A/N: H-hajimemashite, Reader-san. Ku-Kuroki desu. K-kali ini Kuroki akan membawakan cerita baru. Yah, sebenarnya bukan cerita baru, sih. Ini adalah lanjutan dari ff Kuroki yang sebelumnya, yaitu Mengubah Masa Depan. Ceritanya masih belum berakhir, fufufu *evil smile*
Ah, untuk Reader-san yang belum membaca ff Mengubah Masa Depan, mau langsung baca ff ini juga tidak masalah, kok. Soalnya daripada dibilang lanjutan ff Mengubah Masa Depan, ini seperti sebuah awal dari efek mengubah masa depan itu sendiri. Ups, sepertinya Kuroki terlalu banyak bicara. Baiklah, silahkan dibaca.
Ah, iya, satu lagi. OC bertebaran dimana-mana. Main chara di ff ini adalah OC. Namanya adalah Namikaze Minana. Penampilannya sama seperti yang di cover ff ini.
M-maaf kalau gambarnya kurang bagus. Kuroki memang tidak ahli menggambar T.T
O-oke, itu saja pesan pembukaan dari Kuroki. Selamat membaca.
-POV Minana-
"Sebagian penduduk desa menatap sinis ke arahku. Lalu Tou-chan dan Kaa-chan lebih memerhatikanmu dibandingkan aku. Enak sekali kau ya?" ucap Naru-nii-chan dengan nada dingin.
Aku hanya diam. Aku tidak tahu harus berkata apa. Naru-nii-chan masih menatap dingin diriku. Naru-nii-chan yang di masa ini sangat berbeda dengan Naru-nii-chan yang kutahu. Ia sangat... berbeda.
"Kalau tahu seperti ini, lebih baik dulu kau mati saja bersama Minana-baa-chan dan Lucky-jii-chan, ttebayo!" lanjut Naru-nii-chan.
Setelah mengatakan hal itu, ia pergi meninggalkanku. Ia tidak memperlambat langkahnya. Naru-nii-chan benar-benar meninggalkanku sendirian di Akademi. Aku... hanya bisa menatap kepergian Naru-nii-chan. Mungkin ini adalah puncak dari rasa benci Naru-nii-chan padaku. Takdir kami seolah diputar balik.
..
Rating: T
Genre: Adventure, Hurt/Comfort
Warning: OC, Death Character, Naruto/Bleach Fusion
Disclaimer: Naruto milik Masashi Kishimoto, Bleach milik Tite Kubo
Main Chara: Namikaze Minana (OC), Lucky (OC), Namikaze Naruto
Pembuat fic: Kuroki
Summary: 10 Oktober... harusnya menjadi hari kematian Yondaime Hokage dan istrinya. Namun tidak. Yang menggantikan tempat kematian mereka adalah anak mereka yang datang dari masa depan. Karena tindakannya itu, sedikit demi sedikit alur masa lalu mulai berubah. Apakah itu juga mencegah terjadinya Perang Dunia Shinobi ke-4?
..
Chapter 1: Perasaan Bersalah
.
-Masih POV Minana-
Namaku adalah Namikaze Minana. Umur 7 tahun 11 bulan. Aku adalah adik kembar dari Namikaze Naruto. Walau kembar, tapi sifat kami bertolak belakang. Nama margaku diambil dari nama belakang Tou-chan, dan namaku adalah gabungan dari nama Tou-chan dan Kaa-chan. Tou-chan adalah Yondaime hokage, Namikaze Minato, sedangkan Kaa-chan adalah (Uzumaki) Namikaze Kushina.
Penampilan atau ciri-ciriku sangat berbeda dengan Naru-nii-chan. Tou-chan dan Kaa-chan bilang kalau wajahku sedikit mirip dengan Naru-nii-chan, hanya saja tanpa garis seperti kumis di pipi; rambutku berwarna merah sama seperti Kaa-chan; dan warna bola mataku sama dengan Naru-nii-chan, warna biru langit; dan pakaian yang sering kupakai adalah jaket berwarna hitam dan celana (sepasang dengan jaketnya) berwarna hitam.
Padahal aku adalah adik kembar Namikaze Naruto, tapi penduduk desa sering menganggap atau berpikir bahwa diriku ini adalah Kunoichi yang menghentikan penyerangan Kyuubi 7 tahun 11 bulan silam, Kurai Kōri no Konoha, Uzumaki Minana. Padahal Uzumaki Minana sudah meninggal saat menghentikan Kyuubi waktu itu. Aku tidak heran jika beberapa atau sebagian penduduk desa berpikir bahwa aku adalah Minana-san. Selain nama, penampilanku juga sangat mirip dengan Minana-san saat masih kecil. Mungkin yang berbeda adalah aku yang tidak memakai syal hitam, rambutku yang pendek, dan mata kananku berwarna biru langit. Bahkan Tou-chan dan Kaa-chan juga sering menganggap kalau aku adalah Minana-san.
Yah, untung saja mereka hanya berpikir kalau penampilan dan ciri-ciriku dengan Minana-san adalah kebetulan semata. Karena kenyataannya, aku ini memang Kurai Kōri no Konoha, Uzumaki Minana. Uzumaki Minana yang selama ini mereka kenal sebenarnya adalah diriku yang datang dari masa depan. Aku tahu karena sebelum meninggal, ia menyegel ingatannya padaku. Atau lebih tepatnya, Lucky menyegel ingatan"ku" (baca: ingatan Minana masa depan) tanpa seizin"ku" (baca: seizin Minana masa depan). Sepertinya Lucky sudah mengatur agar segel ingatan itu hancur saat diriku menginjak usia 7 tahun.
Tidak hanya ingatan. Lucky juga menyegel setengah chakra Kyuubi ke dalam tubuhku tanpa seizin"ku". Lalu agar Tou-chan, Kaa-chan, dan orang lain tidak tahu bahwa di dalam tubuhku juga tersegel setengah chakra Kyuubi, Lucky menambah beberapa segel lain. Segel tambahan itu akan membuat semua orang tidak bisa melihat segel di perutku, serta menyembunyikan aura chakra Kyuubi dari shinobi tipe sensorik. Karena segel tambahan yang Lucky pasang, sampai sekarang Tou-chan dan Kaa-chan tidak tahu kalau di dalam tubuhku juga tersegel chakra Kyuubi. Tou-chan dan Kaa-chan masih mengira kalau "aku" dan Lucky menyegel semua chakra Kyuubi ke dalam tubuh Naru-nii-chan.
Lalu saat pertama kali mendapat ingatan Minana masa depan, aku kehilangan kesadaranku. Aku pingsan selama satu minggu lebih. Mungkin karena hal itulah Tou-chan dan Kaa-chan jadi lebih memerhatikan keadaanku... atau itulah yang dilihat Naru-nii-chan. Soalnya dari sudut pandangku, Tou-chan dan Kaa-chan sama sekali tidak membanding-bandingkan atau membeda-bedakan kami. Tou-chan dan Kaa-chan sama sekali tidak pilih kasih terhadap kami berdua.
Walau Uzumaki Minana adalah diriku yang datang dari masa depan, tapi chakra kami tidak terasa sama. Itu adalah bukti kuat yang membuat orang-orang yang di masa ini tetap berpikir kalau aku dan Minana masa depan adalah orang yang berbeda. Alasan kenapa chakra-ku dan Minana masa depan berbeda mungkin karena aku tidak memiliki mata iblis.
Jujur saja. Aku sangat benci saat orang-orang berpikir kalau aku mirip dengan Kurai Kōri no Konoha. Dari pada dibilang mirip dia, aku lebih senang kalau dialah yang mirip denganku. Walau dia adalah diriku yang datang dari masa depan, tapi rasanya kesal juga kalau harus dibandingkan dengan "orang lain".
