The Moon

Main Cast: Kyungsoo & Kai

Pairing: Kaid.o / Jongd.o and Other

Genre: Romance — Fantasy

Rated: T.

Warning: Yaoi, Shounen-ai, Boys Love, Boy x Boy.

Note: Terinspirasi dari film Teen Wolf


Saat itu malam, seorang perempuan berlari tergesa-gesa diantara pepohonan, aroma darah memenuhi paru-parunya disetiap tarikan nafasnya yang terengah-engah, ia terus berlari dan berlari sekalipun pakaiannya rusak dibanyak tempat karena ranting-ranting pohon yang ia lalui.

Titik-titik keringat didahi si perempuan berkilauan saat cahaya bulan menelisik dari celah-celah dedaunan, menempa wajahnya yang dipenuhi luka dan darah. Bayangannya berkelebat cepat diantara bayang-bayang rerimbunan pohon. Ia memicingkan matanya, berusaha melihat lebih jauh

Tak lama si perempuan keluar dari hutan, cahaya bulan utuh menimpanya tanpa terhalang. Ia sampai dibukit karang lapang yang menjorok ke laut. Debur ombak keras menempa bukit karang dibawah kakinya. Lebih ganas dibanding malam-malam biasanya. Ini malam purnama.

Si perempuan hendak kembali tapi seseorang datang dengan tawanya yang terdengar menjijikkan di telinga si perempuan. Si perempuan memasang kuda-kudanya, tapi musuh didepannya berubah, seluruh tubuhnya mulai tertutupi sisik berwarna biru, matanya kuning layaknya seekor ular, ia juga memiliki ekor.

"Kanima"

Akhirnya si perempuan bertarung dengan makhluk tersebut hingga si perempuan terpojok berdiri ditepi tebing dan akhirnya jatuh dari tebing.

.

.

The Moon

.

.

.

"Aku berangkat…" Teriak seorang lelaki bertubuh mungil dengan mata bulat dan bibir berbentuk hati keluar dari sebuah rumah, seorang wanita ikut keluar

"Dio-ah tunggu nak, kau lupa memberikan ciuman untuk ibumu ini…" Anak lelaki yang dipanggil 'Dio' itu mem-pout kan bibirnya,

"Mom… come on, aku bukan anak kecil lagi" Wanita dengan nama Lee Soobin yang dipanggil 'ibu' oleh Dio mengangkat bahunya tak peduli

"Tak ada kata terlalu tua untuk seorang anak memberikan ciuman pada ibunya" Dio mendesah lalu menganggukan kepalanya, Dio tahu kalau ia tak akan pernah menang berdebat dengan ibunya, Dio segera berlari setelah memberikan sebuah ciuman di pipi sebelah kanan ibunya.

Dio berdiri didepan gedung kampus barunya, Dio menatap kearah langit, jika sedang gugup ia suka memandang langit sebelum masuk Dio mengeratkan jacketnya, udara dingin musim gugur di kota Seoul terasa lebih dingin dibandingkan dengan london, Dio baru 2 hari pindah kekorea, Dio meletakan tangannya diatas dada merasakan jantungnya yang berdebar lebih cepat dari biasanya, ia harap ia bisa beradaptasi dengan cepat, setelah beberapa kali menarik nafas Dio melangkahkan kakinya memasuki gedung.

"Dio…" Dio yang sedang mencari ruang rektor berhenti saat mendengar seseorang berteriak memanggil namanya, ia berbalik. Seulas senyum muncul diwajah Dio saat ia melihat orang yang memanggil namanya, Dio berlari lalu menabraknya dengan keras, beruntung orang yang ditabrak Dio bisa menyeimbangkan kedua kakinya,

"Dio kau hampir membuatku jatuh" Tapi Dio tak memperdulikannya ia memeluk lelaki didepannya dengan erat

"Kai… you here…" Lelaki yang dipanggil 'Kai' itu tersenyum lalu membalas pelukan Dio, "Oh… thanks God, aku pikir aku tak akan memiliki teman dihari pertamaku disini…" Kai tertawa mendengar perkataan Dio, ia tahu bahwa Dio terlalu malu untuk menyapa orang asing terlebih dahulu. Kai melepaskan pelukannya saat seseorang memanggil namanya, Kai menengok kebelakang, Dio pun ikut melihat kearah belakang Kai, ia melihat seorang perempuan dan seorang lelaki,

"Kai, kau tak ingin memperkenalkannya padaku" Ucap si perempuan, Kai tersenyum, ia menarik si perempuan kesisinya

"Krystal kenalkan he's Dio, my best friend, Dio yang selalu membantuku saat aku di london" Ucap Kai pada Krystal, "And Dio, she's krystal, my girlfriend" Dio mematung sejenak, ia terkejut, walau mereka sudah tidak bertemu selama 3 tahun tapi mereka masih saling menelepon dan Kai tak pernah mengatakan apa-apa soal ia sudah memiliki kekasih, "And he's Suho, dia senior kita" Saat Dio hendak berbicara ia melihat Suho memukul kepala Kai.

"Sudah kukatakan panggil aku 'Hyung'" Dio tersenyum mendengar perkataan Suho, ia seperti melihat seorang ayah yang sedang mendisiplinkan anaknya,

"Arraseoyo, aku hanya lupa Suho H.Y.U.N.G" ucap Kai dengan menekankan kata 'Hyung', Dio tersenyum lalu dengan refleks ia mengusap kepala yang dipukul Suho, Krystal dan Suho terdiam melihatnya.

"Dio-ssi namaku Suho…" Dio tersentak, ia melihat Suho mengulurkan tangannya, Dio tersenyum, ia menjabat tangan Suho lalu menyebutkan namanya, ia melakukan itu juga pada Krystal. "Dio-ssi kalau aku boleh tahu berapa umurmu?" Tanya Suho, tapi belum sempat Dio menjawab, Kai berbicara terlebih dulu,

"Umur Dio 21 tahun, dia lebih tua satu tahun denganku" Suho kembali memukul kepala Kai

"Jika kau lebih muda seharusnya kau memanggil Dio-ssi dengan panggilan hyung juga" Dio dan Krystal tertawa kecil

"It's okay Suho sunbae-nim, aku sudah menganggap Kai seperti saudaraku sendiri, lagi pula Kai sudah terbiasa memanggilku hanya dengan nama," Suho menggelengkan kepalanya

"Itu tak boleh Dio-ssi, Kai harus dibiasakan menghormati seseorang yang lebih tua, dia bukan lagi di london" Dio menganggukkan kepalanya, ia mengerti maksud Suho, korea adalah negara yang menjunjung tinggi nilai-nilai confusius, "Dan Dio-ssi bolehkah aku menggunakan kalimat 'banmal' padamu" Dio menganggukan kepalanya lagi

"Tentu saja boleh Sunbae-nim" Suho tersenyum

"Kau boleh memanggilku Hyung, Dio-ah" Ucap Suho, Dio mengangguk lagi.

