Disclaimer : Tite Kubo.

Warning : AU, aje, abal, Typo(S), OOC mungkin, alur kecepetan, dan sebagainya.

A/N : Fic multi kedua saya.. hore! Kali ini pairnya GgioSoi.. ya, semoga kalian menyukainya ya..^^

A Star and A Bee.

Chapter 1.

They meet.


Mereka semua bilang, hal yang paling menyenangkan adalah masa SMA, tapi hal itu sama sekali tidak dirasakan oleh seorang Shaolin Shihoin. Perempuan berkepang 2 itu, sama sekali tidak menikmati asam manisnya cinta di masa-masa seperti inu. Dia selalu memikirkan tentang karir, prestasi, dan bagaimana caranya menyaingi seorang Yoruichi Shihoin, kakaknya sendiri.

Seperti sekarang, saat semua perempuan di kelasnya berteriak tidak jelas, karena menatap laki-laki tampan yang mereka sukai. Shaolin hanya terdiam di taman belakang sambil menutup telinganya. Entah apa yang ada dipikirannya, hingga tidak tertarik pada lawan jenis, tapi jangan pernah menganggapnya seorang yuri, karena kalian akan mendapat pukulan telak di kepala kalian. Pernah hal itu terjadi saat seorang laki-laki iseng di kelasnya, yang dengan polosnya bertanya.

"Kau yuri, ya?" Shaolin yang mendengarnya langsung naik pitam, dengan gerakan cepat tangannya sudah memukul kepala laki-laki itu.

"Aduh," laki-laki itu mengerang, Shaolin hanya menatapnya, lalu segera pergi.

Kejadian itu sudah lama terlewat, dan setelah kejadian itu, tidak ada yang berani bertanya tentang hal itu padanya.

Sekarang, perempuan manis berkulit putih itu sedang mengungsi di taman belakang, kenapa? Karena dia amat sangat tidak menyukai suara bising yang ditimbulkan teman-teman perempuannya, yang berteriak setiap kali menatap laki-laki tampan yang ada di sekolahnya, hal itu sungguh membosankan. Shaolin berbaring di rerumputan hijau itu, menggunakan kedua tangannya untuk menahan kepalanya.

"Haah," dia mendesah, dan menatap langit di atasnya, "Cuaca yang cerah," angin bergerak semilir menerbangkan poni Shaolin, dia tampak memejamkan matanya sejenak. Suara dedaunan yang bersentuhan dengan angin menimbulakn sebuah musik tersendiri untuk mengantar seorang Shaolin Shihoin menuju gerbang mimpi di tidurnya. Ya, dia tertidur, tertidur dengan pulasnya.

1 menit, dia masih dalam posisi tidurnya.

2 menit, dia masih tertidur, dengan hembusan nafasnya yang masih terdengar teratur.

3 menit.

TEEEEEEEEEEEEEEEEEEEEEEEEEET

Bel sekolah yang sangat nyaring itu, mengagetkan Shaolin. Dia sangat terkejut, hingga dia tiba-tiba terlonjak kaget, dan memaksa tubuhnya untuk keluar dari alam mimpi yang telah disusunnya dengan indah.

"Kapan bel itu diganti, suaranya sangat memekakkan telinga," Shaolin berusaha mengatur nafasnya lagi.

"Sebaiknya, aku segera pergi," dia bangkit dari rerumputan hijau itu, dan membersihkan dedaunan yang menempel di roknya. Setelah melakukan hal itu, dia langsung berlari menuju ruang loker, untuk mengambil beberapa buku. Ruangan itu sangat sepi, Shaolin berjalan perlahan dan membuka loker miliknya.

"GGIO!" lagi-lagi suara melengking dari seorang perempuan mengagetkan telinga Shaolin yang baru saja kembali normal setelah mendapat kejutan dari bel sekolah yang amat nyaring. Shaolin memutar kepalanya menatap pintu loker di gedung Karakura Senior High School.

"Kenapa hari ini, semua orang sangat senang berteriak, sih?" Shaolin masih menatap lekat pada sosok pemuda yang memiliki rambut yang dikepang, memasuki ruangan itu.

