YOU'RE MINE
Main cast : ChanBaek
Other cast : Silahkan temukan sendiri
Rating : M for Mature
Genre : Romance
Note : No bash, no flame, no copycat. Don't read if you don't like these story, better if you leave this page.
WARNING! PEDO, OOC, typo, NC, BL
.
Chapter 1
.
Di sebuah café pada musim dingin terlihat seorang pemuda tampan yang tengah fokus memperhatikan objek di taman seberang café. Sesekali ia akan tersenyum kala mendapati tingkah lucu dari objek yang sedang diperhatikannya. Ya, pemuda itu tak lain adalah Park Chanyeol.
Di usianya yang baru menginjak dua puluh dua tahun ini Chanyeol telah mampu mengambil alih perusahaan besar milik keluarganya. Tapi walaupun begitu, dia selalu meluangkan waktu sibuknya untuk sekedar memperhatikan malaikat manisnya.
"Hah~" sebuah helaan nafas tak rela terdengar dari Chanyeol saat melihat malaikat manisnya perlahan pergi bersama dengan eomma-nya. Namun tak lama setelahnya sebuah seringain tipis tersampir pada bibir seksi itu.
"Kau akan menjadi milikku, bagaimanapun caranya." Dengan seringai tampannya Chanyeol juga segera meninggalkan café itu setelah sebelumnya meletakkan beberapa lembar uang di atas meja yang ditempatinya sebelumnya.
.
.
Di lain tempat terlihat seorang anak laki-laki berumur tujuh tahun tengah memohon pada eomma-nya saat dalam perjalanan pulang ke rumah.
"Eomma, belikan aku ice cream~" dengan puppy eyes andalannya, anak yang diketahui bernama Byun Baekhyun ini terus berusaha membujuk eomma-nya. Namun sepertinya tidak mempan untuk kali ini.
"Tidak sayang, cuaca hari ini cukup dingin, jika eomma membelikanmu ice cream nanti kau akan sakit."
"Tapi eomm-"
"Tidak ada kata tapi." Ucapan final eomma-nya membuat Baekhyun hanya dapat mempoutkan bibirnya kesal.
Sesampainya di rumah, Baekhyun langsung pergi menuju kamarnya tanpa menghiraukan panggilan eomma-nya. Dia masih kesal dengan eomma-nya yang tidak mau membelikannya ice cream. Sedangkan nyonya Byun hanya mampu menghela nafas pasrah akan sikap anaknya itu. Baekhyun masih terbilang kecil, jadi dia memaklumi hal itu.
Malam harinya nyonya Byun telah selesai menyiapkan makan malam untuk keluarga kecilnya. Ia segera pergi menuju kamar Baekhyun setelah sebelumnya meminta tuan Byun untuk menunggu di ruang makan. Setelah sampai di depan kamar Baekhyun, ia mulai mengetuk pintu di hadapannya namun tak kunjung mendapat jawaban dari pemilik kamar.
"Baekhyun, keluarlah! Makan malam sudah siap." Tak kunjung mendapat jawaban, akhirnya nyonya Byun mencoba membuka pintu kamar yang untungnya tidak terkunci.
Mengetahui hal itu, Baekhyun yang sedari tadi berada di tempat tidurnya dengan segera menutupi seluruh tubuhnya dengan selimut dan berpura-pura tidur. Beberapa detik kemudian Baekhyun dapat merasakan sedikit guncangan pada sisi tempat tidurnya yang sudah dapat dipastikan bahwa itu adalah eomma-nya.
"Eomma tau kau belum tidur, sayang. Cepat bangun dan kita makan bersama."
"Aku tidak lapar." Baekhyun menjawab seadanya. Namun bukan nyonya Byun namanya jika tidak bisa membujuk anaknya ini.
"Benarkah? Kalau begitu sayang sekali, padahal eomma sudah membuatkan Kimchi jjigae dan Galbi kesukaanmu. Tapi kalau memang kau tidak lapar, biar eomma dan appa yang menghabiskannya." Mendengar itu, seketika Baekhyun membuka selimutnya sebatas dada dan menatap dengan mata berbinar pada eomma-nya. Sang eomma yang melihat itu pun berusaha menahan tawanya melihat tingkah menggemaskan Baekhyun.
