Summary: Menabrak seseorang merupakan takdir yang salah. Pepatah itulah yang mengantarkan Alibaba Saluja, murid baru dari Magi High School, kepada masalah yang ia hadapi saat ini—dengan ketua kedisplinan sekolahnya, Ren Kouha!
Disclaimer: Magi itu milik Ohtaka Shinobu.
Rate: T
Warning! Abal, gaje, typo dimana-mana, grammar berantakan dan lain-lain. Semenjak Author-nya labil, kemungkinan pasangan lain muncul juga ada lol
Pairing: Alibaba x Kouha (Slight AliMor, AliGyoku, HakuMor and more.)
Author's Note: IYA IYA! DAKU TAU DAKU TAU TAT! Seharusnya saya gak punya pemikiran bikin cerita baru! Tapi daku tidak bisa menahan kepedihan di hati karena tidak nge-post apapun bulan ini! Dan seharusnya saya update! Bukannya bikin cerita baru yang gak jelas pula. Saya lagi progress di Over Protective jadi dimohon benar-benar bersabar!
Daku baru suka Magi bulan kemarin lol Dan sebenarnya cara favorit saya itu Kouen, bukan Kouha atau Alibaba ._. Cuma kan lebih mudah menulis dengan sesuatu yang lebih mudah digarap. Ta-da, lahirlah cerita ini.
Saya bikin beberapa One-Shot, tapi stuck di tengah jalan TAT Untuk saat ini, nikmatilah cerita gaje ini!
Be My Slave!
By Ayame Yumesaki
"Chapter 1, Alibaba Saluja dan Hari Pertamanya"
Hai, namaku Alibaba Saluja.
Huh? Eh, tunggu! Namaku benar-benar Alibaba! Kalian mengira aku perampok!? Bukan! Bukan! Orang tuaku memberikanku nama tersebut agar aku bisa sukses seperti Alibaba dari cerita Alibaba dan 40 pencuri. Kalau kalian bertanya kenapa namaku aneh, bagaimana ya..? Aku ini memiliki darah Persia dari ayahku, dan darah Jepang dari ibuku.
Sudah paham kan? Baik, aku pindah ke Jepang agar bisa lebih dekat dengan ibuku—alias aku tinggal dengan ibuku saat ini. Dan ini hari pertamaku di sekolah dekat sini. Aku sengaja memilih sekolah yang dekat, soalnya ibuku sedang sakit keras dan butuh bantuan.
Aku baru saja berlari menuju sekolah ketika melihat seorang anak perempuan sedang berjalan sambil membaca buku. Ketika aku bilang anak perempuan, aku serius! Cantik, imut, manis, dan sepertinya pintar—dia pakai kacamata. Ia mengenakan blazer warna coklat tua dengan syal warna coklat muda dan rok warna putih di tengah paha, intinya kependekan menurutku. Hal itu sukses membuatku nosebleed dan terpeleset.
Hukum karma!? Maksudmu aku tidak ditakdirkan melihat perempuan!?
Ngomong-ngomong, aku menimpanya sampai jatuh karena terpeleset tadi. Dan dia ada dibawahku saat ini.
"Aduh! Kalau jalan lihat-lihat donk!" tukasnya kesal.
Ternyata tidak cuma cantik, suaranya juga halus—agak kecowokan tapi tidak mengurangi pesonanya. Benar-benar cewek sempurna.
Apa? Kalian menyangka aku jatuh cinta? Ohoho, maaf, tapi itu tidak mungkin.
Ehem, begini ya. Pasalnya, aku ini sudah dijodohkan! Dan aku juga suka padanya. Perempuan yang beruntung itu—berisik ih, bukannya mendukung perkembangan!—namanya Morgiana. Dia berambut merah, kuat, manis, juga pintar. Ya, kurang lebih 11:12-lah sama yang ini. Tapi Morgiana itu terlalu menempel. Ia mau tahu seluruh urusanku. Walau aku tidak keberatan sih..
Bicara soal Morgiana, aku satu sekolah dengannya. Keberuntungan, bukan?
"Eh, maaf," balasku.
"Tch. Lelaki zaman sekarang memang begitu," ucapnya, merapikan rambutnya.
Bukunyalah yang menarik perhatianku. Wanita umur segini kan suka majalah, tapi ia malah membaca buku kedokteran. Kenapa ya?
"Buku itu.. Kau belajar?" tanyaku.
"Hm? Ah, ya, ini milik kakakku sebenarnya. Apa kau keberatan?" balasnya.
