CAST

- Byun Baekhyun

- Park Chanyeol

- Park Jesper

- Park Jackson

- Kim Jongin

GS/CHANBAEK/DRAMA/MARRIAGE LIFE/ROMANCE/FAMILY/RATE M

Semula,Chanyeol tak begitu akrab dengan spatula,penggorengan,ataupun alat tempur dapur lainnya. Ia bahkan masih seringkali gagal membedakan antara gula dan garam. Garis besarnya,Chanyeol adalah seorang koki yang buruk.

Namun,keadaan memaksa Chanyeol untuk menjiwai peran barunya sebagai seorang single fighter. Sebagai seorang daddy,sekaligus mommy untuk jagoan kecilnya,Park Jackson. Tepatnya,sejak perceraiannya dengan Baekhyun setahun lalu.

Pernikahan yang telah dibangun selama tujuh tahun,akhirnya berujung kandas setelah keduanya tak lagi memiliki alasan untuk tetap bersama. Keduanya sepakat untuk mengakhirinya dengan damai,dan melanjutkan hidup masing-masing. Chanyeol dengan si bungsu Jackson,dan Baekhyun dengan si sulung Jesper.

Jerit tangis Jackson memaksa Chanyeol berlari tergopoh menghampiri si bungsu,menjeda sejenak aktivitasnya demi menenangkan Jackson yang seringkali diserang tantrum saat terjaga. Dan benar,ia mendapati Jackson tengah terisak di sudut ranjang dengan memeluk kedua lututnya. Isak tangisnya terdengar menyayat dengan lelehan butiran bening yang membasahi kedua belah pipinya.

"Kenapa jagoan daddy menangis,hum?" Chanyeol tergesa menghampiri Jackson yang telah menangis sesenggukan. Tangannya sigap menghapus lelehan air mata Jackson sebelum membawanya pada sebuah dekapan hangat.

"Huwaaaaa...Mommy...Aku rindu mommy...Huwaaaa..."

Chanyeol cukup paham dengan apa yang terjadi. Mimpi buruk adalah alasan paling masuk akal yang menyebabkan Jackson tiba-tiba merindukan ibunya. Tentu saja,karena Jackson masih terlalu balita untuk mimpi basah. Ah lupakan.

"Kau mimpi buruk? Jangan takut...Ada daddy disini..."

"Aku tidak..." Jackson mencicit lirih,sepasang mata bulat yang serupa Chanyeol mengerjap sayu dengan bibir yang telah mengerucut. Detik ini,Chanyeol seolah melihat duplikat dirinya dua puluh lima tahun silam pada wajah Jackson.

"Lalu kenapa,hum? Katakan pada daddy..."

"Tapi daddy harus janji,daddy tidak boleh marah..."

Jackson mengulurkan jari kelingkingnya ke arah Chanyeol. Menunggu Chanyeol menautkan kelingkingnya demi sebuah kata sepakat antara keduanya. Semacam sebuah perjanjian antar laki-laki. Laki-laki dewasa dan laki-laki seperempat dewasa.

"Kenapa daddy harus marah? Katakan...Apa yang membuatmu menangis..."

Jackson menatap tautan kelingking antara keduanya dengan binar bahagia. Diam-diam,ia mengulas senyum penuh kemenangan karena Chanyeol akhirnya mengiyakan permintaannya.

"Aku...Aku...Mengompol..."

Dan detik ini,Chanyeol menyesali keputusannya sedetik lalu.

...

"Roti bakar gosong lagi? Daddy benar-benar payah..." Sebuah protes Jackson ujarkan saat ia mendapati setangkup roti berwarna exotic dengan olesan selai strawberry sebagai menu sarapannya pagi ini.

Jackson reflek mengatupkan bibirnya rapat-rapat,menutup akses agar makanan bercitarasa absurd buatan ayahnya tak menyentuh lidahnya.

"Ini bukan gosong,hanya saja...Sedikit terlalu matang..."

Sebuah pembelaan klise yang telah Jackson hafal di luar kepala.

"Aku tidak mau makan ini...Aku mau omelete dan sosis..." Jackson melipat kedua tangannya di depan dada dengan bibir mengerucut. Meniru style andalan Baekhyun ketika sedang merajuk pada Chanyeol.

"Kita akan terlambat kalau daddy harus memasak omelet dan sosis...Kau lihat,sebentar lagi jam tujuh..."

"Pokoknya aku mau omelete dan sosis,kalau tidak,aku tidak mau berangkat sekolah..."

"Bagaimana kalau sosisnya besok saja? Daddy janji,besok daddy akan buatkan omelet dan sosis untuk Jackson..."