"Sepertinya aku lapar sekarang." Dengan segera Baekhyun turun dari tempat tidurnya dan berlari meninggalkan sang eomma yang masih terduduk disana. Setelah memastikan Baekhyun benar-benar pergi, tawa pun terdengar dari nyonya Byun yang sedari tadi berusaha menahannya. Sungguh anaknya masih sangat polos.
Makan malam kali ini dilewati dengan penuh canda tawa karena tingkah menggemaskan Baekhyun yang tidak ada habisnya. Mereka berharap selalu ada kebahagiaan dalam keluarga mereka. Tapi tidak ada yang tau apa yang akan terjadi di hari berikutnya.
.
.
Cuaca di Bucheon pagi ini cukup cerah. Tapi walaupun begitu, dingin masih bisa dirasakan oleh penduduk yang sibuk berlalu-lalang untuk pergi ke tempat kerja mereka masing-masing. Tak jauh berbeda dengan Chanyeol yang sedari tadi memperhatikan kesibukan orang-orang dari ruang kerja di kantornya.
Kegiatan Chanyeol terganggu saat mendengar seseorang memasuki ruangannya membawa beberapa berkas. Kai, seseorang yang telah memasuki ruang kerjanya tanpa meminta ijin terlebih dulu itu langsung menghampiri Chanyeol dan menyerahkan berkas yang dibawanya.
"Ini berkas yang kau perlukan untuk rapat siang nanti." Chanyeol menatap sekilas pada berkas itu lalu kembali mengalihkan pandangannya ke arah luar, seakan pemandangan di luar sana lebih menarik dari pada berkas yang dibawa oleh Kai.
"Kau saja yang memimpin rapat kali ini. Aku ada urusan diluar siang nanti."
"Aku akan dengan senang hati memimpin rapat jika saja para investor itu tidak meminta kau sendiri yang harus memimpinnya."
"Memang apa bedanya jika kau yang memimpin rapatnya?" Kai hanya mampu menghela nafas lelah saat mendengar pertanyaan bodoh Chanyeol. Jika saja Chanyeol bukan sahabatnya maka sudah dipastikan Kai akan membuangnya ke laut.
"Tentu saja berbeda, kau adalah pemimpin utama dari salah satu perusahaan besar di Korea. Mereka tidak akan melewatkan kesempatan emas untuk bekerja sama secara langsung denganmu."
"Alasan yang konyol." Chanyeol menyerah dan mengambil berkas yang Kai bawa sedari tadi lalu berjalan menuju meja kerjanya.
"Lagi pula, lupakan sejenak urusan pribadimu dan fokuslah pada pekerjaanmu sekarang ini. Ingatlah kalau saat ini kau adalah seorang CEO."
"Ya ya aku mengerti, jadi berhentilah menasehatiku seperti kakek tua." Chanyeol mulai sibuk dengan pekerjaannya, sesekali ia juga menandatangani beberapa dokumen. Sedangkan Kai hanya mengangkat bahunya.
"Percayalah, aku melakukan ini juga demi kau, Chanyeol." Kai sudah akan membuka pintu untuk keluar sebelum Chanyeol menghentikannya.
"Kai," orang yang dipanggil hanya menolehkan kepalanya.
"Hmm" Kai hanya merespon seadanya.
"Gomawo." Sebuah senyum tersemat di bibir Chanyeol yang menambah kadar ketampanannya, bisa dikatakan kalau ia cukup beruntung memiliki sahabat seperti Kai.
"Tidak masalah, aku akan pinjam Kyungsoo sebagai hadiahnya." Setelah mengatakan itu, Kai telah menghilang dibalik pintu ruangannya. Oh tentu saja, sahabatnya itu tidak akan melalukan sesuatu secara percuma.
.
Rapat hari ini berjalan lancar meski sempat tertunda selama satu jam karena sekretarisnya-Kyungsoo-dibawa pergi oleh Kai. Sejenak Chanyeol merenggangkan tubuhnya yang sudah sangat kaku lalu pergi menuju meja Kyungsoo.
"Kyungsoo, apa aku masih ada jadwal untuk hari ini?" sesekali Chanyeol memeriksa jam tangannya. Ia hanya ingin segera pulang ke apartementnya dan beristirahat.
"Tidak, kau bisa pergi sekarang." Tanpa menunggu lagi, Chanyeol segera pergi setelah membereskan semua barang dan tidak lupa mengambil kunci mobilnya. Saat melewati meja Kyungsoo, ia berhenti dan menoleh padanya.
"Kau juga pulanglah, kyung. Hari sudah sore."
