Nyahaaa… Sekarang jadi lebih sering mampir di fandom Eyeshied. XD

Kebanyakan request, saia jadi bingung. _. –ngelirik fic You and I are Rival, But… yang tergeletak minta update-

Sekarang, beda lagi.

Eyeshield 21 © by bukan saia pastinya. Sedangkan ini fic buatan saia yang ditulis dalam keadaan kejiwaan (sedikit) sehat.

Pair : Hirusena

Rate : M! (Memblee.. XP)

Yup. M! Yaoi/OOC/Hard/Sado. Gak suka? Dimohon jangan baca sebelum mual. Hoho.

Hmm.. Maaf untuk para Hiruma's fans. Karena saia akan membuat Hiruma menjadi lebih 'kejam'. Hoho.. XD

O o O o O

Kobayakawa Sena, seorang anak laki – laki pendek dan lemah selalu diganggu oleh teman – temannya sejak kecil. Namun Ia selalu berusaha kuat karena Ia masih memiliki keluarga yang memperhatikannya, juga Mamori, Neechan-nya.

Dulu, Sena kecil masih belum mengerti pentingnya dicintai. Ia hanya bisa tersenyum polos dengan apa yang Ia dapat dan menjalaninya tanpa berpikir lebih dalam. Karena mungkin Ia belum mengerti apa itu cinta yang sebenarnya.

Namun setelah Sena beranjak dewasa, Ia baru menyadari, bahwa cinta itu penting dan dapat meluluhkan hati yang terluka.

Mungkin Sena harus bersakit – sakit terlebih dahulu, baru mendapatkan cinta yang Ia harapkan. Dari orang yang sama sekali tak terduga. Karena awalnya Ia kira orang itu hanya dapat mempermainkan perasaannya saja.

O o O o O

"Chibiii! Cepat bawakan tas kami!"

"Pendek! Cepat belikan sesuatu di kantin! Kalau tidak, Kami akan menghajarmu!"

"Hahahaha! Tubuh kecil gini pasti tidak akan bisa berontak. Ayo semuanya, buka semua pakaian Sena! kita bermain – main dengannya"

TIDAAAKKK!!!

Sena terbangun dari mimpi buruknya. Mimpi itu lagi. Ia selalu bermimpi yang sama jika hari masuk sekolah telah tiba. Ketakutan akan masa lalunya belum hilang, hingga Ia selalu mendapat mimpi buruk itu terus menerus.

Dan pagi ini, adalah hari pertama Ia masuk Sekolah setelah berusaha keras untuk lulus SMP. Akhirnya Ia diterima di Sekolah SMU Deimon, tempat Mamori bersekolah.

"Pagi, Sena"

Kobayakawa Shuuma, Ayah Sena, menyapanya di ruang makan pagi itu. Ia tersenyum sambil membaca Koran pagi di tangannya. Melihat anak semata wayangnya terlihat lesu, tentu Ia khawatir. Namun Ia tahu betul Sena. Sena pasti hanya menggeleng pelan sambil tersenyum.

"Tidak. Tidak apa – apa, Ayah"

Shuuma menyadari, bahwa Ia sebenarnya gagal sebagai seorang Ayah. Ia tahu, Sena selalu dipermainkan teman – temannya. Tapi Ia tidak dapat melakukan apa – apa.

"Sena"

"Ya Ayah?"

Sena sarapan dengan pelan. Entah apa yang sedang Ia pikirkan, sampai – sampai supnya mulai dingin karena belum Ia sentuh sama sekali. Shuuma tersenyum tipis dan mengelus kepala anak semata wayangnya itu.

"Berjuanglah"

Hanya kata – kata itu yang dapat Ia keluarkan. Namun itu sudah cukup bagi Sena. ia tersenyum dan mulai memakan sarapannya lahap. Ia tahu, cinta dari Ayah dan Ibunya tiada tara, hingga Ia tidak mau menodainya dan membuat mereka khawatir.

"Aku berangkat, Ayah, Ibu"

Hari pertama Sena masuk Sekolah Deimon. Ia berharap tidak terjadi sesuatu yang aneh – aneh. Dan Ia berharap agar kebiasaan sejak kecilnya, (baca : dikerjain), itu sudah hilang. Tapi mungkin itu hanya mimpi belaka.

"YA-HA! Kuso Chibi! Kau harus gabung dengan club Amefuto!"

Hiruma Youichi, senpai sekaligus ketua club bernama Amefuto terus memaksa Sena untuk masuk ke dalam clubnya karena kecepatan Sena dalam berlari. Dan mulailah bully ala Akuma by Hiruma pada Sena.

