"Hah.. Ini hari yang melelahkan!"
Karin mengusap-usap celemeknya dengan gembira. Sambil berdecak kagum melihat kursi yang tertata rapi bersama meja yang bersih berkilau di cafe tempat ia bekerja. Dia sedang menunggu cafe ini untuk buka. Yap, dia bekerja sebagai pelayan cafe mewah ini. Bekerja paruh waktu di tempat ini sangatlah membantu, apalagi managernya yang baik dan peduli pada pelayan-pelayan yang bekerja padanya. Tempat kerjanya yang sangat nyaman dan selalu ramai pada siang sampai sore menjelang malam ini membuat keuntungan tersendiri bagi costumer. Kebanyakan pengujung a.k.a tamu yang datang kesini kebanyakan adalah gadis-gadis SMA. Dikarenakan, ada salah satu band yang bekerja juga pada cafe ini. Namanya Hades, personilnya yang menurut mereka ganteng-ganteng bingits itu mampu menarik banyak pengunjung, sampai-sampai cefe ini ramai sekali setiap harinya.
Ah, lupa! Namanya Hanazono Karin, siswi SMA Hiroyoshi, sekolah yang biasa-biasa saja, malah tidak terkenal. Tapi dia beruntung sekolah disitu. Tidak berbeda dengan sekolah lainnya, di sekolah ini diterapkan disiplin yang tinggi, walaupun bukan di sekolah impian. Dia cukup bangga. Peraih peringkat tertinggi se angkatan ini, sayangnya tidak beruntung dalam hal keluarga. Dia yatim piatu. Dia tidak tahu siapa dia dibesarkan di salah satu tempat yang lumayan menyenangkan.
Selama 15 tahun dia di tempat itu, dia pikir inilah waktunya ia meraih apa yang dia inginkan. Melepas diri dari ketergantungan kepada orang lain, dan akhirnya memilih cafe ini. Sempat dia merasa gelisah apakah berkerja di cafe itu dapat memenuhi kebutuhan hidupnya selama 1 tahun belakangan. Dia sudah harus menjalani tahun ke 2 nya di SMA dan harus merogoh saku lebih dalam untuk membayar uang sekolah. Dan Puji Tuhan, managernya itu bersedia membayarnya dengan syarat bekerja keras untuk cafe ini selama dia hidup. Woa, itu mengejutkan dirinya sendiri. Seakan dia dianggap sebagai adik manager tersebut.
"Karin... saatnya bekerja!" teriak seorang wanita berumur 25 tahun yang sedang tersenyum padanya. Karin yang sempat melamun, tersentak lalu beridir dari tempat duduknya lalu berseru riang, "Baik!"
.
.
.
.
Je me sens mal de chance~!
Mésaventure
Disclaimer: Kamichama Karin (c) Koge Donbo
this story belong to me
Genre: Romance (teen), Drama, Hurt/Comport,
Warning: little bit French language, typo.
.
.
.
Selamat membaca!
Karin membuka loker kerjanya lalu melepas ikatan celemeknya dan menggantungkan pada gantungan yang tersedia. Lalu membuka kemeja putih yang ia pakai untuk bekerja dan menggantinya dengan kaos putih longgar dan jaket hitamnya. Diambilnya tas selempangnya lalu menutup loker dan berjalan keluar dari ruang ganti. Karin membuka pintu ruangan itu lalu segera berjalan ke pintu belakang cafe untuk pulang sebelum suara memanggilnya.
"Karin.."
Karin menoleh dan mendapati wanita itu—Haruka tersenyum melipat tangannya sambil bersandar pada pegangan tangga menuju lantai 2. Karin mengerutkan keningnya, "Ya? Ada apa Haruka-san?"
Haruka, wanita dewasa pengelola cafe itu tersenyum. "Ikut aku!"
.
.
~ Karin
"Err, aku tahu aku tidak bisa menolak keinginanmu. Tapi ini.. terlalu... err.. terlebih dia.. kau tahu bukan? Aku agak segan mengatakannya" aku meringis pelan menatap selembar kertas gambar yang menunjukkan sepasang laki-laki—seumuranku, terlihat menempel dan tunggu.. mereka berciuman?! Akumenatap jijik pada gambar itu lalu menatap dengan rasa bersalah pada Haruka.
"Dia adikku. Hah, aku tidak tahu apa lagi, Karin! Cuma kau yang bisa membantuku dalam menuntaskan masalah ini! Tolong sembuhkan dia!" Haruka memasang wajah memelasnya padaku. Ugh, bagaimana aku bisa dekat dengannya? Dia saja aku tidak kenal? Aku menggeleng tidak mau.
"Akan ku pindahkan kau ke sekolah yang sama dengan dia? Bagaimana?" BWOO? SMA Sakura?! Aku melongo terkejut mendengar penuturannya. Itu sangat mahal. Aku tidak mau bergantung lagi!
Aku menggeleng lagi.