Seseorang bernama Lucky yang kesebut itu adalah nama shinobi yang selalu mengikuti"ku" kemanapun "aku" pergi. Dia sering memakai pakaian hitam dan memiliki mata berwarna merah. "Aku" kadang suka meledeknya dengan sebutan Penguntit. Ya, itu dulu dan saat di masa depan. Pasalnya Lucky yang ada di masa ini entah berada di mana. Maksudku, sekarang Lucky tidak bersama keluargaku. Tou-chan dan Kaa-chan bilang kalau dia sudah meninggal saat penyerangan Kyuubi waktu itu. Namun aku tahu kalau dia masih berkeliaran di dunia ini. Pasalnya, Lucky itu immortal. Orang tuaku dan semua orang di Konoha tidak tahu kalau dia immortal. Jadi tidak heran mereka menganggap Lucky yang mereka temui saat penyegelan Kyuubi itu adalah Lucky yang mereka kenal.
Karena kedatangan dan tindakan diriku yang di masa depan, ada beberapa hal yang mulai berubah. Hal-hal yang seharusnya terjadi, menjadi tidak terjadi. Begitupun sebaliknya. Contohnya: Tou-chan dan Kaa-chan sekarang masih hidup dan Klan Uchiha tetap ada.
Jika kau kira Tou-chan, Kaa-chan, dan (hampir semua) anggota Klan Uchiha bisa hidup seperti ini karena apa yang sudah dilakukan diriku yang di masa depan, kau salah besar. Keberadaan diriku yang di masa depan seperti "menyeret" orang yang selamat untuk mati, seperti Kyo-sensei, (Nohana) Uchiha Rin, dan Uchiha Obito.
Kematian Kyo-sensei dan "diriku" 7 tahun 11 bulan silam seolah menggantikan tempat kematian Tou-chan dan Kaa-chan. Uchiha Obito dan Uchiha Rin meninggal 10 bulan lalu. Karena Uchiha Obito adalah orang yang membunuh anggota Klan Uchiha, kematiannya menggantikan tempat kematian anggota Klan Uchiha yang ia bunuh "dulu". Lalu karena Uchiha Fugaku dan Uchiha Mikoto dibunuh oleh Uchiha Itachi, kematian Uchiha Rin hanya menggantikan tempat kematian Uchiha Fugaku, sedangkan Uchiha Mikoto meninggal sesuai dengan takdir kematiannya.
Sama seperti kematian"ku" dan Kyo-sensei, kematian Uchiha Rin, Uchiha Obito, dan Uchiha Mikoto seolah seperti sebuah "kecelakaan". Aku menyebutnya "kecelakaan" karena penyebab kematian mereka berbeda dengan yang di masa depan. Di masa ini, Uchiha Rin, Uchiha Obito, dan Uchiha Mikoto meninggal karena menjalankan suatu misi. Lalu takdir Uchiha Shisui sama seperti yang di masa depan, ia meninggal karena bunuh diri.
Kalau tahu seperti ini, lebih baik dulu kau mati saja bersama Minana-baa-chan dan Lucky-jii-chan, ttebayo!
Tanpa sadar, aku jadi teringat dengan ucapan Naru-nii-chan tadi siang. Aku tidak menyangka kalau Naru-nii-chan akan membenciku seperti ini. Apakah ini yang disebut hukum karma? Di masa depan, akulah yang membenci Naru-nii-chan. Tapi, itukan ulah diriku yang dimasa depan, bukan ulahku!
"Fuuh~." Aku menghela napas panjang. Jika memikirkan apa yang terjadi di masa depan, semua pikiran itu malah membuatku bingung sendiri.
Paradoks.
Mungkin itu adalah ungkapan yang tepat. Suatu pernyataan disebut paradoks jika pernyataan tersebut adalah 100% benar dan 100% salah. Meski ingatan "diriku" itu bersifat paradoks, tapi sepertinya aku tidak punya pilihan selain memercayainya. Ingatan Minana masa depan adalah satu-satunya petunjuk agar aku bisa menyelamatkan Tou-chan, Kaa-chan, dan Naru-nii-chan dari Perang Dunia Shinobi ke-4.
Menurut ingatan Minana masa depan, Lucky pernah bilang kalau mengubah masa depan adalah membunuh yang pasti tetap hidup atau menyelamatkan yang pasti akan mati. Lalu cara untuk menyelamatkan yang pasti akan mati hanya ada 2, yaitu: Pertama, melenyapkan pelaku atau penyebab yang melakukannya. Kedua, membunuh orang yang tidak ada hubungannya a.k.a orang yang selamat... sesuai dengan jumlah orang yang ingin diselamatkan dari takdir kematian.
Lucky bilang kuncinya ada 2. Pertama, jika si pelaku mati, maka tidak akan ada korban. Kedua, jika 'penyebabnya' (baca: pelaku) masih hidup, jumlah orang yang mati pada insiden itu harus sama, tidak boleh kurang.
Semua yang ia katakan sesuai dengan apa yang terjadi saat penyerangan Kyuubi dan apa yang terjadi pada anggota Klan Uchiha. Sangking benarnya hipotesa Lucky, aku jadi tambah takut. Yang membuatku takut adalah apa yang akan terjadi di masa depan. Dengan kata lain, Perang Dunia Shinobi ke-4.
Pada Perang Dunia Shinobi ke-4, semuanya terbunuh, kecuali diriku, Lucky, dan para bijuu. Jika ingin menyelamatkan Tou-chan, Kaa-chan, Naru-nii-chan dan semuanya dari takdir kematian, maka cara pertama yang disebut Lucky tidak bisa dipakai. Pasalnya, Madara yang merupakan penyebab pembunuhan itu juga ikut terbunuh. Cara kedua juga tidak bisa kupakai. Kenapa? Karena yang selamat dalam perang itu hanya aku dan Lucky. Nyawaku hanya bisa menyelamatkan 1 orang saja. Bahkan jika Lucky ingin mengorbankan nyawanya juga, itu tidak akan cukup. Terlebih lagi, belum tentu jika yang selamat karena pengorbanan kami adalah Tou-chan, Kaa-chan atau Naru-nii-chan.
Karena 2 cara itu tidak ada yang efektif, sebelum Perang Dunia Shinobi ke-4 aku harus sudah menemukan cara ke-3 yang tak pernah terpikirkan oleh Lucky dan Minana masa depan. Terutama cara menyelamatkan seseorang dari kematian tanpa mengorbankan siapapun.
-Keesokan Harinya-
Seperti pagi biasanya, aku, Naru-nii-chan, Tou-chan, dan Kaa-chan sarapan bersama di ruang makan. Saat sedang sarapan, aku masih bisa melihat wajah tidak suka (baca: benci) Naru-nii-chan.
"Kenapa lihat-lihat, ttebayo?" ucap Naru-nii-chan tidak ramah dan tanpa menoleh ke arahku.
Aku sedikit tersentak. Padahal sejak tadi Naru-nii-chan hanya menatap mangkuk yang ia pegang, tapi ia tahu kalau aku sejak tadi melihat ke arahnya.
"Tidak, bukan apa-apa," balasku sambil tersenyum.
BRAK
Setelah mengatakan hal itu, Naru-nii-chan menggebrak meja. Jujur saja, aku sangat terkejut dan sedikit takut dengan Naru-nii-chan yang ini. Sedikit demi sedikit, dia mulai terlihat berbeda dengan Naru-nii-chan yang di masa depan.
"Naruto, apa-apaan sikapmu itu?!" omel Kaa-chan saat melihat sikap Naru-nii-chan.
Naru-nii-chan hanya diam. Dia langsung turun dari kursi dan berjalan menuju pintu keluar. Aku benar-benar sedih saat melihat Naru-nii-chan yang seperti ini.
