Untuk kesekian kalinya pertemuan kita batal. Aku tidak tahu pasti apa alasanmu untuk membatalkan pertemuan kita ini, kau tahu bahwa kita sudah lama tidak bertatap muka langsung. Hanya bertatap muka lewat layar handphone melalui video call.
Aku mulai khawatir, hari demi hari terlewati semakin terasa menyesakkan untukku. Kita sudah membangun hubungan ini selama 5 tahun, waktu yang tidak sebentar dalam suatu hubungan, benar 'kan ? Susah, senang selalu kita hadapi bersama-sama. Pertengkaran tidak luput dari hubungan kita, tapi kita selalu bisa melewati itu semua.
Beberapa minggu ini, aku merasakan perubahan sikapmu. Entah itu perasaanku saja atau memang benar kenyataannya begitu ? Aku tidak tahu. Tolong, aku selama ini selalu percaya padamu. Cinta pertama dan mungkin yang terakhir bagiku adalah dirimu, jika nanti kau menghianati kepercayaan yang kuberikan padamu, maka kau sudah melanggar janjimu padaku.
Untuk selalu di sampingku, menuntunku, menyayangiku, menghiburku dikala lelah, dan selalu mencintaiku apapun yang terjadi.
Aku akan percaya padamu untuk yang terakhir kalinya. Tapi jika benar yang dikatakan orang-orang tentangmu, maka aku lebih memilih mundur duluan dari hubungan ini.
Jika boleh jujur, sebenarnya bukan hanya beberapa minggu ini aku merasa perubahan sikapmu padaku, tapi setahun sudah aku merasakan hal itu. Hal yang ganjal dalam hubungan kita.
Saat dirimu didekatku aku merasakan kalau dirimu sangat jauh untuk kuraih. Perasaan sakit ini menyiksaku, tolong berikan kejelasan pada hubungan kita ini yang semakin lama semakin terombang-ambing. Tidak jelas.
We Broke Up ? For Sure ?!
"Yoon, melamun lagi ? Ada apa eo ? Cerita saja padaku." Tegur Seokjin.
Yoongi yang merasa terpanggil menoleh kearah Seokjin, ia hanya memberikan gelengan singkat pada Seokjin kemudian kembali keposisi awal dirinya duduk. Seokjin memperhatikan Yoongi yang terus-terusan memeluk protektif abdomennya, mata pemuda kulit pucat itupun terlihat kosong. Seokjin jadi semakin khawatir dengan kondisi sahabatnya ini. Ia tidak pernah mau cerita kalau ada masalah, selalu menghindar kalau ditanya ada apa dengan dirinya.
"Yoongi, jika ini menyangkut hubunganmu dengan Park brengsek Jimin itu aku sarankan sebaiknya tidak usah kau perdulikan dulu. Lebih baik kau memikirkan kondisimu sekarang, aku sedih melihatmu jadi seperti ini Yoon." Seokjin mendekat kemudian duduk dikursi, berhadapan dengan Yoongi.
"Hyung" panggil Yoongi, tanpa mengalihkan tatapannya.
"Mmm, wae ?" Jawab Seokjin lembut.
"Aku hanya ingin kejelasan. Kejelasan semua hal yang selama ini telah aku lalui. Apakah aku masih kekasihnya atau bukan. Bahkan untuk bertemu langsungpun ia selalu membatalkan janji pertemuannya, entah apa alasannya. Setidaknya hubungan ini tidak dia abaikan begini seperti kapal yang terombang-ambing oleh air laut yang terkena badai petir. Tidak jelas dan tentu arahnya." Seru Yoongi sambil menatap lawan bicaranya.
"Ya aku tahu itu Yoon. Aku tahu jelas hal itu, dan... berhenti memeluk perutmu seperti itu kau ini kenapa sih ? Aneh, sakit perut atau apa ?." Sangsi Seokjin.
"Eng ? Aneh ? Aku tidak merasa aneh hyung, ini sudah kebiasaan dua bulan lalu aku juga tidak tahu apa sebabnya." Yoongi mengedikkan bahu acuh.
We Broke Up ? For Sure ?!
