Disclaimer: Assassination Classroom hanyalah milik Yuusei Matsui seorang, saya hanya memiliki cerita ini saja.
Warning: OOC sangat, Drama queen, Pairing gajelas(?)
.
Meskipun begitu, Aku bersyukur Aku bisa mencintaimu. –Sayonara I Love You.
.
Blue, Like the Deep Ocean
Chapter 1: Sayonara, I Love You
Nagisa menghela napas. Untuk kesekian kalinya dalam hidup, mengapa ia tidak bisa menjalankan kehidupan cinta yang normal? Sekali saja. Tetapi, sekalinya hatinya telah diambil orang, pasti, ada sesuatu yang menghalanginya untuk masuk ke tahap pacaran.
Nagisa membuka kembali pintu ingatannya.
Maehara-kun, aku menyukaimu.
Sang pria berambut oranye itu tersenyum.
Ya, aku juga mencintaimu, Nagisa-chan.
Selang beberapa hari kemudian,
Aku menyukaimu, Maehara-kun. Tapi kau sudah menjadi milik Nagisa seorang.
Sang pria berambut oranye itu menggeleng,
Kita sudah putus, Okano. Kita bisa menjadi kekasih sekarang.
Mata pink sang gadis tomboi itu melebar, tak percaya
Sungguh?
Sang lelaki hanya tertawa kecil.
Ya.
Dan kemudian, mereka berpelukan. Tanpa menyadari ada seorang wanita berambut biru sembari tadi memperhatikan mereka berdua. Kedua pasangan itu pun segera menyadarinya. Mereka terkejut.
Nagisa...
Nagisa-chan..
Sang wanita yang dipanggil Nagisa itu hanya tersenyum, titik air mata terlihat di pelupuk mata sang wanita mungil itu.
Semoga kau bahagia dengan Okano-chan, Maehara-kun.
Lalu ia pergi meninggalkan tempat yang memilukan itu, tanpa menghiraukan mereka yang memanggilnya.
Nagisa hanya tersenyum sedih mengingatnya, kenangan lain pun muncul di benaknya.
Nagisa, aku tahu kau menyukai Isogai-kun, tetapi aku juga menyukainya. Kumohon jangan membenciku. Aku masih ingin kita menjadi kerabat yang baik.
Sang perempuan kelewat baik itu tersenyum manis.
Tentu saja, Megu.
Bagaikan makan sesendok gula, keesokan harinya, hidup Nagisa menjadi manis sekali.
Maafkan aku, Kataoka. Tetapi, aku menyukai Nagisa.
Nagisa masih ingat seberapa lebar senyumannya ketika mengetahui hal itu langsung dari orang yang dicintainya.
Senyuman Nagisa menjadi sangat lebar ketika mendengar ucapan sang sahabat dari ikemen yang ia cintai ini.
Nagisa, kau menang. Aku akan menyerah dengan perasaanku pada Isogai-kun. Aku berdoa yang terbaik untuk kalian. Aku berjanji takkan mengganggu kalian lagi.
Meskipun Nagisa sangat senang mendengarnya, Nagisa juga ingin menjaga perasaan sang perempuan berambut abu-abu kecokelatan itu.
Tak apa, Megu. Kau masih bisa berhubungan dengan Isogai-kun kalau kau mau. Berjanjilah padaku, kau masih menjadi temanku.
Perempuan lugu itu mengangkat jari kelingkingnya, yang langsung disambut oleh Kataoka.
Tapi, meski hidup kita berjalan semanis permen kapas, ada kalanya hidup kita berasa pahit sepahit obat sakit kepala.
Isogai-kun, maafkan aku. Tapi, aku benar-benar mencintaimu. Aku sungguh tak bisa menerimamu bersama Nagisa. Aku tak bisa melupakanmu. Kumohon, berikanlah aku kesempatan. Sebenarnya kau menyukaiku dan bukannya Nagisa, 'kan?
Sang ikemen pun tersenyum.
Ya, aku juga menyukaimu, Kataoka.
Cup! Kedua bibir mereka pun bertemu. Nagisa pun melihatnya, otaknya secara otomatis merekam seluruh percakapan dan perbuatan mereka. Lagi-lagi kepingan-kepingan hatinya pun berserakan di lantai.
N-Nagisa, aku bisa j-jelaskan..
Untuk yang kedua kalinya, Nagisa pun tersenyum memaklumi.
Tak ada yang perlu dijelaskan lagi, Yuuma-kun. Aku sudah paham semuanya. Semoga kau lebih bahagia bersamanya dibanding diriku.
Sama seperti kemarin, ia pun berbalik dan meninggalkan kedua pasangan itu sendirian. Tak mengindahkan sedikitpun kalimat penyangkalan yang keluar dari mulut pacar – tidak – mantan pacarnya.
Rentetan peristiwa menyedihkan itu pun berakhir. Nagisa melihat ke arah benda penunjuk waktu itu. Sudah cukup lama ia melamun, mengenang kembali masa-masa manis-pahit kisah cintanya. Ia pun mengalihkan pandangannya ke jendela. Tampak orang-orang berlalu- lalang untuk mengerjakan pekerjaannya.
Nagisa nyaris lupa bahwa dirinya hidup dalam sebuah kerajaan di Jepang. Ia hanyalah seorang gadis desa yang sederhana di kerajaan yang besar itu. Konon orang memanggilnya 'Chrysalis'. Nagisa bingung, kenapa orang-orang mau memanggil kerajaan itu dengan 'kepompong'? Entahlah, mungkin nama bunga sudah terlalu biasa di lidah mereka.
Bosan, Nagisa pun memutuskan untuk berjalan-jalan sekeliling. Jalanan masih ramai dengan orang-orang bolak-balik seperti setrikaan. Di tengah jalanan, Nagisa mendengar orang di belakangnya berbicara,
"Hey, kau tahu? Pangeran Chrysalis akan menikah!".
"Hah? Serius? Pangeran siapa?"
"Aku juga kurang tahu, Akabane-sama jarang membicarakannya. Tapi setahuku, dia tampan sekali! Seperti ayahnya!"
"Wah! Beruntung sekali ya, calon istrinya! Punya suami setampan Akabane Naruko-sama!"
"Iya! Tetapi…"
"Ada apa?"
"Kudengar sifat anaknya berbanding terbalik dengan ayahnya".
"Hah!? Kau serius?"
"Iya. Katanya dia itu jahil luar biasa. Sampai-sampai para pengawal pun kewalahan mengatasinya".
"Ah, padahal sudah mau kumasukkin ke daftar calon suami ideal, tapi, tidak jadi deh, makasih".
Kedua wanita yang berbicara di belakangnya pun berbelok arah. Nagisa hanya tersenyum-senyum sendiri mendengar perkataan mereka tadi.
Tampan.. tapi sifatnya seperti setan. Hmmm, menarik.
A/N: Hai minna! Makasih ya, udah meluangkan waktu kalian untuk membaca fanfic ini. Saya Mikari Mikazuki, baru di sini. Salken! Ketemu lagi yha di chapter berikutnya! ^^
Makasih,
-Mikari Mikazuki