"O… by the way Dio…" Kai dapat merasakan kalau Suho tengah menatapnya "…hyung, kau mau kemana?" Tanya Kai

"Aku sedang mencari ruang rektor, tapi aku tak bisa menemukannya"

"Bi…" Belum sempat Kai menyelesaikan kalimatnya Suho menyela,

"Aku akan mengantarmu…" Kai melirik kearah Suho, Suho menunjuk Krystal menggunakan dagunya, memberi tanda bahwa Krystal sedang menunggu, "Bukankah kau mau mengantar Krystal makan? Ia sudah kelaparan" Kai menoleh kearah Krystal yang tengah tersenyum padanya, "Biar aku yang mengantar Dio…" Ucapnya lagi, tapi Dio menggelengkan kepalanya, ia tak enak jika harus merepotkan seseorang yang baru ia kenal,

"Tak perlu, aku bisa mencarinya sendiri, aku tak ingin merepotkanmu Suho hyung" Suho tersenyum

"Memang merepotkan… tapi mungkin kau bisa membayarku dengan segelas coffee" Dio tertawa mendengar perkataan Suho, Suho orang yang menyenangkan menurutnya,

"Call…" ucap Dio seraya menjentikkan jari nya, kemudian ia mengalihkan perhatiannya pada Kai, "Kai lebih baik aku pergi sekarang, aku tak ingin terlambat di kelas pertamaku" Pamit Dio, setelah Kai menganggukkan kepalanya Suho menarik penggelangan tangan Dio pergi keruang rektor sedangkan Kai pergi ke kantin kampus dengan Krystal.

Setelah mengantar Dio, Suho pergi menyusul Kai dan Krystal ke kantin, Suho berdiri didepan pintu masuk kantin, ia melihat kesegala arah mencari keberadaan Kai dan Krystal,

"Oppa… Suho oppa…" Seseorang memanggilnya, Suho tersenyum saat melihat Krystal tengah melambaikan tangan kearahnya, Suho dengan cepat mendekati Krystal,

"Kai dimana?" Tanya Suho saat ia duduk didepan Krystal,

"Kai sedang memesan makanan, Oppa… aku akan ke toilet, apa kau ingin makan sesuatu, aku akan mengatakannya pada Kai" Suho menggelengkan kepalanya, "Apa Oppa yakin? Kai yang traktir" Tanya Krystal lagi, Suho tertawa

"Sungguh tak perlu Krystal-ah" Krystal mengangguk lalu pergi meninggalkan Suho sendiri.

Tak lama kemudian Kai datang dengan beberapa makanan dikedua tangannya

"Hyung, Krystal mana?" Tanya Kai seraya meletakan makanan dimeja

"Ke toilet…" Suho menatap Kai lama, ia menunggu Kai duduk,

"Kai-ah… apa Dio benar-benar seorang lelaki?" Tanya Suho saat melihat Kai sudah duduk didepannya, Kai menoleh kearah Suho, terdiam beberapa saat kemudian tertawa terbahak-bahak, Suho menekuk alisnya melihat reaksi yang diberikan Kai, "Kenapa kau tertawa" Kai berdehem, mencoba menahan tawa nya,

"Tentu saja dia laki-laki, tapi Hyung, kenapa kau menanyakan hal itu"

"Hanya penasaran, saat aku menarik tangannya aku seperti menarik seorang perempuan, kulitnya putih bersinar dan begitu halus, tubuhnya pun juga bukankah terlalu mungil untuk seorang lelaki, bentuk matanya yang bulat, hidungnya, pipinya dan bahkan bibirnya yang merah tampak membuatnya seperti seorang perempuan" Kai tertawa kembali, ia mengerti maksud Suho, Dio sangat cantik untuk ukuran lelaki,

"Bukan hanya fisiknya tapi sifatnya pun seperti perempuan, Dio hyung itu sangat baik, ia tak pernah membenci orang, dulu saat di london Dio hyung sering di bully, tapi ia tak pernah membenci orang-orang yang membully nya, Dio hyung juga senang membersihkan rumah dan juga memasak" Kai tersenyum mengingat kenangannya bersama Dio saat mereka masih di london, ia menundukkan kepalanya 'karena itulah aku menyukainya' lanjutnya dalam hati

"Sepertinya kau sangat mengenalnya" Kai menoleh kearah Suho

"Tentu saja, dulu saat di SHS hanya aku dan Dio hyung yang berkewarganegaraan asia, jadi kami selalu bersama-sama" Suho mengangguk mengerti.

"Kalau kau sangat mengenal Dio, apa kau tahu orang seperti apa yang Dio sukai?" Kai menekuk kedua alisnya, merasa aneh karena tak biasanya Suho menanyakan hal-hal seperti itu padanya apa lagi tentang orang yang baru Suho kenal,

"Hyung, apa kau menyukai Dio hyung?" Kai menghela nafas, saat melihat tatapan yang diberikan Suho padanya "Lebih baik Hyung menyerah, yang aku tahu Dio hyung itu menyukai perempuan" Belum sempat Suho berbicara Krystal datang,

"Apa yang sedang kalian bicarakan, sepertinya sangat serius" Suho dan Kai saling berpandangan, mengerti maksud Suho, Kai berbohong

"Tak ada, hanya tentang motor" Krystal mengangguk percaya, karena Suho dan Kai memang sering ikut balap liar.

.

.

The Moon

.

.

.