"*N-neo nu-nugun-i, Park Jimin eodisseo ?" Yoongi menatap perih namja yang berada di depannya, matanya sudah berair dan cairan bening itu sudah siap tumpah membasahi pipinya. *kamu siapa, Park Jimin dimana ?]
"Hyung.. mianhae, jeongmal mianhae. Kita tidak bisa melanjutkan hubungan kita lagi, aku ingin kita berakhir sampai disini."
Setelah sekian lama menahan air matanya, akhirnya air mata itu, tetes demi tetes meluruh menuruni pipi pucat milik Yoongi.
"Setelah sekian lama kita bersama ? Kau memutuskanku Park ? Ahh..ahaha...geurae, arasseo. Ada sosok spesial lain kan yang sekarang mengisi hatimu ? Seharusnya aku tahu akan hal itu. Seharusnya dulu aku melarangmu pergi, sudah lah itu tidak penting lagi." Yoongi menatap sekilas pada Jimin yang hanya menatapnya dalam diam.
"Ada satu hal yang seharusnya aku beritahukan padamu saat kita punya waktu untuk bertemu seperti sekarang ini. Tapi sepertinya aku tidak jadi memberitahukannya padamu, lebih baik aku saja yang menyimpan rahasia ini sampai mati." lanjut Yoongi, kemudian ia menunduk dalam, kedua tangannya terkepal kuat hingga memutih.
"Aku pergi." Yoongi kemudian mengangkat kepalanya dan melihat Jimin untuk yang terakhir kalinya, dan setelahnya ia membalikkan tubuhnya melangkah pergi menjauh dari sosok yang selama ini mengisi kekosongan di hatinya, cinta pertama dan terakhirnya.
We Broke Up ? For Sure ?!
"Uisa-nim, saya harap anda bisa merahasiakan kandunganku dari 'dia'. Aku tidak mau kalau 'dia' tahu akan kandunganku ini." Yoongi menatap lurus dokter yang menangani dirinya selama ini tak lain dan tak bukan adik sepupu namja 'itu'.
"Hyung, kenapa ? Kenapa kau merahasiakannya dari Jimin hyung ? Aku tahu dia brengsek, dia memutuskan begitu saja hubungan kalian, sementara putusnya kalian tidak jelas akan sebabnya. Bahkan kalian tidak juga bertengkar waktu itu."
"Kook, aku mohon padamu. Jangan pernah beritahukan masalah ini padanya. Aku akan mengambil penerbangan sore ini ke Paris dan untuk sementara waktu aku akan menetap disana dengan Yoonji. Maaf jika selama ini aku merepotkanmu." Yoongi menggenggam tangan Jungkook erat meyakinkan pemuda itu dia baik-baik saja tanpa Jimin disisinya.
"Aish.. molla. Molla...molla...molla. Hyung kau tahu Jimin itu brengsek, bajingan sialan. Setelah berbuat hal 'itu' padamu lalu memutuskanmu begitu saja ? Hah... jika aku jadi kau aku akan membunuhnya dengan senang hati." Geram Jungkook.
"Tidak apa-apa Kook, jika kau mau berkunjung ke Paris pintu rumah kami akan terbuka lebar untukmu. Ah ya satu hal lagi jika Jimin mencariku jangan berikan alamat rumahku yang di Paris, bilang saja kau tidak tahu apa-apa ok ?"
"Mmm, baik hyung untukmu apapun akan aku lakukan. Eh tapi kalau bawa Taetae-hyung boleh kan ? Hehe" Jungkook menggaruk tengkuknya, ia merasa sedikit canggung, atau malu ?
"Haha.. aigoo~ uri Kookie sudah besar ya ? Tersalah padamu saja, kalau begitu aku pergi dulu ya. Aku harus bersiap-siap untuk penerbangan sore ini, dan lagi pula Yoonji sepertinya kesepian dirumah. Aku meninggalkannya dengan Seokjin hyung." Yoongi bangkit dari duduknya, kemudian membungkuk sedikit pada Jungkook. Mau bagaimanapun Jungkook itu dokternya meskipun lebih muda dari dirinya.
