Title: the Tale of a Fishcake

Pairing: main: Sasuke X Naruto

Genre: Romance/Humor

Disclaimer: Jika saia empunya yg bkin Naruto, saia ga bakal ada di sini dan bikin fanfic ini

Warning: Contain Shounen-Ai, possible Boys Love sooner or later. Possible M-Preg on the future.OOC dari beberapa karakter yang tidak bertanggung jawab. Don't like? Don't read! Get the hell out of this story! Tekan tombol back jika anda adalah homophobia!

A/N

Yo! Saia bikin cerita baru. Cerita ini terinspirasi dari doujinshi '6 kotak' yg saia dpt dari , sumpah saia ngakak gara-gara doujin itu. Oh ya, inspirasi juga datang dari fiksi buatan Lilbakasaru judulnya My One & Only. Jadi yg udh baca fic itu, maaf kalo ada kesamaan dgn fic saia ini. Tapi, saia ga punya maksud buat ngambil ide ceritanya. Coz, saia nge-fans bngt ma tu cerita ! Saia ga sampe hati buat nyontek cerita dia.

'thinking'

"dialogue"


Suatu hari yang cerah di desa Konoha. Burung-burung berkicau di sana-sini. Matahari tak pernah lelah menyapa sekian milyar makhluk hidup di bumi. Ini adalah dunia bukan tempatku atau tempatmu tinggal. Ini adalah sebuah dunia dan waktu yang menurut kita semua hanyalah fiksi. Namun cukup nyata untuk para hybrid yang hidup. Dunia para hybrid adalah dunia yang di sangkal oleh banyak orang.

Mereka hidup jauh di dalam hutan terlebat dan tergelap. Bayangkan saja mereka hidup pada suatu bagian dunia yang tak terlihat seperti dunia sihir Harry Potter. Dunia mereka mempunyai suatu 'tirai' yang memisahkannya dengan dunia manusia.

Oh ya, cara hybrid hidup mirip dengan kita, manusia. Mereka membangun kelompok yang akhirnya berkembang menjadi sebuah desa. Setiap desa memiliki pemimpin yang mereka sebut dengan gelar Hokage. Bersama dengan Hokage, The Circle menjalankan tugas mereka. Para hybrid tua-lah yang di kenal dengan sebutan The Circle; mereka menentukan peraturan-peraturan atau kebijakan tentang berbagai hal di setiap desa masing-masing.

Desa Konoha adalah salah satu desa terbesar di Dunia Hybrid. Dan saat ini di jabat oleh satu-satunya hybrid dari klan Namikaze yang tersisa. Sang Hokage memiliki kulit yang tidak gelap atau tidak pucat, hanya dalam warna yang tepat, dan mata berwarna biru yang bisa menawarkan kehangatan atau dingin menusuk. Oh dia memang Matahari untuk desa ini, apalagi mengingat warna rambut pirangnya yang agak tidak teratur dengan sekumpulan rambut menjuntai di kedua sisi wajahnya.

Hari ini senyum tergambar di wajah halus berwarna tan itu. Bagaimana tidak? Pasangannya yang tak lain adalah wanita cantik berambut merah, Kushina, melahirkan anaknya yang pertama! Oh, Kami-sama anaknya akan di sambut oleh dunia dengan hangat. Lihat saja Matahari yang bersinar dan langit biru tak berawan itu.

Sejalan waktu berlalu senyum sang Hokage bertambah lebar hingga otot mukanya kaku. Dia mengerjakan tugas-tugas Hokage-nya dengan riang gembira. Asistennya saja ketakutan melihat Hokage-nya seperti itu. Biasanya dia akan meninggalkan Bunshin untuk di suruh mengerjakan tugas, jadi dia bisa menghabiskan waktunya di rumah bersama Kushina. Atau mengajak kepala keluarga Uchiha-sebut saja Fugaku-untuk pergi ke suatu tempat atau spar bersama, yang pasti berakhir dengan di seretnya sang Hokage kembali ke kantor oleh si Uchiha. Dan yang kena marah dari Hokage ketiga? Ya tentu saja asisten yang malang itu.

Dengan tangan cekatan Hokage ke-empat dari Konohagakure, Namikaze Minato a.k.a Yondaime menyelesaikan tugasnya, "Yap! Selesai." Dengan suara 'plop' dia menghilang dan mendarat di sebuah jalan sepi.

Terlihat olehnya dari sebuah tikungan jalan, Uchiha Fugaku menoleh-nolehkan kepalanya. Telinga Serigala berwarna hitam milik sang Uchiha berdiri tegak, jelas Fugaku sedang mencari sesuatu atau seseorang. Oh ya, saya lupa bilang. Namikaze adalah para hybrid dengan jenis Rubah, sementara Uchiha adalah hybrid Serigala. Tak ada yang tahu bagaimana dua kepala keluarga ini bisa bersahabat. Padahal keduanya benar-benar bertolak-belakang. Meski begitu, bukan berarti pasangan mereka tidak bersahabat. Mikoto dan Kushina hampir bisa di katakana sebagai kakak-beradik.

Ngomong-ngomong soal Uchiha, Minato jadi ingat saat Mikoto melahirkan Sasuke dua tahun lalu. Hari ke-23 di bulan Juli, pintu kantornya terbuka lebar dan dia diseret pergi ke Mansion para Uchiha. Kalau di hitung kira-kira umur anak itu mungkin sekarang sudah 3 tahun sementara kakaknya, Itachi sudah 8 tahun… Sementara pikiran Minato melayang, mata berwarna gelap milik hybrid serigala itu menangkap gambaran sahabatnya dari sepasang matanya dan berjalan ke arahnya.

