Pure Love

By : Ayumi-Chan

Part 1...

Cast : Park Chanyeol

Byun Baekhyun (GS)

Jung Daehyun

Im Jinah / Nana

Other cast : Jung Taehyung (kid)

Park Sehun (kid)

Kim Luhan (GS, Kid)

Kim Joonmyeon

Zhang Yixing (GS)

Dan lain-lain.

Matanya terbuka, perlahan dengan berusaha diadaptasikan sinar yang menusuk matanya saat terlalu lama tertutup. Hal pertama yang dilihat Baekhyun adalah putih dan cahaya. Selanjutnya lelaki berpakain putih yang memandangnya dengan senyum bahagia.

Siapa?

Baekhyun merasa tidak tahu siapa lelaki itu. Jangankan dia, dirinya sendiri baekhyun tidak tahu siapa? Dan kenapa dia bisa berada diruangan yang serba putih ini.

Apakah tempat ini adalah...

"rumah sakit. Kamu berada dirumah sakit. Dan namamu Baekhyun" seolah menjawab pertanyaan, lelaki itu semakin mendekatinya, menggenggam jemarinya dengan begitu lembut.

Baekhyun terpengarah.

Maksudnya apa? Kenapa lelaki ini menyentuhnya?

"aku suamimu. Park chanyeol"

Terjawab lagi pertanyaan baekhyun pada akhirnya, dia tidak perlu banyak tanya bukan? Semua sudah begitu saja terjawab, seolah lelaki yang mengaku sebagai suaminya ini sudah tahu segalanya.

Dia kehilangan semua ingatannya.

"bagaiman aku bisa berada disini?" baekhyun akhirnya mengeluarkan suaranya. Meski pelan dan agak serak, chanyeol masih bisa jelas mendengarnya. Karena jarak mereka yang memang dekat.

"kecelakan terjadi padamu saat kau dari busan ke seoul. Sekarang aku sedang mencari tahu siapa pelaku yang menabrakmu sampai kau harus mengalami semua ini"

Baekhyun tak ingin banyak tanya lagi. Dia cukup diam. Dan berusaha mengerti.

Selanjutnya, dia hanya perlu istirahat kembali. Demi menjaga kestabilan tubuhnya, sebelum bisa kembali melanjutkan aktivitas. Yang dia yakin tidak akan tahu apa yang dilakukan sebelumnya, setelah kecelakan ini terjadi, semua ingatan masa lalunya sama sekali tak tersisa. Hanya nama-nama benda dan beberapa kata lain yang dia tahu.

Hanya itu.

Selainnya, dia lupa. Bahkan semua orang dia tak ingat siapa saja yang dekat dengannya. Atau bahkan keluargannya.

"istirahatlah. Kau harus memulihkan tubuhmu dulu sebelum banyak bergerak" baekhyun menurut, dan memejamkan mata. Mengistirahatkan kembali otaknya agar lebih tenang.

Dia terlelap, dengan chanyeol yang memandangnya penuh arti.

Daehyun terus memutar gelisah. Berjalan kesana kemari, berputar lagi dan terus berjalan tak karuan. Dia khawatir dan takut terjadi sesuatu pada istrinya. Istri tercintanya belum ada kabar sejak meminta izin kebusan dan tak kembali setelah itu.

Kemana dia sebenarnya?

Daehyun sudah beberapa kali menelphon keluarga istrinya dibusan. Tapi yang mereka katakan adalah istrinya sudah pulang sebulan yang lalu.

Lalu kemana istrinya sebenarnya?

"ayah?" sang putera kecilnya terbangun. Seperti tidak bisa tidur karena dirinya belum juga tidur.

Taehyung mengucek matanya dengan berjalan mendekat, duduk disamping ayahnya yang sudah duduk dan berusaha mengeluarkan senyum tenang, meski hatinya terus gelisah.

"kenapa belum tidur?"

"ayah belum mengantuk" meski berusaha tenang, masih ketara kebohongan disana. Anak sekecil taehyungpun sadar itu. Ayahnya masih mengkhawatirkan ibunya yang belum juga pulang. Diapun sama sebenarnya, hanya anak kecil sepertinya selalu tidak terlalu memikirkan. Karena keyakinannya sang ibu pasti pulang.

"ayah memikirkan bunda? Apa ayah merindukan bunda?"

