Hallo Minna-san~

Saya Airashi-chan desu, saya datang membawa fic baru,, yg pastinya Pairnya tetep NaruHina.. Soalnya mereka aldh favorit sya sih.. XD

Fic ini saya persembahkan untuk seseorang yang membuat saya jadi memiliki ide ini.

Oh ya, fic ini juga diambil dari komik karya Nanajima Kana - Lost First Love.

Okey,, tnpa basa-basi lagi saya mempersembahkan..

.

.

~40 Hari Bersamamu~
Disclaimer : Masashi Kishimoto
Author : Airashii-chan desu
Warning : OCC, Typo's masih selalu bertebaran,
EYD sangat berantakan, Ide pasaran (sangat), dll
Pair : NaruHina
Slight :NaruSaku,
NaruShion

.

.

Seorang gadis yang bernama Hinata Hyuuga yang terkenal pendiam dan pemalu itu, duduk di tempat favoritnya yaitu di pinggir kolam ikan yang ada di halaman belakang sekolah Konoha Senior High School, dan untuk kesekian kalinya dia mencurahkan perasaannya di sana, karena dia merasa iri pada Sakura dan Ino, sahabatnya.

Bukan iri dalam arti yang jahat, tapi dia iri karena dia juga ingin bisa merasakan perasaan cinta yang dirasakan kedua sahabatnya saat ini.

Dia selalu iri ketika melihat mereka yang bersemangat membicarakan orang yang mereka sukai dan juga mereka terlihat bahagia, karena selama 17 tahun ini dia belum pernah merasakan apa itu cinta. Meskipun begitu Hinata tetap merasa bahagia karena sahabatnya selalu memberi dukungan untuknya agar Hinata mendapatkan orang yang ia cintai suatu hari nanti.

"Aku juga ingin merasakan perasaan itu, pasti akan membuatku jadi bahagia," gumamnya pelan dengan wajah yang berseri, sepertinya semangatnya sudah mulai bangkit kembali.

Tapi, tiba-tiba saja..
"Hyuuga!" 'Eh? Gawat!' Hinata tersentak kaget karena, tiba-tiba saja ada orang yang menyapanya. Ia pun langsung menoleh, ternyata orang yang menyapanya tadi adalah seorang cowok yang dia kenali sedang berdiri di belakangnya. Naruto Uzumaki, nama cowok itu yang merupakan mantan teman sekelasnya saat kelas 1 SMA dulu.

Spontan saja Hinata langsung berdiri tepat berhadapan langsung dengan Naruto.
'Di-dia pasti mendengar gumamanku barusan!' katanya panik dalam hati. Karena dia tak mau dianggap aneh karena berbicara sendiri.

"Kamu punya waktu sebentar? Ada yang ingin aku bicarakan denganmu," tanya Naruto dengan datar. Hinata dapat menghela nafas lega, Naruto menyapanya karena ada urusan dengannya.

Tapi Hinata merasa aneh, karena ini baru pertama kalinya Naruto berbicara dengannya. Mereka dulu memang sekelas tapi tak pernah sekali pun bicara dengannya, mengingat Hinata yang begitu pendiam, meskipun Naruto orang yang banyak bicara tapi, tetap saja tak pernah mengajak Hinata bicara.

Hinata hanya mengangguk pelan untuk menjawab pertanyaan Naruto. Hinata terlalu gugup untuk menjawabnya dengan sebuah kata-kata, ia jarang sekali berbicara dengan lawan jenis selain Kakaknya.

"Hyuuga, selama 1 tahun ini aku selalu menyukaimu! Jadilah pacarku!" pinta Naruto dengan tegas. Dan yang pasti tatapan mata blue ocean-nya terlihat begitu serius berbeda dari biasanya, itu menunjukkan bahwa Naruto benar-benar menyukai Hinata.

'Eh?' bukan main kekagetan Hinata, saat mendengar pernyataan cinta dari orang yang disukai sahabatnya, Sakura! Semua ini begitu mengejutkannya.

"Ti-tidak bisa!" jawab Hinata spotan dengan nada setengah berteriak. Dia tidak mana mungkin akan pacaran dengan Naruto. "A-aku tidak bisa!" ulangnya lagi namun kali ini terdengar tegas perkataannya.

Naruto juga agak terkejut dan dadanya bergejolak sesak mendengar penolakkan Hinata yang begitu cepat tanpa memikirkannya dahulu. Ini memang sudah menjadi resikonya karena mereka memang tak pernah mengenal satu sama lain.