"Sebentar lagi, aku masih harus menunggu Kai." Sepertinya ia melupakan satu hal itu, sekretarisnya tidak akan pulang sebelum kekasihnya datang menjemput.
"Baiklah, aku pergi." Tanpa menunggu jawaban lagi, Chanyeol segera pergi meninggalkan Kyungsoo disana.
Saat dalam perjalanan pulang ke apartementnya, Chanyeol melewati taman tempat biasa malaikatnya menghabiskan waktu bermain sambil menunggu eomma-nya. Dari kejauhan, ia dapat melihat seorang anak sedang duduk terdiam di sebuah ayunan. Semakin lama sosok itu semakin jelas hingga membuat Chanyeol segera menepikan mobilnya.
Benar, itu malaikatnya yang sedari siang tadi terus berputar dipikirannya. Tanpa membuang waktu lebih lama lagi, Chanyeol dengan cepat turun dari mobilnya dan menghampiri malaikatnya. Ia mendudukkan dirinya pada ayunan yang berada tepat disebelah ayunan malaikatnya-Baekhyun-.
"Sedang apa anak kecil sepertimu disini? Bukankah ini sudah terlalu sore?" Baekhyun terkejut saat mengetahui ada orang lain disebelahnya. Dengan takut-takut ia mengalihkan pandangannya untuk melihat siapa orang asing yang berbicara dengannya.
"Ah-ahjussi, siapa?" bukannya menjawab, Baekhyun justru balik bertanya. Meski takut tapi rasa penasarannya jauh lebih besar.
"Kau tidak mengingatku?" Baekhyun memiringkan kepalanya dan menatap Chanyeol dengan polosnya. Ia coba mengingat apakah ia pernah bertemu ahjussi disebelahnya ini sebelumnya, namun sepertinya Baekhyun tidak dapat mengingatnya sama sekali.
Chanyeol yang mendapat tatapan seperti itu hanya mampu menahan dirinya untuk tidak mencubit pipi temban Baekhyun. Ia sungguh gemas dengan tingkah Baekhyun. Biar saja orang lain menganggapnya gila, pedofil atau semacamnya karena telah jatuh hati pada seorang anak kecil.
"Kau ingat sebulan yang lalu, saat kau hampir terserempet mobil di dekat sini?" Baekhyun hanya merespon dengan anggukan kepala.
"Aku yang sudah menolongmu saat itu." Saat mendengar pernyataan itu, Baekhyun kembali mengingat-ingat kejadian sebulan yang lalu saat ia hampir saja terserempet mobil saat ingin menyeberang jalan dan untungnya ada seseorang yang menolongnya.
Setelah dapat mengingat semuanya, Baekhyun tiba-tiba saja berdiri dari duduknya dan membungkuk dihadapan Chanyeol yang hanya bingung melihat tingkah Baekhyun.
"Kamsahamnida, ahjussi." Dengan cengiran khasnya, Baekhyun berterima kasih pada Chanyeol dengan sopan. Chanyeol yang mendapat balasan seperti itu lalu mengelus kepala Baekhyun saking tak bisa menahan gemasnya.
"Kau belum menjawab pertanyaanku. Kenapa kau masih disini?" kembali Chanyeol menanyakan pertanyaan yang sebelumnya tidak dijawab Baekhyun.
"Baekkie sedang menunggu eomma, ahjussi." Baekhyun kembali duduk di ayunannya.
"Memangnya eomma-mu kemana?" Tanya Chanyeol penasaran.
"Eomma sedang bekerja. Biasanya eomma akan menjeput Baekkie saat siang, tapi sepertinya eomma masih memiliki pekerjaan lain." Mendengar penjelasan Baekhyun, seolah memberi kesempatan emas bagi Chanyeol.
"Kalau kau mau, ahjussi bisa mengantarmu pulang." Baekhyun buru-buru menggelengkan kepalanya menolak ajakan Chanyeol.
"Tidak perlu, ahjussi. Eomma bilang agar Baekkie tidak menerima ajakan dari orang asing." Ingin rasanya Chanyeol mencekik orang yang mengatakan itu pada Baekhyun. Hilang sudah kesempatannya.
"Baiklah kalau kau menolak, tapi sebagai gantinya kau tunggulah disini." Seolah tak kehabisan akal, Chanyeol segera beranjak dari tempatnya dan pergi dari sana. Baekhyun terus memperhatikannya hingga Chanyeol telah memasuki café yang terletak di seberang jalan.
