LOST IN NEVERLAND

DISCLAIMER

TVXQ belongs to Success Museum Entertainment

Warning: inappropriate time n' situation, silly OOC

~Fedeoya Kimchi's~


Beautiful ocean bright, just you and I

In your eyes I can feel heavenly paradise.

Don't be afraid of what do you feel inside, that's okay, you don't have to cry yourself.

I'll give you my word, only one : 'love'

You know? No one can make me happy as the way you do.

Baby, it's a true love!

As always I'm here, baby it's our world.

Yeah—

""

August, 2003 – TVXQ pre debut

"Whoo! Two double on six! I'm talking about this summer. You wanna hear it? Yeah—"

"Chun! Jangan goyang-goyang terus oi! Nanti ini motor air jatuh dan kita dimangsa hiu-hiu di laut!" seru Yunho yang sedang memboncengkan Yoochun naik motor air. Yang ditegur bukannya berenti gerak malah tetep aja goyang dombret di depan handycam dalam genggaman tangannya.

"The crashing wave and the cool, cool breeze. I send these things as gift to you. I hope you will like what's in here under the—"

"Wooooooooooooooy! Lu jadi autis begini ketularan siapa sih? Junsu? Park Myung So?"

"Ah, Yunho hyung. Santailah sedikit. Orang ganteng itu harus ngeksis di Youtube. Lagian, ini adalah video perdana yang mengabadikan my memories at the Hawaiian Ocean. Yoohooo!" Yoochun memulai lagi kegilaannya dan kembali mengarahkan handycam kesayangannya ke wajahnya yang. .. ehm. .. kasep deh (a/n : kasep = tampan =,=").

"Whoa whoa whoa whoa, whoooooooooo~"

"Wuaaaaa! Aku nggak mau mati! Nanti anak istri saya makan apa (?)? Hentikaaaaaan!" Yunho sepertinya lupa kalau dia itu masih ngejomblo. Dari kejauhan pantai, seorang laki-laki tinggi yang sedang duduk di bangku jemur melihat kegilaan kedua orang itu dari balik kacamata jengkol.

"Lebih baik aku pura-pura tidak kenal mereka," gumamnya pada diri sendiri sembari berpaling ke sebuah buku yang dipegangnya. Pensil yang setia di tangan kanannya ia getok-getokkan ke pelipis, berharap hal itu akan memberinya pencerahan.

"Bila x adalah tan 30, dan y adalah refleksi dari blablablabla, dan blabla bla blablablabla, bla, maka apakah blabla? Blablabla? Blablablablehbleh?" gumamnya membaca soal itu. Tapi di tengah-tengah konsentrasinya, seorang pria setampan malaikat memanggil.

"Changmin-ah~ benar kau tak mau bermain volley bersama kami?"

"Tidak bisa, Jaejoong-hyung. Aku harus mengerjakan PR. Kalau hari pertama masuk PR ini belum kukerjakan, Cho-songsaengnim bisa. ... hiii..." tolak Changmin ngeri.

"Oh ayolah. Masa kau lebih memilih mengerjakan PR daripada bermain dengan hyung-hyungmu?"

"Ani. Aku hanya ingin menjamin nyawaku selamat di hari pertama masuk sekolah, hyung." Changmin beralasan.

"Ah kamu ini. Yasudahlah. Kami main dulu ya. Semoga kamu cepat bosan dengan PR tersayangmu itu!" Jaejoong berlalu pergi.

"Yah, padahal aku juga pingin ikutan main sih," sesal Changmin lalu memandang PR nya lagi. Meski dilihat berapa kalipun, tetap saja dia tidak mengerti.

"PR laknat!" sumpahnya sambil berdiri dan bersiap melempar buku PR itu ke laut. Tapi, begitu ia membayangkan Pak Cho Deott–guru tak berperasaan yang memberinya PR itu- bakal meledak kaya granat, Changmin jadi merinding dan segera mengurungkan niatnya.

"Aish, guru itu memang tidak pernah puas membuat murid-muridnya menderita." Dengan hembusan nafas frustasi, Changmin pun mulai berkutat dengan PR nya lagi.

""

""

"Choikang! Tiga sasaran di titik B5. Roger!"

"Baiklah, aku ke sana. Kau dimana, U-Know-hyung? Roger!"

