A Senyuu Fanfiction
By: HikariShourai
=x=
Warnings: Chara death, Afterlife fic, oneshoot, boyxboy/sho-ai, 2nd POV, OOC (maybe), TYPO
Read with your own risk!
=x=
Pairing: Ross x Alba
Summary: Biarkan daging ini terpanggang, biarkan tulang ini membusuk, biarkan darah ini mengalir. Aroma lisianthus menjadi pembimbingku; creamrose, stargazer, iris menjadi jalan setapakku. Aku pasti menemukanmu.
=xxxxxxxxx=
To Find You
Entah sejak kapan engkau tiba di tempat ini. Entah sudah berapa jam kakimu melangkah di padang bunga yang tak berujung ini. Entah berapa kali kamu meneriakkan nama orang itu.
Kamu adalah Alba Fruhling. Remaja normal yang memiliki surai berwarna cokelat susu dan iris cokelat yang senada dengan rambutmu. Berkali-kali kamu menoleh kesana-kemari untuk mencari jejak orang itu. Manusia bersayap yang tadi kau temui mengatakan bahwa dia ada di dekat sini…
Kamu menghentikan pencarianmu sejenak. Kau mengistirahatkan dirimu di bawah sebuah pohon apel yang besar dan rindang. Kamu terkekeh kecil ketika sekelebat kenangan indah yang pernah kau alami di bawah pohon apel bersamanya terbayang di otakmu.
Kamu ingat bagaimana dia akan memainkan bunga carnation dan daisy di tangannya, kemudian menyematkannya di surai coklat susumu dengan lembut. Kau ingat bagaimana kalian berdua terlelap bersama di hamparan chrysanthemum dan kalanchoe.
Ahh… sungguh masa-masa yang indah…
Kalian berdua tak terpisahkan oleh apapun. Apapun itu. Kecuali maut…
Kau ingat bagaimana api itu melalap habis apartemen orang itu. Kau ingat ganasnya kobaran api itu. Kau ingat bagaimana kau menyerukan nama pemuda itu dari luar. Kau ingat bagaimana bunyi sirine ambulans dan percikan air dari mesin pemadam beradu dalam indera pendengaranmu.
Disana kamu menangis. Disana kamu tak henti-hentinya memanjatkan doa untuk keselamatan dirinya. Ponsel putihmu kau dekap kuat-kuat di dadamu, ponsel yang tengah menunjukkan isi pesan terakhir orang itu padamu. Pesan yang baru saja dikirim sekian menit yang lalu.
Setetes air mata menuruni sudut matamu ketika kau teringat kejadian mengenaskan itu. Dia tidak terselamatkan. Ia tewas terperangkap dalam kobaran api.
'Lalu bagaimana dengan janji kami? Janji sehidup semati kami?'
Kau mempertanyakan itu dalam benakmu ketika tim kesehatan membawa tubuh tak benyawanya ke dalam ambulans. Iris cokelatmu -yang kini kosong dan kehilangan semangat hidup- mengedar. Oh ada sosok yang kau kenali disana. Itu ibunya dan kakaknya. Keduanya menangisi kepergian orang itu.
Kau tahu, ia memang sadis. Ia sering menghajarmu yang lemah ini. Ia sering menjahilimu di sekolah. Namun kau tahu, ia melakukan itu semua demi kebaikanmu. Meskipun ia sering melakukan hal jahat padamu, tapi sebenarnya ia berniat menempamu menjadi orang yang kuat. Ia sayang padamu. Ia tidak ingin kau lemah, ia ingin kau bisa melindungi dirimu sendiri. Ia khawatir kau tidak bisa menjaga dirimu jika ia sedang tidak ada di sisimu.
Ia mencintaimu…
Kau ingat, setelah melihat ibu dan kakaknya, kau pergi meninggalkan puing-puing gedung apartemen itu. Langkahmu yang terseret membawamu kembali ke rumahmu. Kau meraih sekian butir pil tidur untuk menenangkan dirimu. Setelah meneguk pil penenang itu, kau terlelap dalam tidur panjang. Begitu kau terbangun, kau sudah berada di sini. Di tempat serba putih ini. Seorang manusia bersayap menyapamu dan mengatakan kalau ini adalah surga.
Saat itu kau tidak mempercayai manusia bersayap itu. Namun, begitu ia menunjukkanmu sosok ibumu dalam pakaian serba hitam yang menangisi sebuah gundukan tanah dengan batu nisan yang berukirkan namamu, kau langsung paham.
Kau sudah mati.
'Apa dengan begini aku bisa bertemu dengannya?' pikirmu. Kau tanyakan kemungkinan itu pada makhluk bersayap putih di hadapanmu. Ia terlihat sangat terkejut, meskipun begitu ia tetap menjelaskan lokasi orang itu. Dan disinilah kau sekarang, mengembara di tengah-tengah padang bunga tak berujung yang katanya akan membawamu ke tempat orang itu.
