Disclaimer : Bungou Stray Dogs bukan milik Riren. Friend of My Brother is my original story.

Rate: T

Pair : Dazai Osamu & Atsushi Nakajima

Genre : Romance, hurt/comfort, humor, drama, and school life.

Warning: AU School, OOC, typo, gaje, gak sesuai dengan EYD, shonen ai romance, and many more.

.

.

.

.

Musim semi telah tiba dan pastinya tahun ajaran akan segera di mulai. Para anak sekolah pun mengalami kenaikkan kelas dan perpindahan ke sekolah yang memiliki jenjang yang lebih tinggi. Salah satunya pemuda berambut light gray yang kini sudah resmi memakai seragam SMA nya. Pemuda tersebut telah siap menghadapi hari-harinya di SMA.

Pemuda tersebut tinggal bersama kedua orang tua dan kakak laki-lakinya. Mereka berempat tinggal di sebuah rumah yang bisa di bilang cukup besar karena pada dasarnya ayah mereka memiliki kafe yang cukup ternama dan sudah memiliki banyak cabang di luar Tokyo.

Walau dari keluarga yang cukup berada, pemuda ini tidak pernah manja pada kedua orang tuanya. Dia selalu menyiapkan segalanya sendiri, seperti bekal untuk di bawah sekolah dan menyediakan makanan bagi seluruh anggota keluarganya. Kedua orang tuanya tidak pernah keberatan dan malah senang serta bangga memiliki anak seperti pemuda itu.

Kini pemuda itu dan keluarganya pun sarapan bersama di ruang makan.

"Seperti biasa masakanmu selalu lezat dan juga sehat, Atsushi. Kapan-kapan ajari kaa chan cara membuatnya, ya."

"Kapan pun aku siap mengajarkannya, kaa chan."

"Betapa beruntungnya kaa chan dan tou chan memiliki anak sepertimu dan Akutagawa."

"Kaa chan... jangan terlalu melebih-lebihkan. Aku tidak suka."

"Jangan malu-malu seperti itu, Akutagawa. Kamu tidak berubah sejak kecil dulu. Selalu malu-malu kucing yang membuat kaa chan menjadi gemas."

"Terserah kaa chan saja. Terima kasih atas makanannya."

"Eh? Kenapa tidak di habiskan makananmu?"

"Aku sedang tidak terlalu nafsu makan, tou chan."

"Onii chan, apa kau sakit?"

"Mungkin tapi ku rasa tidak apa-apa. Kau mau berangkat bersamaku tidak?"

"Iya, aku mau. Tunggu sebentar, onii chan. Aku mau menghabiskan susu ku dulu."

"Baiklah. Aku tunggu di depan sekalian mau memanaskan mobil."

"Ok."

Akutagawa pun berjalan menuju garasi tempat di mana mobilnya di parkir sambil menunggu sang adik menghabiskan sarapannya. Tiba-tiba dadanya terasa agak sesak dan membuat batuk tak berhenti. Tapi, inilah Akutagawa yang selalu sakit-sakitan sejak masih kecil karena tubuhnya lemah. Berbeda dengan sang adik yang terlihat sangat sehat dan ceria seperti anak pada umumnya. Selain tubuhnya yang lemah, Akutagawa memiliki sifat yang agak kurang ramah pada orang lain dan terlihat sedikit muram. Walau saling berlawanan dengan sang adik, Akutagawa tetap menyayangi adiknya seperti orang lain yang menyayangi saudaranya sendiri.

Tak lama Atsushi pun datang dan menghampiri sang kakak. Atsushi terkejut melihat wajah kakaknya yang terlihat agak pucat. Rasa khawatir pun menyelimuti si bungsu Nakajima.

"Onii chan, apa kau tidak apa-apa?"

"Ku rasa aku tidak apa-apa. Hapus raut wajahmu itu, Atsushi. Kau jadi kelihatan jelek."

"Onii chan, jangan berbohong. Pasti penyakitmu kambuh lagi, ya. Lihat saja wajahmu sampai pucat begini. Lebih baik onii chan istirahat saja di rumah. Biar nanti aku bilang pada wali kelasmu."