Daehyun diam. Sebelum berbicara ia berfikir. Haruskah berbohong lagi pada anaknya, atau dia harus jujur dan mengatakan seluruh kegundahan hatinya.

Tidak mungkin! Dia curhat dengan anak kecil. Itu pelanggaran hak orang dewasa namanya.

Tapi... dia membutuhkan seseorang untuk membagi rasa tak enak dihatinya selama berminggu-minggu ini. Oh tuhan... tolong bantu dirinya. Hatinya memekik.

"tidak. Ayah memang tidak bisa tidur. Lagipula bunda kan sedang kerumah paman jongdae, jadi nanti juga pulang" Daehyun mengelus rambut Taehyung, bersama dengan menguapnya anak itu saat kembali kantuk menyerangnya.

"Tae kangen bunda"

Raut wajah taehyung berbeda. Sendu dan penuh kerinduan. Daehyun tentu menyadarinya, seberapa besar rasa rindu anaknya. Apalagi istrinya adalah yang paling dekat dengan Taehyung. pasti rasa rindu anak ini teramat dalam.

Kasihan.

"bunda nanti akan pulang" meski dia tidak yakin akan itu. Tetap, dia harus meyakinkan anaknya jika sang bunda tentu akan pulang. Meski entah itu kapan datangnya. Karena istrinya menghilang tanpa kabar.

Cklek.. mata baekhyun langsung terpengarah saat melihat kedalam rumah. Besar dan megah. Oh tuhan ini benar-benar seperti istana, yah! istana yang ditinggali puteri baekhyun bersama pangerannya chanyeol.

"ini rumah kita?" baekhyun mendongak dengan rasa bahagia yang terluap, memandang chanyeol yang tersenyum. Lelaki itu lalu menggerakan tubuhnya, berjongkok didepan kursi roda baekhyun, menggenggam tangan wanita yang dicintainya.

Senyum manisnya mengambang.

"ini rumah kita sayang. Kau mungkin tidak ingat, tapi ini adalah istana kita. Tempat pangeran dan puteri bersama" seolah tahu isi kepala baekhyun yang penuh dongeng, chanyeol sedikit geli saat mengatakannya. Namun rasa bahagia lebih menguasainya.

"ini indah" baekhyun sama sekali tidak bisa menyembunyikan kekagumannya. Dia langsung berdiri, cepat mengitari setiap sudut rumah yang sangat indah. dinding, lemari, meja, sofa, dan segala macam yang disana begitu indah, cemerlang dan mengkilau, seperti sangat dirawat. Berlapis perak dan emas, ini persis istana.

Bagaimana bisa?

Apakah suaminya ini benar-benar kaya?

Bukankah dia hanya seorang dokter?

Lalu baekhyun kembali mendekati chanyeol, mengerutkan kening, seolah ada hal ganjil yang difikirkannya, membuat chanyeol bertanya bingung.

"kenapa sayang?"

"kau kan seorang dokter? Apa gaji dokter cukup membeli semua kemewahan bak istana ini? Bukannya yang aku tahu hanya pengusaha yang bergerak dalam kerajaan bisnis besar saja yang bisa membeli semua ini. Begitu yang aku lihat di televisi selama dirumah sakit."

Chanyeol tertawa mendengarnya, tidak bisa ditahan lagi. Baekhyun tetap saja polos meski bertahun-tahun berlalu. Gadisnya tetaplah gadisnya, tidak akan berubah menjadi wanita. Meski sudah pernah melahirkan sekalipun.

Chanyeol merengkuh baekhyun dengan geli, "sayang dengarkan aku," baekhyun menatap penuh peringatan, seolah maksud dari tatapannya itu adalah-"jika kau berani tertawa lagi, aku akan marah padamu", atau "aku akan membunuhmu chanyeol". Chanyeol pun akhirnya berdehem, menghentikan tawanya yang akan keluar,

"ini semua yang kupunya sebelum menjadi seorang dokter. Keluarga park adalah yang terkaya di seoul, jika kau ingin tahu", baekhyun memicing, seolah dia tidak percaya ucapan chanyeol yang terdengar tak meyakinkan.

"aku serius" sadar dicurigai, chanyeol segera membela diri. Dan berseru cepat.