"Argghhh.. Karin, kumohon? Kau tidak ingin kehilangan pekerjaan bukan?" Aku membeku lalu menatap takut padanya wanita itu yang sedang tersenyum iblis padaku. Ini adalah momen yang aku benci. Aku menggigit bibir bawahku gemas lalu mengalihkan pandanganku pada penjuru ruangan manager. Kalau aku berhenti kerja disini? Dimana lagi aku akan kerja? Aku akan kelaparan, berhenti sekolah, dan... mati. AHH! Aku tidak mau!
Hah, akhirnya aku mengangguk pasrah mendengar teriakan wanita itu. Haha, seperti anak kecil saja.
"Dengar. Dia adalah satu-satunya gay yang ada di sekolahnya. Aku tahu itu dari pesuruh yang kutugaskan untuk menyelidikinya. Awalnya aku terkejut menyadari kenyataan itu. Kau tahu, ibuku terus mengajak anak gadis dari teman-temannya untuk di jodohkan pada adikku itu, tapi dia tidak tertarik sama sekali. Dari situlah aku curiga. Hah.. Kau tidak akan tahu seperti apa sekarang!" Wanita itu terlihat frustasi. Aku pun bingung. Gay atau disebut juga penyuka sesama jenis itu populasinya sangat minim di dunia ini. Bahkan belum mencapai 1%. Aku juga sempat bingung, bagaimana laki-laki itu bisa menjadi gay? Yuks, memikirkannya saja aku sudah merasa jijik.
"Oh ya, Kau boleh sekolah sampai aku mengurus kepindahanmu. Aku akan berkunjung ke sekolahmu besok!" Dia berkata seperti itu sambil mencari sesuatu yang menurutnya penting. Oh aku baru sadar!
"Ngomong-ngomong siapa nama adikmu itu?" Aku mencoba bertanya. Pasalnya aku belum tahu namanya. Mana mungkin aku mendekatinya bahkan namanya saja aku tidak tahu.
"Oh. Aku lupa.. Namanya Kujyo Kazune.."
Aku mematut tampilanku pada cermin tinggi yang melekat pada lemariku. Seragamnya sangat feminim sekali. Kemeja putih panjang dengan garis biru mengelilingi kerah dan pergelangan tangan, dasi hitam, ditutup oleh jas berwarna biru dengan rok diatas lutut warna orange pucat. Sejujurnya roknya terlalu pendek, aku sampai harus menarik paksa rok ini kebawah dan sayangnya kependekannya berkurang 1 cm. Sial sekali!
Aku menarik tasku dari kursi dan segera keluar begitu aku mendengar suara klakson mobil. Aku mengunci rumahku lalu menoleh pada si pemilik bunyi itu. Ah, Haruka-san ternyata. Dari jarak seperti ini, aku melihat kecantikannya yang membuat pria-pria yang kebetulan jogging di sekitar kompleks rumahku menoleh tertarik padanya.
"Ayo, Karin! Kau bisa terlambat nanti!"
Aku mengangguk lalu memasuki mobilnya. Aku menyisir rambutku dengan jari tangan yang kebetulan kugerai lalu merapikan rokku. Ugh, rok ini menyebalkan. Masih saja setengah pahaku kelihatan.
"Kau kenapa?" Wanita itu sudah menjalankan mobil menuju sekolah baruku. Kuharap aku bisa beradaptasi dengan lingkungan elit itu. "rok ini menggangguku!"
Haruka hanya tertawa, "Karin, itu rok jaman sekarang! Semua gadis selalu mengenakan rok seperti, bahkan lebih pendek daripada itu tahu! Kau ini aneh!"
Aku menggaruk tengkukku canggung. Aku memang bisa dikatakan tidak normal. Aku berani bertaruh hidup untuk memakai celana panjang longgar seumur hidupku ketimbang memakai rok bak penari erotis. Yuks!
Aku turun dari mobil Haruka dan dia pamit pulang untuk menjemput ibunya di Bandara. Aku berbalik menghadap gerbang menjulang tinggi dihadapanku. Oke, Karin. Hadapi harimu dengan semangat! Jangan hiraukan perkataan orang lain. Ganbatte Karin!
Aku melangkah melewati gerbang dan langsung sersuguhkan aroma bunga sakura yang berbaur dengan udara membuatku nyaman. Banyak mobil-mobil mewah berjejer di parkiran dan di sekitar jalan untuk mengantar siswa disini. Dari sejauh yang kulihat, kebanyakan yang sekolah disini adalah anak-anak orang kaya. Ugh, aku merasa ciut ditempat. Kueratan pegangan pada tali tasku lalu melangkah menyusuri koridor menuju ruang guru.