"Tidak usah. Aku tetap mau pergi ke sekolah dan aku tak akan mau mendengar ucapanmu, Atsushi. Aku tidak mau kalah dengan penyakitku."

"Tapi..."

"Ku mohon mengertilah, Atsushi."

"Baiklah. Tapi, izinkan aku yang membawa mobilnya. Ku mohon, onii chan."

"Baiklah. Ayo segera kita berangkat."

"Ya."

Keduanya pun segera masuk ke dalam mobil sport berwarna hitam metalik. Setelah pintu garasi di buka, Atsushi segera melajukan mobil tersebut tanpa ragu.

.

.

.

.

.

.

Setelah 30 menit perjalan, keduanya pun telah sampai di sekolah. Tokyo International High School adalah sekolah yang menjadi tempat Atsushi dan Akutagawa menuntut ilmu. Sebuah sekolah ternama yang sudah tak di ragukan lagi kualitasnya pada segala bidang.

Setelah memakirkan mobil keduanya langsung menuju ke kelasnya masing-masing. Atsushi pun merasa agak canggung dan gugup karena hari ini merupakan hari pertamanya di SMA. Atsushi pun memasuki ruangan kelasnya. Setelah masuk Atsushi pun langsung di sambut oleh beberapa orang yang telah hadir di kelas yang bertuliskan 1-A.

"Ohayou..."

"Ohayou."

"Apa benar kau adiknya Akutagawa senpai?"

"Iya, itu benar. Memangnya ada apa?"

"Tidak apa-apa. Aku hanya ingin memastikan saja jika berita yang ku dengar itu benar atau salah dan ternyata berita itu benar. Kau tahu? Kakakmu itu sungguh hebat walaupun terlihat agak menyeramkan. Oh, ya, panggil saja aku Kenji, ya. Namamu?"

"Atsushi Nakajima. Salam kenal, Kenji san."

"Salam kenal juga, Atsushi. Jangan terlalu formal denganku. Santai saja, ya."

"Baiklah, Kenji."

Setelah itu pemuda bernama Kenji itu mengenalkan Atsushi pada yang lainnya dan pada akhirnya mereka saling berkenalan satu sama lain. Tak lama wali kelas mereka pun datang dan mulai mengajar di hari pertama sekolah.

.

.

.

.

.

Ding... dong...ding...dong...

Bel tanda istirahat telah berbunyi. Para murid segera berhambur keluar kelas dan segera pergi ke kafetaria sekolah. Begitupula yang di lakukan oleh Atsushi dan teman-teman barunya. Sesampainya di kafetaria, Atsushi pun mencari keberadaan sang kakak. Tapi, dia tidak menemukan sosok kakaknya di antara banyak sosok manusia di kafetaria yang cukup luas itu. Atsushi berharap semoga kakaknya sehat-sehat saja karena tadi pagi dia melihat kakaknya terlihat pucat. Atsushi takut penyakit lama kakaknya kambuh lagi.

Atsushi pun segera memesan seperti teman-temannya yang lain. Atsushi memesan semangkuk Chazuke dan satu botol jasmine tea. Setelah mendapatkan pesanannya, Atsushi segera duduk di kursi bersama teman-temannya.

Ketika Atsushi dan teman-temannya masih menikmati makanan mereka, tiba-tiba kantin berubah jadi ramai. Atsushi pun penasaran dan melihat apa yang menjadi berubahnya keadaan di kafetaria itu. Ternyata ada 4 orang yang baru saja masuk ke kafetaria dan mereka yang menjadi pusat perhatian penghuni kafetaria. Atsushi pun mengenal satu orang di antara mereka karena orang itu adalah kakaknya sendiri.

"Onii chan..."

Atsushi memanggil sang kakak sambil berjalan ke arahnya. Seluruh penghuni kafetaria langsung memusatkan perhatiannya pada Atsushi.

"Kau bersama siapa di sini, Atsushi?"

"Tentu saja bersama teman sekelasku, onii chan."

