"Misi kalian hari ini adalah…." ujar Sai'x seraya membolak-balikkan kertas ditangannya. Beberapa saat kemudian pandangannya berubah sedikit mencerah.

"…Atlantica."

Dancing in Atlantica

Neo Kaze-Hime

Disclaimer : Disney & Square Enix

Warning : BL, sedikit OOC, dll*?*

Pair : AkuRoku ^^

"Sai'x itu bercanda atau tidak sih kita disuruh ke Atlantica?" tanya Axel pada sosok disampingnya. Sosok berambut pirang dan bermata biru langit itu tampak berpikir sejenak sebelum akhirnya menjawab,

"Hm.. aku tidak tahu. Tapi mungkin saja sih selama jutaan Heartless masih berkeliaran di dunia ini." Roxas menyepak batu kerikil di ujung sepatunya, menyebabkan benda itu terpelanting cukup jauh.

"Huh, bukannya yang kudengar penguasa Atlantica itu sangatlah kuat ya?"

"Mungkin saja dia mendadak lemah atau Heartless yang 'datang' terlalu banyak," ujar Roxas sekenanya.

Hening. Axel dan Roxas sibuk dengan dunia mereka masing-masing berkutat dengan pertanyaan akan misi ini.

Tak terasa mereka kini telah berdiri dihamparan lautan pasir dan dihadapan mereka terpampanglah lautan biru. Samudra terluas dan terindah di dunia. Atlantica.

"Bagaimana caranya kita kesana?" Axel berjalan menyusuri daerah bibir pantai itu guna menemukan kapal atau apalah yang bisa membawa mereka ke tengah lautan biru nan luas itu.

"Vexen tadi memberikanku ini," ujar Roxas mengambil 2 botol obat dari saku jubahnya.

"Apa itu?" Tanya Axel penasaran.

"Katanya obat ini dapat membuat kita bertahan didalam air hingga waktu yang lama," ujar Roxas memperlihatkan 2 botol berwarna bening itu dengan cairan ungu kental didalamnya.

"Eng, Roxas. Kau yakin mau meminumnya?" Tanya Axel ragu.

"Kalau untuk misi dan berguna dalam meningkatkan quota kita, kurasa aku akan meminumnya." Roxas mulai membuka salah satu tutup botol cairan itu. Didekatkannya bibir botol itu pada bibirnya dengan perlahan. Aroma aneh menyeruak keluar dari dalam botol itu, membuat sang Key of Destiny sedikit mual.

GLUK!

Tertelan sempurna. Axel menatap tak percaya pada partnernya. Sejenak Roxas agak limbung, namun badannya kembali tegap ketika dirasakannya tangan Axel merangkul bahunya.

"Rasanya?"

"Aneh dan sedikit menjijikkan." Roxas mengelap ujung bibirnya yang terkena cairan itu.

POFF!

Cahaya putih menyelimuti tubuh mungil Roxas, membuat Roxas sendiri dan Axel tercengang melihatnya.

POFF!

Asap menggantikan cahaya yang perlahan-lahan terlihat samar dan samar.

BRUKK!

"Ouch!" Roxas terjatuh dan ia sama sekali tidak bisa berdiri. Perlahan kabut itu menipis dan hilang sama sekali.

Ekor? Satu kata itu terucap dibenak Axel begitu melihat kedua kaki sahabatnya berubah menjadi ekor ikan. Roxas yang kebingungan segera menyadari bahwa ini adalah efek cairan yang diminumnya tadi. Raut wajahnya berubah senang tatkala ia mulai meliuk-liukkan ekornya yang berwarna sama dengan kedua bola matanya, biru laut.

"Lihat Axel! Aku berubah!" Dibilang senang sepertinya ia juga agak tersiksa dengan ekor itu. Terlalu berat dan tidak terlalu leluasa menggerakkan kakinya.

Axel menatap cairan ditangannya sebentar. Ia jadi ragu meminumnya begitu melihat Roxas berubah.

"Roxas, kau tahu sampai kapan efeknya berlangsung?" Axel menatap Roxas yang kini terduduk ditanah berpasir. Tatapannya membesar menyadari tubuh bagian atas partner-nya itu kini terekpsos sempurna. Kulit kecokletan yang mulai basah akibat serbuan ombak dibelakang mempunyai daya tarik tersendiri dimata Axel. Belum lagi ditambah taburan cahaya matahari yang seolah menyelubungi tubuh mungil Roxas, membuat Axel sama sekali tidak mengedipkan matanya malah membuatnya sedikit terlihat… mesum.