We Broke Up ? For Sure ?!
Berbicara soal penyesalan, kenyataannya penyesalan itu selalu datang di akhir bukan di awal atau pertengahan sebuah kisah asmara.
Entah kenapa sejak tidak sengaja melihat hasil tes milik Yoongi-mantan kekasihnya- yang positif hamil itu di ruangan adik sepupunya, ia merasa bersalah. Sangat sangat merasa bersalah pada Yoongi, ia lupa peringatan dari Jungkook-adik sepupunya- dulu, kalau Yoongi itu badannya sangat sensitif dan mudah terangsang jika dibuahi. Maksudnya, hanya sekali saja berhubungan badan maka Yoongi dapat dipastikan positif hamil.
Dia berfikir keras setelah melihat hasil tes tersebut, ternyata itu penyebabnya kenapa Yoongi sangat cepat mudah hamil meski hanya sekali melakukan hal 'intim' itu.
"Aish...Park kau benar-benar brengsek. Bagaimana aku bisa lupa akan hal penting itu ? Dan kenapa aku harus berpaling dari Yoongi sedangkan namja mungil itu sangat mempercayaiku ? Park Jimin kau memang benar-benar bodoh." Jimin memukul kepalanya sendiri merasa frustasi akan kebodohan dirinya.
"Jadi hal ini yang kau maksudkan waktu itu hyung ? Saat aku memutuskanmu ?" Monolog Jimin.
"Tunggu dulu, jika surat pemeriksaan hasil tes ini 3 bulan sebelum aku memutuskan Yoongi hyung berarti dia sudah menyembunyikan berita ini cukup lama dariku ? Astaga kali ini kau memang keterlaluan Park, bisa-bisanya bermain api di belakang Yoongi hyung." Monolog Jimin lagi.
"Jika di hitung-hitung berarti usia Park kecil sudah hampir 4 tahun ? Aku harus segera mencari mereka berdua, oh Tuhan maafkan hambamu ini yang telah menyakiti malaikat terbaikmu yang Engkau kirimkan padaku." Setelah berucap miris layaknya seorang pendosa yang butuh pengampunan sang Maha Kuasa.
Jimin berlari keluar dari ruangan Jungkook dengan membawa hasil tes milik Yoongi. Jika Jungkook tidak mau memberitahukannya dimana keberadaan kedua malaikatnya itu berada, maka biar dia sendiri yang mencarinya.
Jimin merogoh saku depan celana denim miliknya mengambil ponsel miliknya kemudian mendial nomor yang harap bisa membantunya mencari keberadaan Yoongi dan anaknya itu.
" yeobosaeyo, Mr.Cho ? Bisa bantu aku mencari keberadaan Min Yoongi ? Anak CEO CJ Corporation. Aku kehilangan jejaknya sekitar 3 tahun lalu, seingatku dia masih berada di Korea 3 tahun lalu itu, tapi saat aku melacaknya kembali dia sudah tidak ada di Korea lagi tolong bantu aku mencarinya ya Mr.Cho ?" Setelah sambungan tersambung pada Mr.Cho, Jimin langsung menerjang dengan deretan permintaanya pada Mr.Cho untuk membantu mencari keberadaan Yoongi.
"Ne tuan Park, akan segera saya laksanakan." Jawab Mr.cho atas rentetan permintaan dari Jimin.
"Terima kasih Mr.Cho kalu begitu saya tutup." Setelahnya Jimin menutup panggilannya, ia berdiri disamping mobilnya yang terparkir.
Setidaknya ia juga harus berusaha juga membantu mencari keberadaan Yoongi dan anaknya itu.
We Broke Up ? For Sure ?!
"Yoonji, mau beli ice cream tidak ? Eomma akan antarkan pergi membeli ke toko tempat biasa kita beli mm ?" Yoongi saat ini sedang mengajak anaknya itu pergi jalan-jalan, suntuk katanya di rumah terus.
"Mau eomma, Yoonji mau beli ice creamnya." Dengan antusias Yoonji menjawab pertanyaan eomma-nya.