"baiklah, aku percaya padamu. Lalu," pandangan baekhyun mengitar, mencari sesuatu, "dimana anak kita sehun, kau bilang kita memiliki anak berusia sembilan tahun kan? Diamana dia?" baekhyun antusias sekali, mencari sehun-yang chanyeol katakan sebagai anak mereka-. Meski ingatannya hilang, seorang ibu seperti baekhyun tentu ingin bertemu anaknya.

"aku titipkan dia pada eomma, selama kau sakit aku lebih sering dirumah sakit, jadi," baekhyun memandang chanyeol dengan kernyitan, saat suaminya tak melanjutkan ucapan, "aku titipkan saja dia, daripada merepotkan dan selalu mengganggumu dirumah sakit"

Baekhyun langsung menggeram, saat ucapan santai itu terlontar dari sang suami dengan tak merasa berdosanya.

Ayah seperti apa dia?

Baekhyun dengan cepat menginjak kaki chanyeol dengan sandal platnya, "dasar papah tidak pengertian." Baekhyun lalu melangkah cepat menaiki anak tangga, meninggalkan chanyeol yang berteriak kesakitan dibawah.

Biarkan saja.

Dia kesal. Seharusnya chanyeol tidak melakukan itu kan?

Huh! Suami dan ayah yang tidak bisa mengerti ibu dan anak. Baekhyun terus menggerutu dalam perjalanan kekamarnya.

Gelap yang pekat diapartemen itu, hanya ada cahaya lampu temaram yang mengitari salah satu bilik kamar, dimana seorang wanita meringkuk dibalik selimutnya.

Tubuhnya gemetar, serta keringat dingin terus membanjiri pelipisnya.

Rasa takut, serta bersalah menghantuinya.

Seminggu lebih, dia sudah mengurung diri dalam kamar, dan tak sama sekali keluar apartemen. Dia takut, dengan apa yang sudah terjadi padanya seminggu lebih yang lalu.

Dan ini mengganggu mentalnya. Terbayang terus tentang wanita itu.

Bagaimana keadaanya?

Apakah dia hidup?

Atau jangan-jangan sudah mati?

Wanita yang ditabraknya tanpa sengaja dimalam itu. Dia masih terbayang bagaimana wanita itu terbujur kaku, penuh darah. Dan saat itu dia hanya bisa memandang penuh ketakutan, dengan tubuh gemetar. Takut tiba-tiba orang datang dan melihatnya menabrak wanita itu hingga tak berdaya, dia memilih pergi, bersama ketakutan yang terus menghantuinya.

"bukan salahku, bukan salahku. dia, dia yang tiba-tiba menyebrang. Yah. bukan salahku, aku tidak salah, aku tidak salah." bisikan-bisikan pada dirinya belum juga bisa membuatnya sadar, dia bahkan semakin parah, seperti seseorang yang terganggu mentalnya.

Suara telfon berdering sejak tadi tak dihiraukannya.

Meski dia tahu siapa yang menelfon, pihak agensinya, menegernya atau bahkan kru film yang tiba-tiba ditinggalkannya, dia tidak perduli. Dia lebih memilih seperti ini, menyendiri dengan ketakutannya.

Secangkir kopi ditaruhnya pada meja, depan suaminya yang sedang asyik melihat beberapa berkas kerjaannya. Lelaki berkacamata itu terlihat serius saat bekerja, menangani beberapa kasus besar yang sangat disukainya.

Sebagai seorang kepala polisi, kerap dia terlarut dalam pekerjaan sampai larut malam. Meski sekarang dirumah, dia tetap fokus dengan berkas-berkas kasusnya, sampai sang istri kerap harus menyindir dan memperingatinya agar perduli dengan kesehatan dan ingat waktu agar beristirahat. Lelaki itu hanya akan menjawabnya dengan senyuman, lalu kembali tenggelam dalam pekerjaan.

Beruntung istrinya super sabar dan pengertian, jadi terkadang istrinya malah menemaninya diruang kerja, sampai tertidur karena saking lamanya menunggunya selesai dari berkas-berkasanya. Alhasil dia hanya tersenyum dan menggendong istrinya kedalam kamar.

"pah minum kopinya dulu, nanti keburu dingin. Mamah ngga mau loh kalau papah minta bikinin lagi kalau kopinya terus dianggurin seperti itu"

Lelaki itu tersenyum saat memandang wajah cantik istrinya, lalu meneguk sedikit demi sedikit kopi hangat yang sudah dibuatkan istrinya penuh cinta.