"Ehm.. Tidak sih," aku melihat ke jalan.
Ia berdecih, lalu meninggalkanku. Hm.. Apa seperti ini perempuan di Jepang? Benar-benar dingin—menurutku sih. Setidaknya, perkenalan tidak akan seburuk itu kan? Aku pun berjalan menuju sekolah dan memperhatikan berbagai orang yang lewat sambil memikirkan gadis itu.
"Ano, namaku Alibaba Saluja. Salam kenal, semuanya,"
Aku membungkuk dan melihat teman-teman baruku di kelas ini. Mereka memberikanku tepuk tangan. Aku tidak sendiri di depan, yang berdiri di sebelahku—guru seksi ini—namanya Yamraiha-san. Ternyata dia sedarah denganku, darah Persia. Tapi ia pindah ke Jepang setelah kakaknya, Dunya, meninggal. Rumor mengatakan ia dekat dengan salah satu guru disini. Kata ibuku, jangan lupa. Aku kan baru disini.
Aku diminta untuk duduk di depan seorang anak perempuan. Dia memiliki rambut yang sedikit lebih tua dari anak perempuan yang tadi kutemukan tapi sama manisnya. Dan aku sedikit bertanya-tanya apa mereka satu darah atau tidak. Dia melihatku dengan penuh cahaya di matanya—mungkin karena tertarik.
"Halo, Saluja-san," panggilnya sambil melambaikan tangannya.
"Ah, halo," balasku.
"Namaku Ren Kougyoku. Kalau ada masalah, kau bisa bicara padaku!" ucapnya senang.
"Uh-hum. Terima kasih, Ren-san," aku meletakkan tasku.
"Eh? Panggil aku Kougyoku. Di sekolah ini ada 4 orang yang mempunyai nama marga 'Ren'! Nanti bisa tertukar!"
4 orang? Salah satunya pasti Kougyoku. Lalu 3 lagi siapa? Aku jadi penasaran. Tapi sebentar. Ren? Kok rasanya aku sering mendengarnya ya? Apa Morgiana sering menceritakan soal mereka? Aku berpikir dan mencoba mengingat—tapi karena ingatanku begitu payah, sepertinya aku lupa. Kougyoku-san menertawaiku untuk alasan yang tidak kuketahui.
Aku mengobservasi kelas ini. Tidak ada Morgiana, berarti ia ada di kelas yang berbeda. Ada beberapa murid yang menarik perhatianku. Misalkan saja anak yang duduk di depan dan memiliki rambut hitam kehijauan itu. Dia memiliki aura pintar. Lalu murid yang duduk di sebelah kananku ini. Ia mengingatkanku pada Kassim, temanku ketika di Iran. Dan beberapa yang lainnya.
"Pssst, Saluja-san,"
Aku melihat Kougyoku-san yang memanggilku.
"Kau sudah melapor pada ketua kedisiplinan belum?" tanyanya penasaran.
Ketua...apa?
"Eh? Apa itu?" balasku bingung.
"Benar juga. Saluja-san dari luar negeri, jadinya belum tau. Setiap murid yang baru masuk Magi High School harus melapor kepada ketua kedisplinan—kecuali mereka yang masuk pada awal tahun ajaran baru. Seharusnya kau melapor dahulu sebelum masuk kelas," jelas Kougyoku-san.
"Begitu ya? Aku belum terbiasa," jawabku tambah bingung.
"Tapi kau tidak perlu khawatir, Alibaba-chan! Aku akan menemanimu! Kebetulan ketua kedisplinan itu kakak laki-lakiku," balasnya semangat.
Tapi fakta berkata lain.
"Gomennasai, Alibaba-chan! Aku lupa kalau aku punya tugas piket!"
Kougyoku-san menepuk tangan di depan mukanya dengan muka menyesal. Toh sebenarnya aku sudah berpikir soal piket, dan tidak berharap terlalu banyak. Ia terlihat sangat menyesal, karena itu aku tidak berani mengatakan apa yang kupikirkan. Aku mengangguk dan membalas Kougyoku-san agar tidak khawatir, lalu pergi keluar dari kelas.
Masalah utamanya, ruang ketua kedisplinan itu DIMANA!?
Biasanya, aku berdoa kepada Kami-sama agar segera diberikan berkah melewati sesosok manusia. Misalnya, Morgiana lewat? Tapi tidak! Kali ini aku berniat untuk tidak meminta bantuan siapapun! Tapi tetap saja, Kami-sama, bantulah anakmu yang berdosa banyak ini!
