.
.
.
The Royal Engagement
.
.
.
.
bts fanfiction, bxb with taekook (top!tae) as the main characters.
Kingdom!AU
.
.
.
.
I do not own BTS (even if I wanted to). Inspired by: Princess Diaries 2: Royal Engagement.
.
.
.
Jungkook membuka kedua matanya dan pemandangan yang pertama kali dilihatnya adalah dinding bernuansa krem dan putih terkesan mewah menyambutnya. Pemuda 19 tahun itu beranjak bangun dan termenung mendapati dirinya tengah berada di sebuah kamar besar nan megah khas kamar seorang pangeran kerajaan. Manik bulatnya menatap ke luar jendela dan melihat hamparan rumput tertata indah dan rapi.
Jadi ini semua nyata? Gumamnya.
Pintu dengan ornamen dan relief indah berwarna emas itu terbuka sedikit dan menampilkan seorang maid,
"Selamat pagi, Yang Mulia. Sudah saya siapkan air hangat untuk mandi," ujar wanita yang berpakaian maid itu sembari membungkuk hormat pada Jungkook yang masih termenung di atas ranjang.
"O-oh, ya, t-terima kasih," sahut Jungkook kaku. Satu tangannya digunakan untuk mengusap wajahnya dengan kasar.
"Ya Tuhan, ini benar-benar terjadi!" Setelahnya pemuda itu melompat bahagia di atas ranjang kerajaannya dan tertawa lepas, layaknya seekor kelinci. Sedang sang wanita maid itu hanya menatap sang Yang Mulia heran.
.
.
Setelah insiden pekikan bahagia Jungkook, pemuda itu sudah berpakaian rapiㅡmenurutnya. Sweater paws berwarna abu-abu lengkap dengan jeans hitam, ia menganggap bahwa dirinya sudah rapi. Jungkook berjalan keluar dari kamarnya, diikuti seorang asisten pribadi yang bertanggung jawab atas 'kepangeranan' sang Yang Mulia bernama Wonwoo.
Jungkook merupakan seorang pangeran baru di kerajaan Morova, sebuah wilayah yang jauh dari pengaruh pemerintahan Korea Selatan dan banyak dipengaruhi oleh sistem kerajaan Inggris. Pemuda bermarga Jeon itu baru mengetahui jika dirinya adalah satu-satunya penerus tahta kerajaan setelah sang nenek menemukannya di festival sekolah, saat itu ia masih menjadi warga Korea Selatan. Ayahnya yang ternyata merupakan keturunan langsung kerajaan Morova telah meninggal dunia, dan sang ibu membawanya menetap di Busan, Korea Selatan, sehingga pemuda itu tak tahu menahu jika dirinya mewarisi darah biru.
Walaupun bukan bagian dari Korea Selatan, Morova tetap menggunakan bahasa Korea sebagai bahasa utama, bercampur dengan bahasa Inggris. Meski demikian, sebagian besar adat dan tradisinya menyerap kebiasaan Inggris, sehingga Jungkook mendapat gelar Prince.
Jungkook menyapa semua orang yang ia lewati, termasuk penjaga pintu ruang makan dengan senyuman di bibirnya. Terkadang pemuda itu sedikit ceroboh dan hampir menyenggol vas kesayangan sang Ratu, neneknya.
Pagi itu suasana kerajaan tengah memanas, Jungkook tidak mengerti apa yang sedang dibicarakan sang Ratu sampai-sampai wajahnya mengerut seperti itu.
Melihat kedatangan cucu satu-satunya, sang Ratu pun tersenyum. "Duduklah, sayang," ujarnya sembari menyudahi perbincangannya dengan sang penasihat kerajaan yang masih setia berdiri di belakangnya. Jungkook menuruti perkataan sang nenek dan segera duduk tepat di seberang meja panjang, berhadapan dengan sang Ratu.
Sebuah lonceng kecil dibunyikan oleh sang pelayan yang berdiri tidak jauh dari mereka, kemudian datanglah beberapa pelayan yang membawakan santap pagi keluarga kerajaan. Mereka hanya tinggal berdua, sebab ibu Jungkook menolak untuk turut serta dan lebih memilih untuk menetap di Busan bersama suami keduanya. Sementara Jungkook sudah mendapat kewajiban untuk meneruskan tahta kerajaan Morova. Dan sepertinya pemuda itu tidak keberatan.