"Naru–"
"Sudahlah, Kaa-chan. Tolong maafkan Naru-nii-chan."
Ini bukanlah pertama kalinya Naru-nii-chan marah padaku. Tou-chan dan Kaa-chan tahu kalau belakangan ini aku dan Naru-nii-chan sedang tidak akur. Namun baru kali ini Naru-nii-chan menggebrak meja seperti itu.
Aku meminta Kaa-chan untuk tidak memarahi Naru-nii-chan lagi. Tapi sepertinya Kaa-chan tidak mendengarkan kata-kataku. Apalagi rambut panjangnya mulai berdiri ke atas (?). Kaa-chan sedang dalam mode Akai Chisio no Habanero.
"Tidak. Sikapnya itu sangat tidak sopan. Kaa-chan harus memberinya pelajaran."
Melihat Kaa-chan yang seperti itu, aku menghentikan makanku dan segera berlari keluar.
"Naru-nii-chan, lari! Kaa-chan mulai menggila!" teriakku sambil berlari keluar.
Setelah mengatakan hal itu, aku bisa merasakan chakra Naru-nii-chan yang menjadi banyak dan tersebar ke berbagai tempat. Aku yakin kalau Naru-nii-chan mendengar teriakanku dan langsung menggunakan kagebunshin. Ya, di masa ini, Naru-nii-chan sudah bisa menggunakan kagebunshin.
"Pfftt."
Saat sedang memakai sendal ninjaku, aku bisa mendengar suara cekikikan Tou-chan. Mendengar suata tawa Tou-chan, tanpa sadar aku juga ikutan ketawa.
"Tunggu, ttebane!" teriak Kaa-chan dengan nada horor.
Aku bisa mendengar langkah kaki Kaa-chan. Cepat-cepat aku berlari keluar. Begitu sudah menutup pintu, aku berteleport ke tempat lain dengan hiraishin level 4. Hiraishin level 4 adalah jurus teleportasi yang sama seperti yang dimiliki Tou-chan. Hanya saja, hiraishin level 4 milikku bisa menteleport diriku sendiri tanpa perlu menggunakan kunai hiraishin atau 'tanda'. Selama aku tahu koordinat/jarak dari tempat yang ingin kutuju, aku bisa berpindah kemanapun.
Lalu sekarang aku duduk di tepi jurang. Tepatnya, ini adalah tempat dimana Uchiha Shisui melakukan bunuh diri. Dasar dari jurang ini adalah Sungai Nakano. Itu sebabnya dimasa depan, mayatnya ditemukan di sungai Nakano.
"Habis dikejar-kejar Kushina-sama lagi?"
Aku sedikit terkejut saat tiba-tiba mendengar suara orang lain. Refleks aku menoleh ke belakang. Dia adalah salah satu anggota Klan Uchiha dan kakak dari Uchiha Sasuke. Dia adalah Uchiha Itachi.
"Fuuh, kukira siapa. Ternyata Ita-nii," ujarku tidak semangat. Aku kembali melihat ke dasar jurang.
"Kenapa kau datang ke sini? Sudah kubilang untuk tidak ke sini untuk beberapa saat, kan?" perintah Ita-nii.
Saat Ita-nii mengatakan hal itu, perasaan bersalah kembali menguasaiku. Tanpa sadar ingatan itu kembali muncul di kepalaku.
"Apa pasukan militer khusus Uchiha masih mencurigai kematian Sui-nii (baca: Shisui)"
Ita-nii mengangguk pelan. "Begitulah," jawabnya singkat
Ita-nii dan Sui-nii adalah ANBU yang bertugas menjaga dan mengawasi diriku dan Naru-nii-chan. Sebelas bulan lalu adalah saat dimana diriku mendapatkan ingatan Minana masa depan. Untuk anak-anak usia 7 tahun, ingatan itu sangat menakutkan dan tidak masuk akal. Namun aku tidak bisa menceritakan itu pada Tou-chan dan Kaa-chan. Kemudian Ita-nii dan Sui-nii menyadari keanehanku.
Lalu pada akhirnya, aku memberitahu mereka berdua tentang semua ingatan Uzumaki Minana. Mereka berdua percaya dengan ceritaku dan berjanji untuk tidak memberi tahu siapapun. Saat mengatakan hal itu, aku tahu kalau mereka tidak berbohong. Lalu sejak saat itu, mereka berdua sering memberikan saran atau hal yang harus kulakukan agar tidak salah langkah. Walau aku adalah Kurai Kōri no Konoha dan memiliki ingatannya, tapi tetap saja aku hanya bocah berusia 8 tahun.
Namun 1 minggu setelah aku memberi tahu ingatan Minana masa depan, Sui-nii memutuskan untuk bunuh diri. Sepertinya Sui-nii terpengaruh dengan hukum kematian sebab-akibat yang Lucky katakan. Sui-nii pikir... kalau dia harus mati. Ia harus mati agar tidak ada orang yang menggantikan kematiannya —terutama anggota Klan Uchiha.
Untuk anggota Klan uchiha sendiri, kematian Sui-nii sangatlah mencurigakan. Terlebih lagi, hari kematian Sui-nii sama dengan hari dimana Obito, Rin, dan Mikoto-san terbunuh.
"Gomen, Ita-nii," ucapku tanpa sadar.
"Sudahlah, kau tidak perlu meminta maaf. Itu juga salah kami karena dulu memaksamu untuk memberi tahu kami," jawab Ita-nii.
Mencoba untuk tidak menyalahkan diri sendiri? Hmph, rasanya cukup sulit untuk anak usia 8 tahun sepertiku. Meski begitu, aku berusaha untuk melakukannya.
"Daripada memikirkan hal itu, lebih baik kau memikirkan cara untuk berbaikan dengan Naruto. Dan kusarankan untuk tidak terlalu mengandalkan ingatan dirimu yang di masa depan," tambahnya.
Saat Ita-nii mengatakan hal itu, refleks aku langsung mengangguk semangat. Aku tahu kalau aku tidak boleh mengandalkan ingatan Minana masa depan. Apalagi banyak hal di masa ini yang mulai berbeda dengan apa yang di masa depan. "Wakatta."
-9 Oktober-
Hari sudah malam. Waktu sudah menunjukkan pukul 23.00. Aku, Naru-nii-chan, dan Tou-chan dan Kaa-chan sudah di kamar kami masing-masing.
Aku dan Naru-nii-chan masih bertengkar. Aku sudah mencoba berbagai cara untuk berbaikan dengannya, seperti: membantu mengerjakan pr; membantu latihan fuinjutsu, taijutsu, dan ninjutsu; sparring; mengajaknya (lomba) makan ramen Ichiraku; menyamakan nilai ujianku dengannya (baca: dapat nilai nol); dan lain-lain. Namun tidak ada satupun cara yang berhasil. Semua usaha yang kulakukan untuk memperbaiki ikatan kami menjadi sia-sia. Perlahan semua itu membuatku putus asa.
"Naru-nii-chan benar. Kalau tahu akan jadi seperti ini, lebih baik dia (baca: Minana masa depan) tidak menghidupkanku. Lebih baik aku mati saja."
Benar juga.
Jika aku mati, Naru-nii-chan tidak akan pernah membenciku. Lalu, aku juga tidak perlu memikul beban Minana masa depan. Kau tahu? Beban ini terlalu berat untuk dipikul anak usia 8 tahun. Walau aku ini adalah Kurai Kōri no Konoha, tetap saja aku hanya bocah berumur 8 tahun.
