Melupakan insiden yang terjadi empat hari yang lalu dan keluar dari kekabungan yang menjerat. Meratapi nilai akhir semesteran yang sungguh ironi sekali. Sungguh muak melihat deretan angka-angka disana hingga tak bisa tidur buatnya.

Berada di rentang waktu liburan yang terbilang cukup panjang tetapi masih harus belajar untuk persiapan akhir. Sungguh belajar itu membosankan. Sang otak pun lelah dan akhirnya mengoordinasikan untuk merebak suatu karya fiksi YANG BARU.

Alur tak jelas dan kata berbelit akibat lama tak menulis. Mohon hati-hati!

- AqueousXback -


PROLOG

"Bagaimanapun, aku harus datang investigasi TKP, Yixing-ah."

Seseorang yang dipanggil Yixing, mengeratkan genggamannya pada lengan seorang pemuda yang hendak pergi. Manik hitamnya berkaca-kaca. Entah berapa lama kedua manik indah itu menahan benteng supaya air mata tidak meluap. "Kumohon tetaplah disini, Joonmyeon-ah." ucapnya lirih.

Joonmyeon tersenyum. Digenggamnya lembut telapak tangan Yixing yang mengikat lengannya kuat. Memberikan secercah keyakinan pada sosok manis yang sangat cemas di hadapannya ini.

"Aku akan menjaga diriku dengan sebaik mungkin, Yixing-ah. Jangan khawatir." ucap Joonmyeon meyakinkan. "Lagipula, aku harus menjalankan dan menyelesaikan tugasku sebagai detektif."

Yixing diam sembari menggigit bibir bawahnya. Ia tak mampu menanggapi ucapan Joonmyeon lantaran rasa cemas yang menghinggapi batinnya.

Sungguh.

Yixing melihat bayangan hitam itu di balik Joonmyeon.

Dan sungguh.

Yixing masih ingin terus bersama Joonmyeon lebih lama lagi. Ia masih ingin merasakan kehangatan dan rasa cinta yang diberikan Joonmyeon lebih lama lagi.

"Percayalah padaku, sayang." Telapak tangan Joonmyeon bergerak perlahan ke pipi Yixing lalu mengusap pipi itu pelan nan lembut. "Aku akan menjaga diriku baik-baik."

Yixing mengangkat sedikit kepalanya yang menunduk. Ia pun menatap wajah Joonmyeon yang tengah tersenyum lembut. Kemudian tatapannya jatuh pada manik kuaci milik Joonmyeon demi mencari suatu kepastian dari ucapannya.

"Aku pasti kembali. Investigasi ini hanya memakan waktu paling banyak lima jam." ucap Joonmyeon. "Untukmu, aku bisa gesit menyelesaikan investigasi hari ini. Setidaknya, paling lama tiga jam."

Joonmyeon memandang Yixing yang menundukkan kepalanya perlahan. Ia mengusap perlahan pipi Yixing kemudian mendorong pelan dagu Yixing hingga ia bisa menatap dengan jelas manik hitam itu.

"Jangan khawatir, Yixing-ah."

Tetes demi tetes air mata jatuh membasahi pipi Yixing. Ia merasakan rasa sakit dan perih yang teramat pedih di dadanya. Sungguh, ia tidak ingin kelalaian yang sama terjadi. Kelalaian yang dimana ia membiarkan ayahnya pergi kemudian hilang dimakan kematian. Ia tidak ingin hal itu terjadi pada Joonmyeon. Satu-satunya sosok berharga yang ia punya sekarang ini.

Joonmyeon langsung meloloskan lengannya dari genggaman Yixing yang melemah secara tak sadar. Ia menempelkan telapak tangan yang tadinya dipenjarakan oleh genggaman Yixing di pipi tirus itu. Diusapnya kedua bagian pipi Yixing dengan jempolnya guna menghapus air mata yang tanpa dosanya membasahi pipi indah itu. Sekaligus, menenangkan batin Yixing yang sekarang tengah bergejolak.

Setelah dirasa keadaan Yixing cukup tenang, Joonmyeon pun mendekatkan wajahnya sambil memejamkan kedua matanya perlahan lalu menempelkan bibirnya di bibir ranum merah muda milik Yixing. Ia melumat perlahan bibir itu seraya memberikan ketenangan dan keyakinan pada diri Yixing yang sangat menghawatirkannya.

Yixing memejamkan matanya perlahan kemudian membalas tiap-tiap lumatan Joonmyeon di bibirnya. Ia memeluk pinggang Joonmyeon ketika merasakan tengkuknya di dorong. Ia membalas segala lumatan Joonmyeon hati-hati untuk merasakan perasaan yang disampaikan Joonmyeon melalui cumbuan ini.

Baik Joonmyeon dan Yixing, mereka menjauhkan bibir mereka perlahan lalu membuka masing-masing manik mereka.

"Aku pergi dulu." ucap Joonmyeon kemudian dilanjutkan mengecup singkat bibir Yixing lalu mencium pelan dahinya.