"JANGAN LARI KAU!" Shaolin menggerakkan kepalanya menatap gadis kecil dengan rambut hijau muda, mengejar pemuda bernama Ggio tadi.

Pemuda tadi dengan cepat menutup pintu kaca ruangan itu.

"Junior dilarang masuk di kawasan Senior," Ggio tertawa menatap gadis tadi. Gadis tadi masih menggedor pintu itu, sambil teriak-teriak menatap Ggio. Tiba-tiba suara gadis itu menghilang, karena salah satu guru tertampan di sekolah ini, menegurnya, siapa lagi kalau bukan Kuchiki Byakuya, guru yang paling tampan, dan sangat kejam, seperti pembunuh berdarah dingin. Ckckc gosip itu beredar cepat, kala sang guru yang amat tampan itu, memarahi habis-habisan seorang murid tanpa ampun dengan kata-kata tajamnya. Dan sepertinya gadis itu sedang beruntung, karena walau dia dimarahi habis-habisan oleh salah satu guru yang amat galak, tapi dia dapat dengan puas memandangi salah satu guru yang memiliki wajah paling tampan seantero sekolah ini.

"Tidak penting," Shaolin kembali menatap lokernya dan mengambil beberapa buku. Ggio berjalan membuka sebuah loker di samping loker Shaolin. Shaolin hanya menatapnya bingung, karena jujur saja dia belum pernah melihat laki-laki itu sebelumnya.

"Apa?" tiba-tiba laki-laki itu bersuara, Shaolin terkejut, dia menatap sekelilingnya, hanya mereka berdua di sana.

"Apa?" Ggio kembali mengulang pertanyaanya, dan kini dia memutar tubuhnya sehingga menatap Shaolin dengan sempurna.

"Aku?" Shaolin menunjuk dirinya sendiri.

"Kau pikir di ruangan ini ada berapa orang?" dia menjawab malas, Shaolin hanya menatapnya sinis, "Kenapa kau menatapku?" tanyanya lagi.

Shaolin mengangkat sebelah alisnya, dia sendiri bingung kenapa dia menatap laki-laki seperti Ggio, "Kau menyukaiku?" tanyanya blak-blakan. Shaolin langsung mengerutkan dahinya.

"Dimimpimu."

BRAK.

Shaolin langsung menutup pintu lokernya dengan kasar, dan segera berbalik.

"Hei, hei," Ggio menarik rambut panjang Shaolin yang dikepang. Shaolin berhenti.

"Apa?" tanyanya ketus, dia berbalik, bola mata abunya menatap tepat ke dua buah bola mata emas yang dimiliki Ggio.

"Namamu?" Ggio bertanya.

"Tidak penting," Shaolin langsung menepis tangan Ggio.

"Ggio Vega, ingat itu," Ggio berjalan melewatinya, dan saat akan menghilang, Ggio menatap Shaolin yang juga menatapnya. Dia berseringai, lalu mengangkat tangannya menunjukkan pita putih yang membungkus salah satu kepangannya. Iris abu yang dimiliki Shaolin langsung melebar, dan dia langsung meraba salah satu kepangannya.

"Hahaha.." Ggio tertawa melihat ekspresi keterkejutan Shaolin, Shaolin hanya menatap Ggio dengan tatapan kesal, sebelum pemuda bermata keemasan itu menghilang dari pandangannya.

"Tch, Sial," Shaolin langsung menggebrak loker di sana.

"Shihoin, segera masuk ke kelasmu," Byakuya berteriak menatap Shaolin.

"I-iya, maaf," Shaolin langsung berlari ke kelasnya.

Sret, Shaolin membuka pintu kelasnya, tiba-tiba semua pasang mata langsung menatapnya.

"Apa?" tanya Shaolin polos, teman-temannya langsung menatap seorang guru yang rambutnya dikepang di depan.

"Kau terlambat, Shaolin-san," Unohana Retsu, guru yang sangat lembut, dan memiliki senyum yang manis, tapi senyum itu terkadang merupakan sebuah kutukan bagi para murid yang mealwan perintahnya.

"Gomen, Unohana-sensei," Shaolin membungkukan badannya.