"Shireooooo...Aku mau sekarang..."

Detik ini,Chanyeol tengah menahan diri untuk tidak mengumpat di depan putranya yang kembali berulah nakal. Ia hanya bisa mengusak rambutnya dengan frustasi saat melihat Jackson yang mulai melempar satu per satu seragam sekolahnya tanpa rasa bersalah. Dan kini,yang tersisa hanya selembar celana dalam bergambar iron man yang masih melekat di tubuhnya.

"Comeon,boy... Daddy ada meeting jam delapa,kita harus berangkat sekarang..."

"Pokoknya aku tidak mau berangkat sekolah..." Jackson mencebik kesal. Ia membuang muka,kemudian mengurai langkah lebar-lebar meninggalkan Chanyeol begitu saja.

Sebuah dentuman keras terdengar dari lantai atas,tepatnya dari kamar Jackson. Jackson membanting pintunya keras-keras sebelum akhirnya mengurung diri di dalam kamar.

Detik ini,Chanyeol benar-benar harus menarik lagi kata-katanya,jika Jackson adalah duplikat dirinya. Karena baginya,ia hanya menurunkan gen tampan dan rupawan pada Jackson,sedangkan sifat keras kepala ini? Pasti berasal dari Baekhyun.

Chanyeol benar-benar tak memiliki pilihan lain selain membujuk Jackson agar mengakhiri rajukannya.

"Boy...Ini daddy..." Chanyeol mengetuk pintu kamar Jackson,bersiap memulai negosiasi agar si bungsu tak mengacau agenda meetingnya dengan mogok makan sekaligus mogok sekolah seperti ini.

"Aku sedang marah...Aku tidak mau bicara dengan daddy..."

"Boy...Daddy mohon...Jangan merajuk seperti ini..."

"Aku tidak merajuk...Siapa yang merajuk?"

"Bagaimana kalau kita berangkat sekarang? Nanti daddy belikan eskrim dan permen kapas..."

"Eskrim dan permen kapas? Daddy pikir aku anak kecil?"

Oh ya tuhan. Chanyeol semakin frustasi. Anak kecil macam apa yang tidak mau dianggap anak kecil? Anak kecil sok dewasa ini seharusnya ingat,jika tadi pagi ia menangis meraung-raung hanya gara-gara mengompol. Chanyeol tiba-tiba was-was jika nantinya ia akan mati muda diserang hipertensi gara-gara harus mengurus Jackson seorang diri.

"Bagaimana kalau mainan baru? Robot iron man? Daddy tau kau menyukainya?"

"Jangan bujuk aku dengan mainan,aku bukan anak kecil,daddy…."

"Tapi kau masih empat tahun,boy…Haruskah daddy menganggapmu sebagai seorang laki-laki dewasa?"

"Daddy bahkan tak ingat kalau besok aku lima tahun….Huwaaaaaa…..Daddy jahat…"

Raungan tangis Jackson mulai terdengar memekakan telinga. Tak hanya itu,Chanyeol juga mulai mendengar mainan yang mulai beterbangan dari dalam kamar. Sangat gaduh. Dan ia yakin,jika isi kamar Jackson kini sudah berantakan seperti kapal pecah,serupa kepalanya yang juga nyaris pecah.

"Bagaimana mungkin daddy lupa? Daddy ingat….Daddy bahkan sudah menyiapkan pesta ulangtahun untukmu…"

Itu bohong. Chanyeol bahkan tak ingat jika Jackson lahir di bulan ini. Ia hanya ingat,jika bulan ini adalah bulan lahir Baekhyun. Tunggu. Kenapa jadi Baekhyun?

"Daddy bohong…"

"Untuk apa daddy bohong? Kau bisa meminta hadiah apapun pada daddy…Daddy akan memberikannya untukmu…"

"Benarkah? Apapun?"

Isak tangis yang sedari tadi memekakan telinga,kini mulai berangsur reda. Sepertinya,tawaran dari Chanyeol telah mengubah suasana hati Jackson yang semula gerimis mendung menjadi cerah ceria. Samar terdengar tapak kaki Jackson yang mengikis jarak ke arah Chanyeol. Tangannya terulur membuka pintu kamar,menghambur ke pelukan Chanyeol untuk menyambut penawaran damai dari ayahnya

"Daddy benar akan memberikan apapun untukku? Tidak bohong?" Jackson mengulang kembali pertanyaannya. Seolah ia masih tak percaya jika ayahnya ternyata sebaik ibu peri yang bisa mengabulkan permintaan apa saja.