-End of Minana POV-
-10 Oktober-
-POV Naruto-
Sebenarnya aku masih mengantuk. Namun entah kenapa, aku merasa seperti ada sesuatu yang menghalangiku untuk tidur lagi. Kupikir ini ulah Minana-baa-chan. Habisnya, hal ini selalu terjadi setiap tanggal 10 Oktober.
Dengan mata sayu, aku turun dari kasur. Kemudian aku langsung menuju ruang makan. Begitu melihat kursi dan meja makan, aku langsung duduk dan menempelkan kepalaku di atas meja.
"Ohayou," sapaku malas saat melihat Tou-chan sedang duduk di kursi sambil membaca koran.
"Ohayou, Naruto," balas Tou-chan seraya melihatku. Setelah menyapaku, dia kembali membaca korannya lagi.
"Ah, Naruto, ohayou," balas Kaa-chan yang mengintip ke arahku dari dapur. "Minana mana?" tanya Kaa-chan.
"Entah. Mungkin masih tidur, ttebayo," jawabku malas.
Kepalaku masih menempel di meja. Rasanya mengantuk sekali. Namun meski aku mencoba untuk tidur, aku tidak bisa tidur lagi. Yah, mungkin karena hari ini adalah tanggal 10 Oktober. Selain hari ulang tahunku dan Minana, hari ini juga peringatan hari kematian Minana-baa-chan dan Lucky-jii-chan. Sebelum merayakan ulang tahun kami, kami sekeluarga pergi ke makam mereka.
"Naruto, bangunkan Minana!" perintah Kaa-chan.
Aku langsung mendengakkan kepalaku dan melihat ke arah dapur. Kaa-chan malah menyuruhku melakukan hal menyebalkan.
"Eehhh? Kenapa harus Naru, ttebayo?"
"Karena kamu adalah kakak, ttebane," jawab Kaa-chan dari dapur.
Sebenarnya aku tidak mau, tapi yah, biarlah. Lagipula hari ini adalah peringatan hari kematian Minana-baa-chan dan ulang tahun kami, jadi ya baiklah.
Dengan malas, aku pergi ke kamarnya. Kamarnya tepat berada di depan kamarku. Ya, walau kami kembar, tapi kami tidak tidur sekamar. Begitu sudah berada di depan kamar, aku langsung mengetuk pintu kamarnya.
TOK TOK TOK
"Hoi, Baka-Himotou, mau sampai kapan kau mau tidur, ttebayo?" panggilku sambil mengetuk pintu.
"NARUTO! SUDAH KAA-CHAN BILANG BERAPA KALI UNTUK TIDAK MEMANGGIL ADIKMU SEPERTI ITU!"
Aku langsung menutup kedua telingaku dengan tangan. Aku tidak menyangka kalau suaraku akan sampai terdengar ke dapur.
Kaa-chan selalu ceramah dan menasehatiku agar tidak bertengkar dengan Minana. Awalnya aku hanya menjawab iya iya dengan arti tidak. Namun setelah apa yang Minana lakukan untukku belakangan ini, yah mungkin aku akan sedikit mengikuti nasehat Kaa-chan. Pandanganku tentang Minana jadi sedikit berubah. A-aku masih membencinya, ttebayo! Maksudku, rasa iri dan tidak sukaku padanya sedikit berkurang! Hanya sedikit, ttebayo!
"Kalau kau tidak mau keluar, aku akan menyeretmu!" ancamku karena dia masih tidak menyahutku.
"NARUTO!"
Kaa-chan sudah di ambang batas (?). Sepertinya aku harus mulai menahan sikapku. Lalu karena dia masih belum keluar, aku memutuskan untuk masuk ke kamarnya.
"Minana, mau sampai kapan kau tidur?" ucapku setelah masuk.
Setelah mengatakan hal itu, mataku langsung tertuju ke tempat tidur Minana. Namun anehnya, Minana tidak ada di sana. Minana tidak ada di tempat tidurnya. Ini aneh. Padahal tempat tidur Minana masih berantakan.
"Minana?" sahutku.
Saat tahu Minana tidak ada di tempat tidurnya, dengan santainya aku langsung mencarinya di tempat lain, misalnya mencarinya di belakang pintu, bawah kasur, atau lemari baju. Maksudku... tidak mungkin aku bisa bersikap tenang seperti ini saat adikku menghilang. Aku yakin kalau Minana sedang bersembunyi di suatu tempat. Walau aku iri dan tidak suka padanya, tapi rasanya tidak benar kalau aku harus senang saat dia menghilang seperti ini.
Aku terus mencari Minana ke setiap sudut kamar ini. Namun setelah mencarinya kemana-mana, aku tidak bisa menemukan Minana.
"Dia... kemana?" gumamku entah pada siapa.
Kemudian aku naik ke tempat tidur Minana. Lalu aku mencoba membuka jendela di dekat kasur tersebut. Namun jendela itu terkunci... terkunci dari dalam.
'Aku yakin kalau Minana sekarang sedang bersembunyi. Lagipula aku tidak merasakan apapun saat tahu dirinya tidak ada di kamar. Benar, dia pasti sedang bersembunyi."
Sejak tadi, aku terus meyakinkan diriku kalau Minana sedang bersembunyi atau sedang pergi ke suatu tempat. Namun kenyataannya aku tahu... kalau Minana sudah tidak ada di dunia ini. Maksudku... aku merasa seperti ada sesuatu yang berbisik padaku kalau Minana sudah tidak ada di dunia ini.
"Naruto, Minana, cepat kemari. Makanannya sudah siap."
Suara Kaa-chan membuyarkan lamunanku. Spontan, aku langsung menepis pikiran itu. 'I-ini Minana, ttebayo. Tidak mungkin d-dia sudah meninggal,' pikirku.
Karena Kaa-chan memanggil, aku menghentikan pencarianku. Kemudian aku langsung pergi menuju ruang makan.
"Dimana Minana?" tanya Kaa-chan saat melihat aku hanya datang sendiri.
Aku menggelengkan kepalaku.
"Apa maksudmu, Naruto?" Kali ini, Tou-chan lah yang bertanya.
"Saat Naru kesana, Minana sudah tidak ada," jawabku biasa saja.
Saat mendengar jawabanku, aku bisa melihat wajah panik Tou-chan dan Kaa-chan. Lalu dengan terburu-buru, mereka pergi ke kamar Minana. Melihat hal itu, aku juga mengikuti Tou-chan dan Kaa-chan ke kamar Minana. Saat sampai di kamar Minana, Tou-chan dan Kaa-chan jadi tambah panik. Lalu satu detik kemudian, Tou-chan menghilang dari hadapan kami. Begitu Tou-chan menghilang, Kaa-chan berjongkok di depanku dan memegang pundakku.
"Naruto, tetaplah di rumah. Jangan pergi kemana-mana. Tou-chan dan Kaa-chan akan mencari adikmu dulu," kata Kaa-chan dengan lembut.
"Kenapa Tou-chan dan Kaa-chan sampai panik begitu? Ini Minana, ttebayo. Mungkin saja dia sudah pergi duluan ke makam Minana-baa-chan dan Lucky-jii-chan. Dan lagi, Minana adalah reinkarnasi Minana-baa-chan, ttebayo. Dia pasti baik-baik saja."
Saat mengatakan hal itu, aku mencoba menahan air mataku. Padahal pandanganku padanya sudah sedikit berubah. Namun sekarang dia malah menarik perhatian Tou-chan dan Kaa-chan lagi. Padahal hari ini adalah hari yang penting. Aku mau Tou-chan dan Kaa-chan tidak memikirkan tentang Minana saja.
Lalu tiba-tiba Kaa-chan mengelus kepalaku. Kemudian dia tersenyum sambil berkata, "Naruto juga berpikir begitu, ya?"
"Itu yang dikatakan semua orang," jawabku membenarkan.