"E2. Kita kepung mereka, Choikang. Mengerti? Roger!"

"Mengerti. Roger."

"Roger."

"Doger. Eh salah, roger."

"Ah lu itu pikirannya makanan mulu. Roger dah!"

Begitulah dialog tak jelas antara leader dan personel termuda melalui walkie talkie. Saat ini, TVXQ sedang mengikuti kegiatan outbond Poin Blankon. TVXQ dibagi dalam dua kelompok, kelompok dewa, yang anggotanya adalah Changmin dan Yunho. Sedangkan Yoochun, Jaejoong, dan Junsu masuk ke kelompok lawan, yaitu. .. kelompok primata.

"Mari kita menyatukan tangan," perintah Jaejoong. Alias Hero. Alias. ..si Babon. Yoochun, alias Micky, alias Simpanse pun menaruh tangannya di atas tangan Babon. Uhm. .. maksudnya Jaejoong.

"Tunggu apa lagi, Wau-wau? Eh, maksudku Junsu? Cepat letakkan tanganmu di atas tanganku!" perintah Ba— Hero Jaejoong.

"Ini memalukan." Micky kelihatannya sangat setuju akan pendapat Junsu yang barusan.

"Ya mau apa lagi? Yunho leadernya sih. Dia beruntung kali ini bisa menentukan nama groupnya dan group kita seenak udelnya," jelas si member tertua, Jaejoong. "Tau gini, dulu kuterima aja tawaran jadi leader TVXQ."

Akhirnya, perang kedua kelompok dengan kesenjangan derajat itu dimulailah. God Side yang sudah mengatur strategi untuk mengepung The Primata Group pun mulai beraksi. Karena sudah menduga hal itu bakal terjadi, Simpanse yang cerdik segera mengambil langkah seribu. Dia ngibrit ke balik semak-semak sambil tetap mengarahkan handycam yang setia menemaninya dalam suka duka ke wajahnya, sambil sesekali nge-wink.

"Wau-wau! Kita diserang! Kau majulah, aku akan melindungimu."

"Baiklah, aku percaya padamu, Babon-hyung!"

Tanpa ragu-ragu, si Wau-wau imut itu maju membabi buta bagai babi buta beneran.

"Hiyaaaat!"

DOR DOR DOR!

Ia menembak penuh semangat 45 (tahun Korea merdeka kapan ya?). Dengan jarak kurang dari tiga meter di depan musuhnya, Junsu cukup yakin tembakannya tepat sasaran semua. Namun apa daya. Tembakannya. .. MELESET SEMUA SAUDARA-SAUDARA!

"Wuadehel? Meleset kabeh nduk! (?)" Lho, sejak kapan Junsu bisa bahasa Jawa?

"Payah kau Junsu! Masa jarak segitu nggak kena?" protes Jaejoong.

"Hoi, Babon bawel! Kalo lo bisa coba aja ndere!"

"O, jadi sekarang kau berani menghinaku ya? Hah? Wau-wau!"

"Apa? Itu kan memang namamu, Babon-hyung!"

"Nggak pake bawel kaliii!"

Akhirnya Yunho dan Changmin yang tadinya mau menyerang hanya tinggal duduk dan makan pop corn sambil melihat Jun-Jae saling menembak.

""

""

"Ahoooy! Besok pulang~" sorak Yoochun gembira.

"Apaan sih nih anak? Pulang dari liburan kok malah seneng?"

"Ah kau ini. Kaya nggak tau si Chun-chun itu orangnya gimana. Dia itu senang karena akhirnya dia bisa mempublish video super narsis perdananya itu," kata Jaejoong pada Yunho tanpa ekspresi.

Plok!

"Wuadaw!" jerit Yunho. Ia melihat siapa pelaku kejahatan itu. Ternyata dia adalah Junsu yang membawa pemukul lalat.

"Junsu-ya! Sedang apa kau? Kalau sampai mukaku kenapa-napa, kau tanggung jawab!" tuntut Yunho sambil mengejar dongsaeng nggak jelasnya itu.

"Aku sedang berburu, hyung! Aku ingin memberantas bangsa Changmin dari muka bumi."