"Makanlah yang banyak, my dear," ujar sang Ratu, mengambil peralatan makannya dan mulai menyantap makanannya dengan elegan. Jungkook mengangguk, walau sebenarnya pemuda itu masih kikuk dan kurang mengerti dengan manner kerajaan. Beberapa kali garpunya bertabrakan dengan piring dan menimbulkan suara kencang. Itu bukan tindakan kerajaan sama sekali. Jungkook hanya nyengir.
Setelah menghabiskan sarapan, Jungkook kembali melihat wajah serius sang nenek. Wanita bersanggul putih itu menghela nafas berat dan menatap ke arah sang penerus kerajaan.
"Grandma tahu ini sangat cepat untukmu.. Parlemen kerajaan baru saja menetapkan sesuatu yang menyangkut dengan takdirmu, dan juga takdir Morova.." Ratu memberi jeda sedikit, membuat Jungkook terdiam penasaran. Dari perkataannya sudah terlihat bahwa pembicaraan kali ini akan serius.
"Sidang parlemen menyatakan bahwa usiamu sudah cukup untuk memerintah dan menggantikanku sebagai Ratuㅡ"
Mungkin kalian akan merasa heran mengapa Jungkook yang seorang pria disebut akan menjadi Ratu. Morova adalah sebuah negeri yang menjunjung tinggi garis keturunan, maka jika seorang Ratu memiliki pewaris tahta, baik ia seorang pria maupun wanita, kandung atau orang yang ditunjuk secara resmi, orang tersebut secara otomatis harus melanjutkan gelar Ratu tersebut. Cukup aneh, namun rakyatnya menerimanya. Dan itu juga yang membuat Morova menjadi negeri penuh kebebasan dan kedamaian, siapa saja boleh menikahi siapapun yang dicintainya, tidak pandang gender.
Jungkook? Ah, ia sangat senang jika diberi kesempatan untuk memimpin negeri. Ia sudah menyimpan beberapa visi untuk negeri yang baru saja dicintainya ini.
"B-benarkah, grandma?! Uwaaw, Wonwoo, apa kau dengar itu?!" pekik Jungkook dengan histeris. Sebelum Wonwoo hendak merespon, sang Ratu memotongnya.
"ㅡtapi, Jungkook, kau tidak bisa mewarisi tahta jika tidak menikah. Hukum di Morova menyatakan bahwa seseorang harus menikah jika ingin mewarisi tahta menjadi Ratu.." lanjut sang nenek sembari menatap Jungkook yang terkejut. Mulutnya membuka membentuk sebuah huruf 'O'.
Sang Ratu memundurkan tubuhnya dan bersandar pada kursi, "Dan parlemen memberimu waktu 30 hari untuk menikah. Atau tahta kerajaan Morova akan jatuh pada seorang ahli waris lainㅡ"
Jungkook tersentak, setahunya tidak ada ahli waris Morova lain selain dirinya.
"Sebentar, ada ahli waris lain selain diriku?"
Sang nenek mengangguk lemah, menggigit bibir bawahnya sembari memasang ekspresi kesal, "Seorang anggota parlemen menyatakan bahwa ia memiliki keponakan yang merupakan seorang cicit dari Earl (pangeran ketiga) of Morova. Tepatnya cucu jauhku. Aku tidak tahu jika masih ada keturunan Earl, lagipula tahta ini diberikan padaku yang bukan merupakan keturunan langsung Morova, jadi cucu Earl itu mendapat dukungan dari anggota parlemen lainnya untuk menjadi Raja Morova.." jelas sang Ratu panjang lebar.
Jadi sang Ratu naik tahta menjadi pemimpin Morova saat Raja-nya wafat hanya berselang bulan dari kematian sang anak, ayah Jungkook.
Jungkook mengerenyitkan keningnya tidak terima. "Itu aneh, grandma! Bagaimana bisa aku jatuh cinta hanya dalam waktu 30 hari? L-lagipula, siapa sih cicit Earl itu? Mengapa tiba-tiba saja muncul dan ingin merebut tahtaku?!" Kesal Jungkook. Pemuda itu sudah bertekad ingin hidup selamanya di Morova dan mengabdi pada negeri serta rakyatnya. Ia tidak ingin mendapat intervensi dari siapapun.