"Bahkan jika benar Minana adalah reinkarnasi Minana-baa-chan, tapi Minana tetaplah Minana, ttebane. Tolong jangan samakan adikmu dengan orang lain."
Setelah mengatakan hal itu, Kaa-chan pergi meninggalkanku sendirian di rumah ini. Begitu Kaa-chan pergi, air mata mulai turun membasahi pipiku.
"Baka!" umpatku kesal.
...
Aku mengabaikan perintah Kaa-chan. Setelah mandi dan makan, aku pergi ke makam Minana-baa-chan dan Lucky-jii-chan. Setiap tanggal 10 Oktober, keluarga kami selalu datang mengunjungi makam mereka. Namun karena hari ini Minana membuat ulah, sepertinya Tou-chan dan Kaa-chan jadi lupa dengan rutinitas ini.
"Yo, Minana-baa-chan, Lucky-jii-chan," sapaku pada 'mereka'. Aku tahu kalau mereka tidak bisa mendengarku, tapi aneh saja rasanya kalau aku tidak mengatakan sesuatu.
Minana-baa-chan dan Lucky-jii-chan adalah shinobi hebat yang menghentikan penyerangan monster rubah a.k. a Kyuubi... meski harus mengorbankan nyawa mereka sendiri. Aku sangat mengagumi mereka berdua. Soalnya, Tou-chan dan Kaa-chan pernah bilang kalau mereka pernah menyelamatkanku. Lalu, mereka juga hebat dalam menyembunyikan masalah atau apa yang mereka lakukan.
Menurutku itu sangat keren. Dan itu merupakan salah satu alasan kenapa aku jarang menceritakan masalahku pada Tou-chan dan Kaa-chan, terutama masalah tentang penduduk desa yang sering menatap sinis ke arahku. Aku menahan semua masalah itu sendiri. Aku ingin menjadi seperti Minana-baa-chan dan Lucky-jii-chan.
"Jadi kau ada di sini, Naruto-kun?"
"Eh?"
Aku sangat terkejut saat mendengar suara seseorang di belakangku. Refleks aku langsung menoleh ke belakang. Aku bisa melihat seseorang yang sedang berdiri tepat di belakangku. Begitu melihatnya, entah kenapa aku jadi teringat dengan foto Lucky-jii-san yang bersama dengan Tou-chan, Kaa-chan, dan Minana-baa-chan saat Tou-chan dilantik menjadi hokage. Benar, dia sangat mirip sekali dengan Lucky-jii-san. Namun aku tahu kalau dia bukan Lucky-jii-chan. Habisnya, yang di depanku ini hanyalah anak yang usianya kira-kira 13 tahun. Yang membuatnya mirip dengan Lucky-jii-chan adalah warna pakaian dan mata merahnya. Anak itu memakai t-shirt dan celana chunnin berwarna hitam, dan rambutnya terlihat acak-acakkan.
"Siapa kau? Bagaimana kau tahu namaku?" tanyaku penasaran.
Dia mengacuhkanku. Padahal baru pertama kali bertemu, tapi entah kenapa aku merasa sangat jengkel sekali dengannya. Karena pertanyaanku tidak dijawab, aku mengganti pertanyaanku.
"Kenapa kau disini?" tanyaku lagi.
"Harusnya aku yang bertanya begitu. Kenapa kau ada di sini? Kenapa kau bisa setenang ini saat tahu kalau adikmu menghilang?"
DEG
Aku sangat terkejut dengan ucapannya itu. Refleks kakiku langsung mundur selangkah. Dia tahu namaku. Lalu dia juga tahu kalau Minana menghilang. Aku benar-benar bingung kenapa dia bisa tahu semua ini. Sebenarnya siapa dia? Kenapa dia bisa tahu tentang aku dan Minana? Lalu... apa benar kalau Minana menghilang? Maksudku... apa ucapannya itu benar?
"M-Minana tidak menghilang, ttebayo! D-dia baik-baik saja, ttebayo! Dia pasti sedang bersembunyi di suatu tempat!"
Benar, Minana tidak menghilang. Minana tidak meninggal. Aku tahu itu. Aku tahu itu! Aku yakin kalau dia sedang bersembunyi di suatu tempat di Konoha! Aku sangat yakin!
"Hee~? Begitu. Jadi itu yang kau pikirkan? Haha, aku jadi kasihan pada Minana-chan," ujarnya seraya menatapku dengan tatapan dingin. "Apa kau tidak tahu alasan kenapa adikmu menghilang? Hmph, baiklah, aku akan memberitahumu kebenarannya. Yah, walau persentase benarnya adalah 99%," lanjutnya.
Aku memalingkan mukaku dan menatap ke arah lain. Dia bertingkah seolah-olah tahu segalanya. Aku sangat benci dengan orang seperti itu.
"Semua orang yang ada di Konoha menganggap kalau Namikaze Minana adalah Kurai Kōri no Konoha. Tapi apa kau tahu... kalau semua penduduk Konoha menganggap adikmu sebagai bencana?"
DEG
Ucapannya itu sukses membuatku terkejut. Spontan aku langsung menoleh ke arahnya. Minana... adalah bencana? Apa dia mau bilang kalau Minana-baa-chan adalah pembawa bencana? Itu tidak mungkin! Bukankah dia adalah kunoichi yang menyelamatkan desa Konoha dari Kyuubi?
"Tidak sepertimu, penduduk desa sama sekali tidak menganggap Kurai Kōri sebagai pahlawan yang menyelamatkan desa dari penyerangan Kyuubi. Mereka menganggap kalau Kurai Kōri adalah dalang dibalik penyerangan tersebut."
"BOHONG! ITU TIDAK MUNGKIN, TTEBAYO!" teriakku spontan.
"Terserah kau mau percaya atau tidak, tapi itulah yang dipikirkan semua orang tentang adikmu dan Kurai Kōri," balasnya tidak peduli. Kemudian sebelum aku membalas ucapannya, dia sudah mengatakan hal lain. "Lalu alasan kenapa sebagian penduduk desa menatap sinis ke arahmu, itu karena Minana-baa-chan yang kau kagumi itu telah menyegel Kyuubi ke dalam tubuhmu."
DEG
"Eh? Apa?"
A-aku sangat terkejut dengan pernyataan itu. Tepatnya... aku sangat terpukul. Aku langsung terdiam. Bingung..., sedih..., marah. Semua emosi itu bercampur aduk.
"Kau bohong... kan?" tanyaku yang masih tidak percaya.
"Informasi tentang Kyuubi yang tersegel di dalam tubuhmu itu adalah informasi yang sangat rahasia. Namun anehnya, adikmu mengetahui hal itu. Yah, sebenarnya aku tidak tahu adikmu itu tahu atau tidak, tapi melihat gerak-geriknya saat bersamamu–"
"CUKUP!"
Aku langsung menutup kedua telingaku. Kemudian aku berlari menjauhinya. Aku tidak tahu kakiku ini melangkah kemana. Yang pasti, aku tidak mau mendengarnya bicara! Aku tidak mau mendengar apapun lagi dari mulutnya!
Aku masih berlari. Aku menundukkan kepalaku saat berlari. Aku sangat terpukul mendengar semua penjelasannya itu. 'Kenapa Tou-chan dan Kaa-chan menyembunyikan semua itu dariku? Kenapa!' Itulah hal yang kupikirkan saat sedang lari.
"Karena kau sudah tahu keberadaanku, sepertinya aku tidak perlu bersembunyi lagi."
DEG
Saat mendengar suara itu, aku langsung menghentikan langkahku. Air mata mulai membasahi pipiku. Ketakutan langsung menyelimutiku. Suara itu terdengar sangat asing, tapi entah kenapa, aku bisa menduga itu suara apa. Walau aku tahu itu suara apa, aku tetap menoleh ke sumber suara tersebut a.k.a menoleh ke belakang.