Pertama, Hiruma mengirim banyak telegram berupa ajakan masuk Amefuto. Itu biasa. Kedua, Hiruma sering mencegatnya di depan gerbang sekolah dengan anjing menyeramkan bernama Cerberus di sampingnya, itu masih dapat dihindari dengan pulang lewat pintu belakang.

Namun lama – lama Sena jengah juga. Hiruma mulai sering datang tiba – tiba entah darimana dengan menodongkan senjata apinya sambil memaksanya untuk masuk ke clubnya. Sama seperti hari ini…

Sena sedang berjalan kearah kelasnya. Di tengah jalan, Sena bertemu dengan Hiruma yang sedang menyampirkan senjata apinya di bahu. Entah kenapa Ia tidak pernah mendapat teguran dari Sekolah. Tidak mau mencari gara – gara, Sena berbalik dan jalan cepat – cepat menghindari Hiruma.

Namun tujuan Hiruma memang hanya satu, yaitu Sena. Ia mengejar Sena yang tidak sadar bahwa Hiruma membututinya. Sesampainya Sena di lorong yang sangat sepi, Hiruma membekap mulut Sena dari belakang.

Kaget, Sena reflex berontak. Namun usahanya sia – sia karena Hiruma lebih besar dan kuat daripada dirinya. Hiruma kemudian memepetkan tubuh Sena ke tembok. Sena hanya diam saja tanpa bisa berbuat apa – apa. Ia lalu merasakan punggungnya ditempel sesuatu. Apa itu?

"Hi.. Hiruma..san?"

Suara dengan nada ketakutan dari Sena hanya membuat Hiruma tambah senang. Ia lalu mengokang senjata apinya. Ternyata yang menempel di punggung Sena adalah moncong dari senjata api milik Hiruma.

Keringat dingin membasahi baju Sena. ia ketakutan. Sangat ketakutan. Apa yang akan dilakukan Hiruma padanya? Apakah Ia harus mati semuda itu? Tubuh Sena mulai bergetar karena takut. Ia menggigit bibir tipisnya dan memejamkan matanya.

"Hi..ruma..san.. Apa yang kau.."

Kata – kata Sena terhenti lantaran Ia merasakan nafas Hiruma berhembus di telinganya, sangat dekat. Takut – takut, Ia membuka matanya dan mendapati wajah Hiruma sudah ada tepat di belakangnya. Dan Ia juga merasakan tubuh Hiruma begitu dekat dengan dirinya.

"Kuso Chibi, kenapa kamu tidak mau bergabung?"

Kenapa? Sena pun bingung kenapa Ia tidak mau. Mungkin Ia merasa tidak memiliki kekuatan untuk olahraga berat sepeti itu. Ia takut hanya akan menjadi penghambat untuk teman – teman di klubnya itu.

Mendapati pertanyaannya tidak dijawab, Hiruma kesal juga. Karena Ia melihat Sena malah bengong sambil menatap tembok. Entah apa yang dipikirkannya. Hiruma juga sedikit heran, mengapa dirinya begitu ingin Sena masuk ke dalam klubnya. Ia merasa bahwa bukan hanya kecepatan lari Sena yang menarik perhatiannya, tapi juga mulai dari ujung rambut hingga ujung kaki Sena begitu menarik perhatiannya.

Sena menatap tembok dengan tatapan kosong. Namun lamunannya buyar karena merasakan tangan Hiruma menggenggam tangannya erat dan menempelkannya di tembok. Kaget bercampur aneh, Sena sedikit berontak. Namun Hiruma kemudian menjilati telinga Sena, memperlihatkan deretan giginya yang tajam bagai hiu itu.

"Ngg.. Hi.. Hiru..ma..san… Ja.. Jangan…"

Sena baru pertama kali diperlakukan seperti ini. Ia bingung harus berbuat apa dan akhirnya hanya bisa pasrah. Ia merasa geli bercampur perasaan aneh.

Hiruma kemudian memepetkan tubuhnya ke tubuh Sena. Sena yang memunggunginya lantas kaget karena mendadak Hiruma mulai memasukkan tangannya ke dalam baju Sena dan meraba dadanya.

Tiba – tiba saja Sena berontak seperti orang kerasukan. Ia menjerit keras, membalikkan tubuhnya menghadap Hiruma, dan memukul – mukul dada Hiruma. Hiruma yang kaget hanya dapat menahan kedua tangan Sena agar berhenti memukulnya. Ada apa dengan Sena?

"TIDAAAKKK! JANGAAANN!"

"Hey, Kuso Chibi! Tenang!"

Kata – kata Hiruma tak dihiraukan. Sena tetap menjerit, dan kini Ia menangis. Airmata yang mengalir dari bola mata Sena mengalir deras, sederas pertanyaan Hiruma mengapa Sena tiba – tiba seperti itu.