Tak butuh waktu lama Chanyeol kembali keluar dengan dua buah cup berukuran sedang di kedua tangannya. Ia kembali duduk di tempat sebelumnya dan memberikan salah satu dari dua cup itu pada Baekhyun.
"Ini untukmu. Aku tidak tau apa yang kau suka, jadi aku membelikanmu coklat panas." Baekhyun menerima coklat panas pemberian Chanyeol. Selain menolak ajakan orang asing sepertinya Baekhyun melupakan bahwa ia juga tidak boleh menerima pemberian orang asing.
"Kamsahamnida." Baekhyun meminum minumannya dengan perlahan. Berada diluar cukup lama di cuaca yang perlahan mulai dingin membuat Baekhyun menikmati acara minumnya.
"Kita sudah bicara cukup lama tapi aku belum mengetahui siapa namamu, bocah?" bohong jika seorang Park Chanyeol tidak mengetahui nama incarannya-walau hanya sebatas nama-.
Bukankah tidak lucu jika tiba-tiba Chanyeol memanggil namanya seolah mereka sudah akrab sejak lama? Yang ada justru Baekhyun akan kabur karena ketakutan.
"Na-namaku Baekhyun, Byun Baekhyun. Lalu siapa nama ahjussi?" meski sedikit ragu tapi Baekhyun akhirnya memperkenalkan dirinya.
"Aku Park Chanyeol. Kau bisa memanggilku Chanyeol ahjussi, walau bisa dibilang aku masih cukup muda. Tapi Khusus untukmu kurasa tidak masalah."
Pembicaraan mereka terus berlanjut. Sesekali Baekhyun akan tertawa saat mendengar candaan yang dilontarkan oleh Chanyeol hingga tiba-tiba seorang wanita menghampiri mereka.
"Sayang, maaf eomma terlambat menjemputmu. Eomma memiliki banyak pekerjaan hari ini." wanita yang diketahui eomma Baekhyun ini berjongkok dihadapan Baekhyun.
Jika diperhatikan lagi, sepertinya wanita ini hanya seorang pegawai biasa. Terlihat dari penampilannya yang bisa dibilang sederhana dengan atasan kemeja, bawahan rok sebatas lutut dan juga baju hangat. Merasa diperhatikan, wanita itu menoleh dengan tatapan seolah bertanya pada Chanyeol.
"Siapa kau?" wanita itu menatap tidak suka padanya.
"Eomma, ini Chanyeol ahjussi. Dia yang menemaniku disini dari tadi." Mendengar jawaban anaknya membuat wanita itu segera membereskan semuanya dan membawa Baekhyun pulang.
"Ayo kita pulang, sayang." Wanita itu menuntun Baekhyun untuk segera pergi dari sana. Namun sebelum itu Baekhyun membalikkan sedikit badannya dan melambaikan tangan pada Chanyeol.
Senyum tampan tersemat dibibir Chanyeol yang juga balas melambaikan tangannya. Saat jarak mereka sudah cukup jauh, senyuman Chanyeol perlahan menghilang digantikan dengan seringaian yang membuat siapa pun tidak berani untuk melihatnya.
Ia merogoh saku celananya untuk mengambil ponsel miliknya, menghubungi seseorang yang dirasa bisa membantunya.
"Sehun, cari segala informasi tentang Byun Baekhyun!" tanpa basa-basi Chanyeol langsung menyampaikan tujuannya. Sehun adalah seorang hacker handal yang juga merupakan sahabat Chanyeol dan Kai. Segala informasi yang diinginkan akan dengan sangat mudah ia dapatkan.
"Tidak biasanya kau meminta bantuanku."
"Jangan banyak bicara dan kerjakan saja tugasmu! Kirimkan hasilnya malam ini juga!" tanpa menunggu jawaban lainnya, Chanyeol memutus sambungan secara sepihak. Memasukkan kembali ponselnya ke dalam saku celananya.
"Tunggulah sebentar lagi dan kau akan benar-benar menjadi milikku, sayang." Dengan seringai yang masih bertahan dibibirnya, Chanyeol melangkah pergi dari sana.
.
.
Malam harinya di apartement, Chanyeol telah mendapatkan apa yang diinginkannya. Tidak salah ia meminta bantuan seorang Oh Sehun. Segala informasi tentang Byun Baekhyun kini terpampang dengan jelas di layar laptopnya, dari mulai hal terkecil sampai terbesar.