"B-bohong..."
Aku tambah terkejut saat melihat apa yang ada di belakangku itu. Aku sadar kalau ini bukanlah di Konoha. Soalnya, tempat ini tidak terlihat seperti saluran pembuangan di Konoha. Tidak hanya itu. Di sini juga ada pagar besi raksasa.
"Yo, Naruto. Akhirnya kita bertemu."
DEG
Dari balik pagar besi itu, perlahan mulai terlihat suatu makhluk yang sangat besar. Walau dari pagar itu aku hanya bisa melihat mata merahnya yang menyala, tapi aku tahu... kalau itu adalah monster rubah ekor sembilan a.k.a Kyuubi.
"Bohong. Kenapa Kyuubi..?" gumamku tidak percaya.
Seluruh tubuhku terasa lemas saat melihat monster itu. Aku bisa merasakan betapa beratnya atmosfir di sini. Lalu beberapa detik kemudian, aura berwarna merah keluar dari pagar besi itu. Aura merah itu perlahan mendekat ke arahku. Aku mencoba menjauh, tapi kakiku tidak mau bergerak.
"A-apa yang kau lakukan! Menjauhlah dariku!" teriakku panik.
Dari sini, aku bisa melihat gigi-gigi tajamnya. Rubah itu tersenyum senang. Rubah itu mengacuhkan perintahku.
"Kubilang menjauh, ttebayo!"
Rubah itu tetap mengacuhkanku. Aura merah itu sekarang menyelimutiku. Tubuhku tidak berhenti gemetar. Lalu aku menutup mataku. Aku sangat takut... takut sekali.
"HUWAAAAAAA!"
Aku berteriak sejadi-jadinya. Aku bisa merasakan sesuatu yang masuk ke dalam tubuhku. Aku yakin kalau itu adalah aura tadi. Aku sangat takut. Aku sangat takut! Rubah itu akan membunuhku! Aku yakin rubah itu menggunakan aura merah itu untuk membunuhku!
...
Aku tidak merasakan apapun. Aura mengerikan itu sekarang sudah tidak terasa lagi. Lalu dengan perlahan, aku membuka mataku. Ini sudah bukan di tempat saluran pembuangan itu. Aku tidak tahu kenapa bisa ada di sini, tapi yang pasti, sekarang aku sedang berbaring di kamarku.
"Kamu sudah sadar, Naruto?"
Aku sangat mengenal suara lembut itu. Aku langsung menoleh ke samping kananku. Tou-chan dan Kaa-chan sedang duduk. Saat aku menoleh ke arah mereka, Kaa-chan mengelus kepalaku. Saat Kaa-chan melakukan hal itu, air mataku mengalir lagi.
"Tou-chan... hiks... Kaa-chan... hiks..."
"Naruto, anak laki-laki itu tidak boleh cengeng, ttebane."
Aku mengabaikan perkataannya. Aku langsung bangun dan memeluk Kaa-chan. Rasa takut karena kemunculan Kyuubi masih membekas di pikiranku. Bahkan sangking takutnya, tanganku memegang erat baju Kaa-chan. Meski Tou-chan dan Kaa-chan ada disini, tapi perasaan takut itu masih belum menghilang. Terlebih lagi, ucapan anak itu kini kembali terngiang di dalam kepalaku. Benar, ucapan anak itu...
"Tou-chan, Kaa-chan, kenapa kalian tidak pernah bilang kalau Kyuubi selama ini disegel di dalam tubuh Baru?"
Aku masih memeluk Kaa-chan. Air mataku masih tidak mau berhenti. Ucapan anak itu masih terngiang di dalam kepalaku.
"A-apa yang kamu katakan, Naru–"
"Naru sudah tahu semuanya, ttebayo! Baik itu tentang Kyuubi yang disegel di dalam tubuh Naru, maupun tentang penduduk desa yang membenci Minana-baa-chan. Naru sudah mendengarnya!" potongku sebelum Tou-chan menyelesaikan ucapannya.
Suasana berubah menjadi hening. Lebih tepatnya, hanya suara Isak tangisku saja yang bisa kudengar sekarang. Tou-chan dan Kaa-chan hanya diam. Namun setelah beberapa detik, Kaa-chan mulai mengatakan sesuatu.
"Maaf. Tou-chan dan Kaa-chan tidak bermaksud untuk menyembunyikan hal itu."
Aku melepas pelukanku dari Kaa-chan.
"Kenapa Minana-baa-chan tega menyegel Kyuubi di dalam tubuh Naru, ttebayo?" tanyaku dengan suara yang pelan sekali.
"Mungkin karena Minana percaya kalau Naruto pasti bisa mengendalikan kekuatan Kyuubi," jawab Kaa-chan sambil mengelus kepalaku.
'Eh?'
Aku cukup terkejut dengan apa yang Kaa-chan katakan. Minana-baa-chan... percaya kalau aku bisa mengendalikan kekuatan Kyuubi? Aku mungkin sedikit kesal karena Minana-baa-chan seenaknya saja menyegel Kyuubi di dalam tubuhku, tapi saat tahu alasan kenapa dia melakukan hal itu, a-aku sedikit senang. Namun disaat yang sama, aku juga merasa heran. Kenapa dia bisa percaya dengan hal yang tidak pasti seperti itu? Kenapa dia percaya padaku?
"Apa itu sebabnya Ero-sannin lah yang melatih Naru?" tanyaku lagi.
Tou-chan dan Kaa-chan mengangguk pelan. Saat mendengar jawaban mereka, entah kenapa air mataku yang keluar bertambah banyak. Ada hal lain yang ingin sekali kutanyakan pada mereka. Namun aku takut kalau jawaban yang mereka berikan itu berbeda dengan yang kuharapkan.
"Lalu... Apakah karena Minana-baa-chan mirip dengan Minana... Tou-chan dan Kaa-chan jadi lebih perhatian dengan Minana dibandingkan aku? Karena Minana-baa-chan dibenci oleh penduduk desa, kalian lebih perhatian pada Minana." Walau takut, aku tetap menanyakan hal ini.
"Itu tidak benar. Kami juga sayang padamu, Naruto. Kalian adalah harta karun kami yang berharga. Kami tidak mau kehilangan kalian lagi," jelas Kaa-chan.
Mendengar jawaban Kaa-chan, spontan aku memeluknya lagi. Aku tahu kalau mereka tidak berbohong saat mengatakan hal itu. Karenanya, air mata ini tidak mau berhenti.
Kemudian Tou-chan dan Kaa-chan mulai menceritakan apa yang tidak kuketahui. Mereka menceritakan apa yang terjadi di masa lalu. Hal-hal yang tak kuketahui, sedikit demi sedikit mulai terkuak.
Jinchuuriki adalah sebutan untuk orang-orang yang menjadi wajah untuk biju. Sedangkan biju adalah sebutan monster berekor seperti Kyuubi.
Harusnya yang menjadi Jinchuuriki Kyuubi adalah Kaa-chan. Namun entah bagaimana, dulu Kyuubi malah tersegel di dalam tubuh Minana-baa-chan. Hingga akhirnya penyerangan itu terjadi. Minana-baa-chan dan Lucky-jii-chan terbunuh. Kemudian mereka menyegel Kyuubi di dalam tubuhku.
Tou-chan dan Kaa-chan bilang kalau penyerangan Kyuubi waktu itu direncanakan oleh seseorang. Namun mereka berdua tidak memberitahuku siapa shinobi tersebut. Yang pasti, dalang dari penyerangan Kyuubi waktu itu bukan Minana-baa-chan.