"Uapha kau bilang? Aku yang mirip Tom Cruise ini kau samakan dengan lalat? Berarti kau juga menyamakan Tom Cruise dengan lalat! Tidak akan kubiarkan! HIYAAAIIIIIKK!" jerit Changmin berlari menyerang Junsu. Akhirnya Yunho dan Changmin, the 'God Side', mengejar Wau-wau ke seluruh penjuru ruangan. Meski keributan luar biasa di sekitarnya, dua orang member tidak terpengaruh. Jaejoong yang masih menggunting kukunya dengan sangat tenang, dan Yoochun si cassanova grup yang sedang memasukkan barang-barang pribadinya ke koper kecil.

""

"Sudah waktunya pulang," komando Yunho sebagai ketua kelompok.

"Uwaaaaaaaa~ Hawaiii.. aku akan merindukanmu," isak Junsu nggak tahu malu. Junsu berlutut di pasir pantai Hawai yang putih, lalu meciumi tanah kayak orang yang nggak menapakkan kaki di tanah bertahun-tahun.

"Ya ampun, menyusahkan saja," gerutu keempatnya.

Akhirnya setelah diseret, tubuh Junsu berada di dalam kapal pesiar juga. Dan terbukti perkataan Junsu yang tadi ia katakan sambil menciumi tanah tidak singkron dengan pikirannya. Junsu malah sibuk dengan buah kelapa yang ia colong dari kebun tetangga (?), dan bolak balik dia berkomat kamit tentang ke mana liburannya yang selanjutnya akan ia isi. Katanya sih ke Indonesia. Yah, semoga saja.

Jaejoong dan Yunho sedang berlatih dance Hi Ya Ya, sampai seorang cassanova bin playboy mengganggu mereka dengan video nggak jelasnya lagi. Yoochun memparodi gerakan mereka dengan gerakan yang merusak : gerakan khas simpanse. Membuat dua orang itu tidak fokus dan akhirnya gerakan mereka kacau.

"Ya! Chunnie! Kalau kau memang sangat menghayati peranmu sebagai Simpanse saat main Poin Blankon, main aja sana sama Junsu! Pake ngeganggu kita segala lagi! Sana! Dia lagi jadi wau-wau yang mencoba membelah kelapa tuh."

Lagi, Yoochun tidak memperhatikan apa yang dikatakan hyungnya. Sampai akhirnya si leader yang harus mengusirnya dari ruangan itu dengan paksa. Dia melempar foto seorang gadis cantik keluar ruangan.

Ya-am-pun.

Sementara Yunho dan Jaejoong berlatih dance, Changmin lagi-lagi memelototi PR-nya yang susahnya seperti membelah rambut menjadi 7. Ia mencoba memutar-mutar bukunya itu (meski kelihatannya agak tak berarti), berharap menemukan jawaban soal level Cho.

"Changmin-ah! Temani main bola dong," ajak Junsu.

"Ya, kau mau main bola dimana? Di laut?" balas Changmin tanpa menoleh.

"Emangnya aku lumba-lumba?"

"Emang."

"Hei, Changmin, sedang apa kau?" kata seseorang. Dia mendekati Changmin dan melihat apa yang sedang dikerjakan anak itu.

"Ini PR fisika, hyung. Harus dikumpulkan di hari pertama masuk sekolah."

"Ah, rajinnya. Waktu SMA aku tidak pernah mengerjakan PR. Akhirnya aku selalu dihukum. Tapi aku malah senang, soalnya yang menghukum adalah seorang guru cantik. Gyahahahhaaaa... lumayan, aku dapat nomor handphonenya," Yoochun bercerita mengenai masa muda (?) nya.

"Ah? Bagaimana bisa?"

Yoochun menjawabnya kepedean, "bisa dong, saya kan ganteng." Ganteng itu... ganjen tengik kan?

"Lalu apa yang terjadi, hyung? Apa kau berhasil membuatnya jatuh cinta padamu?" tanya Junsu antusias.

"Oh tentu saja. Micky gitu loh! Nyaahahaha~!"

"Lalu? Lalu? Lalu bagaimana?"

"Bagaimana? Bagaimana apanya? Teryata dia itu sudah punya suami. Hancur hatiku," ujar Yoochun lebay sambil menjedotkan kepala ke lantai.

Sebenarnya waktu itu Changmin ingin sekali terbahak, tapi dia sudah terlalu pusing dengan PR nya sehingga tidak bisa membedakan mana yang lucu dan mana yang serius.