Sang Ratu kembali menghela nafas berat. "My dear, apa kau tetap ingin menjadi Ratu? Kau tidak harus melakukannya jika ini membuatmu tertekan.." ujar sang nenek, menatap sang cucu dengan penuh kasih sayang.
Pemuda bersurai gelap itu tersenyum kecil pada sang nenek. Ia tahu perjuangan neneknya hingga membentuk negeri yang damai dan penuh cinta ini. Mana mungkin ia biarkan perjuangan sang nenek harus kandas begitu saja tergantikan dengan orang lain.
"Aku.. akan melakukannya, grandma. Aku mencintai Morova, dan aku akan memimpin Morova," jawab Jungkook mantap. Mengundang rasa lega di hati para pelayan dan Wonwoo yang melihatnya.
Tak ayal pula sang Ratu, wanita tua cantik itu menyunggingkan senyumannya, "Itu adalah jawaban yang dimiliki oleh seorang Ratu sejati, sayang,"
Jungkook balas menatap sang nenek dan terus tersenyum.
"Baiklah, kalau begitu kita mulai mencari calon suamimu,"
Jungkook meringis pelan.
.
.
.
Jemari pemuda itu menekan remote di tangannya sembari membaca tulisan yang terpampang di layar besar di hadapannya. Nampak beberapa foto lelaki terpampang lengkap dengan informasi di sebelahnya.
"Sir Joshua, dari Austria. Hobinya bermain gitar dan golf, wajahnya terlihat begitu damai dan kalem, berbeda denganmu, Yang Mulia," ujar Wonwoo yang duduk di sebelah Jungkook dengan nada canda. Jungkook segera menyikutnya pelan, "Ish, aku ini kalem, Wonwoo!" protesnya sembari memakan keripik kentang yang diletakkan di atas pahanya.
Sang nenek beserta penasihat duduk di belakang mereka sembari memberi beberapa komentar seperti 'Pokoknya aku ingin seorang Raja yang pintar, cakap, adil, mengerti persoalan rakyat, dan tidak sombong'. Beberapa kali juga wanita itu berteriak pada Jungkook yang dengan seenak hati mengganti-ganti tampilan di layar tanpa membaca keterangan tentang 'calon' suaminya.
"Ah, grandma, Prince Zico, Prince of Belgium? Wajahnya termasuk dalam tipeku!" ujar Jungkook riang. Sang nenek segera menyela dan menggelengkan kepala.
"Tidak, tidak boleh seseorang yang mewarisi tahta kerajaan, Prince Zico seorang Pangeran pertama, sama sepertimu, yang harus mewarisi kerajaannya juga," Jungkook mengerucutkan bibirnya begitu mendengar ucapan sang nenek.
Manik Wonwoo terhenti pada foto seorang pria tinggi, memakai helm dan berpose di depan motor harley-nya. "Yang Mulia, bagaimana kalau ini?"
Jungkook membaca keterangan yang nampak pada layar.
"Lord Mingyu, Duke (pangeran kedua) of Venesia. Hobi mengendarai motor dan berkuda. Sangat mudah akrab dengan orang, terutama rakyat biasaㅡgrandma! Bagaimana kalau yang ini? Wajahnya juga lumayan," ujar Jungkook dengan semangat.
Ratu menatap foto Mingyu yang terpampang besar di hadapannya. Ia tersenyum kecil. "Kau memang cucuku, bagus sekali seleramu sayang," Jungkook tersenyum menampilkan deretan gigi mirip kelincinya. Wonwoo mengangguk tanda setuju, disertai dengan sang penasihat yang tengah merapikan pakaian Jungkook dari remah-remah keripik.
"Ia terlihat bisa mengayomi rakyat.. Baiklah, mari kita undang ke pesta dansa esok malam, sekaligus merayakan usiamu yang sudah legal menjadi pemimpin Morova, Pangeran Jungkook," lanjut sang nenek yang segera berdiri dan keluar ruangan. Ia masih memiliki rapat penting dengan bawahannya.
Meninggalkan Jungkook yang terpaku ditemani Wonwoo yang berusaha menutup mulut Jungkook agar tidak terbuka sangat lebar.
"S-secepat itu?!"
.
.
.
.
.
.