Baru aku melangkah dari tempat aku berhenti tadi, terdengar teriakan histeris dari kerumunan gadis yang ada di depanku. Aku menaikkan alisku bingung. Ini sekolah, bukan tempat konser! Aku melanjutkan perjalananku sambil memegang ponsel bututku karena mendengar bunyi dering pesan masuk.
from: HarukaKJY
subject: Sorry
Karin, maaf sekali yah. Aku tidak bisa menjemputmu! Aku ada urusan. Kau bisa pulang menggunakan taksi yang ku pesan. Kau bisa langsung ke cafe kalau kau mau.. :)
Aku menghela nafas, aku mau saja membalas pesan itu sebelum seseorang menyenggol bahuku dan ponselku terlempar dari tanganku. Aku hampir saja jatuh kalau saja aku tidak berpengangan pada sesuatu. "Hei!"Aku berteriak pelan sambil berjongkok untuk mengambil benda itu. Aku berusaha mendapatkan benda itu tapi selalu disepak orang-orang yang berlari pada kerumunan itu. Aku tahu, ponselku tidak sebagus mereka tapi.. ini diskriminasi namanya! Akhirnya ponsel itu berhenti saat bersentuhan dengan kaki seorang gadis. Aku hampir saja menyentuhnya sebelum ada yang menyepaknya masuk ke dalam kerumunan berisik itu.
Aku mendesah frustasi lalu merangkak masuk ke kerumunan. YA! Ponselku itu terus saja bergerak-gerak kesana-kemari. Aku selalu nyaris mendapatkannya tapi selalu gagal. Akhirnya, berhenti tepat pada sepatu hitam yang kelihatan mahal itu. Aku hampir saja mendapatkannya sebelum sebuah tangan mengambil ponselku. Aku mendongak sambil melihat tangan itu bergerak memutar-mutar ponselku. Ugh, jangan perlihatkan seperti itu. Aku meringis pelan sambil melihat ponselku sudah rusak dimana-mana.
Aku melihat siapa yang mengambil ponselku. Aku melotot terkejut. Bu.. Bukannya diaa.. Rambut pirang blondenya dan mata biru lautnya. Aku kenal! Dia kan yang ada di foto itu? Dia Kujyo Kazune! OMG! Tunggu, sejak kapan aku jadi lebay seperti ini?
"Ini punyamu, nona?" dia menaikkan alisnya penasaran. Aku mengangguk pasrah. Mau bagaimana lagi soalnya. Aku menjulurkan tanganku meminta ponse itu kembali. Aku kira dia akan mengembalikan benda itu, tapi dia malah menatapku remeh. Ah, tolonglah. Jangan itu lagi!
"Hei! Kalian liat ponsel ini? Usang sekali bukan?" terdengar gelak tawa gadis-gadis yang ada di kerumunan dibelakangku. Akh, aku malu! Aku menunduk dalam. Supaya tidak ada orang yang melihat wajah memerahku. "Kalian tahu siapa yang memiliki ini?"
"Gadis ini!"
Aku mengintip dari sela-sela rambutku. Banyak yang melempar tatapan mengejek ke arahku. Akh, kenapa jadi berakhir seperti ini sih? Banyak terdengar gelak tawa di sekitarku membuatku bertambah malu.
Tiba-tiba, seorang guru membubarkan kerumunan dan menyuruh mereka untuk ke kelas masing-masing. Lama-kelamaan kerumunan berkurang. Dan aku masih merutuki nasib sialku hari ini. Aku sudah mau berdiri dari sini sebelum dia berjongkok dan mendekatkan dirinya padaku. Aku sampai bisa mencium wangi parfum mahalnya. Hampir saja aku jatuh kebelakang saat dia meniup wajahku yang melongo.
"Ini ponselmu! Kau ternyata cantik. Tapi bodoh!" dia tersenyum licik lalu bangkit meninggalkan aku yang menatap terkejut padanya
Apa?
"YAA!" Aku berteriak kencang pada laki-laki sialan itu! Dasar Pervert! Aku tidak akan pernah mendekatinya! Liat saja tampang iblis menjijikan yang ia punya! Aku ingin mengoyak habis-habisan wajahnya yang jangan-jangan di operasi itu! Ugh! Tuhan, selamatkan daku!
.
.
.
.
TBC~!
hai ._. #ditabok #kabur
happy ngaret ( 9'_')9 mwehehehe ;v
gomenneee~ MLS masih saya lamaan dikit. Baru dapa ide soalnya sama fanfic yang satu itu. Eh tiba-tiba aja muncul ide ini waktu di sekolah ;D di tulis deh. Yah walaupun ini bakalan ngaret juga, soalnya bentar lagi UAS hehe :p
gimana-gimana? ini aneh juga sih, bayangin Kazune yang gay. iyuhhh bikin ilfil juga. Tapi ide tetaplah ide. Oh iya. Arti Mésaventure adalah kesialan. Maksudnya kesialan karin yang ketemu Kazune gitu xD #kedip2
Butuh komentar juga buat covernya nyihihi ^^
Oke buat yang pingin lebih dekat dengan Author, bisa cek bio. Ok?
Baiklah, Selamat malam ^^/
Friday, 24 April, 2015
9:27 PM