Yixing hanya diam tanpa tanggapan apapun. Ia mengangkat tangannya ketika Joonmyeon berjalan menjauh sambil melambaikan tangan. Ia pun menggigit bibir bawahnya sembari mengamati punggung Joonmyeon yang menjauh dari ruang lingkup pandangannya. Joonmyeon pun benar-benar menghilang dari ruang lingkup pandangannya dan rasa cemas langsung menghinggapi batinnga tanpa ampun.

"Kumohon lindungi Joonmyeon."

"Aku masih ingin bersamanya lebih lama lagi."

...


"Pola pembunuhannya sangat direncanakan dengan detail, rupanya. Dari lokasinya saja, jika kita menghubungkan titik demi titik lokasi pembunuhan, kita akan menemukan sebuah pola segi enam beraturan. Selain itu, terdapat rentang waktu sela dua jam pembunuhan tiap minggunya. Si pelaku ingin memberitahu kita sesuatu dengan cara yang unik dan menarik perhatian banyak orang."

"Wah. Benarkah begitu seonbae? Tapi, sesuatu apa yang ingin dia beritahu kita?"

Joonmyeon menghela nafasnya sejenak. "Tidak tahu. Ini masih menjadi sebuah misteri yang harus dicari kebenarannya."

"Lagipula, bisa saja dia ingin bermain-main dengan aparat kepolisian."

Joonmyeon menggerakkan lehernya ke kiri-kanan membunyikan sendi yang kaku sejenak. "Secara garis besar, aku hanya bisa menyimpulkan itu. Untuk kondisi mayat ini, kita harus menunggu dari pemeriksaan medis, bukan?"

"Ya, kau benar seonbae."

"Setelah ini kau masih harus mengurus arsip di kantor kan, Taehyung-ah?"

Seorang pemuda lebih muda yang dipanggil Taehyung mengangguk membenarkan pernyataan Joonmyeon. "Padahal aku ingin langsung tidur dan malas-malasan di rumah."

Joonmyeon tersenyum. "Selamat bekerja. Semoga kau tidak gila menghadapi kertas bertempuk yang tebalnya tidak lebih sama dengan ensiklopedia."

"Aku benci simpati darimu, seonbae."

Joonmyeon mulai berjalan meninggalkan tempat kejadian pembunuhan. "Aku pulang dulu. Kau berhatilah-hatilah dengan buku arsip yang tebal itu."

"Terima kasih atas kepedulianmu, seonbae." ucap Taehyung yang mulai kesal.

Joonmyeon mengangkat ibu jarinya sebagai balasan. Ia pun pergi meninggalkan lokasi investigasi dan menuju mobilnya yang terparkir di pusat perbelanjaan yang letaknya sangat jauh dari lokasi investigasi. Inilah kebiasaan aneh Joonmyeon. Ia selalu memarkirkan kendaraannya di tempat yang sangat jauh dari lokasi, minimal seratus meter. Entah apa tujuannya ia melakukan itu. Biarlah itu menjadi sebuah misteri yang takkan terpecahkan.

Gedung pusat perbelanjaan telah tampak di sudut pandang Joonmyeon. Sebelum menuju ke sana, ia harus menyebrangi jalan. Ia pun berjalan menyebrangi jalan dan tiba-tiba saja..

Terdapat cahaya lampu yang sangat menyilaukan mata.

Tiba-tiba saja..

Tubuhnya merasakan rasa sakit akibat tubrukan yang sangat kuat dengan suatu besi.

Hingga ia pun tak mempunyai tenaga untuk melihat.

...


Prang!

Sebuah gelas kaca terjatuh kemudian terpecah belah berserakan di lantai. Yixing menatap kedua telapak tangannya yang gemetar hebat.

'K-Kenapa?'

Yixing merendahkan tubuhnya lalu membereskan pecahan kaca pada gelas itu.

"Akh!"

Yixing mengeluarkan darah pada telapak tangannya yang tertusuk bagian tajam beling kaca tanpa sengaja. Segera ia berdiri menuju wastafel mencuci darah yang memenuhi telapak tangannya. Ketika ia sibuk membersihkan tangannya, tiba-tiba saja ponselnya yang tergeletak di atas meja makan berdering. Ia pun berjalan menghampiri meja makan kemudian mengambil ponselnya yang berdering. Ia melihat nama 'Kim Taehyung' sebelum mengangkat panggilan. 'Tumben sekali. Ada apa ya kira-kira?' batinnya penasaran.

"Halo. Ada apa Taehyung-ah?"

Yixing terdiam mematung ketika mendengar ucapan Kim Taehyung di ponselnya.

"A-Apa?"

Air mata Yixing pun meluap dan tanpa sengaja sudah jatuh membasahi pipinya.

"Beritahu aku dimana Joonmyeon berada." ucap Yixing sambil terisak.

Setelah mendengar suara di ponsel itu, Yixing mematikan panggilan. Ia pun bergegas meninggalkan rumah.

...


Yixing berlari menelusuri koridor rumah sakit yang membawanya menuju ruang operasi. Ia pun mempercepat langkah larinya ketika melihat Taehyung yang tengah duduk di kursi dekat ruang operasi.

