Gadis pink itu berhasil melawan Karin." Naruto senang akhirnya kekesalannya bisa terwakili oleh Sakura.
"Bukankah dia murid baru di kelas kita." Tanya Sai.
"Benar juga." Ujar Naruto, "Aku baru ingat."
"Setidaknya dia lebih berani dari mu." Neji yang sedari tadi diam saja akhirnya mulai bersuara dengan menyindir Naruto. Sedangkan Naruto hanya memalingkan muka, menandakan ia masa bodo dengan ucapan sahabatnya itu.
Tanpa ada yang tahu, Sasuke memperhatikan gadis berambut soft pink itu dari kejauhan selama 5 detik dengan tatapan datar. Setelah itu pandangannya kembali teralih kepada teman-temannya.
.
.
.
Waktu menunjukan pukul 4 sore. Kelas sudah berakhir. Pelajaran terakhir merupakan pelajaran yang membosankan menurut Sakura. Sejarah, walaupun guru nya tidak killer. Tetap saja membuat Sakura menguap beberapa kali saat menyimak Kurenai-sensei menjelaskan. Bahkan ia sempat melihat rambut kuning jabrik yang duduk di sebelah nya tertidur lelap. Dongeng yang indah, mungkin.
"Sakura, ayo kita pulang." Ajak Tenten yang sudah siap pulang bersama Ino dan Hinata.
Sakura pun bangkit dari kursinya, kondisi kelas sudah mulai sepi. Saat sudah melangkah di dekat pintu, ia merasa melihat sesuatu di bawah kiri. Wajahnya menoleh ke bawah, ternyata benar. Ada earphone berwarna putih tergeletak, lalu Sakura mengambil benda tersebut. "Hei, kalian tahu ini milik siapa?" Tanya Sakura pada teman-temannya saat menelusuri koridor.
Baik Ino, dan Tenten hanya mengendikan bahu, "Mungkin punya anak kelas, Sakura-chan." Ucap Hinata.
"Lebih baik kau simpan saja dulu."
Akhirnya Sakura mengikuti apa kata temannya tersebut.
Sasuke membuka pintu kamarnya dengan tenang. Sudah diduga di rumah nya sangat sepi seperti biasa, hanya ada bibi Chiyo yang biasa membantu pekerjaan di rumah. Badannya terasa lengket, lalu ia memutuskan untuk membersihkan tubuhnya agar kembali segar.
Setelah selesai, Sasuke mengganti pakaian dengan kaos lengan panjang berwarna hitam dan celana pendek. Berbaring di atas kasur memang hal yang paling nyaman, sembari memejamkan matanya sejenak. Kemudian ia bangkit untuk mengambil sesuatu yang bisa mengembalikan mood nya. Sasuke mengambil tas nya dan meraba isinya, ia terheran tidak menemukan benda yang ia cari. Lalu Sasuke mengambil kembali blazer seragam sekolah dan mengecek kantong, namun nihil.
"Sial." Umpatnya.
Ternyata yang sedang ia cari adalah earphone berwarna putih yang kini sedang dipegang oleh Sakura, dan ia mengamati benda tersebut.
'Kira-kira ini milik siapa ya.' Batin Sakura.
Lalu Sakura menaruhnya di dalam laci belajar, diliriknya jam yang menunjukan pukul 11 malam akhirnya gadis itu berjalan menuju singgasana nya. Kasur. Dan berbaring untuk beristirahat, ia menarik selimut putih miliknya. Matanya pun mulai terpejam.
.
.
.
Tbc
.
.
.
Hello~ aku newbie di *yeay* *gak nanya* btw, maaf kalo misalkan banyak yang kurang atau gimana, aku siap menampung kritik jika ada, dan mohon bimbingannya juga~
Read n Review?