Lalu Tou-chan dan Kaa-chan mengatakan sesuatu yang mengejutkanku. Saat penyerangan Kyuubi waktu itu, shinobi itu membunuh Minana... Minana adikku. Aku... benar-benar terkejut saat mengetahui hal itu. Sebulan lalu aku mengatakan sesuatu yang buruk pada Minana. Aku bilang padanya untuk mati... tanpa tahu bahwa dulu Minana memang pernah mati.
Saat mengetahui kebenarannya, aku jadi merasa sangat bersalah padanya. Aku pernah bilang kalau aku membencinya karena penduduk desa membenciku dan Tou-chan dan Kaa-chan sangat memerhatikannya. Padahal situasi Minana jauh lebih parah dibandingkan denganku. Aku benar-benar bodoh. Kalau seperti ini, aku tidak jauh berbeda dengan penduduk desa yang membenciku karena alasan bodoh itu.
"Tou-chan, Kaa-chan... Merayakan ulangtahunnya setelah Minana kembali saja, ya?" pintaku pada mereka.
Kaa-chan langsung mengangguk mengerti saat mendengar permintaanku. Aku baru sadar kalau sekarang ternyata sudah malam. Itu sebabnya aku meminta hal tersebut. Lalu karena sekarang sudah malam, Tou-chan dan Kaa-chan menyuruhku untuk makan.
-Keesokan Harinya-
Waktu menunjukkan pukul 4 pagi. Namun entah kenapa, aku tidak bisa tidur. Apakah aku sekhawatir itu pada Minana sampai-sampai tidak bisa tidur? Tapi pikiranku sekarang masih sama seperti kemarin, yaitu 'Minana tidak kenapa-kenapa'. Bahkan setelah yakin kalau dia menghilang karena kabur dari rumah atau diculik, pikiran tentang 'Minana tidak kenapa-kenapa' masih terus melekat di dalam kepalaku.
"Fuuh~."
Pada akhirnya, aku memutuskan untuk bangun. Lagipula, aku juga bisa mendengar suara dari dapur. Aku yakin kalau Tou-chan atau Kaa-chan juga sudah bangun. Kemudian aku berjalan menuju dapur. Begitu sudah sampai di dapur, ternyata yang sudah bangun adalah Kaa-chan.
"Ohayou, Kaa-chan," sapaku. Setelah tahu kalau yang di dapur adalah Kaa-chan, aku pergi ke ruang makan dan duduk di kursi.
"Ah, ohayou," balas Kaa-chan. "Ada apa, Naruto? Tumben jam segini sudah bangun?"
"Tidak bisa tidur, ttebayo," jawabku.
"Apa karena mengkhawatirkan Minana?" tanya lagi Kaa-chan.
"Khawatir apa yang Kaa-chan maksud?" tanyaku lagi.
Seperti yang kubilang sebelumnya, sampai sekarang kepalaku ini masih berpikir kalau Minana tidak kenapa-kenapa. Rasanya aku ingin sekali menjenturkan kepalaku ini ke tembok. Habisnya karena pikiran positif itu, aku malah jadi khawatir.
"Hihi, bukan apa-apa," jawab Kaa-chan.
Aku menempelkan kepalaku di meja dan menoleh ke arah dapur. Jujur saja, aku sangat sedih melihat Kaa-chan yang seperti ini. Aku tahu kalau Kaa-chan masih sedih karena keberadaan Minana masih belum diketahui, tapi ia berusaha bersikap seperti biasa di depanku agar aku tidak kepikiran soal Minana.
"Naruto nanti mau sarapan apa?" tanya lagi Kaa-chan.
Setiap Kaa-chan menanyakan hal itu, jawabanku akan selalu sama..., "Ramen, ttebayo!"
"Tunggu tiga hari lagi, ttebane," balas Kaa-chan tak kalah cepat.
"Fuuh~."
Aku langsung menghela napas panjang. Harusnya aku tahu kalau Kaa-chan akan mengatakan hal itu. Semua yang ada di keluargaku (termasuk Kaa-chan) sangat suka ramen. Apalagi ramen Ichiraku. Namun karena makan mie setiap hari itu tidak baik untuk kesehatan, Kaa-chan hanya memperbolehkan kami makan ramen seminggu sekali. Aku pernah satu kali melanggar perintahnya itu dan Kaa-chan mengetahuinya. Alhasil... Kaa-chan menghukumku. Hukuman yang dimaksud adalah ia memperbolehkanku makan ramen Ichiraku sampai aku 'puas' (baca: enek).
"Fuuh~."
Aku menghela napas lagi. Karena tidak bisa tidur dan hanya diam saja, aku memutuskan untuk ke halaman belakang. Daripada buang-buang waktu dengan diam saja seperti ini, lebih baik aku melanjutkan latihanku.
"Naruto, mau kemana?" tanya Kaa-chan saat aku membereskan kursi yang kupakai duduk.
"Latihan, ttebayo," jawabku. Kemudian aku menyiapkan peralatan yang kubutuhkan.
Selesai menyiapkan peralatan dan senjata yang kubutuhkan, aku segara menuju ke halaman belakang. Namun saat aku membuka pintu belakang, Kaa-chan mengatakan sesuatu.
"Tetap waspada dan perhatikan belakangmu, Naruto. Karena mungkin saja Minana-baa-chan ada di sana dan sedang duduk di atas pohon, fufufu."
GLEK
Hantu.
Itu adalah salah satu 'benda' yang paling kutakuti di dunia ini. A-aku langsung menelan ludahku sendiri saat Kaa-chan mengatakan hal yang berbau 'benda' itu. Tubuhku jadi gemetar ketakutan.
"K-K-Ka-Kaa-chan, y-yang n-namanya hantu i-itu ti-tidak ada, ttebayo. B-bahkan jika M-Minana-baa-chan muncul, mu-mungkin N-Naru a-akan memintanya u-untuk melatih N-Naru," ucapku tergagap-gagap.
Sebelum Kaa-chan mengatakan hal menakutkan lagi, aku langsung keluar —ke halaman belakang. Begitu sudah berada diluar, tanpa sadar pandanganku langsung tertuju ke satu-satunya pohon di rumah ini. Di pohon itu ada ayunan, N-namun bukan itu yang kuperhatikan dari pohon tersebut. Karena ucapan Kaa-chan tadi, a-aku jadi berpikir... kalau Minana-baa-chan mungkin akan muncul di atas pohon i-itu. A-apalagi di halaman belakang ini tidak ada lampu dan sekarang masih pukul 4 pagi. L-lalu hawa dingin ini juga menambah kesan horor dimana hantu akan—
"AARGH! HANTU ITU TIDAK ADA, TTEBAYO!" teriakku frustasi. Semakin aku mencoba melupakan kesan horor itu, aku malah jadi semakin memikirkannya. "Sial! Kalau seperti ini kapan latihannya, ttebayo?" gerutuku.
Begitu ingat apa tujuanku kesini, aku segera memulai latihanku. Aku mengambil shuriken yang sudah kusiapkan. Walau tahu disini lumayan gelap, aku tetap memutuskan untuk latihan melempar shuriken. Aku pikir mungkin ini akan menjadi latihan yang bagus. Karena mungkin saja aku akan melawan musuh di situasi gelap seperti ini.
"Buu!"
"HUWA– "
Ada seseorang yang meniup telingaku. Spontan aku langsung teriak ketakutan. Namun seseorang itu langsung membekap mulutku.
"Hoi, reaksimu itu berlebihan, ttebayo!" ucapnya dengan meniru gaya bicaraku. Kemudian dia melepaskanku.