"terimakasih mah, kopi buatan mamah memang yang paling enak" meski itu bukan gombalan, tapi istrinya tetap menganggap itu hanya perkataan gombal suaminya, dengan berdecak wanita tiga puluh tahun itu membalas ucapan suaminya, "kalau bilang yang paling enak, kenapa selalu dianggurin dulu sebelum diminum, bahkan mamah harus ingetin dulu biar kopinya diminum" meski Cuma bercanda dan suaminya tahu, tetap saja istrinya memang terlihat sudah cukup kesal, mungkin karena kegiatan hariannya yang tidak pernah berubah.

Terlalu bergulat pada pekerjaan. Dan melupakan semuanya.

"maafkan papah, berkas-berkas kasus ini begitu penting, dan terlalu banyak. Papah harus bisa menyelesaikannya mah, bagaimanapun juga ini adalah sebuah amanah yang diberikan kepada papah dari keluarga korban"

Istrinya tersenyum. Meski kerap kesal, dia selalu bangga kepada suaminya yang begitu antusias dalam pekerjaanya. Membantu orang lain adalah sebuah pekerjaan mulia, dan itu jelas membuatnya bangga pada suaminya itu.

Kim joonmyeon yang dicintainya, suaminya yang begitu bijaksana dan juga ayah yang begitu penyayang. Dia sangat bangga menjadi istri lelaki itu. Lelaki yang selalu sempurna dimatanya.

"kalau begitu mamah menemani luhan saja malam ini. Mamah rasa pekerjaan papah akan lebih banyak dari biasanya" joonmnyeon hanya mengangguk sebagai balasan, mengucapkan kalimat selamat malam sebelum istrinya benar-benar pergi meninggalkannya diruang kerja, dengan berkutat pada berkasnya.

Handphonenya berdering.

Panggilan masuk dari dokter park membuatnya cepat mengangkatnya, suara halo dari seberang terdengar dengan dibalasnya. Sampai percekapan singkat terjadi diantara mereka, ucapan yang begitu serius.

"yah chanyeol aku tentu akan membantumu, tidak usah khawatir" senyumnya mengembang, membalas ucapan lelaki diseberang telefon yang begitu dekat dengannya, bahkan sudah seperti adik sendiri.

"aku pastikan semua akan rapi" setelah kalimat itu pecekapan benar-benar terhenti saat ucapan selamat malam terdnegar dari chanyeol diseberang. Joonmyen, kembali menaruh ponselnya, berkutat kedalam berkas-berkas kasusnya lagi dengan fikiran yang menggelutinya.

Semua kasus-kasusnya selalu bisa terselesaikan.

Tapi kasus chanyeol ini, begitu rumit baginya.

Dan pasti akan sangat menguras waktunya.

"Mama..." sehun berteriak saat tiba dirumah, langsung saja berlari menaiki tangga menuju kamar orang tuanya, tanpa perduli teriakan neneknya yang terus memanggil namanya dan memperingatinya tentang orangtuanya yang mungkin masih tidur dikamar. Tentu itu akan mengganggu keduanya.

Entah apa yang mereka lakukan didalam kamar. Siapa yang tahu?

Brakk.. langsung saja sehun membanting pintu. Membuat chanyeol dan baekhyun terlonjak kaget, mereka yang sedang terlelap tentu langsung terbangun dengan suara gebrakan pintu dan terikan nyaring sehun yang mengganggu.

"mamaaaa..." sehun langsung berlari memeluk ibunya, tanpa perduli ibunya begitu syok, apalagi ini sangat pagi. Dan tahu apa yang mereka sangat takutkan?.

MEREKA BELUM MENGENAKAN BUSANA!

"YA TUHAN!"

Benar bukan? Akan ada yang berteriak dan menutup mata saat masuk. Dan itu adalah nyonya Park yang begitu kaget melihat puteranya yang telanjang dada, juga baekhyun yang hanya menutup tubuhnya dengan selimut. Jangan lupa dengan sehun yang memeluknya.

Benar-benar pagi yang sial untuk mereka.