"Tentu saja…Apapun…"

"Kalau begitu, aku ingin mommy dan Jesper Hyung kembali…"

...

Berbeda dengan Chanyeol yang merasa repot dan menderita karena harus mengurus Jackson seorang diri,Baekhyun justru bersuka cita menjalani hidup barunya sebagai seorang single parent.

Jika Chanyeol seringkali dirundung sesal usai perceraian,maka Baekhyun adalah pihak yang bersyukur atas perceraiannya. Karena kini,ia tak lagi harus hidup bersama seorang pria dingin dan jauh dari deskripsi romantis seperti Chanyeol. Karena kini,ia tak lagi harus hidup bersama seorang pria kolot yang mengekangnya untuk berkarier dan membiarkan ijasah sarjananya teronggok sia-sia. Karena kini,ia telah melabuhkan hatinya pada satu hati yang ia pikir akan menjadi pelabuhan terakhirnya,Kim Jongin.

Benar-benar tak ada yang sesal yang ia rasa. Karena satu-satunya hal yang ia sesalkan adalah,kenapa baru sekarang tuhan mempertemukannya dengan Jongin? Bukan dulu? Sebelum ia menikah dengan si egois Chanyeol dan mendapatkan dua orang putra?

Jongin benar-benar memperlakukan Baekhyun dengan sangat manis,maka tak heran,jika tanpa sadar,Baekhyun seringkali membandingkan-bandingkan sikap acuh Chanyeol dengan sikap manis Jongin padanya.

Jongin selalu mengagendakan kencan romantis untuk mereka berdua,sedangkan Chanyeol? Ia hanya mengajak Baekhyun pergi menggunakan gaun cantik dan sepatu bagus hanya saat membeli susu dan popok ke supermaket. Jadi bukankah wajar,jika selama tujuh tahun lamanya, Baekhyun merasa dirinya serupa lovebird yang terkurung dalam sangkar?

Jongin bahkan tak canggung mengunggah foto-foto kebersamaan mereka di akun SNS miliknya. Menunjukan pada dunia,bahwa ia beruntung dan bangga memiliki seorang kekasih cantik seperti Baekhyun. Sedangkan Chanyeol? Tak ada hal lain yang ia lakukan dengan handphonenya,kecuali bermain game,game dan game. Baekhyun bahkan sangsi jika Chanyeol menyimpan foto dirinya di dalam handphone. Sepertinya tidak.

Keduanya kini berdiri di ambang pintu dengan atmosfer merah jambu di hati masing-masing,dengan genggaman erat yang seolah enggan mereka lepas hingga maut memisahkan. Sepasang dewasa di mabuk cinta ini,baru saja selesai dengan candle light dinner romantis yang telah Jongin persiapkan untuk kekasih cantiknya.

"Terimakasih untuk hari ini,sayang...Aku menyukainya..." Baekhyun menghadiahi Jongin dengan sebuah kecupan di pipi,walau harus sedikit berjinjit karena perbedaan tinggi mereka yang sedikit rumpang.

"Apa yang kau suka? Makan malam kita,mawar merah dariku,atau aku?"

"Semuanya..."

Jongin terlalu gemas untuk membiarkan pipi merona Baekhyun tanpa menghujaninya dengan kecupan-kecupan sayang. Bibirnya yang semula hanya berniat untuk menapaki kening dan pipi Baekhyun,kini mulai berkhianat dan tergoda oleh bibir merah cerry Baekhyun yang seolah meminta untuk dilecehkan.

"Mommy sudah pulang?"

Jongin terpaksa menyudahi lumatannya pada bibir Baekhyun setelah sosok mungil serupa Baekhyun tiba-tiba hadir menginterupsi. Sosok mungil yang menyongsong kepulangan ibunya dengan melingkarkan tangan pada pinggang ramping Baekhyun.

"Hmmm...Mommy baru saja sampai...Ini sudah malam,kenapa belum tidur,hum?"

Baekhyun mengusak surai hitam putranya dengan wajah merah padam. Bagaimanapun juga,tertangkap basah saat sedang berciuman seperti tadi adalah hal yang memalukan. Bukankah Jesper terlalu kecil untuk mengerti, jika Baekhyun juga rindu sentuhan dan cumbuan adiktif seperti tadi?

"Aku mau tidur dengan mommy...Jadi aku menunggu mommy pulang..."

"Baiklah..Sekarang kita masuk,mommy akan temani Jesper tidur..."

...

"Maaf,membuatmu menunggu lama..." Baekhyun menghampiri Jongin dengan secangkir cokelat hangat di tangannya.