Yoongi tersenyum dibuatnya, ia sangat mencintai anaknya ini. Setelah menetap di Paris kurang lebih tiga tahun, Yoongi akhirnya memilih pindah ke New York 7 bulan yang lalu dan ia bertekat tidak akan pernah kembali ke Korea Selatan, negara kelahirannya sekaligus kenangan pahit yang ia tinggalkan disana bersama sosok ayah Yoonji dan orang yang ia cintai sampai detik ini.
"Seandainya saat itu kau tidak memutuskanku tanpa alasan yang jelas Park, aku jamin sekarang ini kau sedang tersenyum Bahagia karena ada Yoonji. Tapi sayang sekali, bahkan kau tidak tahu menahu kalau aku hamil anakmu. Hah lucu sekali, aku masih mengharapkanmu disini. Sedangkan kau entah memikirkan perasaanku atau tidak." Yoongi bergumam, terkekeh sendiri membuat anaknya mengerutkan dahi.
"Eomma bicara apa sih ? Yoonji tidak mengerti, suaranya kecil dan tidak kedengaran jelas." Yoonji menarik-narik tangan eomma-nya yang tertaut dengan tangannya itu, mengalihkan perhatian sang ibu agar melihatnya.
"O-oh, maaf sayang bukan apa-apa. Tidak usah dipikirkan, jadi mau beli ice creamnya kan ? ayo berangkat." Yoongi akhirnya melaju dengan mobilnya setelah memasangkan selt bet untuk Yoonji dan dirinya. Baru saja mereka keluar dari toko musik, hanya melihat-lihat saja sih tidak membeli. Setelah keluar dari toko musik itu mobil Yoongi melaju membelah jalanan yang bisa dibilang tidak sepi tapi tidak juga begitu ramai menuju toko ice cream langganan Yoonji.
We Broke Up ? For Sure ?!
Esoknya setelah mendapati surat hasil tes lab milik Yoongi, Jimin diminta Mr.Cho bertemu dengannya di kafe dekat kantor Jimin. Katanya ada informasi penting tentang pencarian Yoongi dan anaknya.
Dan disinilah Jimin duduk berhadapan dengan pria yang wajahnya masih terlihat muda meski umurnya memasuki kepala 4 itu.
"Siang tuan Park, bagaimana kabar anda ?" Sekedar basa-basi membuka percakapan diantara CEO muda itu dengan orang kepercayaannya.
"Aku buruk paman, sangat buruk." Jawab Jimin sekenanya.
"Jangan seperti itu tuan Park, bersemangatlah sedikit. Masalah ini memang sedikit rumit, akses pencarian benar-benar ditutup oleh tuan Min. Bahkan kami tidak dapat apa-apa untuk mendapatkan data-data keberadaan Yoongi sekarang tuan. Hanya satu," Mr.Cho menggantung perkataanya membuat Jimin mendongak untuk menatapnya. Penasaran akan tutur kata selanjutnya dari bibir pamannya itu.
"Kami hanya dapat tempat tinggal lamanya, ia pernah menetap di Paris persis 3 tahun yang lalu. Dan setelahnya tidak ada yang tahu keberadaannya kecuali orang tuanya." Lanjut Mr.Cho.
"Jadi sekarang ia sudah tidak tinggal dikota paris lagi, begitu paman ?" Tanya Jimin meyakinkan diri.
"Ya tuan Park."
"Tidak ada data lain selain alamat rumah lamanya di Paris ?" Tanya Jimin lagi.
"Ada, saya menda-
"Masih berani mencari Yoongi, Park Jimin ?" Seseorang menginterupsi.
Mr.Cho dan Jimin monoleh pada sumber suara, dan betapa terkejutnya Jimin bahwa yang berbicara itu adalah ayah Yoongi.
"Tuan Min ?/abeoji ?" Ucap Mr.Cho dan Jimin bersamaan.
"Mr.Cho bisa tinggalkan kami sebentar ?" Pertanyaan yang tidak bisa dibantah, tanpa menjawab Mr.Cho bangkit dari duduknya kemudian membungkuk hormat pada Jimin juga Ayah Yoongi.