"Akutagawa kun, apakah dia adikmu?"

"Ya. Dia adikku."

"Kau tidak mau mengenalkannya padaku?"

"Tak akan ku kenalkan pada orang mesum sepertimu."

"Hidoi."

"Dasar baka. Jaga sikapmu di hadapan kouhai. Memalukan sekali jadi senpai."

"Chuuya juga ikut-ikutan. Kunikida kun, Chuuya sama Akutagawa jahat sama aku."

"Aku tidak peduli dan kau juga bukan temanku."

Pemuda berambut cokelat dan ikal langsung membatu setelah pemuda bernama Kunikida berkata seperti itu padanya. Sementara Atsushi memandang kasihan pada salah satu teman kakaknya itu.

"Onii chan, jangan jahat begitu pada temanmu sendiri. Maafkan onii chan. Perkenalkan namaku Atsushi Nakajima. Salam kenal, senpai."

Pemuda tadi langsung merubah ekspresinya menjadi ceria dan kini dia berdiri di hadapan Atsushi.

"Perkenalkan namaku Dazai Osamu. Salam kenal juga, Atsushi kun. Bagaimana kalau kita makan bersama?"

Akutagawa langsung menarik dasi pemuda bernama Dazai dan menatapnya dengan tajam.

"Jangan ganggu adikku. Jika kau mengganggu adikku, kau akan berhadapan denganku. Apa kau mengerti, Dazai?"

"Aku tidak mengganggunya, kok. Aku kan hanya mengundangnya makan bersama kita. Apa tidak boleh?. Lagipula dia kan adikmu juga, Akutagawa kun."

"Ano... terima kasih atas ajakannya tapi lain kali saja, senpai. Aku mohon undur diri dulu karena aku harus kembali bersama teman-temanku. Jaa matta ne, oniichan, senpai tachi."

Atsushi pun pergi meninggalkan 4 pemuda berbeda tinggi itu. Setelah itu keempatnya pun pergi memesan makanan.

.

.

.

.

.

Setelah 20 menit kemudian istirahat pun telah selesai dan para siswa pun kembali ke kelasnya. Atsushi dan teman-temannya pun juga masuk ke dalam kelas untuk mengikuti pelajaran selanjutnya. Sesampainya di kelas, Atsushi dan yang lainnya mendapat pemberitahuan jika pelajaran berikutnya di tiadakan karena para guru akan mengadakan rapat. Tapi, mereka di larang pulang karena akan ada pemberitahuan dari OSIS dan para siswa mau tak mau harus menunda kepulangan mereka karena hal tersebut.

Tak lama beberapa orang dari OSIS masuk ke dalam kelas Atsushi. Atsushi dan teman-temannya terkejut melihat siapa yang berdiri di depan kelas. Ya... 4 orang yang tadi di temuinya di kafetaria kini berdiri di depan kelas. Atsushi tidak menyangka jika sang kakak mengikuti kegiatan OSIS.

"Ohayou minna san. Kami adalah perwakilan dari OSIS. Saya, Dazai Osamu sebagai ketua OSIS di sekolah ini. Kakak yang berambut hitam di samping saya bernama Akutagawa Nakajima sebagai wakil ketua OSIS, di samping Akutagawa ada Chuya Nakahara sebagai sekretaris OSIS, dan yang paling ujung itu Kunikida Doppo sebagai bendahara OSIS. Alasan kedatangan kami di sini yang pertama tentu saja untuk memberi salam kepada murid-murid baru. Alasan selanjutnya kami ingin mengumumkan beberapa hal yang penting bagi kalian dan yang terakhir aku ingin siswa yang bernama Atsushi Nakajima harap ikut kami ke ruang OSIS setelah ini di karenakan ada hal penting yang ingin di bicarakan. Untuk beberapa hal penting nanti akan di sampaikan oleh Kunikida. Untuk Kunikida, saya persilahkan untuk bicara."

Kunikida pun menjelaskan beberapa hal penting yang harus di ketahui oleh para siswa. Mulai dari tata tertib sekolah hingga acara wajib yang harus di ikuti oleh seluruh siswa. Setelah selesai keempatnya pun pergi keluar bersama dengan Atsushi. Atsushi yang kebingungan pun bertanya pada sang kakak.