Wajah Jongin yang semula sayu dan kusut kini berubah sumringah. Bagaimana tidak,di suasana malam syahdu yang hanya ada mereka berdua,Baekhyun datang dengan penampilan yang sangat profokatif. Ia datang hanya dengan selembar lingerie tipis yang memperlihatkan lekuk tubuh indahnya. Jongin bahkan harus menelan salivanya susah payah saat melihat paha mulus Baekhyun yang kini terpampang di depan kedua matanya.

"Tidak apa-apa...Apakah Jesper sudah benar-benar tidur?"

"Aku rasa iya..."

Debar jantung Jongin terdengar kian bergemuruh saat Baekhyun merebahkan kepalanya pada pundak Jongin. Sebuah skinsip yang Jongin anggap sebagai lampu hijau untuk melewatkan malam panjang penuh desah bersama-sama.

"Baek..."

"Hmmmmm...Wae?"

"Apakah malam ini aku boleh menginap?"

Baekhyun menarik diri,sepasang mata bulan sabitnya menatap Jongin dengan ekspresi gagal paham. Menginap? Apakah ini artinya,Jongin sedang mengajaknya...

"Aku tau kau juga menginginkannya..."

Jongin tak menunggu persetujuan Baekhyun. Ia langsung menerjang Baekhyun dan membuat si mungil kini terkungkung di bawah kuasanya.

Seharusnya,sekarang Baekhyun berpura-pura meronta dan bersikap sedikit jual mahal,namun nyatanya,ia justru mengalungkan tangannya ke leher Jongin,menarik tengkuk Jongin guna mengulang kembali cumbuan yang tadi sempat terjeda oleh Jesper. Jongin menyambutnya dengan penuh suka cita,lidah keduanya kini saling membelit dengan kebasahan yang hangat.

Saat ini,seharusnya Baekhyun tengah terbuai akan nikmat cumbuan yang Jongin beri,bukan malah teringat pada Chanyeol. Chanyeol yang selalu menciumnya terlampau menuntut hingga membuatnya tak sanggup mengimbangi,bahkan untuk sekedar mengisi rongga dadanya dengan oksigen. Sedangkan Jongin? Cumbuannya benar-benar lembut dan adiktif,hingga membuat Baekhyun tak sadar jika ia telah mengeluarkan desahan-desahan tertahan yang terdengar seperti sebuah lagu sex.

"Jesper beruntung pernah merasakan ini..."Jongin berbisik tepat di atas telinga Baekhyun,saat tangannya telah menapaki sepasang gundukan sintal dibalik lingerie tipis yang Baekhyun kenakan.

Salahkan saja libido Baekhyun yang selama ini terpendam dan tak tersalurkan. Bukannya menepis dan menolak,Baekhyun justru menuntun tangan Jongin untuk bergerilya dan menyusup ke balik lingerie yang ia kenakan. Baekyun bahkan sengaja tak memakai bra,agar telapak tangan Jongin mudah menangkup payudaranya dan memberinya remasan sensual yang memabukkan.

"Kau iri dengan Jesper?"

"Sangat iri...Karena aku hanya bisa menyentuhnya seperti ini..."

Baekhyun melempar kepalanya ke belakang dengan nafas yang terengah-engah,saat gigitan Jongin pada lehernya berkombinasi apik dengan remasan pada payudaranya. Dan Baekhyun menjadi semakin vocal saat lidah Jongin mulai memberi kebasahan pada daun telinganya,salah satu titik sensitifnya. Melukis pola-pola abtrak pada daun telinganya dan sesekali mengukir maha karya keunguan di lehernya.

"Kenapa hanya menyentuhnya,sementara kau bisa melakukan lebih..."

Sebuah godaan terkutuk yang membuat Jongin kian dilanda dahaga. Ia bahkan telah menanti saat indah ini sejak lama. Saat dimana ia bisa berperan menjadi seorang bayi besar yang kehausan.

"Euungggggghhhh" Baekhyun mendesah semakin keras saat lidah kasar Jongin mulai mempermainkan puting merah jambunya. Selembar lingerie tipis yang semula ia kenakan kini telah tercecer di lantai,menyisakan selembar g-string yang masih menutupi pangkal pahanya.

Jongin menarik diri untuk melihat kekasih cantik yang kini terengah dengan nafas yang naik turun. Bercak merah keunguan yang ia ukir terlihat kontras di tubuh Baekhyun yang seputih susu. Tangannya terulur mengusap lelehan saliva di sudut bibir Baekhyun,bibir yang semula tipis namun kini terlihat lebih bervolume karena ulahnya.