"eomma tidak tahu kenapa kalian bisa seceroboh ini. Oh tuhan! Baekhyun bahkan baru pulang dari rumah sakit. Dan kamu chanyeol! Astaga, astaga, oksigen susah kuhirup." Nyonya park begitu mendramatisir, membuat puteranya begitu jengah dengan memutar bosan bola mata.

Ibunya memang selalu melebih-lebihkan sesuatu.

"aku hanya melakukan yang wajar eomma, aku sangat merindukan baekhyun," pltakkk!, "aww!" chanyeol langsung mengelus kepalanya yang sebagai korban jitakan ibunya.

"wajar! Kamu fikir ini wajar untuk orang yang baru keluar dari rumah sakit setelah dirawat selama seminggu lebih?. Anak ini. Ya tuhan! Kenapa aku harus mempunyai anak yang seceroboh ini! Cucuku yang polos bahkan harus ternodainya"

Nyonya park kembali membuat chanyeol jengah. dengan wajah malas, dia berpura-pura mendnegarkan, nyatanya dia sama sekali tak menangkap perkataan ibunya yang terdengarnya hanya seperti ucapan-ucapan gerutu tak berarti.

"eomma minumlah. Aku rasa eomma haus" baekhyun menaruh segelas cokelat hangat didepan mertuanya, dengan perasaan canggung, tentang masih ingat dimana dia harus dipergok mertuanya sendiri saat sedang, yah kalian tahu sendiri.

Tuhan itu benar-benar memalukan!

"ah terimakasih baekhyun. Kamu memang menantu yang baik" baekhyun hanya tersenyum.

Akhirnya chanyeol bisa merasa lega. Berkat inisiatif baekhyun yang briliant, dia bisa terbebas dari cerocosan ibunya yang pasti tiada akhir. Pada akhirnya baekhyun memang yang terbaik.

"kamu memang hebat sayang" bisikan chanyeol begitu tanda tanya difikiran baekhyun.

Hebat?

Hebat kenapa ya?

Baekhyun yang dasarnya tidak mengerti apa-apa hanya berusaha tidak ambil pusing. Mungkin chanyeol hanya asal bicara, atau hanya sedang merayu? Entahlah...

"ayo mama~ sehun akan kenalkan mama pada luhannie~ dia cantik sekali~" sehun terus menarik-narik Baekhyun, memaksanya agar cepat menemui salah satu teman sehun yang bernama luhan, gadis yang katanya sangat cantik dan pintar. Baekhyun bahkan harus geleng-geleng kepala dengan antusiasme sehun yang berlebih.

"pelan-pelan sayang, mama nanti jatuh, kamu juga"

Sehun tetap tidak menghiraukan peringatan Baekhyun, anak lelaki itu malah semakin terus menariknya, membuat baekhyun hanya bisa geleng-geleng kepala dan tersenyum.

"luhaniii~"

Sepertinya orang yang mau sehun tunjukan pada baekhyun sudah terlihat. Terbukti sehun langsung berteriak memanggil, dan melambai-lambaikan tangan, kepada gadis kecil yang berjarak cukup jauh dari mereka. "ayo mama" sehun kembali menarik baekhyun, lebih cepat agar mereka bertemu luhan.

"hai sehun, selamat pagi" gadis kecil berwajah cantik itu menyapa dengan ramah, senyum manis dan mata beningnya begitu mempesona, membuat sehun begitu senang, "pagi juga luhani sayang~" luhan langsung saja cemberut mendengar balasan sehun yang berimbuhan kata yang tak disukainya

"ish! Sehun ngga boleh panggil aku sayang." Kesal luhan cemberut. Tapi sehun tidak perduli, bagi bocah itu dia senang membuat luhan cemberut dan kesal, karena semakin luhan cemberut semakin terlihat lucu. Bahkan dengan sering sehun biasanya menjahilinya, dan membuatnya selalu kesal setiap saat.

"sehun, kamu ngga boleh gitu sayang. Kan luhan Cuma temen kamu, masa panggilnya gitu. Emang siapa yang ngajarin?"

"papah" baekhyun langsung terpengarah mendnegar jawaban langsung sehun yang polos. Air ludahnya serasa susah ditenggak, dia tidak tahu harus melanjutkan apa lagi untuk bicara. Chanyeol itu benar-benar. Baekhyun memaki dalam hati.