Aku berjalan-jalan mengelilingi gedung ini. Siapa tahu menemukan ruangan yang dimaksud.
Namun setelah hampir 10 kali memutari tempat yang sama...
"Sial. Kenapa aku masih tidak menemukannya?" tukasku kesal.
It was a secret
Something that couldn't be revealed
No matter woman or man
All of you surely have one, right?
Suara nyanyian itu—perempuan sepertinya—datang dari salah satu ruangan kosong ini. Aku memutuskan untuk mencari tahu. Mungkin dia bisa membantuku untuk menemukan ruangan ketua kedisplinan. Tapi... Rasanya lagu itu familiar.
Oh ya! Itu lagu "Secret of The Princess" yang kudengar kemarin di televisi. Penyanyinya.. Err.. DaiSyl? Ya! DaiSyl adalah band yang terdiri dari 2 personil, Daimil sebagai gitaris dan Sylvia sebagai penyanyinya. Band 2 orang ini sangat terkenal—bahkan tadi di kelas banyak yang mengikuti gerakan dance Syl-chan yang sangat manis. Yang kudengar sih Syl-chan hidup sebagai idol. Sedangkan Daimil mantan penyanyi jalanan. Keduanya bertemu dan sepaham, lalu membentuk DaiSyl.
Tapi... Vokalnya ini.. Bukannya terlalu mirip dengan Syl-chan?
Aku menemukan asal suara itu. Pintu ruangan itu tidak tertutup. Aneh, padahal seharusnya kan seluruh pintu ruang kelas tertutup rapat. Kecuali kalau ini ruangan gudang yang sedang digunakan. Walau itu masih setahuku. Aku melihat ke dalam dan menemukan..
Can you tell them this?
Can you say I was behind this?
No you can't.
Because I won't let you anyway.
Just do what I want, or suffers.
...seorang anak laki-laki berambut pink sedang mengikuti lagu tersebut. Atau konser kecil-kecilanlah.
Aku pun membuka pintu itu dan bertanya, "Huh? Apa yang kau lakukan disana!?"
"HIIIIIEEEEE!?"
Ia segera mematikan lagu itu dan menyembunyikan alat pemutarnya dibalik meja. Setelah itu memberikanku deathglare. Hei tunggu! Ini bukan salahku! Kau sendiri yang tidak menutup pintunya dengan rapat!
"...A—apa maumu!?" tanya anak itu gemetar.
"Huh? Ah, apa kau melihat kantor ketua kedisplinan?" tanyaku, menggaruk kepala yang tidak gatal.
Ia memperhatikanku, dari atas sampai bawah. Aku juga melihatnya baik-baik. Aneh, padahal dia laki-laki tapi gerakannya tadi benar-benar sempurna untuk koreografi lagu selevel itu. Mirip, gerakannya mirip dengan gerakan Syl-chan di lagu itu.
Bicara soal Syl-chan, aku jadi teringat sosok yang ada di depanku dan yang pagi ini kutemui begitu mirip dengannya. Walau baru melihatnya 2 kali lewat televisi, Syl-chan itu manis sekali. Suaranya juga bagus. Mirip seperti EGOIST*, penyanyi lain yang kukagumi. Kau bisa bilang aku menjadi fan officialnya Syl-chan. Apa mungkin Syl-chan ini ada hubungannya dengan gadis di depan?
Orang itu mengangkat alis, lalu menghela nafas.
"Ugh. Ketuk pintu kalau mau masuk, dasar cowok menyebalkan!" tukasnya kesal.
"Uhmm.. Maaf," balasku tersipu.
"Kouha! Kouha! Kenapa kau berhenti?"
Ia langsung melihat tab yang baru saja ia sembunyikan di meja. Lalu menghela nafas.
"Judal, aku ada urusan. Nanti saja kuhubungi," ia mematikan tab tersebut dan duduk di atas meja. Dengan kaki kanan di atas kaki kiri.
"...tadi kau tanya dimana kantor ketua kedisplinan?" tanyanya.
"I—Iya," balasku sambil blushing. Karena posisi duduknya.
Alibaba Saluja, ada apa denganmu?
"Hah, ikut aku," ia berjalan keluar dengan tab-nya. Aku mengekor.