12.30 PM

"Baiklah… sekian untuk kelas hari ini, terima kasih dan sampai ketemu…" Ucap dosen saat alarm di handphonenya berbunyi, menandakan bahwa ia sudah mengajar selama 2 jam, Dio menghela nafas berat lalu meregangkan kedua tangannya saat Dosen keluar kelas, hari ini ia hanya memiliki 1 kelas tapi ia sudah merasa lelah, ia sedikit kesulitan mengikuti penjelasan dosen, ia hanya mencatat bagian-bagian yang menurutnya penting dan itu pun ia menggunakan huruf alphabet bukan huruf hangul, ia masih terlalu lambat jika harus membaca dan menulis huruf hangul.

Saat Dio hendak bangun dari kursi seseorang menepuk punggungnya,

"Annyeong, namaku Baixian" Dio tersenyum melihat seorang lelaki yang hampir sama mungilnya dengan dirinya,

"Annyeong haseyo" Dio membungkukkan kepalanya,

"Kau bisa menggunakan kalimat 'banmal' padaku, aku tak sengaja melihat datamu kemarin, kita seumuran"

"Ah, ne… namaku Dio, aku belum terlalu lancar berbahasa korea, mohon dimengerti" Baixian menepuk tangannya sekali

"Omo benar, kau dari london kan, jadi Dio nama inggris mu, bagaimana dengan nama korea mu"

"Aku belum punya nama korea… how about you?"

"Na…?" Baixian menunjuk kearah dirinya sendiri

"Uhm…" Dio menganggukan kepalanya "…didn't you chinese?" Baixian tertawa

"A… ani… namaku memang Baixian, tapi aku 100 persen orang korea, dulu ayahku menyukai film cina, jadi dia memberiku nama cina, aku mau mengganti namaku tapi aku masih berusaha membujuk kedua orang tua ku" Dio hanya tersenyum mendengar ocehan Baixian

"Dio-ah…" Dio dan Baixian menoleh kearah pintu saat seseorang memanggil nama Dio

"Suho hyung…" Panggil Baixian saat melihat Suho di ambang pintu

"Baixian annyeong…" sapa Suho pada Baixian

"Suho hyung… kau sudah mengenalnya?" Baixian menunjuk kearah Dio "Bagaimana bisa?" Tanyanya lagi seraya ia mengerutkan keningnya saat melihat Suho dan Dio saling bertatapan

"Kai yang mengenalkannya tadi padaku, Dio dan Kai sudah berteman sejak di london" Ucap Suho tanpa mengalihkan tatapan matanya dari Dio, Baixian melihat kearah Dio dan Suho bergantian lalu tersenyum

"Omo… jinjja… daebak, kau tak akan jadi obat nyamuk lagi Suho hyung," Suho menoleh kearah Baixian dengan kedua alis ditekuknya, "Saat kita jalan dengan Kai, kita bisa triple date, Kai dengan Krystal, Suho hyung dengan Dio dan aku dengan… AWW…" Sebelum Baixian menyelesaikan perkataannya, Suho memukul kepalanya

"A… apa… apa maksudmu" Ucap Suho gugup dengan wajah memerah, Dio melihat Suho dan Baixian bergantian, dia tak mengerti dengan apa yang Baixian katakan.

"Suho hyung, kenapa kau mencariku" Tanya Dio, Suho menoleh kearah Dio, ia tersenyum lembut

"Karena kau anak baru, kupikir mungkin kau butuh seorang tour guide untuk mengantarmu berkeliling" Dio tertawa

"Sebenarnya aku tak perlu seorang tour guide, tapi karena Suho hyung sudah ada disini mungkin Hyung bisa mengantarku ke kantin, aku…" suara perut Dio berbunyi "…lapar…" Suho dan Baexian terdiam sesaat lalu tertawa, Dio menutup wajahnya yang memerah dengan kedua tangannya, "A… aku lapar, aku tak sempat sarapan tadi pagi" Suho berdehem, berusaha meredakan tawanya

"Baiklah kita ke kantin, Baixian kau ikut?" Baixian mengangguk

"Tentu saja aku ikut, pinky milk… I'm coming..." Teriak Baixian seraya berjalan mendahului Dio dan Suho, Dio dan Suho tertawa sambil berjalan mengikuti Baixian ke kantin.

Warna Orange sudah memenuhi langit sore kota seoul, Dio sedang duduk di halte, tak banyak orang disana hanya ada dirinya dan seorang wanita paruh baya yang sedang sibuk membaca buku, Dio menutup matanya saat angin membawa aroma pepohonan khas musim gugur, bibirnya sedikit demi sedikit terangkat, ia tersenyum mengingat Baixian dan Suho saat dikantin tadi, Suho hyung adalah teman yang hangat, ia merasa nyaman berada didekatnya sedangkan Baixian adalah teman yang menyenangkan, ia merasa jika ia berada didekatnya ia akan selalu merasa senang, ia merasa lega dihari pertamanya ia sudah mendapatkan teman.

Saat angin kembali berhembus, sebuah suara ikut berbisik,

"Kyungsoo-ah… Kyungsoo-ah… tolong…"

Dio tersentak, ia kenal dengan suara tersebut,

"Kai…" Bisiknya, Dio bangun dari kursi, menengok kesegala arah tapi ia tak menemukan Kai, kemudian ia mendekat kearah wanita paruh baya yang sedang mambaca,

"Joesonghaeyo Ahjumma, apa ahjumma mendengar seseorang meminta tolong?" Wanita tersebut menggelengkan kepalanya

"Aku tak mendengar apapun" Dio membungkukkan punggungnya

"Kamsahabnida, maaf jika aku mengganggu" Wanita itu hanya tersenyum, Dio kembali ketempat duduknya, "Apa hanya perasaanku saja" Tanyanya pada dirinya sendiri, baru saja Dio duduk, dia berdiri lagi karena bus yang akan membawanya pulang datang.

.

.

The Moon

.

.

.

Disebuah gubuk seorang lelaki dan seorang perempuan tengah bersembunyi.