"GYAAAAAHAHHAHHAHAAA! Kasihan kau. Dasar playboy nggak laku," komentar Junsu tidak berperasaan. Yang dikatai pun langsung sewot dan menatap Junsu dengan tatapan 'emang-lo-laku?'

"HEH! Gini-gini kalo udah masalah cewek, aku ini lebih pro dari kau, tau gak?" semburnya. Junsu menjulurkan lidah dan menarik bagian bawah matanya yang kecil. Max berpikir, kalo sudah dua oran gini berdebat, berentinya bisa tahun depan. Jadi dia memilih untuk menyingkir dan kembali lagi-lagi memikirkan jawaban PR nya.

"Yang jelas aku lebih pro dari kau! Kau mau bukti? Akan kuceritakan kisah cintaku!"

Cerita tentang cinta Yoochun-hyung? Wah... pasti bakalan menarik.

Dia melihat dua soengsaengnya yang baru selesai latihan dance ikut bergabung dengan Junsu. Dan si dongsaeng itu mulai tergoda untuk meninggalkan PR yang merantainya.

"Ah tidak! Semenarik apapun cerita itu, aku masih lebih memilih tidak disiksa Cho-songsaengnim," tekadnya.

"Jadi waktu itu aku kelas dua SMA. Ada seorang gadis yang menarik perhatianku, namanya Sunhi. Gadis yang kusukai itu adalah tetanggaku sendiri. Dia adalah tipe gadis yang sangat manis dan baik hati. Walaupun dia miskin, dia tidak malu akan keadaannya. Selain itu dia juga murah hati. Kalau kau butuh bantuan, dia tidak akan segan-segan membantu."

Sial. Sepertinya cerita itu benar-benar menarik.

"Suatu hari, Sunhi jatuh sakit. Beberapa hari dia tidak masuk sekolah. Aku jadi khawatir, jadi aku memutuskan untuk menjenguknya di rumah sakit. Waktu aku menjenguknya, tidak sengaja aku melihat ibunya sedang menangis. Ternyata gadis itu menderita radang usus buntu parah, dan ibunya tidak kuat membayar biaya operasi. Waktu itu, waktu melihat wajah gadis yang kusuka itu, aku tidak tega membayangkannya harus meninggalkan dunia. Dia kelihatan kesakitan dan lemah. Akhirnya dengan semua tabungan yang kumiliki, ditambah kerja sambilan beberapa hari, aku bisa melunasi biaya rumah sakitnya."

Kini Changmin sudah tidak melirik buku PR nya. Dia konsentrasi mendengarkan yang diceritakan si hyung narsis. Tapi, sebuah benturan keras membuat tidak hanya Changmin, tapi juga hyung-hyung lainnya tersentak kaget.

DRAAKK!

"Uastaga naga buta!"

"Emaaaaaak!"

"Monyong nyong nyong nyong, gue make minyak nyong nyong..."

"Eh muke gue ganteng!"

Si Maximum langsung sweatdrop mendengar latahan nggak jelas hyung-hyungnya. Apalagi si Yoochun itu, udah latah masih bisa narsis juga.

Jaejoong keluar dari ruangan.

"Apa yang terjadi, Changmin?"

"Mana aku tahu? Memangnya aku emakmu?"

Muka Jaejoong langsung berubah merah. Tentu saja dia merasa malu. Latahannya yang begitu nggak elit didengar oleh dongsaengnya.

Belum lagi masalah selesai, terjadi benturan kedua. Kini Yunho yang keluar dari ruangan.

"Kita nabrak apa sih? Kok bau ruangan jadi kaya gini?" tanyanya nggak nyambung.

"Jangan lihat aku! Emangnya yang pake minyak nyong-nyong aku?"

"What?" Yunho juga sama kagetnya dengan Jaejoong.

Benturan ketiga menyusul. Kali ini Junsu dan Yoochun keluar bersamaan. Belum sempat pula mereka bercakap, mereka kaget karena air mulai merayap masuk ke ruangan mereka.

"Mayday! Mayday! Seluruh awak kapal diharapkan naik ke dek untuk siaga darurat. Mayday, mayday!" komando kapten kapal bergema di seluruh ruangan.