"Onii chan, ada apa sih sampai aku harua ikut kalian segala ke ruang OSIS?"

"Entah. Coba saja kau tanyakan pada si bodoh itu."

"Dazai senpai maksud onii chan?"

"Memangnya siapa lagi yang bodoh kayak dia."

"Onii chan, jaga ucapanmu. Kalau Dazai senpai dengar bagaimana?"

"Soal itu tenang saja Atsushi kun. Diriku sudah biasa dengan 3 orang ini yang punya mulut tajam. Walau begitu mereka tetap sahabatku."

"Cih... siapa juga yang sudi jadi sahabat orang macam kau."

"Chuuya jangan malu-malu gitu. Aku jadi gemas rasanya."

Atsushi pun hanya bisa sweatdrop ketika melihat kelakuan sang ketua OSIS yang ternyata orangnya cukup konyol. Berbeda sekali saat di kelas tadi, ya... terlihat berkharisma dan keren.

.

.

.

.

.

"Onii chan..."

"Ada apa, Atsushi?"

"Apa benar ini ruang OSIS?"

"Tentu saja. Apa ada masalah dengan ruangan OSIS ini?"

"Tidak ada. Tapi, aku rasa ini lebih cocok di katakan lounge hotel bintang 5 daripada ruang OSIS."

"Tapi itu wajar karena sekolah ini memang di khususkan untuk kelas atas. Apalagi si bodoh itu adalah cucu dari pemilik sekolah ini."

"Majika?"

"Tapi si bodoh itu untungnya tidak mau pamer kekayaan karena dengan begitu masih terdapat sisi baiknya walaupun sisi buruknya lebih dominan."

"Bocah, kau mau minum apa?"

Atsushi pun menoleh ke sumber suara dan ternyata chibi senpai a.k.a Chuya *di tabok Chuya* yang bertanya padanya.

"Jika tidak keberatan, aku ingin segelas air putih saja."

"Kau yakin hanya ingin itu saja?"

"Aku tidak ingin merepotkan Chuya senpai."

"Membuat sebuah minuman tidak akan membuatku repot. Santai saja denganku, bocah."

"Chuya, tolong buatkan aku segelas matcha latte ice. Atsushi, kau mau mencobanya tidak? Rasanya enak sekali karena dibuat oleh sama ahlinya yang tak lain dan tak bukan oleh si cebol ini."

Seketika sebuah tendangan sukses mengenai pipi kiri Dazai dan membuatnya terjatuh dari atas kursi yang di dudukinya. Atsushi mengira Dazai akan marah pada Chuya tetapi ternyata...

"Seperti biasa tendanganmu selalu penuh tenaga dan semangat. Tapi, lain lakukan dengan lembut, Chuya kun."

Atsushi pun langsung merosot dari kursinya setelah mendengar perkataan Dazai yang terkesan menjadi seorang masokis. Perasaan sedikit illfeel pun mulai di rasa oleh Atsushi mengenai senpai nya yang satu ini. Pantas saja kakaknya dan 2 teman kakaknya merasa agak malu mempunyai teman macam Dazai.

"Dazai senpai, maksud senpai mengajakku ke sini apa ya?"

"Hampir terlupa. Aku ingin kau jadi sekretaris OSIS."

"Bukannya sudah ada Chuya senpai?"

"Iya. Tapi, aku ingin kau membantu Chuya sebagai sekretaris OSIS 2. Kau setuju kan, Akutagawa kun?"

"Untuk setuju atau tidaknya aku kembalikan kepada Atsushi."

"Tapi, aku masih belum mengerti soal kesekretarisan, Dazai senpai. Apa tidak apa-apa jika anak kelas 1 sepertiku jadi bagian inti dari OSIS?"

"Tentu saja tidak apa-apa. Apa kau mau menerima tawaran dariku, Atsushi?"