"Orabeoni…" Panggil si perempuan, lelaki yang dipanggil 'Orabeoni' mendekat lalu memegang kedua pundaknya

"Dengarkan aku, kau harus ke istana, Seja jeoha sudah menunggumu, aku akan mengalihkan perhatian, kau harus segera pergi" Si perempuan menggelengkan kepalanya

"Tapi bagaimana dengan Oeraboni, aku tidak mungkin meninggalkanmu" Lelaki itu meremas pundaknya

"Kyungsoo-ah dengarkan, tugas mu adalah berada disisi Seja jeoha, kau tidak perlu mencemaskan diriku, percayalah pada kakakmu ini, aku akan segera menyusulmu" setelah melihat perempuan bernama Kyungsoo itu menganggukan kepalanya, lelaki yang dipanggil 'Orabeoni' tersebut segera pergi keluar, Kyungsoo menunggu sejenak, memastikan bahwa tak ada orang diluar, saat ia hendak keluar sebuah suara langkah kaki menghentikannya. Tak lama kemudian pintu hancur, dengan perlahan seorang lelaki masuk, lelaki tersebut tersenyum kecil saat melihat Kyungsoo.

"Ternyata kau disini" Lelaki itu tertawa meremehkan lalu dengan perlahan tubuhnya berubah, pupil mata lelaki itu melebar sehingga tak ada lagi warna putih di bola matanya, begitupun dengan kukunya kuku-kukunya memanjang dan menghitam, lalu dikedua tangan dan punggungnya tumbuh duri layaknya sebuah pisau,

"Girtablilu…" Bisik Kyungsoo, Lelaki itu masih tertawa, ia mendekati Kyungsoo, Kyungsoo mencoba menjauh tapi si lelaki lebih cepat, tangan kirinya mencekik leher Kyungsoo, tangan kanannya ia angkat keatas,

"MATI…" Teriak si lelaki sambil mengayunkan tangan kanannya

"Tidak… tidak… TIDAK… TIDAAAK…" Dio tersentak bangun dari tidurnya, pintu kamarnya terbuka dengan keras, tapi Dio tak bisa melihat dengan jelas penglihatannya mengabur,

"Dio, ada apa sayang…" Lee Soobin mendekati anaknya

"Mommy…hh" Dio terengah-engah, Lee Soobin segera memeluk anaknya

"Aigoo, my son, kau bermimpi buruk, gwenchana, Mommy ada disini gwenchana" Lee soobin mencoba menenangkan Dio, perlahan nafas Dio mulai tenang, penglihatannya pun mulai membaik, "Apa kau sudah tenang?" Lee Soobin menyentuh dahi dan pipi anaknya yang basah oleh keringat, Dio mengangguk,

"Mom, aku sudah tak apa…" Dio melirik kearah jam "…lebih baik Mommy kembali tidur, ini masih tengah malam" Lee Soobin mengelus rambut anaknya dengan lembut,

"Kau juga tidurlah lagi" Dio hanya menganggukkan kepalanya, Lee Soobin kembali kekamarnya setelah memberikan sebuah ciuman didahi Dio, Dio kembali membaringkan tubuhnya, ia mencoba mengingat kembali mimpinya,

"Apa benar hanya mimpi…tapi kenapa terasa begitu nyata" Gumamnya, akhirnya Dio menutup matanya, berharap mimpinya tak datang lagi.

Didalam Perpustakaan Dio sedang duduk didepan laptopnya.

Girtablilu atau scorpion-man adalah makhluk suprnatural yang berasal dari mitologi sumerian, dikabarkan saat mereka bertransformasi, mata mereka benar-benar hitam dengan pupil dan iris yang tak terlihat, deretan duri berbisa akan tubuh dari kulit mereka, di sepanjang tungkai lengan dan punggung mereka. Dan jika kau terkena racun mereka, rasa sakit yang didapatkan tak akan pernah bisa hilang se…"

Belum selesai Dio membaca, Baixian datang dan menepuk pundaknya

"O… OMO… baixian, kau mengejutkanku" Ucap Dio sedikit berteriak, orang-orang mulai memperhatikan mereka, Baixian membungkukkan punggungnya keorang-orang yang melihatnya dan Dio,

"Mian aku tak bermaksud mengejutkanmu…" Ucap Baixian, Dio menjawab perkataan Baixian dengan senyuman lalu ia menoleh kembali ke laptop nya "Apa yang sedang kau lakukan" Tanyanya saat Baixian melihat Dio sibuk dengan laptop nya

"Tak ada, aku hanya sedang melihat sesuatu" Ucap Dio tanpa mengalihkan perhatiannya dari laptop,

"Dio hyung, aku tak tahu kalau kau menyukai hal-hal supranatural" Dio menoleh kearah sumber suara, ia melihat Kai dibelakang Baixian,

"Kai kau disini…" ia tersenyum "…A… aku tak menyukainya aku hanya penasaran" Dio mematikan laptopnya, "Ada apa ini, tak biasanya kalian ada di perpustakaan" Baixian menggaruk kepala belakangnya yang tak gatal, ia merasa malu karena Dio sudah memahaminya walau mereka baru saling mengenal beberapa hari yang lalu,

"Kami mencarimu Hyung, kami ingin mengenalkanmu pada seseorang" Kai memegang pergelangan tangannya, Dio menekuk kedua alisnya

"Memperkenalkan siapa?" Kai tak menghiraukannya ia malah menariknya pergi keluar perpustakaan.

Dikantin yang sudah hampir dipenuhi, seorang lelaki duduk dengan sebuah buku ditangannya, beberapa perempuan mendekatinya dan berusaha membuat percakapan tapi ia hanya tersenyum tak beniat untuk berbicara pada perempuan tersebut.

"Chanyeol hyung…" Lelaki itu menoleh kebelakang saat seseorang memanggil namanya, ia tersenyum hangat melihat orang yang memanggilnya,

"Kai…" ucap Chanyeol sambil bangun dari kursinya, disamping kiri Kai ia melihat seorang lelaki yang sama mungilnya dengan kekasihnya, Chanyeol menampilkan senyum hangatnya, tapi Dio malah memperhatikan Chanyeol dari ujung kaki sampai ujung kepala, ia berpikir lelaki didepannya begitu tinggi, dan wajahnya begitu tampan, bahkan kaca mata bulat kuno yang digunakannya tak membuatnya seperti seorang kutu buku. Dio tersadar dari lamunannya setelah Chanyeol mengibaskan tangannya didepan matanya.