Sena masih menangis. Ia mulai sesengukan dan kehabisan tenaga serta kehabisan nafas. Tampak dari wajahnya, Sena menahan suatu tekanan di pikirannya. Sebuah penderitaan. Sebuah ketakutan.

"Kuso Chibi, katakan, ada apa denganmu?"

Hiruma yang mulai tak tahan melihat wajah menderita Sena, menyenderkan kepala Sena di dadanya. Terasa tubuh mungil itu bergetar. Sena masih berusaha mengatur nafasnya yang sesak. Melihat Sena seperti itu, perlahan Hiruma mendekatkan wajahnya sambil memegang dagu Sena hingga mulutnya terbuka sedikit.

"Jangan berhenti bernafas, Chibi"

Dan untuk pertama kalinya dalam hidup Sena, Ia merasakan sebuah ciuman. Hiruma menempelkan bibirnya pada bibir tipis Sena yang bergetar dengan lembut. Meski kaget, tubuh Sena sudah tidak memiliki tenaga lagi untuk berontak. Ia hanya bisa pasrah saat lidah Hiruma mulai memasuki mulutnya dan memagut lidahnya.

"Ngg.. Mmm.."

Sena mendorong tubuh Hiruma sekuat tenaga dan berlari dengan sisa kekuatan yang ada, meninggalkan Hiruma yang menyeringai senang. Tidak. Semua ini hanya mimpi kan? Ciuman pertamaku... dengan... Hiruma-san?

O o O o O

"Mimpi buruk itu lagi.. Kenapa aku harus terus dilanda mimpi buruk yang tiada akhirnya? Aku lelah.. sangat lelah.."

"Aku ingin sesekali tersenyum dengan tulus. Tapi kenapa itu tidak pernah terjadi? Aku hanya terus memakai topeng kebohongan dan kepalsuan"

"Apakah Tuhan membenciku? Sebesar apa kesalahanku sehingga aku tidak pernah merasakan kebahagiaan di luar sana"

Sena menutup bukunya. Ia hanya bisa bercerita pada buku itu, sebuah benda mati dan bisu. Hingga Ia tidak pernah mendapat solusi apa – apa tentang masalahnya.

Sena memandang keluar jendela dengan tatapan kosong. Ia melamun. Alam pikirannya melayang ke masa lalu. Pertama kali masuk SMU Deimon, Ia sudah disambut dengan sorak sorai dari Kurita dan Hiruma. Hiruma?

Sambil menopang dagu, tanpa sadar telunjuk Sena menelusuri setiap inchi bibirnya. Ingat dengan kejadian aneh dan tidak mengenakan itu, Ia menggeleng – geleng keras mencoba melupakan kejadian itu.

Tapi semakin Sena berusaha melupakannya, semakin kuat bayangan Hiruma di otaknya. Dengan wajah memerah seperti tomat, Sena beranjak dari tempat duduknya menuju kamar mandi untuk menyegarkan pikirannya yang mulai ngawur. Ia mulai membuka bajunya. Diperhatikannya tubuh kecil miliknya di cermin.

"Kecil sekali tubuhku. Pantas saja sering dikerjai. Parahnya, tidak ada satupun perempuan yang mau padaku"

Sena tersenyum kecut. Ia kembali memandangi tubuhnya. Dari atas kepala, wajah, kemudian dadanya. Kembali wajah Sena memerah mengingat perlakuan senpainya itu. Tak mau berkelanjutan, Sena bergegas untuk mandi. Tanpa Ia tahu, ada seseorang yang terus memperhatikannya dari jauh.

O o O o O

Di suatu malam yang tenang. Sena bersiap – siap untuk tidur. Ia sudah memakai piyama biru garis – garisnya dan ingin mematikan lampu. Namun Ia kaget saat mendengar teriakan Ibunya di kamar samping. Secepat kilat, Sena berlari ke kamar orangtuanya dan membuka pintu dengan keras.

"Senaa! Cepat panggil ambulance!"

Ibunya tercinta tampak panik sambil menangis. Di sampingnya, Ayah Sena terbaring pucat dan di sekelilingnya banyak berceceran darah segar. Sekilas Sena mual melihat pemandangan itu. Tapi Ia berusaha untuk kuat dan segera menelepon ambulance.

Beberapa menit kemudian, ambulance tiba dan mengangkut Shuuma dan membawanya ke rumah sakit. Dengan panik dan menduga – duga, Sena menunggu di ruang tunggu. Ia menangis setelah mendengar cerita dari Ibunya bahwa Ayahnya sebenarnya sering sakit – sakitan. Namun Ia tidak pernah menceritakannya pada Sena karena tidak mau Sena khawatir.