"bunda~" seorang anak kecil tiba-tiba memeluknya dari belakang, memanggilnya bunda. Baekhyun kaget. berniat berbalik namun tidak bisa. anak itu terlalu erat memeluknya.

"kamu kenapa peluk-peluk mamaku? Lepas!" sehun tidak terima mamanya dipeluk sembarangan anak lain, apalagi anak itu taehyung, orang yang selama ini menjadi musuhnya yang selalu bisa merebut perhatian luhan darinya, dia benci taehyung. "lepas bodoh!"

"sehun!" baekhyun langsung berseru marah mendengar sehun mengucap kalimat yang tak seharunya, baginya itu terlalu kasar diucapkan anak seusia sehun. Jangan bilang ini chanyeol lagi yang mengajarkan?. Ya tuhan! Mimpi apa dia punya suami yang sukanya mengajarkan yang tidak benar pada anaknya. Padahal suaminya adalah seorang dokter. Contoh yang seharusnya baik untuk masyarakat. Chanyeol kamu benar-benar akan mati ditangan baekhyun. Tungguh saja.

Perlahan anak bernama taehyung itu melepaskan pelukannya. Menunduk begitu takut. Dia takut setelah ini akan diganggu kembali oleh sehun yang memang selama ini mengganggunya. Dia tidak ingin mencari masalah, karena kata ayahnya mencari masalah dan musuh itu tidak baik. Dan dia akan menjadi orang jahat seperti para nenek sihir dalam cerita dongeng. Diakan inginya jadi pangeran tampan yang baik hati. Dan bukan penyihir. Jadi dia harus baik kan?.

"nak, kamu pasti salah orang. Bibi mama sehun, bukan bunda kamu" baekhyun berbalik, menunduk kepada anak yang tadi memeluknya itu.

Anak itu tampan dan manis. Dia fikir anak ini sangat tak asing baginya. Tapi... baekhyun menggeleng-geleng, mungkin saja dia pernah melihat anak semanis ini ditelevisi atau kebetulan bertemu dirumah sakit, bisa saja.

"tidak! Aku yakin bunda, aku ngga mungkin salah ngenalin bunda." Taehyung masih keukeuh, karena dia memang sangat yakin kalau wanita didepannya adalah bundanya, orang yang selama ini ditunggunya dan juga ayahnya. Mana mungkin dia lupa.

"kamu pasti salah! Jangan ngaku-ngaku deh!" sehun masih tidak terima. Dia sangat marah mamanya diakui orang lain sebagai ibunya, dia sangat tidak terima. Ini mamanya dan dia tidak akan membiarkan siapapun mengambil mamanya lagi.

"bunda... taehyung sama ayah kangen bunda, bunda pasti kangen juga kan sama taetae dan ayah, ayo pulang bunda. Ayah pasti seneng banget bunda pulang." Seolah tidak perduli dengan sehun taehyung tetap keukeuh mengakui kalau baekhyun adalah bundanya, dan dia menarik-narik baekhyun agar ikut pergi bersamanya, menemui ayahnya.

"jangan ganggu mamaku. Pergi sana!" sehun sudah terlanjur marah dan langsung mendorong taehyung menjauh, beruntung taehyung tidak sampai terjatuh, hanya terlepas dari baekhyun yang dipegangnya.

Baekhyun ditarik sehun menjauh dari taehyung. Wajahnya sedih melihat anak itu yang begitu sendu dan terus memanggilnya bunda dengan lirih.

Sebenarnya siapa anak itu? Benak baekhyun menanyakan tentang keganjilannya. Dia merasa sangat dekat dengan anak bernama taehyung itu. Seperti ada perasaan yang terhubung diantara keduanya. Tapi...

"mama pulang aja deh. Daripada nanti di ganggu anak itu lagi, sehun ngga suka." Baekhyun terbuyar dari bayangannya, memandang sehun yang bersidekap dada, wajah kesalnya begitu ketara. Anak ini pasti cemburu.

Baekhyun berjongkok, dan memegang tangan anaknya sayang. Senyumnya terukir dengan begitu tulus.

"mama ngga diganggu kok. Lagipula anak itu Cuma salah orang, sehun ngga perlu benci sama dia. Dan inget jadi anak yang baik, ngga boleh marah-marah dan ngomong kaya tadi, mama ngga suka."