"Oh god… Sorry…" Ucap Dio segera meminta maaf, ia merasa tak enak di pertemuan pertamanya ia malah memperhatikan Chanyeol dengan tak sopan, Chanyeol hanya tersenyum

"Aku Chanyeol" Chanyeol mengulurkan tangannya, Dio tersenyum ia menjabat tangan Chanyeol

"Aku Dio, nice to meet you"

"Chanyeol itu seumuran dengan kita, kau tak perlu memakai kalimat formal Dio-ah" Ucap Baixian, Dio menganggukkan kepalanya. Setelah mengambil beberapa makanan suho datang,

"Maaf aku terlambat" Ucapnya sambil duduk didepan Dio

"Suho hyung, kau tak perlu mengambil makanan, Dio sudah mengambilkannya untukmu" Ucap Baixian sambil memberikannya sepiring sushi, Suho melirik kearah Dio,

"Ah… aku dengar dari petugas kantin kalau mereka tak banyak menyiapkan sushi, dan aku ingat kalau Suho hyung menyukainya, jadi aku mengambilkannya untukmu, takut kehabisan…" Jelas Dio, "…apa Hyung sedang tak ingin sushi?" Tanya Dio, Suho menggelengkan kepalanya

"Terima kasih Dio-ah" Dio tersenyum.

"By the way Dio hyung, kalau Hyung tertarik dengan hal-hal supranatural kau bisa menanyakannya pada Chanyeol hyung, Dia tahu banyak mengenai hal-hal magis seperti itu" Ucap Kai, Chanyeol tersenyum, ia menoleh kearah Dio

"Kalau kau benar-benar tertarik, kau bisa menanyakannya padaku Dio-ah" Dio menatap Chanyeol dengan antusias

"Apa kau tahu tentang girtablilu?" Tanya Dio langsung, Chanyeol tersenyum

"Tentu aku tahu, girtablilu, a scorpion man, legenda mengatakan saat ia bertransformasi, deretan duri tumbuh ditubuhnya, dan matanya, matanya menjadi hitam, sehitam kegelapan, dan racun yang ada pada duri dan kukunya sama dengan racun dari 10 ekor kalajengking, jika kau terkena racunnya rasa sakit yang ditimbulkan dapat membuatmu berpikir lebih baik mati, dan hanya seorang druids yang dapat menyembuhkannya"

"Druids? Maksudmu peri? Dan juga bukankah racun dari girtablilu tak dapat dihilangkan? Itu menurut apa yang aku baca diinternet" Chanyeol tertawa

"Druid bukanlah peri yang sering diceritakan orang-orang, mereka manusia, manusia yang mempunyai kelebihan. Druids itu terhubung dengan hutan, aku tak tahu cara menjelaskannya karena hanya mereka yang merasakan. Tapi mungkin seperti mereka dapat memahami pepohonan" Dio menekuk alisnya ia tak tahu kenapa cara bicara Chanyeol seperti ia sudah pernah melihat mereka (druids), "Oh dan ada Banshee…" Belum selesai Chanyeol menjelaskan, Dio menyela

"Aku tahu Banshee… roh wanita pembawa kematian, konon katanya jika kita mendengar teriakannya, kita akan mati" Chanyeol tersenyum dan menggelengkan kepalanya,

"Teriakan banshee tidak menyebabkan kematian, tapi mereka merasakan kematian. Banshee adalah penghubung semua makhluk supranatural, kekuatan banshee sangat diinginkan oleh semua makhluk supranatural, dan jika kau bertemu dengan banshee, kalau kau bertemu dengannya kau harus melindunginya" Chanyeol menoleh kearah Baixian yang sedang berbicara dengan Kai dan Suho, Dio mengedipkan matanya beberapa kali, ia melihat Chanyeol dan Baixian bergantian, ia merasa tatapan yang Chanyeol berikan pada Baixian terasa aneh.

"Chanyeol-ah, dari mana kau mengetahui hal-hal supranatural seperti ini, hampir semua yang kau katakan berbeda dengan yang kubaca dari internet"

"Internet tak selalu benar dan…" Belum selesai Chanyeol berbicara handphone Dio berbunyi, Dio mengambil handphone dan memeriksa pesan yang masuk, ia mengerutkan alisnya

"Guys aku pulang lebih dulu," Ucap Dio seraya bangun dari kursinya, Suho ikut bangun

"Biar aku antar…" Ucap Suho,

"Gomawo Hyung…" Suho tersenyum, Dio menoleh kearah Chanyeol, Baixian dan Kai, "Aku pulang" Kai dan Baixian menganggukan kepalanya, tapi Chanyeol bangun dari kursinya lalu mendekat kearah Dio, ia mencengkram lengan Dio

"Jika kau bertemu dengan Kanima, kau harus lari, ingat itu…"

"Kanima?"

"Kanima makhluk bersisik, racun yang keluar dari cakar dan ekornya dapat melumpuhkanmu" Dio menekuk kedua alisnya

"Bukankah lebih berbahaya bertemu dengan girtablilu dari pada kanima?"

"Percayalah kau harus lari, lari sejauh mungkin" Dio tertawa melihat raut khawatir tergambar diwajah Chanyeol

"Arraso, lagi pula bagaimana aku bisa bertemu dengannya…" Dio menepuk pelan lengan Chanyeol beberapa kali "Aku pulang…" Dio pun pergi dengan Suho meninggalkan Baixian, Chanyeol dan Kai.