"Iie Daijobu, silahkan duduk," Shaolin berjalan masuk, dan saat melewati Unohana. Guru yang sangat baik hati itu bersuara.

"Sepulang sekolah, bagaimana kalau kita berbicara?" Shaolin langsung menggerakkan kepalanya dengan slow motion. Lalu, dia bergidik saat menatap sang guru sedang mengeluarkan senyum yang sangat amat manis, sekaligus menyeramkan dimata Shaolin.

"Ha-hai," Shaolin mengaggukkan kepalanya dengan slow motion pula.

"Mari kita lanjutkan pelajarannya," Shaolin duduk di kursinya.

"Kau kenapa bisa terlambat, sih?" tanya salah satu temannya yang berambut hitam dan terlihat tomboy.

"Ada masalah tadi dengan bel sekolah," dia tertawa pelan, dia, Tatsuki Arisawa, teman yang duduk di depan Shaolin.

"Arisawa-san," Tatsuki berhenti tertawa dan menatap sang guru.

"I-iya?"

"Ada apa, kau ingin berbagi kesenangan bersama kami?" tanya sang guru.

"Ti-tidak, silahkan Anda lanjutkan," Tatsuki menundukkan kepalanya menatap buku pelajarannya.

"Baiklah," Unohana kembali memutar tubuhnya menghadap papan tulis. Shaolin hanya menatap keluar jendela sekolahnya, dia sama sekali tidak memperhatikan apa yang dikatakan Unohana, pikirannya sekarang mengarah ke pita putihnya, bagaimana caranya dia mengambil pita itu kembali?

TEEEEET

Bel pulang sekolah berbunyi.

Bel sekolah itu lagi-lagi mengganggu kegiatan Shaolin, karena bel itu, semua lamunannya buyar berantakan. Dia hanya mendesah menanggapi sang bel yang amat senang mengganggu hidup Shaolin.

"Matsumoto," Shaolin memanggil teman sekelasnya yang berambut blonde. Perempuan itu menoleh.

"Ada apa?" dia menatap Shaolin dengan bingung, karena jujur saja, jarang sekali perempuan ini memanggilnya. Shaolin sendiri malas memanggilnya, tapi dia membutuhkan alamat kelas dari seorang laki-laki berkepang dengan nama bintang sebagai nama belakangnya.

"Kau kenal dengan Ggio Vega?" teman-teman Matsumoto langsung terdiam, benarkah ini pertanyaan yang meluncur dari bibir seorang Shaolin?

"I-iya, ada apa?" tanya Matsumoto yang berusaha sesantai mungkin.

"Dia kelas berapa?"

"Kelas 2 IPS 2," Shaolin mengaggukkan kepalanya.

"Baiklah, terima kasih," Shaolin langsung berjalan keluar kelas. Dia menatap deretan kelas yang berada di gedung yang sangat besar ini.

"2 IPS 2, 2 IPS 2," Shaolin menggumam.

"Ini dia," Shaolin membuka pintu kelas itu.

Sret.

Semua mata tertuju pada Shaolin, namun setelah itu mereka semua kembali ke objek utama, Ggio Vega. Ya, kelas itu sudah sepi sekarang, yang ada hanya Ggio dan perempuan-perempuan yang berkumpul di sekitarnya.

"Kembalikan pitaku," Shaolin bersuara. Heing, tidak ada yang merespon. Tapi, tanpa Shaolin ketahui, Ggio mendengar suaranya, dia tersenyum.

"Kalian tunggu aku diluar, bagaimana?" dia tersenyum, Shaolin membuang mukanya, rasanya dia mau muntah melihat senyumn yang lebih mirip seringaian itu.

"Kau janji tidak akan kabur?" ucap salah seorang perempuan.

"Aku janji," perempuan-perempuan itu pun berbalik teratur, dan segera pergi dari kelas itu. Hingga tinggalah mereka berdua di kelas itu. Mereka berdua diam, Shaolin menatap Ggio yang sedang membereskan buku-bukunya.

"Apa yang kau inginkan? Menyatakan cinta?" tanya Ggio dengan tatapn sinis, dia berjalan mendekati Shaolin.

"Jangan pura-pura bodoh, kembalin pitaku," Shaolin menatap galak Ggio.