Sehun memandang mamanya menyesal, sedikit menunduk anak itu bergumam minta maaf, "maafin sehun mah, sehun Cuma ngga mau mama di ambil dan pergi dari sehun lagi"

Baekhyun mengulas senyum maklum. Dia tahu anak ini sangat takut kehilangannya. Dia peluk anaknya itu dengan sayang, menggumamkan kata-kata yang menenangkan untuk sehun, "mama ngga akan pergi, mama akan selalu ada didekat sehun"

"janji?"

Baekhyun melepaskan pelukan dan mengangguk, "janji."

Sehun tersenyum lebar, begitu senang. "oke kalau gitu. Sehun pegang janji mama", hampir saja baekhyun tertawa mendengar ucapan sehun kecil yang seperti orang dewasa.

"yasudah sana kekelas, nanti gurunya keburu datang, sehun ngga mau dihukum kan?"

"ngga dong mah."

"yaudah sana" sehun mengangguk, langsung berbalik dan berniat pergi, namun sepertinya dia lupa sesuatu dan segera berbalik lagi menghadap baekhyun. Menatap mamanya yang terlihat bingung. Anak berusia 9 tahun itu kemudian langsung mencium pipi mamanya, "sehun cinta mama" lalu kembali berbalik dan berlari menuju kelasnya.

Baekhyun mengulas senyum. Memandnag sehun yang sudah menghilang karena berlari cepat kekelas.

Fikirannya menerawang. Bertanya-tanya bingung tentang anak bernama taehyung itu.

Sebenarnya siapa anak itu?

Apa ada kaitannya dengan dia dimasa lalu?

Mungkin daripada banyak bertanya, dia seharunya bertanya kepada chanyeol yang mungkin tahu.

Daehyun tidak fokus pada pekerjaannya. Sejak tadi fikiran tentang istrinya masih menghantuinya. Kenapa sampai sekarang belum ada kabar juga, sudah sebulan dan sebentar lagi akan lebih. Apa seharunya dia bertindak dan mencari istrinya?

Siapa tahu ada hal buruk menimpa istrinya sehingga dia menghilang.

Tapi apa?

"hey bung, sepertinya kau sedang banyak masalah. Kenapa?" salah satu rekan kerja sesama wartawan mendekatinya, melihatnya yang sangat tidak fokus, temannya sangat tahu daehyun sedang bermasalah.

"kau bisa cerita padaku jika banyak masalah. Siapa tahu aku bisa bantu"

Daehyun mendesah. Dia menegakan tubuhnya, dan berusaha tak mengerjakan pekerjaannya yang sudah pasti percuma kalau dia tidak bisa fokus.

"tidak ada. Hanya masalah sederhana, aku sedang merindukan istriku yang sedang pulang kekotanya. Sudah lama sekali rasanya"

Temannya itu tertawa renyah, menganggap kawannya itu begitu konyol. Sangat merindukan istrinya sampai tak fokus kerja. "kalau memang begitu, kenapa tidak kau telephon dan suruh dia cepat pulang. Apa susahnya."

Daehyun diam. Seandainya bisa sudah dia lakukan. Menelphon baekhyun, menyuruhnya cepat pulang. Dan mereka bertemu. Urusan selesai.

Tapi pada kenyataannya, semua tak semudah itu. Dia bahkan sudah ribuan kali menghubungi baekhyun, tetap handphone tidak aktif. Menghubungi keluarganya dibusan sudah, tapi baekhyun tak disana. Menghubungi keluarga baekhyun, sudah. Dan mereka bilang baekhyun sudah pulang. Lalu, apa lagi yang bisa dilakukan daehyun?

"sudah kulakukan. Tetap saja itu tidak mudah."

"kenapa tidak kau coba susul kesana. Siapa tahu istrimu ingin kemu mengejarnya. Perempuankan biasanya seperti itu, ingin dikejar dan diperhatikan lebih."

Mungkin benar. Kenapa dia tidak berfikir mengenai itu? Siapa tahu memang baekhyun masih disana, dan jika keluarganya mengatakan sudah pulang. Bisa jadi baekhyun berada disuatu tempat disana. Ditempat yang biasa mereka bersama mungkin. Bisa saja.

"kau benar bung. Kenapa aku payah sekali. Ide itu saja sampai tidak kufikirkan." Daehyun merasa konyol. Terlalu kalut sampai dia tidak mau mengambil sebuah keputusan lain selain menunggu baekhyun. Bukannya ini lebih kelihatan nyata, dan semua mungkin bisa menjadi jelas.