"Sudah cukup nostalgianya…" gumammu. Kau beranjak dari tempatmu beristirahat. Kaki tak beralasmu kembali menginjak tanah lembut yang menjadi tempat tinggal bunga-bunga itu. Kau kembali berjalan mencari ujung padang bunga yang keberadaannya dipertanyakan itu.
Aroma bunga lisianthus menggelitik indera penciumanmu. Kau tahu wangi bunga itu karena ia sering meninggalkan setangkai bunga itu di laci mejamu dulu. Kau tersenyum. Aroma lisianthus seakan membimbingmu kepadanya.
Tak hanya lisianthus, matamu menangkap creamrose, stargazer, dan iris yang seakan-akan membentuk jalan setapak di tanah yang kau injak. Kau ikuti ketiga bunga rupawan itu dengan penuh percaya diri. Bagaimanapun kau tahu kalau ketiga bunga itu adalah favoritnya. Ia pasti sempat meninggalkan jejaknya dengan bunga-bunga ini. Kau semakin yakin kau berada semakin dekat dengannya.
Ketiga bunga itu membawamu mendaki sebuah bukit yang cukup tinggi. Tanpa rasa takut, kau mendaki bukit yang ternyata berakhir dengan sebuah tebing. Kau langsung yakin bahwa dia pasti ada di bawah sana.
Kau harus memperjelas janji sehidup semati kalian…
Kau berdiri di ujung tebing itu. Angin yang berhembus kencang menerpamu seakan-akan menyemangatimu untuk melompat ke bawah.
"Ross… lihat… sekarang aku ada di atas duniamu… tunggu aku Ross…"
Kau memejamkan matamu dan menarik napas dalam-dalam. Setelah sekian menit, kau membuka matamu dan berseru;
"Aku datang Ross!"
Kau melompat ke dalam tebing curam itu tanpa pikir panjang. Udara di sekitar sana seakan menghujam dan merobek kulitmu. Kau tersenyum saat kau melihat sosok itu, entah itu ilusi ataupun kenyataan. Kau bahagia karena dapat melihatnya sekali lagi. Air matamu berderai, kau bahagia… sangat bahagia…
"Ross… akhirnya… akhirnya aku menemukanmu…" kau meraih tubuhnya. Kau peluk sosok itu erat-erat seakan khawatir ia akan pergi darimu.
"Alba…"
Kau dapat merasakan rasa panas seakan terbakar di kakimu, tapi kau mengabaikannya. Kau terlalu fokus pada sosok yang baru saja kau temukan.
"Dasar bodoh…" sosok berambut hitam itu memeluk balik tubuhmu yang terbalut piyama putih bersih -yang kini ternoda oleh tanah dan debu-, "mana ada orang yang melompat dari surga kemari hanya untuk bertemu dengan orang yang mem-bully-nya…"
"… karena janji yang waktu itu kita buat ketika kecil… janji untuk sehidup semati… apapun yang terjadi…" ujarmu pelan, "dan… percuma aku tinggal di surga jika itu tanpamu, Ross…" ujarmu lirih.
Iris merah ruby-nya melebar. Ia tampak sangat terkejut. Lama-lama ekspresi terkejutnya berubah menjadi senyuman lembut. Pelukannya padamu semakin mengerat.
"Bodoh…"
Kalian mempertahankan posisi kalian meskipun udara panas yang mampu memanggang daging kalian mulai menyapu permukaan kulit. Api di sekitar kalian semakin mengobar, sama seperti waktu itu, hanya saja api disini berwarna hitam dan sangat panas. Kalian menyempatkan untuk bertukar senyum sebelum api itu melalap habis tubuh kalian. Sebuah bisikan, "aku mencintaimu" terdengar samar-samar dari balik kobaran api hitam yang menghabisi kedua pemuda itu.
Biarlah daging ini terpanggang…
Biarlah tulang ini membusuk…
Biarlah darah ini mengalir…
Asalkan aku bisa bersamamu…
=*End*=
A/N: Halo! Hika desu~ pendatang baru di fandom ini~ sebenernya Hika udah gila sama Senyuu sejak arch ke 2 akhir, tapi baru nyumbang fict sekarang hehehe #disepak. This is Hika's first fict in this fandom, so please be gentle with me X3 kritik dan saran yang membangun sangat diterima~
Okay, jadi ini inspirasinya dari lagu Mili yang Nine Point Eight. Lagunya bagus lho, bener~ recommended!
Umm... harus ngomong apa lagi ya... oh ya OTP Hika di fandom ini sebenernya TeuAl (Teuffel Alba), RosAl kedua, KureAru (Crea Alba) ketiga. Tapi apa daya... disini seems gak ada yang suka TeuAl... #nangis #derita shipper minor.
Kalau ada typo, mohon beritahu Hika. Dan btw ini angst gak jadi ya- #kayang
Ok sekian bacotnya~ With Music and Shame, Hika out~!
Sign,
HiShou~