Atsushi tampak berpikir untuk menerima atau tidak tawaran dari Dazai. Hingga pada akhirnya, Atsushi memilih suatu keputusan.

"Baiklah, aku mau menerimanya. Mohon bimbingannya."

"Good boy. Baiklah, kau mulai bisa bekerja jadi sekretaris mulai hari ini dan Chuya tolong ajarkan Atsushi tentang tugas sekretaris OSIS."

"Tanpa kau kasih tahu aku juga akan melakukannya, baka. Tapi, aku akan tegas untuk mengajarimu, Atsushi. Jadi bersiaplah."

"Baik, Chuya senpai. Mohon bimbingannya."

"Ya. Tapi, sebelum itu silahkan di nikmati minuman yang telah ku buat ini."

"Terima kasih dan maaf merepotkanmu, senpai."

"Tidak usah sungkan begitu. Silahkan di coba."

"Ku minum ya, senpai."

Atsushi pun mencoba minuman yang di buat oleh Chuya.

"Oishii, senpai. Sungguh ini enak sekali dan pas sekali untukku."

"Syukurlah jika kau suka."

"Lain kali ajarkan aku membuat ini, Chuya senpai."

"Tentu tapi sebelum itu kau harus bisa jadi sekretaris yang baik dulu. Setelah kau habiskan minumanmu, segera beritahu aku, ya. Minta alamat email dan nomor telepon ku pada kakakmu. Aku mau ke kelasku dulu sebentar."

"Baiklah, senpai."

Chuya pun segera meninggalkan ruang OSIS. Kini tinggal mereka berempat di dalam ruangan yang bisa di katakan cukup luas itu. Awalnya ruangan terasa sepi hingga Dazai meramaikannya lagi dengan suaranya.

"Atsushi kun, apa kau tidak penasaran alasan kenapa aku memilihmu jadi bagian dari OSIS?"

"Sebenarnya sedikit penasaran, senpai. Memang alasannya apa?"

"Kalau aku mengatakan alasannya aku suka padamu, bagaimana reaksimu?"

Tak lama sebuah pensil mekanik pun melayang menuju wajah Dazai tapi untungnya Dazai bisa menghindarinya dengan mudah. Ternyata pensil mekanik itu di lemparkan oleh...

"Langkahi dulu mayatku kalau kau berani, baka."

"Jangan galak begitu, Akutagawa kun. Aku kan hanya bercanda. Kau percaya kan, Atsushi kun?"

"Sudahlah, onii chan. Dazai senpai hanya bercanda."

"Tapi, dia..."

Uhuk! Secara tiba-tiba Akutagawa berhenti berbicara karena batuk dan ternyata batuknya itu berkelanjutan. Hal tersebut tentu membuat Atsushi dan yang lain sedikit panik. Dengan cepat Kunikida mengambil segelas air dan memberikannya pada Atsushi.

"Onii chan, minum dulu."

Akutagawa pun menerima air dari sang adik dan perlahan frekuensi batuknya berkurang.

"Akutagawa kun, bagaimana kalau kita ke dokter? Atau mau ku panggilkan dokter pribadiku?"

"Cih... untuk apa? Aku sehat-sehat saja, baka."

"Jangan membohongiku, Akutagawa kun. Mungkin kau akan kaget jika aku berkata diam-diam aku mengamatimu dan mencari informasi tentangmu secara keseluruhan. Aku pun sudah tahu tentang riwayat penyakitmu dan ku rasa penyakit lamamu kambuh lagi. Apa aku benar?"

Akutagawa pun terdiam saat mendengar perkataan Dazai. Dia tak menyangka jika sosok di hadapan mereka dia ini adalah sosok yang cukup berbahaya karena dia sudah mengetahui tentang Akutagawa secara keseluruhan.

"Dasar stalker. Tapi, kau memang benar namun aku tidak apa-apa karena nanti akan sembuh dengan sendirinya."

"Dasar kau ini. Apa kau tidak kasihan dengan adikmu? Dia sangat mengkhawatirkanmu, lho. Kalau kau tidak percaya kau lihat saja sekarang wajah adikmu dan kau pasti akan menemukan raut kekhawatiran."