Seorang pemuda tinggi keluar dari dalam rumah sederhananya yang terletak di wilayah peternakan negeri Morova. Sembari menguap pelan, kaki-kakinya bergerak menyusuri hamparan rumput dan jerami, mengangkut beberapa untuk diberikan pada ternaknya. Wajahnya yang masih terlihat mengantuk tidak menghilangkan kesan tampan dalam dirinya.
Tubuhnya tercetak dari luar kemeja hitam yang penuh dengan keringat saat lelaki itu menyelesaikan tugas paginya mengurus ternak keluarganya. Seekor kuda berjalan menghampiri pemuda itu dan menubruk punggungnya dengan sengaja.
"Aduh, Stan! Kebiasaan sekali menyerudukku ya?" tawa sang pemuda sembari mengelus surai sang kuda. Ia mengambil brush dan menggosokkannya pada tubuh cokelat sang kuda favoritnya dengan cekatan.
"Ah, sekarang kau sudah nampak tampan sepertiku, Stan," ujar sang pemuda dengan bangga melihat kuda peliharaannya berlari bahagia. Melihat seluruh ternaknya bahagia merupakan kesenangan tersendiri bagi si pemuda bersurai pirang itu.
Tak berapa lama, ketika hendak masuk kembali ke dalam rumah, ia mendengar langkah kuda mendekati kediamannya. Pemuda itu meletakkan ember berisi brush dan peralatan ke lantai dan menoleh, mendapatkan wajah sang paman yang sudah lama tidak ia temui.
"Uncle! Sudah lama tidak bertemu," sang paman beranjak turun dari punggung kuda dan memeluk keponakan lelakinya. "Taehyung, kau bertambah tinggi dan tampan, keponakanku,"
Taehyung, begitu pemuda itu dipanggil, tersenyum cerah saat kembali bertemu dengan paman jauhnya yang sudah lama tidak berjumpa. Pemuda itu membawa sang paman masuk.
Di dalam kediaman sederhananya, sang paman meletakkan topi dan segera menghempaskan bokongnya ke atas sofa hitam. Sementara Taehyung menyiapkan minuman.
"Pasti sulit tinggal di rumah seperti ini, ya kan?" sang paman membuka suaranya. Lelaki itu tengah mengusap bulu kucing peliharaan Taehyung yang duduk di pangkuannya.
Taehyung terkekeh pelan sembari menaruh minuman untuk sang paman, kemudian pemuda itu duduk di seberang sang lelaki. "Tidak juga, hmm.. Walau kuakui sedikit sulit," jawabnya seraya menyuruh sang kucing untuk kembali ke atas pangkuannya.
Lelaki tua di depannya menyeruput teh buatan Taehyung dan mengangguk mengerti. "Uncle tahu itu, tidak mudah mengerjakan semuanya sendiri di saat ibumu bersenang-senang di tengah kota,"
"Tidak, itu tidak apa, uncle.." potong Taehyung. Ia tidak menyukai bila harus membahas tentang sang ibu. Taehyung sebenarnya tinggal bersama sang ibu, namun semenjak peninggalan sang ayah ibunya mendadak kehilangan akal sehat dan pergi bersenang-senang dengan banyak lelaki di luar sana. Taehyung tidak bisa melakukan apa-apa, sebab jika ia melarangnya sang ibu selalu mengancam akan membunuh dirinya sendiri. Taehyung tidak ingin kehilangan anggota keluarganya lagi.
Sang paman melihat raut kesedihan dari muka keponakannya, ia memutuskan untuk langsung menyampaikan maksud kedatangannya.
"Taehyung, apa kau pernah bermimpi menjadi seorang Raja?" tanya sang paman tiba-tiba.
Pemuda bersurai pirang itu mengerenyitkan alisnya. Ia menggeleng sembari tertawa kecil, "Semua orang pasti pernah memimpikannya. Namun, aku tidak pernah berharap hal itu terjadi padaku, uncle."
Sang paman mengulaskan senyum, yang terlihat sedikit aneh.
"Taehyung, apa kau tidak tahu bahwa kau adalah cicit dari Earl of Morova? Satu-satunya keturunan lain keluarga bangsawan Morova selain Prince Jungkook!"