"Kenapa berhenti? Lakukan apapun yang kau mau...Malam ini aku milikmu..."

Cumbuan tadi telah membuat Baekhyun terlanjur basah dan akhirnya mengenyahkan akal sehatnya demi sebuah pelepasan yang ia damba. Sebelah tangannya kini terulur menapaki rahang indah milik Jongin,mengelusnya dengan sensual,disertai sebuah kerlingan nakal yang membuat Jongin menyesal telah menjeda cumbuannya.

"Tidak hanya malam ini,kau akan menjadi milikku selamanya..."

Tangan Baekhyun kini menuntun Jongin untuk mengusik vital yang sedari tadi tak terjamah. Ada sebuah rasa bangga saat Jongin mengetahui bahwa cumbuannya telah berhasil membangkitkan gairah Baekhyun. Menyisakan selangkah lagi menuju sebuah pelepasan.

"Kau sudah basah..."

"Itu karena kau menggodaku sedari tadi...Dan kau harus bertanggungjawab karena telah membuatku basah seperti ini..."

"Tentu aku akan bertanggungjawab,sayang..."

Jongin kembali mengusakkan wajahnya di perpotongan leher Baekhyun. Menggariskan kebasahan dengan ujung lidahnya,disertai gigitan-gigitan kecil yang membuat Baekhyun kian merasa kepayahan. Sedang kedua jarinya kini telah raib,mengusik ketenangan di dalam pangkal paha.

"Ah...Jonginnah..."

Baekhyun mendesah frustasi saat ia merasa nyaris sampai hanya karena dua jari Jongin yang bermain nakal di bawah sana. Kedua matanya terpejam erat menikmati setiap sentuhan adiktif Jongin pada tubuhnya. Hingga ia tak sadar,jika Jesper telah sedari tadi menyaksikan adegan terlarang ini.

"Juciiiiii...Apa yang Juci lakukan pada mommy! Pergi...Jangan sakiti mommy!"

Baekhyun tersentak dan reflek mendorong dada Jongin agar menyudahi cumbuannya. Ia mulai diserang panik saat Jesper mulai bertindak anarkis. Menghantam kepala Jongin dengan membabi buta menggunakan bantal yang ia pegang.

"Juci jahat! Jesper benci juciiiii...Juci telah membuat mommy kesakitan...Juci jahaaaat..."

Oh my god...Nak,mommy tidak kesakitan,tapi mommy...ahsudahlah...

"Jesper hentikan,sayang...Jesper tidak boleh memukul juci seperti itu..."

Baekhyun tergesa meraih lingerie yang semula tercecer di atas lantai guna menutupi tubuhnya yang nyaris naked. Ia menghentikan si kecil yang masih sibuk memukuli Jongin dengan derai air mata yang membasahi kedua pipinya.

"Tapi Jongin juci jahat...Jesper benci juciiii..."

"Mommy baik,sayang...Mommy tidak apa-apa...Jongin juci tidak jahat kepada mommy..."

"Benarkah?" Jesper menjeda sejenak amukannya. Netranya menatap lekat ke arah Baekhyun yang kini terlihat berantakan. Rambut acak-acakan dengan keringat dan lelehan saliva yang tercecer disana-sini.

"Mommy bohong...Leher dan dada mommy merah...Pasti Jongin juci yang menggigitnya...Juci jahat...!"

"Sayang,ini cuma gigitan nyamuk biasa,bukan karena Jongin juci…."

"Bohong…Pokoknya aku harus beritahu daddy kalau Jongin juci jahat…" Jesper menyambar telepon duduk yang teronggok diatas nakas. Jemarinya lincah menekan rangkain tuts angka yang akan segera terhubung pada Chanyeol di seberang sana.

"Jesper no….Berikan teleponnya pada mommy…." Baekhyun diserang panik luar biasa saat Jesper benar-benar menghubungi Chanyeol. Tangannya tergesa merebut gagang telepon yang digenggam Jesper,namun sialnya,ia terlambat.

"Daddy...Ini Jesper…Daddy harus kesini sekarang…Ini sangat penting….Mommy digigit Jongin juci…."

Tamatlah riwayatmu,Byun Baekhyun.

TBC

A/N :

-Kemaren yang vote minta crackpair Kaibaek mana suaranya? ㅋㅋㅋㅋㅋㅋㅋㅋ
-Gue ga tau ini ngefeel atau enggak,gue cuma pengin nyoba bikin story yang konfliknya ringan dan bukan angst…. So,reviewnya ditunggu ya,dear…
-Sampai jumpa di Chap depan...Salam Chanbaek is Real.