Dio dan Suho sedang berjalan dijalan yang hampir dipenuhi daun-daun kering, Dio melirik kearah Suho,

"Suho hyung…" Panggil Dio ragu, Suho hanya diam, menunggu Dio melanjutkan perkataannya, "Apa Hyung pernah jatuh cinta?" Suho tersedak ludahnya sendiri saat mendengar pertanyaan Dio, "Seperti apa rasanya" Tanyanya lagi, Dio menoleh kearah Suho, lalu ia mem-pot kan mulutnya saat melihat Suho yang sedang berusaha menahan tawanya "Tak ada yang perlu hyung tertawakan okay, aku hanya penasaran" Tawa Suho akhirnya meledak mendengar perkataan Dio

"Arraso… miane…" Suho berusaha meredam tawanya, "Tentu saja aku pernah jatuh cinta…" Dio menatapnya dengan antusias, "Cinta itu rasanya seperti kebahagiaan dan rasa sakit" Suho tersenyum melihat Dio mengerutkan keningnya merasa tak puas dengan jawabannya "Kau harus merasakannya sendiri Dio-ah" Suho mengusak rambut Dio dengan lembut,

"Tapi Hyu…" Dio berhenti saat angin membawa suara berbisik ditelinganya

"Kyungsoo-ah… Kyungsoo-ah… jangan pergi, tolong tinggallah disisiku"

Dio menoleh kesegala arah mencari asal suara tersebut

"Hyung apa kau dengar itu" Suho mengerutkan keningnya, ia pun ikut melihat kesegala arah

"Dengar? Dengar apa? Aku tak mendengar apapun"

"Suara Kai. Aku yakin itu suara Kai"

"Kai? Aku benar-benar tak mendengar apapun" Dio tak menghiraukan perkataan Suho, ia sibuk mencari asal suara tersebut, ia sangat yakin bahwa suara yang didengarnya suara Kai, Suho memegang kedua pundak Dio, ia memaksa Dio untuk melihat kearahnya, "Lihat aku Dio-ah, itu hanya perasaanmu, aku tak mendegar apapun"

"Tapi Suho hyung…"

"Percayalah padaku, aku tak mendengar apapun, lagi pula jika Kai ada disini dia pasti akan datang menghampirimu" Dio akhirnya menganggukan kepalanya, Suho mendorong punggung Dio agar terus berjalan, tapi Dio tetap menoleh kebelakang, "Lebih baik kita pulang sekarang" Ucap Suho sambil mendong Dio lebih kuat sampai ke halte dan mengantarnya sampai ke rumah.

.

.

The Moon

.

.

.

Di sebuah hutan yang gelap seorang lelaki dan perempuan berdiri saling membelakangi,

"Pergilah…" Perintah seorang lelaki berkulit coklat

"Tapi aku tak bisa meninggalkan Jeoha sendirian"

"Kyungsoo-ah pergilah aku mohon, kau tak bisa bertarung tanpa pedangmu" Kyungsoo mengeratkan tangan kanannya yang sedang menggenggam sebuah pedang yang sudah patah, Kyungsoo menghela nafas, tangan kirinya perlahan mengambil sebuah kunai, lalu melemparkannya kearah semak-semak yang berada dibelakangnya, suara tawa terdengar, lalu seorang lelaki dengan mata yang sepenuhnya putih tanpa adanya pupil mata, berkuku panjang dan dengan gigi tajam layaknya seekor hiu keluar dari semak-semak yang ia lempari kunai,

"Saejabin ternyata mempunyai insting yang lebih kuat dibanding Seja jeoha" Lelaki itu terkikik,

"Wendigo…" menyadari siapa musuhnya Seja jeoha segera memasang kuda-kudanya, perlahan tubuh Seja jeoha berubah, rambut tumbuh disekitar pipinya, taringnya pun tumbuh dibagian gigi atas dan bawahnya, Seja jeoha menggeram, lelaki itu berlari kearah Kyungsoo tapi Seja jeoha menghadangnya

"Pergi…" Teriak Seja jeoha, Kyungsoo segera berlari menjauh, Soo terus berlari tapi ia masih merasakan seseorang mengikutinya, Tak lama Kyungsoo keluar dari hutan, Ia sampai dibukit karang lapang yang menjorok ke laut. Debur ombak keras menempa bukit karang dibawah kakinya. Kyungsoo hendak kembali tapi seorang perempuan datang dengan tawanya yang terdengar menjijikkan di telinganya. Kyungsoo memasang kuda-kudanya, ia menghunuskan pedang patahnya, perempuan itu tertawa lalu kemudian tubuhnya berubah, seluruh tubuhnya tertutupi sisik berwarna biru, matanya kuning layaknya seekor ular, ia juga memiliki ekor,

"Kanima" bisik Kyungsoo, perempuan tersebut tersenyum

"menyerahlah" tapi Kyungsoo tak mendengarkannya, ia tetap menghunuskan pedangnya, perempuan itu tertawa kembali lalu secara tiba-tiba ia mengibaskan ekornya mencoba untuk mencambuk Kyungsoo, tapi Kyungsoo dengan sigap menangkisnya menggunakan pedang, perempuan itu terus mencakar dan mencambuki Soo, tapi Soo tetap bisa menangkisnya, walau ia terpojok berdiri ditepi tebing

"Sudah kukatakan menyerahlah, seorang manusia tak akan pernah bisa mengalahkanku" Tapi Kyungsoo tetap memasang kuda-kudanya, perempuan itu mendesis karena Kyungsoo masih tak menunjukan niat untuk menyerah, perempuan itu kembali mencakar tapi Kyungsoo tetap bisa menangkisnya, lalu ia mencoba menendang kaki bawah Soo tapi Soo menghindarinya dengan melompat, tapi disaat Kyungsoo melompat perempuan itu segera mencambukkan ekornya ke perutnya, perempuan itu tersenyum senang saat melihat darah merembes dipakaiannya, tubuh Soo melemah karena racun yang ada di ekor si perempuan, Kyungsoo mencoba menguatkan kakinya berusaha agar ia tak jatuh kebelakang, tapi tak bisa, Kyungsoo tak bisa menguatkan kakinya, ia pun jatuh.

"Tidak… tidak…tidak…" Dio mengigau dalam tidurnya, Lee Soobin masuk kedalam kamar Dio dengan tergesa-gesa saat mendengar teriakan anaknya, ia segera mendekati Dio,

"Dio… Dio sayang… bangun… Dio bangun nak… Dio…" Lee Soobin menepuk pipi Dio beberapa kali, ia berusaha membangunkan anaknya

"Tidak… TIDAAAK…" Dio bangun, matanya berair, seluruh tubuhnya basah oleh keringat, disaat Dio melihat ibunya, ia segera memeluknya dan mulai menangis

"Mom… Mommy… Mommy…" Ucapnya terisak, ia tak pernah merasa setakut ini,

"Tenanglah nak, aku ada disini, tenanglah… tenanglah semuanya hanya mimpi" Lee Soobin mengelus punggung anaknya, Sudah hampir seminggu anaknya tak bisa tidur dengan nyenyak, tapi yang bisa dia lakukan hanya memeluknya, perlahan nafas Dio mulai teratur tubuhnya yang gemetar pun sudah tenang,

"Mom, maafkan aku" Lee Soobin tersenyum mendengar perkataan anaknya, ia melepaskan pelukannya lalu mengusap rambut basah yang menempel dikening anaknya,

"Gwenchana…" Lee Soobin menggenggam tangan anaknya "Dio-ah, do you want to see a psychiatrist, aku khawatir, kau sudah mengalami mimpi buruk selama beberapa hari, mungkin kau belum terbiasa tinggal disini" Dio berpikir sejenak lalu ia menganggukan kepalanya, mungkin apa yang dikatakan ibunya benar, mungkin ia belum terbiasa dengan suasana baru, Lee Soobin tersenyum melihat Dio mengangguk, "Apa kau ingin Mommy temani nanti?"