"Di sana kau rupanya!", kata laki-laki berambut hitam itu.

Seakan tersadar dari lamunannya mata biru Minato mengerjap, "huh? Kau mencariku?"

"Yah, begitulah. Aku ingin kau memberi stempel untuk surat-surat ini, Hokage-sama."

Sekarang sebelah alis berwarna pirang itu terangkat. Biasanya kalau Fugaku menggunakan kata-kata 'Hokage-sama' itu artinya hal itu benar-benar penting. Tapi, merasa malas dan buru-buru pulang Minato menolak, "di kantor ada Sandaime, kau minta stempel darinya saja. Aku buru-buru."

"Tapi, kau Hokage yang menjabat saat ini. Ini menyangkut klan-ku, klan Uchiha. Lagipula Hokage macam apa yang tidak memenuhi kewajibannya?", ujar si Serigala dengan raut wajah kecewa. Oh betapa pandainya Fugaku ber-akting. Tak ada yang tahu apa yang ada di pikirannya.

Telinga rubah berbulu kuning yang tadinya diam dengan rileks sekarang menegang mendengar kata-kata sahabatnya itu, "Oke-oke, aku akan mengambil stempelnya dulu."

Minato menghilang di antara asap itu dan muncul beberapa saat kemudian. Dengan wajah masamnya dia mengambil lembara-lembaran kertas dari tangan pucat Fugaku dan mulai memberi stempel disana. Dan kesalahan kecil yang telah di buatnya? Adalah tidak membaca isi lembaran kertas putih itu. dia terus memberi stempel sementara Fugaku bertanya padanya.

"Anak laki-lakimu sehat-sehat saja 'kan, Minato?"

"Tentu saja! Karena dia anak Hokage desa ini dan dia benar-benar seperti malaikat. Kenapa kau bertanya begitu? Bukannya kau datang sehari setelah Naruto lahir dengan Mikoto dan Sasuke?"

Fugaku hanya mengangkat bahu, "hanya ingin tahu. Aku yakin anakmu akan menjadi seorang submissive yang akan diperebutkan seisi desa suatu hari nanti."

Minato menyelesaikan lembaran terakhir dan menatap Fugaku dengan pandangan horor, "bagaimana kau bisa tahu? Apa pangeran keciluku memang-"

Fugaku menerima lembaran kertas itu dan membalas tatapannya dengan wajah bosan, "apa benar kau Namikaze Minato, Hokage dari Konoha? Apa kau tidak sadar? Bau tubuh bayi itu cukup menjadi bukti. Padahal aku pikir Sasuke akan menjadi saingan Naruto dalam hal dominasi. Ternyata tidak."

Sebenarnya bukan Minato tidak sadar. Hanya saja dia pikir bau submissive itu berasal dari Kushina bukan Naruto, bayi laki-lakinya. Padahal dia menginginkan Naruto menjadi seorang dominant yang kuat seperti dirinya. Surga awan dalam hatinya kini runtuh sudah. Tapi, setidaknya dia akan mengawasi anaknya itu saat memilih 'pasangan' saat musim mencari pasangan tiba. Ya! Tentu saja. Tak akan dia biarkan anaknya mendapatkan pasangan yang hanya akan menyakitinya. Dengan tekad baru itu telinga Rubah Minato berdiri dan menampakkan semangat membara.

Sejenak kemudian dia tersadar, Fugaku sudah mulai beranjak menjauh, "Hey, Fugaku memangnya kertas itu berisi apa? Lagipula apa yang akan terjadi dengan klan-mu kalau bukan aku yang memberi stempel?"

Tuh, 'kan reader? Terkadang orang hebat-pun lupa akan hal kecil seperti; harus membaca suratnya sebelum di tanda tangani. Fugaku hanya menyunggingkan senyum-yang kucing saja lari setelah melihatnya, "Oh, ini? Hanya surat persetujuan pernikahan antara anakmu dan Sasuke dimasa mendatang nanti."

Dengan kata-kata itu bunyi 'plop' memecah keheningan di salah satu jalan di dalam desa Konoha. Sesaat waktu serasa berhenti untuk kepala keluarga berambut pirang terang ini. Telinga Rubah-nya membeku begitu juga ekor-nya. Denyut nadinya tak lagi berdesir seolah juga membeku mendengar kata-kata itu. Burung gagak yang biasanya berbunyi saat sore tiba-pun tidak mengeluarkan suara seraknya. Angin juga berhenti berhembus. Tidak mau kalah, awan-awan menolak bergerak hanya untuk melihat reaksi sang Hokage.

Singkat kata, dia terkejut.

'WTH! WTF! APA KAU SUDAH GILA UCHIHA? OH, KAMI-SAMA! ANAKKU BAHKAN BELUM BERUMUR SEMINGGU!'

Stempel dari kayu yang digenggamnya hancur menjadi kepingan-kepingan. Tapi, anehnya tidak ada yang mendengar kata-kata 'manis' dari mulut Hokage malang ini. Karena dia terlalu terkejut hingga pita suaranya tidak mengeluarkan apapun. Dan di saat yang sama, Mikoto hanya bisa sweatdropped melihat pasangan hidupnya menyeringai setelah menyerahkan surat perjanjian itu ke tangan Mikoto. Mikoto berharap agar Kushina tidak membunuh Minato dalam waktu dekat. Bukankah salahnya sendiri tidak membaca isi kertas itu?


So? Any questions? What d'ya think? Ada review, ada 'next chapter'… Review, kritik, saran, dan flame. Asal jangan flame gara-gara pairing!