BAEKHYUN POV
Aku bertemu dengannya tanpa sengaja. Seorang pria keren yang membeli sebuket bunga Lily di tempatku bekerja. Lalu entah sengaja atau bagaimana, pria itu mulai muncul seperti sebuah kebiasaan. Daisy keesokan harinya, lalu Mawar, lalu Gerbera, lalu Lavender, Gardenia, Anyelir, Peony. Dengan urutan yang selalu berulang. Dengan kartu yang berisi kalimat manis tanpa nama dan aku sedikit banyak merasa iri kepada siapapun pasangan pria ini, pastilah seseorang yang sangat beruntung untuk dicintai sebegitu banyak.
Sampai di hari ketiga puluh enam, pria itu membeli setangkai Sweet Pea.
Lalu tidak pernah muncul lagi.
.
.
Dia pasti orang yang romantis, sedikit misterius, dan selalu sibuk berpikir. Entah apa, aku tidak bisa membaca pikiran atau semacamnya, tapi lekukan di kening dan sorot matanya yang selalu tampak khawatir membuatku berpikir demikian. Aku tidak pernah tahu namanya, atau pasangannya yang selalu dia hadiahkan bunga setiap hari, dia tidak pernah menyebut nama dalam kartunya (dan aku juga tidak memiliki alasan untuk bertanya lebih jauh). Jadi pria tanpa nama ini mulai menggugah rasa penasaranku.
Dia pernah satu kali melakukan percakapan yang lain dari biasanya. Satu kali Kyungsoo sahabatku datang berkunjung dan kebetulan bersamaan dengan dia yang datang memesan Anyelir. Kyungsoo memandangnya sedikit lebih lama daripada orang normal lainnya (yang saat pria itu pergi, Kyungsoo akui dia tidak bisa mengalihkan pandangan, karena Demi Tuhan pria ini sangat panas). Kyungsoo terkekeh geli dan aku memutar mata.
"Jadi siapa gadis beruntung ini Tuan?" Yang hanya dibalas lirikan tajam dari pria itu. Namun ini Kyungsoo yang sedang kita bicarakan, dia tidak sepertiku yang akan langsung ciut jika dibalas sesinis itu, "Aku hanya penasaran apakah dia senang mendapat bunga dari pria tampan sepertimu."
"Dia tidak pernah menerima bunganya."
Aku dan Kyungsoo saling memandang dan sedikit banyak merasa prihatin. Mungkin cinta bertepuk sebelah tangan, atau penggemar rahasia, atau gadis itu dalam keadaan yang tidak mungkin menerima bunganya (koma, misalnya).
Oh astaga, aku harus berhenti membaca novel roman picisan.
Pria itu meminta aku menuliskan pesan di kartu seperti biasanya, lalu pergi ketika selesai membayar.
'Aku harap kau paham bahwa aku mencintaimu dari sini.'
Oh, sungguh malang.
.
.
Jika diartikan dalam bahasa bunga, setiap bunga yang dipesan pria ini memiliki arti yang indah. Seperti Lily yang berarti keindahan, atau Daisy putih yang berarti kesetiaan yang lugu, atau Anyelir yang berarti cinta yang murni. Intinya semua bunga yang dipesannya memiliki arti indah, seperti orang ini sedang jatuh cinta begitu dalam kepada si penerima (sedikit ragu mengatakan ini, karena menurut pria itu sendiri dia tidak pernah menerima bunga-bunga yang dibelinya). Sampai ketika dia memesan Sweet Pea dan aku mau tidak mau mengerutkan keningku. Bingung. Ada apa sebenarnya?
Apakah kekasihnya tidak lagi bisa menerima bunga-bunga itu? Atau kah dia yang sudah menyerah?
Aku tidak bisa menahan diriku untuk tidak menatapnya prihatin, entah ikut sedih akan dukanya atau mungkin saja karena hatinya yang sedang patah. Aku juga pernah, makanya ikut berbela sungkawa.