"Kalau begitu, kita berteman saja," tawar Naruto. Mungkin dengan begini dia bisa dekat dengan Hinata dan siapa tahu suatu saat Hinata jadi menyukainya, tapi...

"I-itu juga tidak bisa! Go-gomen-nasai."
Untuk kedua kalinya Naruto harus menahan rasa sakit yang teramat dalam di hatinya mendengar Hinata hanya menolak berteman dengan Naruto. Dia merasa bahwa Hinata tidak menginginkannya untuk berada didekatnya.

"Aku mengerti," kata Naruto pada akhirnya. Nada bicaranya terdengar getir dan parau namun Hinata tidak menyadarinya. Hanya saja wajah tampannya memasangkan ekspresi terluka dan kedua mata blue ocean-nya terlihat sayu. Setelah mengatakan hal itu Naruto melangkahkan kakinya untuk pergi meninggalkan Hinata sendirian.

'DEG!'
Entah kenapa dada Hinata merasa sesak melihat wajah Naruto yang terluka, sebelum Naruto pergi tadi.

"Jangan berwajah seperti itu dong," gumam Hinata pelan. Hinata jadi merasa bersalah dan perasaannya jadi tidak nyaman tapi, apa boleh buat! Karena Naruto orang yang disukai Sakura. Jadi mana mungkin dia akan berpacaran dengan Naruto apalagi dia tak punya perasaan apa-apa pada Naruto.

'Hhh...'
Hinata menghela nafas panjang dan langsung terduduk di pinggir kolam untuk menenangkan perasaannya yang kacau, ini pertama kalinya dia hidup ada seseorang yang menyatakan perasaan suka padanya. Hinata tidak tahu, ternyata orang yang menolak juga akan bisa merasa sedih.

"Senangnya, ada orang yang menyukaiku," gumamnya frustasi. Hinata berharap Sakura tidak mengetahui hal ini, karena dia sudah bertekad tak akan mengatakan soal ini pada Sakura, dia tak mau Sakura nanti akan terluka.

.

.

~40 Hari Bersamamu~

.

.

Sudah 2 hari sejak insiden pernyataan cinta Naruto, itu membuat hidup Hinata menjadi tak tenang. Dia selalu kepikiran tentang wajah Naruto yang terluka karena penolakannya. Tapi, Hinata juga dapat bernafas lega, selama 2 hari ini dia tak bertemu dengan Sakura apalagi mereka tidak sekelas sejak kelas 2. Bisa dikatakan dia beruntung.

Dengan langkah gontai Hinata berjalan memasuki halaman Sekolah. Terlihat murid-murid yang berpapasan dengannya tampak berwajah ceria berbeda dengan Hinata. Wajahnya tampak suram, meskipun dia berusaha untuk tidak memikirkan pernyataan cinta Naruto tapi, tetap saja tak bisa. Mana mungkin terlupakan begitu saja karena ini pertama kalinya disepanjang sejarah hidupnya. Poor Hinata!

"Hina-chan!" tiba-tiba saja ada suara keras yang menyapanya, dengan spontan Hinata langsung menghentikan langkahnya ketika mendengar sapaan orang yang begitu dia kenal hanya dengan suaranya saja.

Saat Hinata menoleh ke arah datangnya suara itu, tampaklah 2 orang gadis yang berambut merah muda dan berambut pirang berlari kecil ke arahnya seraya melambaikan tangannya. "Sakura-chan, Ino-chan," kata Hinata pelan merapalkan nama kedua gadis itu memastikan bahwa mereka memang sahabatnya.

"Wah, sudah 2 hari tidak bertemu, aku sangat merindukanmu Hina-chan!" kata Sakura penuh dengan semangat seraya memeluk Hinata karena senang bisa bertemu dengan orang yang begitu berharga untuknya.
'Tuk!'
"Auw!" pekik Sakura
tiba-tiba saja saat Ino yang ada di samping Sakura langsung menjitak pelan kepala Sakura karena melihat sikap sahabatnya yang terlalu berlebihan. Hingga Sakura langsung melepas pelukan Hinata dan menoleh ke arah Ino dengan tatapan tajam.

"Ino-baka! Sakit tahu! Kau ini kenapa sih?" teriak Sakura yang begitu kesal karena ulah sahabatnya yang satu ini. "Kau terlalu berlebihan Sakura! Kau mau membuat Hinata tidak bisa bernafas?" sambar Ino yang tidak peduli akan kekesalan Sakura. "Tentu tidak! Dasar! Ino-baka!"