Sepanjang perjalanan, kami tidak berbicara banyak. Aku sedang memikirkan kemungkinan terbesar—bisa saja lelaki ini saudara kembarnya Syl-chan, dan yang tadi pagi itu Syl-chan! Berarti, Syl-chan sekolah disini kan? Tapi kalau begitu, harusnya mereka heboh setiap saat—kenapa tempat ini malah sunyi ketika seorang idol bersekolah disini? Bukan. Pasti bukan begitu.
Tanpa sadar, kami sampai di ruangan ketua kedisplinan. Padahal sudah memutari lorong ini 10 kali, kenapa aku tidak menemukannya juga? Dan tempat itu sangat dekat dengan tangga ke lantai 2! Seharusnya aku bertanya saja, lebih cepat pula. Ia membuka pintu dan masuk, membiarkan pintu itu terbuka. Menandakan kalau aku harus masuk dan menutup pintu tersebut.
"Cepat beritahukan apa maumu!" ucap orang itu.
Yang bisa kulakukan hanya mengerdipkan mataku 3 kali.
"Lho? Aku mau bertemu ketua kedisplinan," balasku polos. Ia menghela nafas, dan menggebrak meja.
"Tch. Pasti murid baru, benarkan!?" bentaknya kesal.
"Ehhh!? I-i-i-iya!" jawabku gugup.
"Hmph. Sebenarnya aku malas memperkenalkan diri, terutama terhadap laki-laki yang bisanya mengintip dan menabrak orang lain. Tapi yang namanya kerjaan mau bagaimana lagi,"
Tunggu. Bagian 'mengintip' sih aku terima tapi 'menabrak'? Ini saja kali pertama aku bertemu dengannya!
"Dengarkan baik-baik, bebek! Namaku Ren Kouha, dari kelas 2-A juga ketua kedisplinan Magi High School. Aku mengurus seluruh masalah kedisiplinan di sekolah, dan tujuan kenapa setiap murid baru diminta untuk datang ke kantorku adalah untuk kuome—salah—untuk kuberitahu tentang beberapa peraturan di sekolah ini. Tapi sejak tahun ini, mereka membuatkannya dalam kertas. Mengurangi pekerjaanku,"
Sial. Dia memanggilku bebe-Eh? Ren Kouha? Ren?
"Err, kau saudaranya Kougyoku-san?" tanyaku.
"Hm? Ah, berarti kau dari kelas 2-B, benarkan?" balasnya.
"Iya, Alibaba Saluja dari kelas 2-B. Aku pindahan dari Iran," jawabku, melihat ke arahnya.
Ia berdiri, lalu keluar dari ruangan itu. Semenjak aku tidak tahu apa yang harus kulakukan dan berdiri di depan meja kosong sepertinya aneh, aku pun duduk di sofa yang ada di ruangan itu. Namun aku menduduki sesuatu.
'Aduh?! Apa ini!?'
Sebuah tas. Ini tas sekolah—gadis yang tadi pagi! Kenapa tas ini ada disini!? Apa ini milik ketua kedisiplinan?! Tidak, tidak, sepertinya tidak mungkin. Walau harus kuakui ia memiliki sedikit sisi yang sama dengan gadis tadi pagi. Tapi tidak, mereka berbeda! Tas itu sedikit terbuka. Eh? Baju? Warna coklat? Aku mengeluarkan baju tersebut.
"Lho!? Ini kan pakaian anak perempuan tadi pagi!"
Berarti, ketua kedisplinan itu cross-dresser donk!
Dan aku menemukan barang lain di dalam tas itu. Kaset, CD Player, kertas lirik, buku pelajaran, handphone dan kacamata. Ini kaset single 'Secret of The Princess' yang baru saja dinyanyikan oleh ketua. Kertas liriknya juga memiliki judul yang sama. Buku pelajarannya—ternama 'Ren Kouha'. Berarti ini memang tas milik ketua, dan ketua memang gadis yang kutemui tadi pagi.
Yang menarik adalah nama yang tertera di kertas lirik.
To be continued.
Author's Note:
* EGOIST : Suara Sylvia itu agak saya miripin dengan EGOIST, tapi lebih berat. Saya cari referensi soalnya.
Saya tau bawahnya agak maksa lol Tapi saya udah punya konsep buat chapter 2, jadinya begini. MAAFKAN DAKU! *nangis ngejer di pojokan* Semoga reader-tachi puas, soalnya ini juga fic pertama saya di fandom ini. Sekarang saya akan bekerja untuk chapter 2 dan chapter 5 Over Protective~ Kritik, saran dan review sangat ditunggu~ Jaa nee!
Updated: Mengedit sedikit bagian yang kelewatan saat dilihat ulang.