"Anda menyerah Tuan?"
Dia tampak terkejut dengan kenyataan bahwa aku memulai percakapan yang berbeda selain menanyakan akan menulis apa di kertas ucapannya, sejujurnya aku pun. Baru kali ini aku begitu peduli pada kisah seseorang. Hanya beberapa detik dan dia mampu mengembalikan raut tenangnya.
"Apa?"
"Gadis ini, Anda menyerah?"
"Tidak."
"Oh, maaf. Kukira begitu, tidak biasanya Anda memesan bunga yang memiliki arti sedih. Biasanya Anda selalu memuja orang ini." Aku mengernyit segan.
"Aku tidak akan menyerah padanya."
"Anda adalah orang yang gigih." Putusku,
Dia mengangguk dan seperti biasa memintaku menuliskan pesan di kartu ucapan.
'See you when I see you, B.'
.
.
Sesungguhnya aku tidak terlalu heran bahwa pria ini tidak muncul keesokan harinya. Aku hanya sedikit heran dia memakan waktu yang begitu lama, kukira dia hanya akan menghilang satu atau dua minggu. Namun ini sudah minggu kelima dan dia tidak lagi muncul, mungkin menemukan florist lain yang menyediakan bunga yang lebih bagus (aku ragu, toko bunga kami adalah yang terbaik di kota). Ini bukan seperti aku yang khawatir padanya atau apa, aku hanya penasaran, dan sedikit banyak merasa kehilangan atas sebuah kisah misterius yang bisa kutebak akhirnya namun begitu rapuh dan menyedihkan. Aku penasaran bagaimana akhir kisahnya, aku penasaran siapa orang beruntung itu, dan aku merasa sedikit kehilangan kesempatan untuk mengetahui itu semua. Mungkin karena sudah begitu terbiasa mengetahui kisah jatuh cintanya, atau sudah terbiasa mendengar lonceng setiap dia membuka pintu dan melangkah dengan tegas dan menyebut bunga yang diinginkannya sama tegasnya, atau hanya melihat dia yang selalu menatap bunga yang sedang kurangkai dengan alis mengerut seolah isi kepalanya selalu sibuk dengan hal rumit.
Dan kenapa pula aku mulai merasa getaran aneh dan akan menyusahkanku di kemudian hari?
Ah, sial Baekhyun, jangan lagi. Jangan terlalu mudah jatuh.
Sejujurnya aku sangat setuju dengan pendapat Kyungsoo yang mengatakan mustahil tidak naksir pria ini. Karena sekali lagi, dia panas sekali. Tubuhnya tinggi, maksudku, sangat tinggi. Mungkin sekitar seratus delapan puluh lima atau lebih. Rahangnya tajam dan garis wajahnya tegas, matanya bulat besar dan bibirnya tebal, dia memiliki telinga unik yang kurasa menjadi ciri khasnya. Serta auranya yang terasa dingin namun hangat, misterius namun terbuka, tegas namun lembut. Entahlah, aku sendiri bingung mendeskripsikannya. Karena dia akan selalu berbeda ketika memilih bunga, atau sedang berusaha merangkai kata yang akan kutulis di kartu ucapannya. Dia akan menjadi begitu lembut, hangat, dan terjangkau jika sedang membicarakan hal yang berhubungan dengan kekasihnya. Itulah mengapa aku terpesona. Karena aku sering kali mendapati dia menahan bibirnya untuk tersenyum ketika melihat bunga yang sudah selesai dirangkai.
Mungkin itulah pesonanya, menjadi begitu ketika jatuh cinta, dan itu unik.
Oh, betapa aku merindukan dia, si Pria Tanpa Nama yang sedang jatuh cinta. Yang menggugah rasa penasaranku hingga ke tulang dan terus bertanya kapan tepatnya dia akan berhenti memberikan bunga untuk cintanya dalam diam.
