Next Fic from Rin
A Trailer of 'Sickness'
"Temani aku, Teme!"
"Aku sibuk,"
"Ini penting. Aku harus kesana denganmu,"
"Tidak,"
"Kumohon, Te-"
"Shut up!"
Ketika ada, dia tak kau hiraukan
Ketika dia menyapamu, tak kau hiraukan
Ketika dia melimpahimu dengan kasih, tak kau hiraukan
Saat dia menghilang karena salahmu
Apakah kau masih tak akan menghiraukannya?
"Akh,"
"Um, Sasuke,"
"Hnn, Neji,"
Bibir mereka saling bersentuhan. Seakan sedang mencari siapa yang paling mendominasi.
Mereka tak sadar, sepasang mata biru melihat di celah kecil pintu kerja Sasuke.
Dia membawa koper kecil yang dia bawa, memanggil taksi sekali lagi.
Meninggalkan kekasihnya, ah bukan. Meninggalkan dunia-nya.
Dia tahu
Dia tahu
Dia hancur perlahan
"Naruto,"
Tak ada jawaban.
"Dobe,"
Masih tak ada jawaban.
"Naruto,"
Tetap tak ada jawaban. Dia menemukan secarik kertas yang mengatakan bahwa Naruto sedang menghadiri pemakaman neneknya.
"Kenapa dia tak memberitahuku?"
Sasuke melihat kekacauan di kamarnya. Tiba-tiba dia merasa kotor. Perutnya mual. Perasaan bersalah mendekapnya.
Naruto tidak boleh tahu apapun. Tidak.
Tak dihiraukannya tubuhnya yang sakit. Dia segera membereskan kekacauan itu dan segera mandi.
Dia duduk di ruang tamu. Menunggu kepulangan kekasihnya dengan cemas.
What you have, you will never know until you lost it..
Can you giving me your opinion about this prolog?
Haruskah Rin lanjut?
Atau stop?
Arigatou, Minna-san ^^