Hinata yang melihat kedua sahabatnya beradu mulut hanya tertawa kecil. Karena ini sudah menjadi tontonan menarik setiap hari bagi Hinata.
"Su-sudahlah, kalian ja-jangan bertengkar. Ne, Sakura-chan su-sudah sehat?" Akhirnya Hinata menengahi pertengkaran mereka yang sengit. Hinata memastikan kondisi Sakura yang sejak 2 hari ini dia sakit.

Perkataan Hinata sukses membuat Sakura dan Ino langsung menghentikan pertengkaran adu mulutnya dan mulai menanggapi kata-kata Hinata. Mereka bertiga pun mulai melanjutkan langkahnya menuju gedung sekolah.

Benar-benar diluar dugaan. Ternyata Hinata bisa bersikap biasa pada Sakura seperti tidak terjadi apa-apa. Meskipun berat harus menyembunyikan kenyataan tentang pernyataan Cinta Naruto tapi ia akan melakukannya asal tidak melihat Sakura bersedih.

"Aku sudah sehat kok, Hina-chan. Eh? Naruto!"
Tanpa diduga sebelumnya oleh Hinata, Sakura langsung menyapa Naruto yang kebetulan melewati mereka yang hanya berjarak sekitar 1 meter.

Mendengar namanya disebut, Naruto pun menghentikan langkahnya dan menoleh ke arah Sakura dan para sahabatnya. Dia tertegun karena ada Hinata di samping Sakura yang selama setahun terakhir mengisi hatinya.

Begitu juga dengan Hinata, dia sangat terkejut ketika tatapan mereka bertemu. Sontak Hinata langsung menundukkan wajahny, ada perasaan aneh di hatinya. Tanpa bisa ia kendalikan, jantungnya berdegup kencang hingga menyesakkan dadanya.

"Sakura? Kau sudah sembuh?" kata Naruto datar memastikan teman sekelasnya yang selama 2 hari ini tidak terlihat di kelasnya. Tapi sesekali, mengekorkan tatapan matanya ke arah Hinata yang masih menunduk, dan itu disadari oleh Ino.

"Iya. Tumben kau tidak bersama Sasuke-kun?" tanya Sakura yang penasaran karena tidak mendapati sahabat Naruto di sampingnya sekarang ini.

"Ya, dia ada jadwal piket pagi," kata Naruto menjawab pertanybn Sakura. Sedangkan Sakura hanya ber"Oh."ria menanggapi jawaban Naruto.
"Oh ya, aku masih ada urusan nih jadi, aku duluan ya?" lanjut Naruto. Dia sengaja mencari alasan agar bisa terbebas dari situasi yang membuatnya canggung saat bertemu dengan Hinata. Hinata yang baru sadar bahwa Naruto berpamitan, ia langsung menatap wajah Naruto.

Belum sempat ia menjawab pamitan Naruto, dia sudah pergi terlebih dulu. Dia masih merasa tidak enak dengan Naruto karena sudah menolaknya, jadi dia masih bdlum siap untuk bertatapan langsung dengan Naruto. Keganjalan ini lagi-lagi disadari Ino. Dia merasa ada hal yang bersangkutan dengan Naruto dan Hinata, tapi ia tidak tahu soal apa, dia juga tahu bahwa Hinata menyembunyikan sesuatu namun ia tidak akan memaksa Hinata untuk mengatakannya pasti suatu saat Hinata akan mengatakannya sendiri.

Hinata masih saja menatap kepergian Naruto. "Menurut kalian, apa mungkin suatu saat nanti aku bisa bersama dengan Naruto?" tanya Sakura memecahkan keheningan di antara mereka semenjak kepergian Naruto. Sakura mencoba meminta pendapat dari kedua sahabatnya.
Sakura merasa bahwa perasaannya pada Naruto agak berubah sejak bertemu dengan Sasuke, sahabat Naruto. Entah kenapa dia jadi lebih senang bersama dengan Sasuke daripada Naruto.

Ino sama sekali tak berniat menjawab pertanyaan Sakura, karena sudah kesekian kalinya ia mendengar Sakura menanyakan hal yang sama padanya tapi, berbeda dengan Hinata, ini pertama kalinya ia mendengar pertanyaan itu dari Sakura.