"Taehyung-ah."

Taehyung yang tengah menunduk itu mengangkat kepalanya pelan lalu menatap Yixing yang berdiri di depannya.

"Yixing-hyung."

Yixing terjatuh dan sontak Taehyung langsung menangkap tubuh ramping itu. Taehyung membawa tubuh Yixing untuk duduk di kursi perlahan. Sesudahnya, ia melihat Yixing yang menangis tersedu-sedu.

"Aku.. hikss.. tidak mengerti.. mengapa Joonmyeon.. hikss.. tidak mendengarkan kata-kataku.."

"Andai saja aku lebih keras kepala.. hiks.. Joonmyeon.. dia.. pasti tidak akan seperti ini."

Taehyung diam sambil menenangkan Yixing dengan mengusap pelan punggungnya.

"Taehyung-ah.. menurutmu siapa yang patut disalahkan. Aku atau Joonmyeon?"

Taehyung tak menjawab. Ia hanya mengusap punggung Yixing untuk memberikan ketenangan meski efeknya tak berpengaruh banyak.

"Joonmyeon-ah.. hikss.. kumohon bertahanlah.. hikss.. berjuanglah untukku.."

Terlintas sejenak di benak Taehyung ingin memeluk Yixing. Namun, ia tidak bisa melakukannya pada Yixing yang jelas-jelas milik Joonmyeon. Lagipula, ia juga memiliki miliknya sendiri yang sekarang menghadapi ujian standar kelulusan. Ia merasa tak enak hati melihat Yixing yang menangis tiada henti ini dan ingin menenangkannya lebih dari usapan di punggung. Tapi apalah daya ia yang benar-benar tak bisa melakukannya.

Seorang dokter akhirnya keluar dari ruang operasi. Taehyung pun langsung berdiri lalu menghampiri sang dokter. "Bagaimana kondisi pasien yang di dalam dok?"

Sang dokter menghela nafasnya pelan. "Pasien mengalami pendarahan parah pada bagian kepala yang membuat tengkoraknya mengalami kerusakan. Selain itu, terdapat bagian tulang rusuk yang patah parah hingga mengakibatkan kerusakan fatal pada paru-paru. Kami sudah berupaya sekeras mungkin menangani pasien. Namun.."

"Nyawa pasien tidak dapat diselamatkan."

"Apa?" ucap Taehyung tidak percaya.

Sang dokter menepuk pelan pundak Taehyung untuk meyakinkannya. Kemudian pergi meninggalkan Taehyung dan juga Yixing yang berada di kursi tunggu.

Taehyung berbalik. Ia melihat Yixing yang berdiri pelan. Dari gerak-geriknya saja sudah ketahuan bahwa keadaan mental Yixing sangatlah jatuh. Ia pun mengiring pelan langkah Yixing memasuki ruang operasi dengan menggenggam erat kedua lengan Yixing.

Taehyung dan Yixing pun telah memasuki ruang operasi. Sontak, Yixing menangis semakin tersedu-sedu. Ia menutup bibirnya dengan telapak tangannya ketika menghampiri tubuh Joonmyeon yang terbujur kaku. Sesampainya, ia mengusap kedua bagian pipi Joonmyeon dengan ibu jarinya.

"Kenapa Joonmyeon-ah?"

"Kenapa?"

"Kenapa kau tidak mau mendengar kata-kataku, huh?!"

"Hikss.."

"Kau.. hikss.. tidak percaya padaku lagi?"

Yixing meraih telapak tangan Joonmyeon kemudian menggenggamnya erat. Sesak dan perih memenuhi dadanya ketika merasakan telapak tangan Joonmyeon yang mendingin.

"Joonmyeon-ah.. hikss.. kumohon jangan pergi.."

"Jangan pergi..."

...


Melindungi nyawa orang lain yang terancam. Tapi melindungi nyawa orang terdekatku saja tidak sanggup.

Aku ini bodoh dan ceroboh ya.

Aku sekarang ini seperti manusia yang tengah dihisap rohnya. Tak dapat yang bisa kulakukan selain diam dan merenung.

Aku ingin memutar waktu. Aku ingin kembali dimana aku masih bisa melihat senyuman teduhnya.

Aku ingin memutar waktu. Aku ingin kembali dimana aku berlari melindunginya ketika dia berada bahaya.

Aku ingin memutar waktu..

Aku masih ingin tetap bersamanya lebih lama lagi.

Atau setidaknya, aku tidak ingin menjadi pihak yang ditinggalkan. Percayalah, menjadi pihak yang ditinggalkan itu sungguh sangat menyakitkan.

Kumohon.

Dengar aku.

Aku ingin memutar waktu. Aku ingin mengembalikan kejadian buruk yang menimpaku.

Aku tidak bisa seperti ini.

Walau rasanya tidak mungkin, tapi berilah aku sedikit harapan.

Aku sangat mencintainya. Dialah alasan utama mengapa aku bertahan hidup.

Kumohon beri aku satu kesempatan untuk merubah garis takdir.

Aku ingin bahagia lebih lama lagi.