Secara reflek Akutagawa pun menoleh ke arah Atsushi dan ternyata benar apa yang di katakan oleh Dazai. Seketika Akutagawa merasa bersalah dan membuat adiknya khawatir.

"Onii chan, aku ingin kau jujur padaku atau yang lain tentang penyakitmu. Aku tidak mau kehilanganmu, onii chan. Sungguh aku tidak mau."

"Baiklah, onii chan janji akan bilang padamu jika rasa sakit kembali menyerang onii chan. Maaf sudah membuatmu khawatir, Atsushi."

"Tak apa-apa, onii chan."

"Akutagawa kun sekarang kau istirahat saja supaya merasa lebih baik. Nanti ku izinkan pada guru."

"Baiklah. Tapi, awas jangan macam-macam pada adikku. Jika berani aku akan membuatmu hidupmu tidak tenang. Kau mengertikan, Dazai?"

"Tentu saja. Kau tenang saja karena aku akan menjaga Atsushi dengan baik."

"Baiklah. Kunikida awasi si baka ini dan bilang padaku jika dia berbuat macam-macam pada adikku."

"Baiklah. Kau tenang saja, Akutagawa. Aku akan mengawasi dia dengan baik."

Akutagawa pun berjalan menuju salah pintu yang ada di dalam ruangan itu dan tak lama dia masuk ke dalam ruangan itu. Kini tinggal mereka bertiga dalam ruangan itu.

"Ne, Atsushi kun, bolehkah aku bertanya sesuatu padamu?"

"Tentu. Mau tanya tentang apa, senpai?"

"Bagaimana pendapatmu tentang diriku?"

"Kalau menurutku, senpai itu baik dan ramah pada semua orang. Tapi, terkadang bisa bertindak bodoh dan kadang tidak jelas kelakuannya. Namun, aku merasa senpai belum menunjukkan diri senpai yang sebenarnya."

"Diriku yang sebenarnya?"

"Ya. Dirimu yang sebenarnya."

"Ternyata aku tak salah memilihmu jadi bagian dari kami. Firasatmu sangat tajam walau kau masih ragu dengan hal itu. Ah! Bagaimana kalau sekarang kita pergi keliling sekolah?"

"Eh?"

Tanpa menunggu jawaban dari Atsushi, Dazai segera menggandeng tangan Atsushi dan membawanya keluar dari ruang OSIS. Atsushi pun pasrah di bawa oleh Dazai untuk berkeliling sekolah dan setelah kembali nanti Dazai akan di beri 'hadiah' oleh sang wakil ketua karena dia telah membawa Atsushi tanpa izin dan belum lagi dari sang sekretaris yang mungkin nanti akan mencari sosok Atsushi.

Hari-hari Atsushi sebagai bagian dari OSIS pun di mulai begitupula kisah yang tak pernah dia duga sebelumnya.

.

.

.

.

.

つづく

.

.

.

.

.

Author Note:

Ohayou minna san ^_^

Riren kembali lagi membawa cerita yang khusus Riren buat untuk Yuchika Kissui san ^_^

Kali ini setting nya menjadi anak sekolah dan kalau boleh jujur cukup sulit untuk Riren karena Riren jarang memakai setting tersebut. Tapi, Riren tetap mencoba walau tidak tahu hasilnya bagus atau tidak. Riren harap semoga tidak mengecewakan Kissui san dan para reader. Namun, Riren sangat senang karena tertantang untuk menulis settingnya seperti ini dan Riren sangat menikmatinya walau pernah sesekali terkena WB (untungya cuma sebentar) *wah jadi curhat gini*

Semoga Riren bisa dapat inspirasi secepatnya untuk chapter berikutnya dan semoga tidak kelamaan XD. Mungkin itu saja yang bisa Riren sampaikan. Kurang lebihnya Riren mohon maaf apabila masih banyak kekurangan dari cerita Riren.

Mohon review nya ya minna san karena review dari anda adalah semangat untuk saya untuk berkarya lebih baik ^_^

Jaa matta ne minna san ^_^

RIREN