Ketika Hinata menyadari bahwa Sakura berbicara soal Naruto, perasaan bersalahnya pada Sakura mulai mendatangi benaknya lagi. "Eum... entahlah. Itu tergantung Sa-Sakura-chan dan Uzumaki-san," jawab Hinata agak gugup karena takut jika jawabannya tidak sesuai dengan Sakura. Dan lagi-lagi Ino menyadari keganjalan yang ada dalam diri Hinata sekarang ini.

Sekarang Hinata sudah mulai memantapkan hatinya bahwa ia akan berusaha untuk tidak berurusan dengan Naruto. Agar perasaan bersalahnya maupun penyesalannya yang mengganggu hatinya akan mereda secepatnya.

Walaupun Hinata sudah berusaha tapi, bagaimana dengan takdir? Hinata tidak tahu bahwa takdir tak dapat diprediksi ataupun diubah. Apa yang bisa dia lakukan jika Tuhan berkehendak lain dengan apa yang diinginkannya?

.
~40 Hari Bersama
mu~

Di ruangan OSIS sekarang ini sudah dipadati oleh anggota OSIS yang sedang mengadakan rapat. Hanya orang-orang yang terpilih untuk bisa menjadi anggota OSIS di Sekolah Konoha Senior High School itu, termasuk Hinata yang sudah mulai aktif mengikuti kegiatan-kegiatan OSIS di Sekolahnya.

Ternyata diluar dugaan bagi Hinata, dia sangat terkejut ketika menyadari bahwa salah satu dari anggota OSIS ada Naruto Uzumaki, seseorang yang ingin sekali ia hindari namun kenyataannya, dia malah terperangkap di ruangan OSIS yang sebelumnya dia pernah berfikir bahwa mengikuti kegiatan OSIS dia akan terbebas dari manusia berambut kuning jabrik itu, dan dia sama sekali tidak tahu bahwa ia memilih jalan yang teramat salah.

Berbeda dengan Naruto, dia sudah tahu bahwa Hinata adalah anggota OSIS. Jadi dia tidak terkejut ketika tatapan mata mereka bertemu, hanya saja Hinata yang terlihat panik dan bingung sendiri menyadari bahwa Naruto menatapnya. Sontak dia langsung menundukkan wajahnya dan jantungku berdegup tak karuan. Naruto hanya menghela nafas panjang melihat Hinata yang menghindari tatapannya.

"Selamat siang. Maaf, jika menyita waktu kalian. Saya selaku Ketua OSIS akan menyampaikan tentang perayaan menyambut liburan musim panas yang sudah diadakan setiap tahunnya," kata Neji membuka rapat yang dihadiri lebih dari 20 anggota OSIS termasuk Hinata dan Naruto. "Kita orang yang terpilih di sini akan menjadi panitia untuk mengadak pentas seni yang akan diikuti oleh perwakilan siswa di setiap kelas, dan juga di malam puncak setelah pentas seni akan ada pesta kembang api. Acara ini akan diadakan pada tanggal 20 Juli di Taman belakang Sekolah. Jadi, waktu kita hanya 40 hari saja, maka dari itu kita harus bekerja keras demi kelancaran acara ini."

Neji menjelaskan panjang lebar tentang diadakannya rapat itu. Acara Perayaan Pentas Seni itu memang acara tahunan yang diadakan di Sekolah Konoha Senior High School yang selalu diadakan sehari sebelum liburan musim panas. Dan acara itu yang selalu ditunggu-tunggu oleh semua siswa di Sekolah itu untuk menampilkan sesuatu yang menarik untuk persembahan acara Perayaan itu nantinya.

Juga termasuk acara Pesta Kembang Api di malam puncak, karena dahulu ada mitos bahwa saat Pesta kembang api itu berlangsung secara bersamaan ada seseorang yang menyatakan pernyataan cinta untuk orang yang dicintai maka, cinta mereka akan abadi. Banyak siswa yang mempercayai mitos itu, maka dari itu, itu kesempatan yang baik bagi mereka yang ingin menyatakan cinta untuk orang yang mereka cintai.

"Tanpa menundanya lagi, sekarang saya akan langsung membagi tugas kalian secara berkelompok untuk mempersiapkan acara perayaan ini. Yang pertama..."
Neji pun mulai menyebut nama-nama anggota OSIS yang dipilih untuk menjadi panitia ataupun tugasnya apa nantinya.

Terlihat banyak anggota OSIS yang menyimak apa yang dikatakan Neji terkecuali Hinata, dia masih terlalu sibuk untuk menenangkan perasaannya yang kacau, karena dia sangat berharap agar tidak satu kelompok dengan Naruto.