Namun saat sedang serius membaca, kegiatannya terganggu dengan suara ponselnya yang berdering menandakan sebuah panggilan masuk.
'Appa calling…' nama itulah yang tertera di layar ponselnya yang mau tidak mau, ia harus menjawab panggilan tersebut.
"Yeoboseyo, appa."
"Chanyeol-ah, dimana kau?"
"Tentu saja di Bucheon, appa. Bukankah kau yang memintaku untuk mengurus perusahaan disini?"
"Ya! Aku memang memintamu untuk mengurusnya, tapi hanya seminggu dan bukan sebulan." Ya, Chanyeol seharusnya hanya seminggu di Bucheon. Tapi sepertinya ia lupa akan hal itu setelah bertemu bocah kecil yang menarik perhatiannya.
"Bukankah itu bagus?"
"Bagus katamu!? Lalu perusahaan di Seoul mau kau lupakan, hah!? Kau itu bodoh atau apa? Kau ingin usaha appa-mu selama ini sia-sia!?" tuan Park benar-benar emosi menghadapi anaknya yang selalu menganggap remeh semua hal itu. Perusahaan di Bucheon tidaklah sebanding dengan perusahaan utama di Seoul. Lagipula Kai saja sudah cukup bisa untuk mengurusnya.
"Appa tidak mau tau, secepatnya kau harus kembali ke Seoul!" tuan Park lalu menutup sambungan secara sepihak.
Chanyeol yang kesal hanya bisa melemparkan ponselnya ke sofa terdekatnya dan duduk kembali di sisi sofa yang lain. Pandangannya beralih pada laptop yang sedari tadi masih menyala. Sepertinya ia harus secepatnya menjalankan rencananya.
.
.
Setelah menghabiskan waktu selama dua hari untuk memikirkan rencananya, akhirnya Chanyeol membulatkan tekadnya untuk memulai rencananya hari ini. Semoga saja tidak ada gangguan selama ia menjalankan rencananya.
Sekarang ini ia sedang mengamati keadaan di sekitar taman yang memperlihatkan seorang bocah sedang terduduk sendiri disana. Hanya ada beberapa pejalan kaki yang melintas disana karena memang taman itu sangat jarang dikunjungi.
Merasa keadaan cukup aman, Chanyeol lalu memerintahkan orang suruhannya yang berada tidak jauh darinya untuk mulai bergerak. Semakin dekat, Chanyeol dapat melihat orang suruhannya itu mengeluarkan sebuah sapu tangan yang sebelumnya sudah diberi obat bius.
Baekhyun sama sekali tidak menyadari bahwa kini ada seseorang dibelakangnya, hingga akhirnya seseorang itu membekap mulut dan hidungnya. Aroma menyengat mulai memasuki penciumannya, ia mencoba untuk memberontak namun dekapan pada mulutnya terlalu kuat. Lama-kelamaan, Baekhyun merasakan pusing pada kepalanya dan matanya mulai memberat hingga akhirnya ia jatuh pingsan.
Orang suruhan Chanyeol itu lalu menggendong tubuh tak sadarkan diri Baekhyun pergi menuju mobil Chanyeol yang terletak di seberang jalan. Memasukkannya ke kursi belakang mobil dengan cepat sebelum orang lain melihatnya.
Chanyeol menurunkan kaca mobilnya dan menyerahkan sebuah amplop berwarna coklat yang berisi uang pada orang itu. "Ini bayaranmu. Sisanya akan aku berikan setelah kau berhasil mengurus keluarganya bagaimanapun caranya." Ucap Chanyeol datar.
"Serahkan semuanya padaku tuan." Kata orang itu meyakinkan lalu pergi meninggalkan mobil Chanyeol.
Chanyeol kembali menutup kaca mobilnya dan menolehkan kepalanya pada kursi belakang, menampakkan sebuah seringaian melihat tubuh tak sadarkan diri bocah yang telah merusak kewarasan otaknya.
"Mulai sekarang, tidak akan ada orang yang bisa merebutmu dariku. Karena kau adalah milikku." Mobil Chanyeol perlahan pergi menjauh meninggalkan kota Bucheon dan berharap ia tidak akan pernah kembali lagi ke kota itu.
.
.
.
TBC/END
.
.
.
Denpasar, 16 – 05 – 2016
Pukul 00 : 17 WITA