"besok aku akan busan. Menjemputnya."

"itu bagus bung." Yongguk menepuk pundak daehyun. Sangat senang kawannya bisa bersemangat kembali. Siapa tahu dengan masalah ini selesai kawannya bisa kembali terlihat hidup. Sudah seminggu lebih kawannya itu selalu murung dan tak pernah terlihat bersemangat. Semua jelas setelah bercerita tentang istrinya.

Memang benar. Wanita bisa membuat kita selalu memikirkan. Dan membuat hari-hari kita hampa tanpa kehadirannya. Contohnya daehyun ini. Sayang saja dia belum menemukan wanita yang pas. Untuk dijadikannya sebagai istri. Bersabarlah bang yongguk. Kamu akan mendapatkan kekasih yang tepat untukmu.

"kau sudah menemukannya hyung?" chanyeol langsung bertanya, setelah pintu ditutupnya. Tanpa menunggu duduk dia sudah sangat penasaran tentang siapa yang menabrak baekhyun, dan pergi begitu saja tanpa bertanggung jawab.

"duduk dulu chanyeol. Jangan terlalu tegang. Ini masalah sederhana bukan kasus pembunuhan" joonmyeon dengan santai tersenyum dan mempersilahkan chanyeol agar duduk. Dia tidak terlalu senang terburu-buru.

"hyung ayolah. Kamu tidak lupa kan bagaimana paniknya aku saat baekhyun kecelakaan waktu itu, hampir saja dia tak terselamatkan jika saja aku tak cepat menanganinya. Ini masalah yang sangat serius untukku hyung." Chanyeol tak sabaran, dia sudah terlalu emosi mengingat bagaimana baekhyun hampir saja pergi untuk selamanya. Dia tidak terima, dan sangat tidak terima karena yang menabraknya tega pergi begitu saja, tanpa bertanggung jawab.

"aku tahu chanyeol. Dan aku bersamamu waktu itu. Jadi aku tidak akan lupa."

Chanyeol menghembuskan nafasnya secara perlahan-lahan, berusaha menstabilkan dirinya agar tak tersulit emosi terus-terusan, dan bisa membuat dirinya tak terkendali.

"jadi siapa hyung? Katakan padaku"

"im jinah." Jawaban langsung joonmyeon membuat chanyeol terpengarah.

Im... jinah? Hatinya mengeja kalimat itu. Nama yang begitu tak asing untuknya.

"im... jin..ah?" joonmyeon mengangguk dnegan sangat mantap. Membuat chanyeol mencelos. Blank otaknya mendengar itu.

Im jinah... im jinah...

Nana.. mantan istrinya...

Ya tuhan!

To be continute...

Halooo~ masih ingat saya? Hehehe... maaf ya saya tak melanjtkan cerita dulu malah mengulangnya lagi. Tapi tenang isi cerita sama kok, Cuma agak dirubah saja. Ini tetap "Pure Love" yang sama dengan cast utama sama namun ada tambahannya yang menurut saya lebih pas saja.

Semoga kalian suka dengan versi baru ini.

Saya sudah terlalu lama semedi. Pas muncul lagi malah ngga lanjut dan bikin pengulangan seperti ini. Maafkan saya... maaf banget.

Soalnya saya fikir. Bagusnya saya mendalami dulu itu bagaimana kepenulisan. Baru membuat apa itu cerita.

Namun meski mendalami juga tetap hasilnya sama hehehe... karena belajarnya juga ngga serius malah sering ngga belajar. Loh? Hehehe... biasa, namanya kalau belajar pasti malas yah? Apalagi saya bukan anak sekolah lagi hehehe...

Eh tapi tetap minta tanggapan kalian. Seperti biasa hanya komentar, masukan, atau apapun itu deh yang pasti bisa membuat saya selalu semangat nulisnya.

Kasih semangat buat saya dong. Semangat gitu. Hehehe...

Oke deh bye... bye...

See you next part... aku sayang kalian..

N : nama saya ganti yah, jadi Ayumi-chan. Yang dulunya Ayu Fatma Diana. Tapi nama di asli mah tetep sama kok. Intinya Ayu. Udah deh itu aja. Hehehe...