'Bodoh, bodoh! mikir apa sih?' Axel menggelengkan kepalanya, mencoba mengenyahkan pikiran itu dari otaknya.

"Hm, Axel ada apa? Oh! Kau belum meminumnya yah?"

"Hah? Oh i-iya…" Axel mendekatkan bibir botol itu ke arah bibirnya sendiri, Ia agak berjengit ketika lidahnya merasakan rasa yang sangat aneh pada cairan itu.

Sama seperti Roxas, Axel juga agak limbung ketika cairan itu tertelan semua. Axel mencoba berdiri tegap dan menanti perubahan pada kedua kakinya.

...

5 detik…

...

10 detik…

...

40 detik…

...

1 menit…

...

...

"Tak berubah…" Axel mulai berkeringat dingin. Ia menoleh pada sosok Roxas yang duduk di sampingnya.

"Mungkin… sebentar lagi," ujar Roxas pelan.

Dan benar saja, selang beberapa detik kemudian tubuh Axel ditutupi oleh cahaya putih yang sama dengan Roxas.

Cukup lama, lebih lama dari Roxas.

"Roxas…"

"Mungkin lagi proses, badanmu kan lebih besar dariku."

POFF!

Cahaya terganti asap yang semakin lama semakin samar. Axel tidak merasakan perbedaan pada tubuhnya, hanya saja kulitnya terasa hangat seperti terkena cahaya matahari.

Asap menghilang dan Axel tidak terjatuh seperti halnya Roxas. Ia masih berdiri tegap. Namun, ada yang berbeda dengan badan dan kakinya. Kaki jenjang sang Flurry of Dancing Flames kini terbalut dengan sisik berwarna merah yang sama dengan rambutnya. Kedua kaki itu masih terpisah, tak bersatu layaknya Roxas dan diujungnya tidak berbentuk ekor ikan, melainkan kaki manusia yang dilapisi selaput seperti kaki katak. Axel pun terlihat seperti memakai celana ketat merah yang bersisik dipermukaannya. Disepanjang kaki belakangnya terdapat 2 pasang sirip menyerupai sirip hiu berwarna merah. Axel tercengang melihat perubahan pada tubuhnya sendiri.

"Roxas… kau yakin kan Vexen memberikan kita jenis obat yang sama?" Tanya Axel pelan.

"I-iya… aku yakin kok. Tadi aku lihat dia mengambilnya bersamaan dari brankas rahasianya."

Tanpa mereka sadari, matahari hampir tenggelam di ufuk barat. Roxas mulai menyadarinya ketika ia melihat sinar matahari perlahan meredup.

"Ah! Axel! Kita harus cepat. Sai'x bilang matahari tenggelam adalah waktunya gerbang Atlantica tertutup," seru Roxas. Ia berusaha menggerakkan ekornya. Namun sia-sia, ekornya terlampau berat untuk diseret. Tiba-tiba…

"A-Axel!"

Tubuh mungil Roxas dilempar tinggi oleh Axel dan jatuh tepat di kedua tangannya yang terjulur ke depan.

"Ternyata kaki yang seperti ini ada gunanya juga. Pegangan yang kuat Roxas~. Sebentar lagi kita akan memasuki Atlantica!" Roxas perlahan melingkarkan kedua tangannya ke leher Axel. Pipinya sedikit memanas mengingat posisinya sekarang. Axel tersenyum kecil melihat reaksi Roxas. Ia pun segera berlari ke tengah laut. Dan…

"Huph!" Axel melompat tinggi dan menenggelamkan dirinya beserta Roxas ke laut dalam. Menyisakan sinar orange yang menghitam perlahan dan teriakan Roxas yang melengking kuat karena terkejut.

T.B.C

AkuRoku pertama! Inspirasi datang dari sebuah sinetron Indonesia yang berbau duyung gitu, tapi lupa judulnya. Ada yang bertanya kenapa Axel gak berubah jadi ikan? Karena di sinetron itu juga sama, laki-lakinya gak ada yang jadi ikan, cuma perempuannya aja yang jadi *lha Roxas kan cowok juga?* Yah readers pasti tahu sendirilah kamsud saya itu *tertawa laknat*.

Ok! Review, kritik, saran, bahkan flame beserta Axel dan cakram-nya(?) diperbolehkan bertengger disini.

Akhir kata

.

.

Review Please