"Tak perlu, aku bisa minta Baixian atau Kai menemaniku"

"Baiklah, besok Mommy akan membuatkan janjinya untukmu, " Kyungsoo mengangguk lagi, "Sekarang kembalilah tidur ini masih tengah malam," Ucap Lee Soobin sambil mengelus rambut yang menutupi kening Dio, ia tersenyum melihat anaknya kembali membaringkan tubuhnya, ia mendekati Dio lalu mencium kening anaknya, "I love you…" Bisik Lee Soobin saat melihat anaknya sudah tertidur.

Dio sedang menyusuri koridor kampus menuju tempat parkir, seharusnya sekarang ia ada diskusi dengan dosen tapi ia meminta ijin pulang pada kyosu-nim, karena ibunya baru saja menelepon memberitahukannya kalau janji temu dengan psikiater akan dilakukan 2 jam lagi, ia sudah meminta Baixian dan kai untuk menemaninya, tapi Baixian tak bisa ikut.

"Kai maaf aku lama" Ucapnya saat ia sudah berada didepan Kai,

"Gwenchana, tapi Hyung sepertinya kita harus menggunakan bus" Kai melirik kearah ban mobilnya, Dio pun ikut melihat kearah mata Kai tertuju, "Ban mobilku bocor, aku sudah memanggil montir, tapi kurasa akan lama jika kita menunggu" Dio mengangguk, ia tak keberatan menggunakan bus, lagi pula tiap hari ia menggunakan bus.

Mereka berjalan kearah gerbang, Kai melirik Dio beberapa kali, ia ragu apa ia harus bertanya kenapa Dio menemui psikiater atau tidak, tapi karena terlalu penasaran akhirnya Kai menanyakannya

"Hyung kenapa kau ingin menemui psikiater?" Tanya Kai, tapi belum sempat Dio menjawab seseorang menjawabnya terlebih dahulu

"Itu karena Dio tak bisa tidur nyenyak" Dio menoleh kearah belakangnya, ia tersenyum melihat Baixian dan Chanyeol berjalan kearahnya, "Dio-ah, aku akan ikut mengantarmu," Ucapnya lagi, Dio melebarkan matanya, senyumannya semakin lebar.

"Jinjja…?"

"Hmm… Chanyeol memintaku untuk menemanimu" Dio melirik kearah Chanyeol, ia mengucapkan 'terima kasih' tanpa bersuara kearah Chanyeol, Chanyeol hanya tersenyum.

"Dio hyung, kau tak bisa tidur nyenyak?" Tanya Kai, Dio mem-pout kan bibirnya sambil menganggukkan kepala

"Beberapa hari ini aku mengalami mimpi buruk, tapi mungkin karena aku belum bisa beradaptasi dengan tempat baru jadi Mommy memintaku untuk berkonsultasi," Kai menganggukan kepalanya.

Selama dijalan senyuman tak pernah pergi dari wajah Dio, berbanding terbalik dengan Kai yang menunjukan wajah khawatir, beberapa kali ia juga memegang dada kirinya,

"Kai-ah gwenchana" Tanya Baixian saat melihat raut wajah Kai, Kai menggelengkan kepalanya,

"Molla… aku tak tahu, aku hanya merasa tak tenang"

"Aigoo, aku kira kenapa, itu hanya perasaanmu saja, lebih baik kau lihat Dio, bukankah dia sangat menggemaskan, ia terlihat seperti anak-anak" Ucap Baixian saat melihat Dio yang tengah melompat-lompat mencoba merai dedaunan yang jatuh tertiup angin, Kai tersenyum, Dio benar-benar terlihat menggemaskan, jika ia gila mungkin ia sudah membawa lari Dio dan menyimpannya untuk dirinya sendiri.

Mereka tiba dihalte, tapi mereka terlambat, bus yang seharusnya mereka naiki baru saja pergi, jadi mereka harus menunggu selama 1 jam. Selama menunggu Kai, Baixian dan Chanyeol sibuk dengan handphone mereka sedang kan Dio, Dio sibuk memperhatikan Kai, ia ingat bahwa sudah beberapa kali ia mendengar suara Kai didaerah halte ini,

"Kai-ah apa kau sering kesini? Maksudku kedaerah ini?" kai menggelengkan kepalanya tanpa melepaskan perhatiannya dari handphone, "Lalu, apa kau mengenal seseorang bernama Kyungsoo?" Tanyanya lagi, Chanyeol tersentak, ia menoleh kearah Kai dan Dio, ia melihat Kai melihat kearah Dio sambil menggelengkan kepalanya

"Tidak, aku tak mengenal orang yang bernama Kyungsoo" Dio menganggukan kepalanya, sekarang ia yakin kalau suara yang selalu memanggil nama Kyungsoo yang sering didengarnya hanya halusinasi

"Kenapa Hyung menanyakan hal tersebut" Tanya kai

"Ah… beberapa kali aku seperti mendengar suaramu memanggil nama Kyungsoo… mungkin aku salah dengar" Kai hanya menganggukan kepalanya.