"Maksudmu ini?" Ggio mengangkat tangannya, Shaolin menatap pergelangan tangan itu, yang kini telah terbaluri dengan pita putih yang dia miliki.

"Kembalikan," Shaolin berusaha mengambil pitanya.

"Tidak secepat itu," Ggio semakin menjauhkan tangannya.

Sret.

Pintu terbuka.

"Kenapa kalian belum pulang?" Unohana berdiri di depan pintu, Shaolin langsung bergidik, "Ara, Shaolin-san, bukankah kita ada janji?" Shaolin hanya mengagguk-anggukan kepalanya, "Vega-san, kenapa belum pulang?" tanya Unohana.

"Baru saya ingin pulang," Ggio berjalan melewati Shaolin.

"Ayo, Shaolin-san," Shaolin berdecak dalam hatinya, pitanya belum dapat dia ambil, dan sekarang dia harus berbincang berjam-jam dengan Unohana dan meminum teh herbal kesukaannya, dia hanya mendesah menerima kenyataan itu.

Saat pintu itu tertutup, Shaolin menatap Ggio yang masih berdiri di dekat kelasnya.

"Sampai bertemu lagi," ucapnya. Lalu, mengangkat tangannya sehingga menunjukkan pita milik Shaolin. Ggio tersenyum menatap Shaolin.

"Tch," Shaolin hanya membuang mukanya, dan berlari menyusul Unohana.

Ggio berlari turun ke lapangan parkir dan bersiap mengambil motornya. Dia ingin segera pulang hari ini, tapi sepertinya hal itu harus dibatalkan, karena perempuan-perempuan tadi kembali mengerubuninya. Ggio hanya mendesah melihat hal ini. Namun sepertinya, Tuhan menyayangi Ggio kali ini.

"Ggio!" sang penyelamatnya tiba.

"Lily," Ggio menatap gadis berambut hijau muda tadi, dia salah satu murid di SMP Karakura.

"Awas, awas," gadis bernama Lilynette itu langsung menyelak para fans girl Ggio. Beberapa siswi menatap galak Lilynette, tapi Lilynette malah menatapnya dengan lebih galak lagi.

"Apa?" tanya Ggio.

Buk.

Lilynette mumukul kepala Ggio.

"Aww, apa masalahmu sih?" Ggio menatap marah Lilynette.

"Balasan tadi sudah mengganggu jam istirahatku," tanpa dikomando Ggio, Lilynette sudah duduk di jok belakang motor Ggio.

"Hei!" Ggio memprotes.

"Awas, kita mau pulang," Lilynette langsung menarik Ggio.

"Sampai besok semuanya," Ggio menyalakan motornya.

Tepat disaat bersamaan Shaolin keluar dari gedung sekolah itu, dia bersukur karena Unohana harus segera menghadiri sebuah undangan-yang sama sekali tidak ingin Shaolin tahu-bersama keluarganya.

Tiit tiit. Ponsel Shaolin berbunyi.

"Nee-sama," ucap Shaolin.

"Segeralah pulang, ibu memasak masakan spesial hari ini," ucap seorang perempuan dari seberang telepon.

"Iya," setelah mengucapkan jawaban itu, telepon tertutup. Shaolin berlari meninggalkan halaman sekolah. Saat itu, dia berpapasan dengan Ggio, dia sedang tidak ingin meributkan masalah pita dengan laki-laki itu, dia hanya menatap Ggio dari sudut matanya, begitupula Ggio. Setelah itu, mereka mengambil jalan masing-masing.

Setelah ini, sebuah cerita akan dimulai, dari pertemuan sang bintang yang menerangi orang disekitarnya, dengan sang lebah yang dapat menyengat orang di sekitarnya. 2 orang yang berbeda, namun sama, akan dituliskan dalam sebuah cerita kehidupan mereka masing-masing.


To Be Continued.

A/N : yaks chapter 1 jadi, segini dulu deh.. hehehe sebagai permulaan,

Maaf kalo gaje, abal dan beberapa kekurangan lain yang masih terdapat di fic ini.. oleh karena itu, aku masih membutuhkan kritik dan saran dari kalian.

So review pliss...