.
.
.
CHANYEOL POV
Entah dimulai darimana kebiasaan ini. Aku bukan laki-laki picisan yang akan membawakan bunga untuk kekasihku (jika memang aku akan memilikinya), bukan pula yang akan mendatangi tempat kerjanya setiap hari hanya untuk mengetahui kabarnya. Tapi, saat ini, aku terperangkap dengan kebiasaan-kebiasaan diluar zonaku.
Saat itu aku sedang duduk di mobil, menjadi watcher bersama 94 yang duduk di kursi kemudi. Aku baru pertama kali menjadi partnernya, dan aku juga bukan orang yang vokal dan cerewet dalam misi (sangat jauh dari 88 yang selalu memiliki pembicaraan untuk membunuh waktu), jadi hanya ada keheningan di dalam mobil dan lagi kami berdua dalam mode siaga. Perawakan pria ini kurus dan tinggi, namun seperti yang lainnya, dia gesit dan kuakui matanya cukup hebat dan tajam ketika jadi snipper.
"61."
Aku menolehkan kepalaku, siaga ketika melihat orang kami keluar dari café di sebelah toko bunga yang cukup ramai. Keadaan jalan juga ramai dan banyak pejalan kaki berlalu lalang.
"Terlalu ramai, terlalu banyak warga sipil."
"Kau punya saran lain?"
"Aku tidak akan menaruh resiko besar."
"Kau sungguh mirip Foxtrot."
"Kau tahu kita semua mirip dia."
Aku mengernyit melihat dua orang mengikuti Asset kami, "Dia diikuti. Parkir mobilmu tepat didepan café."
"Akan terjadi baku tembak, aku yakin."
"Tenang, 94. Hanya siaga saja."
Asset sudah masuk ke mobil yang sudah kami siapkan dan mobil itu melaju dengan cepat, kami berjaga-jaga jika sekiranya ada mobil lain yang mengikuti dari belakang, tapi tidak ada apapun. Hanya itu?
"Ada yang tidak beres." Kataku mengernyitkan alis, berpikir. Apa yang salah?
"Tenanglah, 61. Ini tidak seperti misi Asset kali ini begitu penting."
"Aku tahu itu hanya penjualan narkoba, dan lagi dengan nilai yang sedikit. Tapi masalahnya adalah siapa yang melakukan ini. Tidak mungkin Iosef tidak memiliki agen di lapangan untuk mengawasi putranya."
"Logikamu terkadang membuatku sakit kepala, kau tahu?"
"Berpikirlah. Tidak mungkin semudah itu menyamar dan menyelundupkan Asset kedalam organisasi mereka."
"Kita akan lihat, tapi untuk saat ini misi kita berhasil. Kita bisa pulang ke markas lebih dulu. Biarkan foxtrot memikirkan ini dan itu."
Aku menghela nafas, ragu. Jika Foxtrot yang turun tangan, bukan tidak mungkin ini akan berakhir kacau. Maksudku, sangat kacau.
"Kau harus bicara dengannya lagi, Bung. Semua orang tahu –maksudku, semua orang– akan menjadi apa kau jika kau menerima tawarannya, namun disinilah kau, duduk bersamaku dalam misi menjadi watcher."
"Ya, aku memang harus bicara dengannya."
"Begitu lebih baik, ngomong-ngomong aku ingin membeli kopi, kau?"
"Belikan saja aku americano."
"Tunggu disini." Sehun langsung melesat ke café yang sedari tadi kami awasi. Mungkin aku akan mengambil cuti satu dua minggu setelah misi ini, menjadi watcher sangat melelahkan karena harus selalu siaga dua puluh empat jam ketika Asset bergerak, dan misi ini baru terselesaikan setelah tiga belas hari. Ya, aku pantas mengambil cuti.
Ponselku berdering dan kulihat peneleponnya, "Ya."