Setelah menunggu beberapa menit tenggorokan Dio mulai terasa kering, ia ingat bahwa ia belum minum sedikitpun karena ia telat bangun tadi pagi, ia melihat kesegala arah, ia menemukan mini market tak jauh disebrang jalan sebelah kirinya

"Kai-ah aku akan membeli minum di mini market sebrang jalan, apa kau ingin ku belikan sesuatu? Baixian-ah, Chanyeol-ah apa kalian ingin sesuatu?" Tanya Dio pada Kai, Baixian dan Chanyeol

"Aku tak perlu" Ucap Baixian dan Chanyeol hampir bersamaan

"Hyung lebih baik aku saja yang pergi" Ucap Kai sambil menahan lengan Dio,

"Kai-ah tak perlu, ini hanya disebrang jalan okay, lagi pula aku bukan anak kecil" Ucap Dio sambil melepas genggaman tangan kai, Kai menyerah, benar Dio bukan anak kecil lagi "Apa Kau ingin sesuatu?" Tanyanya lagi pada Kai, Kai menggelengkan kepalanya. Dio pergi menyebrang, sementara Kai mulai menekan dadanya lagi, hatinya mulai merasa gelisah lagi.

Kai menunggu Dio dengan tak tenang setelah beberapa saat ia melihat Dio keluar dari mini market dengan kantung plastik ditangan kanannya dan tangan kiri memegang handphone, Dio sedang menelepon. Kai hendak menghampirnya tapi seseorang memanggilnya, ia melihat Suho,

"Dimana Dio…" Tanya Suho saat ia sudah berdiri didepan Kai, Kai hendak menjawab tapi suara teriakan terdengar dari sampingnya, Baixian berteriak.

"DIOOO…. AWASSS!"

Dio menoleh, bukan karena teriakan Baixian melainkan karena suara mesin dan roda yang bergesekan dengan aspal. Namun belum sempat Dio bergerak, sesuatu yang berjalan cepat itu menabraknya dengan keras

Suara derit ban yang beradu dengan aspal membuat Kai sontak menoleh ke arah jalan. Saat itu juga seluruh inderanya memberontak, mengejang. Tubuhnya bergetar melihat tubuh mungil milik Dio terlempar beberapa meter sebelum akhirnya jatuh diaspal yang dingin

"DIIIIOOOOO…!"

Tubuh Kai terasa melemah, kepalanya berdenyut sakit, saraf-sarafnya di seluruh tubuhnya menegang dan mengerut. Seperti ratusan jarum menyerangnya dari segala arah.

Kai berlari menabrak Baixian, Chanyeol dan Suho. Kai berusaha menguak kerumunan. Terasa sakit untuk melihat. Dio tergeletak lemah tak berdaya, cairan merah dimana-mana. Wajahnya penuh dengan darah. Kai meraung. Ia menangis. Kai membawa kepala Dio kepangkuannya.

"DIIIOOOO… DENGAR AKU!"

Kai mendengar erang penuh kesakitan milik Dio.

"Kaiihh…"

Kai nyaris tak mendengar desau suaranya. Terasa jauh, seakan berasal dari gua paling dalam.

"Aku di sini, Kumohon, tetaplah bersamaku." Air mata Kai yang jatuh telah menyatu dengan darah merah yang terus keluar dari tubuh Dio. Kai tak sanggup melihatnya. Ia gigit bibirnya kuat-kuat hingga berdarah. "Tetaplah bersamaku… lihat aku, buka matamu!" Melihat Dio yang semakin melemah Kai mulai meraung "PANGGIL AMBULANCE…! SIAPA SAJA, PANGGILKAN AMBULANCE…" Kai berteriak ke sekelilingnya. Baixian tersadar dari shocknya ia segera mengambil handphonenya lalu berusaha menghubungi petugas medis dengan tangannya yang bergetar.

"Tolooong… tolong kami…" Kai tak bisa bersuara lagi, rongga nafasnya tercekat, sakit dan perih. Lalu seorang lelaki datang mendekat.

"Aku mahasiswa kedokteran, biarkan aku memberikan pertolongan pertama" Ucap lelaki itu, Suho menyentuh bahu Kai.

"Dio akan selamat aku yakin, tenang lah".

Gelap… semuanya gelap… Dio berusaha menoleh tapi tetap yang ia lihat hanyalah kegelapan yang tak berujung. Lalu perlahan ia melihat setitik cahaya, lalu kegelapan itu berangsur menjauh, ia melihat putih, sesosok perempuan berpakaian putih.

"Waktunya pergi"

Perempuan itu mengulurkan tangannya, Dio hendak menyambut uluran tangan perempuan itu tapi tiba-tiba telinganya menangkap sebuah suara, suara gema langkah kaki yang bergerak dangan tergesa-gesa. Ia merasa seseorang sedang menggenggam tangannya, akhirnya ia menyadari, semua hanya mimpi.

"Dio ber… bertahanlah"

Dio mendengar suara Kai,

"Dio… bukalah matamu…! Dio-ah…"

Itu suaranya, suara Kai, iya yakin, tapi perempuan didepannya masih mengulurkan tangannya

"Dia membutuhkanmu"

Tapi Dio tak menghiraukan perkataan perempuan itu, ia dengan sekuat tenaga berusaha membuka matanya, putih itu memudar, perempuan itu pun perlahan memudar hingga digantikan raut wajah khawatir milik orang-orang yang ia kenal

Dio mengerang, berusaha bersuara.

"Oh thanks god…" Satu wajah mendekat kedepan wajahnya, itu Kai, "Hyung, Dio membuka matanya," Lalu Wajah yang lain mendekat, tapi Dio mulai tak bisa melihat dengan jelas lagi, Dio mengerang.

"Dio-ah ber… bertahanlah…"

Dio berusaha menjaga matanya tetap terbuka, tapi sulit, matanya berkali-kali terasa lebih berat

"Ber… bertahan… Dio-ah"

Pandangannya mulai memudar

"Dio-ah…"

Suara itu mulai mengecil

"Dio-ah…"

"Dio-ah…"

"O-ah…"

"Soo-ah…"

"Kyungsoo-ah…"

"Kyungsoo-ah…"

Suara-suara yang didengarnya menghilang, sampai suara yang terakhir didengarnya adalah suara perempuan berpakaian putih itu

"Maafkan aku…"

Dio kehilangan kesadarannya.

.

.

.

Tbc or End?

*Aku baru tahu kalau review jadi tolak ukur cerita banyak peminatnya, jadi tolong review yang banyak… (o^.^o)