"Alasan apa itu? Tak ingin membuat Aku khawatir? Justru sekarang Aku sangat khawatir karena tidak tahu kondisi Ayah yang sebenarnya. Setidaknya aku bisa membantu Ayah atau sekedar memijitnya. Kalau sudah begini, bagaimana?"

Ibu Sena berusaha menenangkannya. Tapi Sena tetap histeris dengan airmata mengalir terus menerus. Hatinya sakit. Sangat sakit. Kenapa hanya dia yang tidak tahu hal yang sesungguhnya?

"Apa aku ini salah satu anggota keluarga Kobayakawa? Kenapa tidak pernah dianggap?"

Teriakan Sena menarik perhatian semua orang. Semua mata tertuju padanya. Ada sepasang mata yang menatapnya tajam sekaligus kaget. Kenapa Sena ada di tempat seperti itu?

Hampir 2 jam Sena menunggu dengan cemas. Kenapa selama itu pemeriksaannya? Apa yang sebenarnya Ayah idap? Semua pertanyaan, Sena pendam dalam hati dengan sabar. Diliriknya jam di dinding. Pukul 23.00.

Tiba – tiba pintu tempat Ayahnya diperiksa terbuka. Dan keluar seorang dokter dengan wajah serius. Perasaan Sena sudah tidak menentu. Apa yang terjadi pada Ayah?

"Siapa keluarga dari Bapak Kobayakawa Shuuma?"

Sena segera mendekati dokter itu sambil menunju dirinya dan berusaha meyakinkan dokternya bahwa Ia adalah salah satu keluarganya. Dokter itu mengangguk dan mengajak Sena serta Ibunya keruangannya.

"Begini..."

"Apa yang terjadi pada Ayah, Dokter?"

Dokter itu menatap enggan, seolah ragu. Namun, sedikit demi sedikit Ia akhirnya membuka mulutnya dan berkata, "Bapak Kobayakawa Shuuma, menderita penyakit…."

O o O o O

TBC. XP

Oke.. Apa sebenarnya penyakit Ayah Sena? Sanggupkah Sena lepas dari belenggu Hiruma? Akankah hidup Sena berubah karena kehadiran Hiruma? Apakah Ia akan kehilangan Ayahnya tercinta? Apa bener Marshanda itu sebenarnya cowok? –ditabok Marshanda-

Silahkan baca chap depaaannn

Muhahahahaha… Kepanjangan deh kalo dibuat Oneshoot. Jadi saia buat 2 chap kali ya. Ato 3? Hihihi…

Maaf untuk yaoi hatred. T_Ta. Saia tidak bermaksud, Cuma sengaja. Hohho. –ditakol-

Untuk tantangan Hirumamo, saia give up.. –.-v. Hiruma hanya buat saia. Hohoho.. kalo Ikkyumamo mungkin bisa. Tapi malah jadi konyol. Gak jadi aaahhh~~

Sena : Minggirrr

Aru : Sena-kun?

Sena : Apa – apaan niiihh.. Kenapa aku selalu jadi uke. Udah sama Hiruma, Juumonji, Allen.. –ngelirik aya-

Aru : Lebih cocok jadi uke kau. Badan kecil seperti kau itu mana bisa jadi seme. Gak serem. Hoho

Sena : iihhh.. Oke deh. Nah, kita liat chap selanjutnya… -baca draftnya, pucet-

Hiruma : Kenapa, Kuso Chibi?

Sena : I REFUSEEEEEDDD!!!!

Aru : Hoo?

Hiruma : -nyengir setan-. Boleh juga tuh chap 2-nya.

Aru : hohoho… tunggu aja chap selanjutnya. Lemon.. lemooonn… muhahahahaha

Sena : ENGGAAAAAAKKK!

Hiruma : Kuso Chibi, jeritanmu seperti seorang uke yang lagi dipaksa semenya lemonan

Sena : HAA??

Hiruma : Jadi pengen gue xxx dan xxx pake xxx di xxx sampe lu xxx dan xxx

Aru : stop stoooppp! No spoil! Sampe jumpa chap depaann.. –ngibrit-

Hiruma : Dasar K(aru)ng beras!

Aru : APA!!!! –balik lagi-. Lu ngomong gitu lagi peran lu gue ganti jadi babu di Kimidori Shop nyaho lu!

Hiruma : Coba aja kalo berani!

Sena : Karung beras? Komusubi dong.

Stop stop. Payah dah. Mau complain, ngasih ide dan saran? Hayuk klik "review" di bawah ini. XD