Perkataan sang paman sukses membuat Taehyung terkejut. Pemuda itu menggelengkan kepalanya lebih cepat, "Tidak, tidak, uncle pasti bercanda. Semua orang di Morova tahu bahwa Prince Jungkook adalah satu-satunya pewarisㅡ"
Sebuah kertas berisi pernyataan dan akta kelahiran terpampang di atas meja, tepat di depan Taehyung. "Lihat dan bacalah, namamu terpampang jelas di atas sini jika kau memang seorang cicit dari seorang Earl dan berhak menjadi pewaris tahta,"
Taehyung yang pada mulanya tidak percaya dan tidak memiliki obsesi apapun tentang kerajaan mendadak terselimuti oleh nafsu saat sang paman memancingnya dengan ucapan kekayaan, kehormatan, dan pengakuan rakyat atas dirinya.
"Dengar, kau adalah Lord Taehyung, Earl of Morova saat ini. Kau berhak menjadi pewaris tahta kerajaan Morova. Singkirkan Prince Jungkook, buat ia jatuh hati padamu dan tidak bisa mendapatkan suami dalam waktu 30 hari dan kerajaan Morova akan jatuh di tanganmu,"
Mendapatkan penjelasan dari sang paman, Taehyung setuju untuk ikut serta dalam pesta dansa malam ini di kerajaan.
.
.
.
.
Seorang pemuda berjas hitam dan nampak terburu-buru menabrak seorang pelayan yang tengah membawa nampan minuman. Sebuah ucapan maaf terlontar dari bibirnya, kemudian melanjutkan perjalanannya menuju kamar sang Pangeran.
Pesta sudah dimulai beberapa menit yang lalu, para undangan sudah membanjiri hall. Satu per satu tamu berdatangan, tamu tersebut merupakan orang-orang penting dari penjuru negeri yang sengaja datang untuk melihat perayaan Pangeran Morova.
Namun sang tokoh utama tidak dapat ditemukan batang hidungnya sedari tadi. Membuat sang Ratu menyuruh asisten pribadi, Wonwoo, untuk mencari sang cucu yang nakal.
Wonwoo mengambil nafas sebentar sebelum mengetuk pintu besar beronamen indah, "Yang Mulia? Anda di dalam? Aku tak bisa menemukanmu di mana-mana, pesta sudah hampir dimulai, Yang Mulia harus turun," ujarnya.
Benar saja dugaannya, Jungkook, sang Pangeran nakal tengah meringkuk di atas ranjangnya. Berbalut jas berenda putih yang terkesan feminim, dan mahkota silver kebanggaannya. Ia seharusnya sudah siap dan menjadi objek utama di pesta dansa, namun pemuda itu malah mengurung diri di kamarnya.
"W-Wonwoo? Aku sedikit gugup.. Kau tahu kan aku ceroboh, aku takut merusak pesta ini.." Pangeran kecil itu tengah merasa khawatir. Wonwoo membuang nafas pelan dan membuka pintu yang ternyata tidak dikunci itu. Ia menatap Jungkook yang menyembunyikan setengah wajahnya oleh selimut.
"Yang Mulia, sering kukatakan, jadilah dirimu sendiri. Tidak peduli apa yang dikatakan orang, jika kau tidak berbohong pada dirimu maka kau akan mendapatkan kepercayaan dari orang lain.." ujar pemuda itu menenangkan sang Pangeran yang sekarang lebih mirip sebagai adiknya sendiri. Tangannya mengelus surai Jungkook perlahan.
"Tidak perlu takut, kami semua ada di sini untukmu, Pangeran kami," ucapan Wonwoo membuat Jungkook memeluk tubuh pemuda itu dengan erat. Ia mengangguk cepat dan akhirnya menarik Wonwoo keluar, menuju ruangan dansa.
Di sisi lain Taehyung beserta sang paman keluar dari dalam limusin mereka. Pemuda bersurai pirang itu nampak begitu gagah dan tampan saat mengenakan jas hitam yang dipadu dengan dasi. Menambah kesan 'orang terhormat' padanya.
Sebelum kaki mereka melangkah sang paman berbisik pada Taehyung. "Ingat, kau adalah Lord Taehyung, Earl of Morova. Bukan pemuda desa lagi. Kau sangat pantas berada dalam kerajaan ini, anakku." Taehyung mengangguk mantap. Ia pun ingin segera beradaptasi dengan kehidupan kerajaan yang sebentar lagi dirasakannya.