Lima sekawan itu panik dan langsung berebutan menuju dek kapal melalui sebuah tangga sempit. Mereka berebutan keluar dari pintu yang kecil. Hm. Mungkin memasukkan unta ke lubang jarum pun lebih mudah daripada mengatur mereka untuk berbaris keluar lewat pintu. Tapi akhirnya kelimanya bisa keluar menuju dek.

"Oh no! My stuff!" jerit Yoochun saat dia ingat barang-barang berharganya –termasuk handycam- tertinggal di koper di dalam kamarnya. Dia pun nyeruntul masuk ke dalam ruangan kapal, padahal air di sana hampir mencapai leher.

"Hyung!" panggil Changmin. Ia lalu menyusul hyungnya ke dalam kabin itu.

"Changmin!" panggil Jaejoong dramatis sambil mengulurkan tangannya.

"Changmin... dia... dia mau menyelamatkan Yoochun sampai rela mempertaruhkan nyawa. Bagaimana kalau dia malah mati di dalam sana?" bisiknya lemah masih dramatis).

Yunho menepuk bahu Jaejoong, dan menenangkan sosok ibu dalam grup itu.

"Tenanglah, Changmin orang yang kuat. Dia tidak mungkin mati."

JRENG JRENG JRENG... DU DU DU~ Terdengarlah suara soundtrack yang biasa ada di game-game.

Lalu terdengarlah suara kapten kapal lagi melalui loudspeaker, "perhatian awak kapal, kapal ini akan hancur dan tenggelam. Diharapkan masing-masing berusaha menyelamatkan diri dengan sekoci dan pelampung yang ada di dalam kabin masing-masing. Saya ulangi, diharapkan masing-masing berusaha menyelamatkan diri dengan sekoci dan pelampung yang ada di kabin masing-masing. Semoga berhasil."

Jaejoong makin panik. Tubuhnya menggigil. Sementara Junsu yang tidak peka malah asyik menonton awak kapal yang sedang mondar-mandir mencari keselamatan jiwanya masing-masing sambil makan kacang.

"Yah, nih anak makin mirip aja sama wau-wau. Hoi Junsu! Kita ini sedang dalam keadaan bahaya, tau!"

"Oh?" hanya itu jawabannya.

"Apa! Lo nggak takut apa kita semua mati di sini!" jerit Yunho nggak sabaran.

"Hm. Enggak tuh. Hyung ingat, kan, peraturan pertama dalam sebuah cerita: pemeran utama tidak pernah mati," jawabnya kepedean.

"Emangnya elu pemeran utamanya? Cuih!" timpal Jaejoong menekankan kata 'cuih'.

"Kalau bukan aku, siapa lagi, hyung?"

Belum sempat Yunho dan Jaejoong membalas ketengilan Junsu, Yoochun keluar mengangkat koper kesayangannya tinggi-tinggi, disusul Changmin yang mengangkat sebuah buku tinggi di atas kepalanya. Yunho dan Jaejoong langsung sweatdrop. Dikiranya dongsaeng ini baik banget mau nolongin Yoochun. Eh, ternyata dia cuman mau nyelametin dirinya sendiri.

"Dengan terselamatkannya buku ini, hidupku masih bisa lebih lama lagi," gumam Changmin lega. Selanjutnya guncangan hebat mengakibatkan air laut memercik membasahi tubuh mereka.

"Oh NOOO! My perfect face!" jerit Yoochun seolah-olah air laut adalah air keras. Yang lain melihatnya datar. Yang diperhatikan jadi merasa garing dan berdehem menetralkan kelebayannya.

"Oke, sekarang yang paling penting adalah keluar dari kapal ini. Kita harus mencari sekoci. Ayo!" Semuanya berpencar ke empat arah, kecuali, lagi-lagi Junsu. Dia masih memakan kacangnya.

Sementara Jaejoong mencari di balik tumpukan box kayu, Yunho mencari di sisi barat kapal, Changmin mencari di sisi kanan kapal, dan Yoochun mencari di dalam kopernya (?), Junsu sibuk bersiul-siul. Sampai akhinya mereka kelelahan dan kembali ke tempat berkumpul mereka semula.

"Kelihatannya semua sekoci sudah diturunkan. Lihat," Jaejoong menunjuk ke laut. Begitu banyak kapal-kapal kecil yang telah penuh oleh awak, terombang-ambing dipermainkan badai.