Sebenarnya peluang Hinata bisa satu kelompok dengan Naruto sangatlah besar, tapi tetap saja ada perasaan takut dibenak Hinata. Di dunia ini tidak ada yang namanya tak mungkin terjadi, kan?

Berbeda dengan Naruto, dia merasa tenang tak ada perasaan takut maupun bingung, dia selalu siap apa yang menjadi keputusan Neji.

"... Dan yang terakhir. Naruto Uzumaki dan Hinata Hyuuga, kalian menjadi panitia perlengkapan." Ternyata benar, keputusan Neji telah menjawab apa yang ditakutkan Hinata sedari tadi.

Hinata dan Naruto sama-sama terkejut mendengar keputusan Neji. Naruto tidak menyangka jika ia benar-benar satu kelompok dengan Hinata. Dia berfikiran mana mungkin bisa bekerja sama dengan Hinata jika hubungan mereka tidak begitu baik, seperti itu yang dia cemaskan. Dia sih masih bisa mengsingkirkan masalah pribadi dengan kegiatan yang ada di sekolah.

Tapi Hinata, Naruto rasa tidak mungkin bisa. Hinata ingin sekali mencoba bertanya pada Neji agar tidak satu kelompok dengan Naruto tapi, ketika ia akan membuka bibirnya untuk bicara, tiba-tiba...

"Keputusan ini sudah mutlak, tidak bisa diganggu gugat. Jadi, usahakan kalian bekerja dengan baik. Baiklah, rapat kali ini sudah selesai. Jangan lupa 3 hari lagi kita akan rapat kembali untuk mengetahui hasil kerja kalian sementara dan untuk panitia perlengkapan, katakan bahan-bahan maupun alat-alat apa saja yang dibutuhkan untuk pentas seni nanti," perintah Neji tegas pada semua anggota OSIS yang sudah diberikan tugasnya masing-masing, terutama Hinata dan Naruto yang selaku panitia perlengkapan.

"Baiklah," jawab Naruto tegas yang mewakili Hinata dan mampu melakukan perintah sang Ketua OSIS. "Kalau begitu kalian bisa kembali kelas. Selamat siang."
Setelah Neji menyatakan bahwa rapat telah berakhir, beberapa anggota OSIS langsung berhamburan keluar dari Ruang OSIS terkecuali Hinata yang masih membereskan peralatan tulisnya yang agak berserakan di atas meja.

Ternyata Dewi Fortuna tidak memihaknya, tubuhnya terasa lemas jadi dia masih enggan untuk pergi dari Ruang OSIS. Dia sama sekali tak menyangka akan mengalami hal seperti ini.

Tanpa dia sadari, Naruto mulai berjalan mendekati Hinata. Ia tahu pasti Hinata akan merasa tak nyaman jika harus satu kelompok dengannya. Dia menghentikan langkahnya tepat di samping Hinata, dan mulai bicara. "Hyuuga, mohon bantuannya, ya?" kata Naruto untuk menetralisir hubungan mereka. Hinata yang baru sadar seseorang menyapanya, dia langsung menoleh dan yang pasti dia terkejut bahwa yang mengajaknnya bicara adalah Naruto, orang yang ingin sekali ia hindari.

Hinata merasa agak aneh karena Naruto bersikpa biasa padanya, seakan-akan tidak terjadi apa-apa. Padahal dia sudah menyakitinya, ternyata Naruto masih mau mengajaknnya bicara. Dia pun juga harus bersikap biasa agar merasa tak canggung. "I-iya, Uzumaki-san."

Mau bagaimana lagi, dia harus menghadapi kenyataan bahwa selama 40 hari mendatang, dia harus berurusan dengan Naruto Uzumaki. Dia tidak tahu kehidupannya nanti akan membuatnya merasa tenang atau mempersulitnya. Takdir memang kejam, bukan?

.

.

.

To Be Continue

A/N : Bagaimana menurut readers sekalian?

Jika kalian ingin fic ini diteruskan maka, REVIEW PLEASE!

Ini tergantung keputusan para readers, lagipula saya masih fokus sama fic naruhina yang 'Because of You' jika banyak review yang masuk saya, entah itu saran/kritik, tanggapan asal tidak flame, saya akan melanjutkannya jika tidak ya, saya hapus.

Baiklah, arigatou sudah mau baca fic ini dan sempatkan Review juga. XD

Salam NARUHINA Lovers. XD