"Kenapa kalian belum kembali ke markas?"
"Aku akan mengambil cuti. Satu minggu."
"Dimana Sehun?"
"Membeli kopi."
"Kalian tahu kan posisi kalian begitu dekat dengan kelompok Iosef sekarang?"
"Sehun sudah melaporkan posisi kami tadi."
"Chanyeol…"
"…"
"Aku tahu kau benci di spesialkan, tapi tolonglah mengerti. Kau satu-satunya yang aku percayai untuk melakukan ini. Sudah saatnya, Chanyeol. Dan kau pun harus berhenti menyalahkan dirimu sendiri atas –"
"Kami akan kembali sebentar lagi."
"Chanyeol, tolong dengarkan dulu."
"Aku akan mengambil cuti satu minggu." Ulangku tidak mau dibantah.
Lalu aku menutup teleponku. Lelah, dan bosan. Dengan pernyataan yang sama, dengan keadaan yang sama. Aku sungguh berharap ada satu tempat di dunia ini dimana mereka tidak bisa menemukanku, dimana aku bisa lari dan bersembunyi. Tanpa tetek bengek Foxtrot, Phoenix, atau omong kosong lainnya.
Lalu aku melihatnya, dan semua terjadi begitu saja. Bukan seseorang yang memiliki tubuh tinggi langsing atau dengan pakaian mewah yang berkilau-kilau seperti istri mafia yang sering kulihat. Justru dia nampak normal, membawa pot berukuran sedang dan membantu pria-pria dari pengiriman barang untuk membawa beberapa pot berisi bunga dengan bahagia.
Bahagia. Mungkin itu yang membuatnya terlihat cantik.
Atau caranya tersandung kakinya sendiri, namun dengan cepat mendapat keseimbangan lagi. Atau caranya memeluk pot dan tidak peduli dengan noda tanah yang terkena kemejanya. Atau caranya berterima kasih dan mengikat rambut.
Lalu tersenyum puas.
Lalu tersenyum.
Tersenyum.
Lalu semuanya seperti berhenti di kepalaku. Seperti tidak ada lagi kekacauan yang terjadi di dalam kepalaku yang selalu mengganggu, seperti distrik emosi dan logika di kepalaku pada akhirnya memiliki kesepakatan yang timbul ketika melihat gadis itu meletakkan kedua tangannya diatas pinggang dan dengan puas memandang pot-pot bunga yang sudah ditata dengan rapih kemudian masuk kedalam tokonya lagi. Seperti aku untuk pertama kalinya berpikir, mungkin dunia ini tidak sekacau itu. Seperti aku untuk pertama kalinya yakin, bahwa tempatku untuk melarikan diri mungkin memang ada.
Aku tersadar, seperti aku baru diberi obat penenang atau semacamnya. Sehun masuk kedalam mobil dengan dua cup kopi dan memberikan satu padaku. "Kau akan langsung pulang ke apartemenmu atau akan ikut ke markas bersamaku dulu?"
"Apartemenku."
Aku bersyukur tidak ada baku tembak hari ini.
.
.
.
TBC
.
.
A/N: Nyoba2 banget ini mafia2an, biasanya hobi baca, tp akhirnya setelah melalui bermacam-macam rintangan dan ngumpulin niat, akhirnya jadi hehe. This one wont be long, ngga akan rumit2 banget, tp yah itu, slow update huhu
It's been awhile ya guys, kayanya lama banget ngga ngobrol lagi sama kalian. (Iya klo kelyan nyadar, aku jarang banget update, sekalinya update cuma prolog, trus gapernah lagi ada A/N hehe)
Istilahnya, aku masih berusaha untuk sembuh guys. I'm on my way to go back writing. Lagi ngumpulin niat dan nyiapin hati dulu kalo-kalo terjadi hal2 lain yang tidak diinginkan. Leave your thoughts on this one 😊
See u later, zheyeng2 Q!