"Kalau begitu, mungkin ini akhir dari kita. Ternyata keberhasilanku menemukan buku PR tidak ada artinya," rutuk Changmin putus asa, hampir melempar buku itu ke laut.

"Hey, jangan begitu. Kalau kita memang harus mati di sini, aku bangga bisa mati di samping kalian," proklaim Yunho sang pemimpin. Mereka saling memberikan senyum. Senyum terakhir mereka mungkin.

"Kalian mau mati di sini? Kalau aku sih tidak."

Semuanya menoleh ke arah Junsu. Betapa kagetnya mereka, melihat Junsu sedang bersadar di samping sebuah sekoci kecil yang terlihat tua namun tampak masih kuat.

"Sejak kapan kau berada di sana?" selidik Changmin.

"Sejak kalian melakukan usaha sia-sia mencari sekoci lain. Ini sekoci terakhir, tau."

"KENAPA TIDAK BILANG DARITADI?" bentak semuanya sambil mucrat-mucrat. Junsu hanya angkat bahu sambil naik ke sekoci itu dengan santainya. Keempatnya masih menatapnya dengan mata metolo nyaris lepas dari rongganya.

"Apa? Kalian mau mati di sini? Kalau tidak cepat naik."

Dengan tetap melotot, keempatnya terpaksa melepas kemarahan mereka, mengutamakan keselamatan. Akhirnya kelimanya berada di dalam sekoci. Sekarang masalahnya, siapa yang akan menurunkan sekocinya?

"Gimana kita bisa turun?" tanya Yunho sang leader, grogi menatap kapal yang makin tenggelam.

"Meneketehe, kita potong aja tali penahannya kali?" usul Yoochun. Sementara mereka mencari-cari benda untuk memotong talinya, kapal itu makin terbenam ke laut. Dasar sekoci pun hampir menyentuh permukaan air. Keadaan ini sungguh gawat saudara-saudara! Kalau tali sekoci tidak dipotong, mereka bisa-bisa ikut tenggelam bersama kapal, dan tamatlah riwayat para dewa dari timur.

Tapi ingat! Peran utama tidak mungkin mati. Jadi entah bagaimana, Junsu mengeluarkan kantong ajaib (?) dan menemukan beberapa pisau cukur yang bisa dipakainya buat nyukur bulu ketek.

"Hooooy! Gimana kita motong tali yang segini gede pake cukur ketek? Ini author kayaknya sengaja bikin kita menderita."

"Heh, masih mending dikasih pisau cukur. Coba dikasih beton. Yang ada bocor nih sekoci reyot. Udahlah mending sekarang kita cukur nih tali," ujar Changmin anak baik membela sang author dari Yoochun anak tengik.

Akhirnya kelimanya menguras keringat membanting tulang memeras jeruk mandarin (?) untuk mencukur tali itu. Namun tampaknya usaha mereka sia-sia. Kapal sudah seluruhnya tenggelam, dan tali sekoci membuat mereka tertarik kapal itu. Sebentar lagi mungkin mereka benar-benar akan hilang di laut.

"Maafkan aku member, aku tak dapat memberi makan kalian yang cukup, sehingga kalian tidak cukup kuat untuk mencukur tali butut itu," sesal Yunho ngehina sambil mengusap air matanya.

"Maafkan aku Umma, aku tak akan bisa menghadiri satu per satu pernikahan kakak. Aku juga tidak bisa membereskan rumah dan menemani adik bermain barbie," ujar Jaejoong pasrah.

"Thedaaaaaaaaaaakk! Wajah gantengku yang cuma satu di dunia ini akan punah! Maafkan aku cintaku, keduapuluh delapan pacarku dan delapan puluh empat selingkuhanku... Papa nggak pulaaaang, beibi, papa nggak bawa uang, beibi~" ?

"Yah, walaupun aku bakal mati hari ini, seenggaknya aku jadi bisa tanya sama Tuhan jawaban dari PR ku yang mustahil dikerjakan itu," desah si termuda.

Mereka sudah berpelukan, menunggu air menenggelamkan mereka, sampai ada bunyi

CKLEK.

...


Kira-kira, apa yang akan terjadi selanjutnya? Bunyi apakah 'CKLEK' itu?

Tunggu kelanjutan kisahnya!

Review please?