Meski dalam pikirannya berkali-kali bertanya-tanya, mengapa sang paman baru memberitahunya akan hal ini? Apakah selama ini ia merahasiakannya dari Taehyung? Apakah Taehyung tidak boleh tahu jika dirinya seorang keturunan bangsawan?
Ah, Taehyung tidak ingin memikirkannya dulu. Sekarang ia hanya fokus untuk menolong sang paman.
.
.
Taehyung berpisah dengan sang paman setelah lelaki itu selesai mengenalkannya pada beberapa kolega yang merupakan anggota parlemen. Pemuda itu hanya mengulaskan senyum dan membungkuk hormat, sesekali menerima tawaran untuk minum bersama.
Kedua matanya masih memindai dan berdecak kagum pada istana Morova yang baru saja dimasukinya. Ia masih sedikit terkejut akan kehidupan sederhananya yang tiba-tiba saja berubah 180 derajat. Namun ia harus menyesuaikan diri dengan cepat. Beruntung, ia sangat jago dalam keahliannya mengontrol ekspresi.
Pemuda itu terpisah dengan sang paman karena beberapa wanita, Duchess (puteri-puteri kedua kerajaan) dan Countess (puteri-puteri ketiga) dari negeri tamu menariknya untuk mengobrol. Sebagai sesama bangsawan, Taehyung harus menghargainya. Ia menjawab seluruh pertanyaan dari para wanita itu dan sesekali mengulaskan senyumannya saat diminta berfoto bersama.
"Lord Taehyung, very pleased to meet you! Aku tidak tahu Morova memiliki ahli waris lain yang sangat tampan sepertimu!" Atau "Lord Taehyung, kuharap kau meneruskan tahta Morova!" Atau "Apakah Lord Taehyung membutuhkan pendamping? Duchess of Lithuania ini akan sangat memenuhi persyaratan,"
Ucapan-ucapan seperti itu terus berdatangan pada Taehyung yang nampak sedikit kepayahan mengurusnya. Beruntung, suara terompet memecah pembicaraan dan menandakan acara akan segera dimulai.
"Ladies and gentleman, kami persembahkanㅡ" seorang lelaki berpakaian serba emas yang meniup terompet tadi berjalan mundur, seraya sebuah gorden terbuka dan menampilkan sosok Prince of Morova.
"ㅡPrince Jungkook Jeon, The Prince of Morova!"
Tepuk tangan riuh menemani langkah Jungkook menuju ke tengah hall dansa. Lengkap dengan mahkotanya, Jungkook tersenyum sembari melambaikan sebelah tangannya. Seluruh hadirin yang menyaksikan begitu terpana dengan keindahan Pangeran Morova ini. Bahkan beberapa kali suara siulan terdengar, membuat Jungkook terkekeh pelan.
Pandangan Taehyung bersibobrok dengan manik indah Jungkook. Dua insan itu saling menatap beberapa saat, hingga akhirnya Taehyung melangkahkan kaki mendekati Jungkook.
Musik mulai mengalun, pesta dansa pun dimulai. Berbagai puteri dan pangeran memulai dansa mereka, menari ke sana ke mari mengikuti irama. Namun tidak sampai menyentuh tempat di mana Taehyung dan Jungkook berdiri.
Pemuda bersurai pirang itu tersenyum saat menatap wajah sang Pangeran dengan jarak yang cukup dekat. Hati kecilnya mengagumi paras Jungkook yang begitu indah di matanya.
"Prince Jungkook? Izinkan aku," Taehyung mengulurkan sebelah tangan, tanda mengajak Jungkook untuk berdansa. Jungkook merasakan pipinya menghangat saat mendapatkan tawaran tersebut.
Sungguh, wajah pemuda di depannya sangat tampan dan berhasil membuatnya terpana. Ia sedikit iri mengapa bisa ada seseorang yang begitu tampan seperti orang ini.
Sang Pangeran mengangguk sembari membalas senyuman Taehyung. "Yes, yes.." jawabnya yang langsung disambut dengan pelukan Taehyung pada pinggangnya. Satu tangannya dibawa ke atas bahu Taehyung dan tangan yang lain sudah tertaut dengan tangan besar Taehyung. Mereka mulai berdansa dengan pelan.