Aku mengenal suara ini. Setelah ia melepaskanku, aku langsung maju beberapa langkah dan berbalik 180 derajat. Seperti dugaanku. Ternyata dia adalah anak yang kutemui di makam Minana-baa-chan dan Lucky-jii-chan kemarin. Penampilannya juga masih sama seperti kemarin, yaitu memiliki mata berwarna merah, memakai t-shirt dan celana chunnin berwarna hitam, dan rambut acak-acakkan.
"Kukira siapa. Ternyata Lucky-jii-chan jadi-jadian," ujarku padanya. Aku menyebutnya 'Lucky-jii-chan jadi-jadian' karena aku tidak tahu namanya.
"Hoi, siapa yang kau sebut 'Lucky-jii-chan jadi-jadian', huh?" gerutunya sambil mengepalkan tangannya.
Aku mengabaikan omelannya. Aku tidak tahu kenapa dia datang kesini, tapi kupikir mungkin ini adalah kesempatan yang bagus. Lucky-jii-chan jadi-jadian ini tahu segala hal. Mungkin dia juga tahu dimana Minana berada.
"Lucky-jii-chan jadi-jadian, apa kau tahu dimana Minana berada?" tanyaku to the point.
Dia langsung menghela napas dan menggaruk kepalanya. "Hoi, anak normal pasti langsung curiga kenapa aku bisa tahu segala hal dan soal Kyuubi, loh."
"Aku tidak peduli kau siapa dan kenapa kau bisa tahu segala hal. Selama kau tahu dimana adikku berada, bagiku itu bukanlah masalah," balasku.
Setelah mendengar ucapanku, dia langsung melipat tangannya di dada. Kemudian dia mendengakkan dan menundukkan kepalanya sambil memejamkan mata. Posenya itu seolah berkata kalau dia sedang berpikir keras.
"Hmm, mungkin aku tahu dimana adikmu. Tapi bukankah kau lebih tahu dimana dia dibandingkan aku?"
Aku menaikkan alisku saat ia mengatakan hal itu. Bagaimana mungkin aku bisa tahu Minana berada dimana? Tou-chan yang bisa merasakan chakra saja tidak bisa menemukan Minana. Namun sebelum aku menanyakannya, dia mengatakan sesuatu lagi.
"Kudengar ikatan batin saudara kembar itu sangat kuat. Karena kau adalah kakak kembar Minana, harusnya kau tahu dimana dia sekarang."
Aku langsung terdiam saat mendengar jawabannya itu. Kata-katanya terdengar keren, tapi disaat yang sama juga terasa menyakitkan. Aku memang kakak kembar Minana, tapi belakangan ini aku sama sekali tidak bersikap seperti kakak. Dan yang lebih parah, mungkin menghilangnya Minana gara-gara aku. Selama ini, aku tidak pernah mencoba memahami adikku. Bahkan dirinya yang dibenci penduduk saja aku tidak tahu.
Lagi-lagi perasaan bersalah itu kembali menguasaiku. Perlahan aku menundukkan kepalaku. Ingatan dimana aku membenci dan acuh pada Minana kini kembali muncul. Air mataku langsung mengalir membasahi pipiku.
-End of Naruto POV-
Naruto mulai menangis. Anak bermata merah itu bisa melihat betapa merasa bersalahnya Naruto pada Minana. Ia hanya menatap Naruto. Hingga kemudian ia mengelus pelan kepala Naruto.
"Cup, cup, jangan nangis," ujar anak itu mencoba menenangkan.
Perlahan Naruto mulai terlihat tenang. Hingga akhirnya suara isak tangis Naruto tidak terdengar lagi. Meski sudah 'tenang', tapi anak itu masih mengelus kepala Naruto. Kemudian anak itu mulai mengalirkan chakra ke tangannya.
"Sayonara, Namikaze Naru–"
Ucapannya langsung terhenti saat Naruto yang ada di depannya kini menghilang begitu saja. Anak bermata merah itu sangat terkejut. Namun ekspresi terkejut di wajahnya langsung menghilang saat mata merahnya melihat suatu sosok yang berada di 5,623489... meter di depannya. Sosok itu adalah pria berambut kuning seperti durian. Dia dikenal sebagai Yondaime Hokage, Namikaze Minato.
Minato melihat ke arah anaknya, Naruto. Ia bisa melihat anaknya yang tertidur dengan pipi yang basah karena air mata. Minato jadi ikut sedih saat melihat Naruto yang tersedu-sedu seperti ini. Refleks, dia langsung memeluk Naruto. Setelah beberapa detik memeluk anaknya, Minato langsung menatap tajam anak yang tidak jauh di depannya itu.
"Aku sangat heran kenapa Naruto bisa tahu tentang Kyuubi dan Minana (baca: Kurai Kōri). Ternyata kau ya yang memberitahunya... Lucky?"
"Ah, Minato, ya? Lama tidak bertemu," balas Lucky tidak semangat sambil melambaikan tangannya.
Minato sangat terkejut saat mendengarnya. Padahal itu hanya dugaannya saja karena penampilan anak berumur 13 tahun itu sangat mirip dengan Lucky. Ia sama sekali tidak menyangka kalau itu memang benar Lucky.
.
.
Bersambung . . .
A/N: Chapter pertama... done. Fufu, bagaimana menurut Reader-san soal ini? Apa Reader-san menyukainya? Apa alurnya terlalu cepat?
Ah, iya. Sepertinya Kuroki harus menjelaskan beberapa hal soal ff ini.
Untuk warning tentang Naruto/Bleach Fusion itu, itu maksudnya setting di anime Bleach juga ada di sini. Namun karena di ff ini chara dari Bleach tidak muncul (setidaknya untuk sekarang), maka jadinya fusion, bukan crossover.
Di ff ini, semua orang yang ada di Dunia Shinobi sama sekali tidak tahu tentang reiatsu, reiryoku, konpaku, hollow, shinigami, Soul Society, dan lain-lain.
Lalu tentang chakra dan reiryoku (kekuatan spiritual). Di ff ini, chakra dan reiryoku adalah 2 hal yang berbeda. Di ff ini, reiryoku jauh lebih hebat dibandingkan chakra. Kenapa? Karena chakra adalah gabungan dari 50% kekuatan fisik dan 50% kekuatan spiritual, sedangkan reiryoku adalah murni kekuatan spiritual.
Untuk sekarang, mungkin itu saja yang perlu Reader-san tahu. Kuroki minta maaf kalau ada kata-kata yang salah dan itu membuat Reader-san tersinggung. Terimakasih sudah mau membaca ff ini. Sampai bertemu lagi di chapter selanjutnya.
Jaa ne #BOOF
10-04-2019
P.S.: "Unsur Bleach-nya mana, Thor?"
Bagi yang pernah nonton anime atau baca manga bleach, kalian pasti tahu kan kalau tugas sebenarnya shinigami adalah untuk menyamakan jumlah roh yang ada di dunia hidup dan jumlah roh yang ada di dunia kematian. Lalu bagaimana cara shinigami menyamakan jumlah roh yang ada di dunia hidup dan dunia kematian? Beberapa cara diantaranya adalah dengan membunuh (baca: memurnikan) hollow atau mengirim roh plus ke Soul Society. Shinigami bekerja secara diam-diam, memastikan tidak ada manusia yang mengetahui keberadaan mereka. Jika ada manusia biasa yang menjadi korban penyerangan hollow, ingatan manusia tersebut akan diganti dengan ingatan lain.
Jadi jangan heran kalau unsur Bleach-nya tidak terasa, bahkan terkesan tidak ada. Seiring berjalannya waktu, sedikit demi sedikit, nanti akan muncul sendiri unsur Bleach-nya. Tidak seperti di ff Kuroki yang sebelumnya, di ff ini, di chapter 4 sudah mulai muncul unsur Bleach-nya. Jadi, silahkan dibaca sampai update-an terbaru jika kalian masih penasaran di mana unsur Bleach-nya :3