Sepeninggalan Mr.Cho, keduanya terdiam saling berhadapan.
"Masih berani juga ternyata memanggilku seperti itu ?" Tuan Min akhirnya memutuskan berbicara lebih dulu. Jimin hanya diam, tidak bisa menjawab.
"Angkat kepalamu Park, kau ini laki-laki. Kenapa pengecut sekai!" Nadanya sangat mengintimidasi, membuat Jimin memberanikan diri mengangkat kepalanya menatap ayah Yoongi.
"Aku bertanya sekali lagi, kenapa masih ingin mencari Yoongi setelah hampir 4 tahun lalu kau menyakiti anakku hah ?" Murka, tuan Min sangat murka dari nada bicaranya yang mulai meninggi itu.
"Ma-maaf abeoji, Jimin sungguh minta maaf tentang itu. Jimin dulu masih terlalu labil dan akhirnya memutuskan Yoongi secara sepihak. Jimin benar-benar menyesal. Tolong maafkan Jimin, abeoji." Setelah berdiri dari kursinya Jimin bersimpuh dihadapan ayah Yoongi, ia tidak peduli dengan pandangan orang-orang disekitarnya yang menatap dirinya.
"Jimin benar-benar tidak tahu jika Yoongi sedang mengandung anaknya Jimin." Lanjutnya lagi.
Mulanya tuan Min memasang wajah datar menatap Jimin yang bersimpuh dihadapannya seketika terkejut mendengar penuturan terakhir Jimin.
"Jadi anak ini sudah tahu Yoongi hamil ?" Batin tuan Min bertanya-tanya.
"Abeoji, tolong berikan Jimin kesempatan sekali lagi untuk menemui Yoongi. Jimin hanya ingin meluruskan masalah ini abeoji. Jimin ingin Yoongi kembali bersama Jimin. Jimin akan menikahi Yoongi untuk bertanggung jawab atas perbuatan Jimin dulu." Jimin sangat memohon pada ayah Yoongi agar diizinkan bertemu kembali pada Yoongi.
Melihat kesungguhan hati pemuda dihadapannya ini, hati tuan Min luluh, ia ingin Yoongi-nya bahagia, ia juga ingin melihat Yoongi-nya menikah. Dan pada akhirnya...
"New York." Ujar tuan Min. Jimin menatap tuan Min dengan wajah blank-nya.
"Dia ada di New York dengan anaknya Jimin, jika kau bersungguh-sungguh ingin bertanggung jawab dan menikahi Yoongi. Kejar dia kesana. Abeoji akan berikan semua informasinya padamu." Tuan Min memberikan restunya pada Jimin, calon menantunya.
Wajah Jimin seketika berseri-seri dibuatnya, ia melompat memeluk tuan Min dengan girang. Mengucapkan banyak-banyak terima kasih pada calon ayah mertuanya itu—Yah bisa dibilang seperti itu jika Yoongi tidak menolak untuk menikah dengannya.
"Yoongi tunggu aku kesana menjemputmu sayang." Monolong Jimin dalam hati sambil menampakkan senyum cerianya dalam dekapan sang calon ayah mertua.
TBC
Present by:
F A N T A S I A M O O N L I G H T
La Luna
PONTIANAK, KALIMANTAN BARAT, INDONESIA.
25 AGUSTUS 2017, 6.07 pm
via : wattpad
-versi revisi-
cuap-cuap tidak penting:
halo saya balik lagi dengan fanfiction baru dengan pairing yang masih sama minga/minyoon.
oke saya hanya ingin meluruslan/? sesuati sebelum ada yang bertanya. pertama cerita ini sebenarnya ficlet yang dirubah menjadi cerita chapteran dengan narasi yang masih lompat sana lompat sini alias kecepetan dikarenakan tidak sempatnya untuk merombak ulang narasi-narasi di awal cerita. dan saya memutuskan untuk membuat special chapter nantinya untuk memperjelas narasi cerita yang seharusnya ada itu. Btw saya ngetik di tablet nggak pakai laptop jadi tahu kan gimana rasanya tangan ini ?
so mind to review, please ?