Taehyung tak hentinya menatap ke dalam manik Jungkook yang sungguh membuatnya gila. Mata itu benar-benar indah, apalagi saat ini tengah memancarkan wajahnya. Ia semakin mendekatkan wajahnya pada Jungkook hingga menyatukan hidung mereka. Pangeran kecil itu merona dan nampak gugup mendapat perlakuan tiba-tiba dari Taehyung.
Seluruh pasang mata yang menjadi saksi dansa kedua Pangeran itu menatap dengan penuh decak kagum. Bagaimana bisa gerakan dua insan tersebut nampak begitu indah.
Jungkook membuka suaranya saat nafas Taehyung berhembus di pipinya, "N-ng, siapa namamu? Kau tidak terlihat seperti seorang pemula dansa.."
Taehyung tersenyum, sembari mengecup pipi Jungkook. Hal itu membuat jantung sang Pangeran berdebar kencang, genggamannya pada bahu Taehyung mengeratㅡtanda jika pemuda itu sedang gugup. Taehyung terkekeh pelan.
"Anda bisa memanggilku Taehyung, atau Tae, Yang Mulia," jawabnya tepat di atas pipi halus sang Pangeran. Kemudian Taehyung mengecupnya sekali lagi, godaan untuk tidak menyentuh pipi Jungkook tak bisa ditahan olehnya.
Jungkook semakin merona dibuatnya. Dalam sejarah kehidupannya baru kali ini ia merasakan jantungnya berdebar begitu kencang dan perutnya menimbulkan sensasi aneh yang melilit. Pemuda itu memejamkan kedua matanya saat jemari Taehyung yang bertengger di pinggangnya bergerak mengusap tubuh sang Pangeran.
"E-euh," lenguh Jungkook pelan, otaknya tahu bahwa ini tidak seharusnya terjadi. Taehyung sudah bertindak jauh dan keterlaluan. Namun hatinya berkata bahwa ia menikmati semua sentuhan yang diberikan Taehyung.
Taehyung menenggak salivanya berat. Ia tahu seharusnya ini menjadi salah satu rencananya dan sang paman untuk menggoda sang Pangeran. Namun ia tidak tahu jika dirinya benar-benar jatuh hati pada sosok di depannya ini.
Sebuah tangan menyentuh pundak Taehyung dan membuat tautan antara dua pemuda itu terlepas. Sang paman sudah berada di belakangnya lengkap dengan Ratu dan penasihat setianya yang sudah menghampiri Jungkook.
Pesta dansa memang masih berjalan, namun sang Ratu melihat tindak tanduk mencurigakan dari paman Taehyung dan berjalan menyusulnya.
Wajah kedua insan itu masih memerah, terlebih Jungkook, pemuda itu seakan kepergok tengah melakukan hal yang tidak senonoh dengan Taehyung.
Lelaki tua yang berstatus sebagai paman Taehyung itu akhirnya angkat bicara.
"My Queen, Prince Jungkook, perkenalkan keponakanku, Lord Taehyung Kim, Earl of Morova,"
Jungkook membulatkan matanya. Ia terkejut, sangat terkejut.
Taehyung menggigit bibir bawahnya dan mengusap tengkuknya dengan gugup. Mengapa sang paman harus merusak momen berharganya ini..
Hanya sang Ratu yang mengangguk dan menatap Taehyung. "Jadi inikah lawan cucuku sebagai pewaris tahta Morova?"
"Benar sekali. Dengan kemampuannya saya yakin ia mampu menjadi King of Morova, tanpa harus melibatkan Prince Jungkook,"
Detik berikutnya Jungkook menginjak kaki Taehyung dengan keras dan membuat pemuda bersurai pirang itu mengaduh.
"Salam kenal, Lord Taehyung," ujar Jungkook, menekankan pada kata 'Lord Taehyung' kemudian pergi meninggalkan pesta dansa dengan perasaan kesal, marah, dan malu di dalam dirinya.
"Ouch, sakit sekali..."
.
.
.
TBC
First time doing a kingdom!AU :"3
Tolong diperbaiki jika aku ada salah istilah/kata2 yaa hehehehe.
Leave your comments at the review box! Favs/follows if you guys like this story!
Thank you.
Ig&wp: springyeol
