Disclamer: Bleach belongs to Tite Kubo
Warning: AU, OOC
Ket: Italic adalah flashback, Ichigo dan Rukia umur 22 tahun, Ichigo dan Rukia kecil umur 10 tahun
The Best First Love
Musim semi telah tiba, bunga-bunga telah bermekaran dengan indahnya. Di taman Karakura berdiri dua orang anak kecil yang sedang menatap kebun bunga. Anak pertama adalah laki-laki berambut orange, sedangkan yang kedua anak perempuan berambut hitam sebahu.
Mereka berdua terlihat bahagia, buktinya mereka berdua terus bergandengan tangan. Seolah-olah tidak ingin melepaskannya. Anak laki-laki berambut orange menatap anak perempuan itu.
"Nee, bunga lily putih ini untukmu." ujar anak berambut orange itu.
"Wah, terima kasih. Kau tahu, aku sangat menyukainya." anak berambut hitam itu menerima bunga dan tersenyum. Wajahnya terlihat sangat cantik dan manis.
"Maaf ya aku cuma bisa memberimu satu bunga."
"Eh?"
"Kalau sudah besar nanti, aku akan memberikanmu seluruh bunga dan menikah denganmu."
Wajah anak perempuan berambut hitam itu memerah. Ia memalingkan wajahnya dari anak berambut orange itu. Anak berambut orange itu menatap bingung anak berambut hitam itu. Ia kembali menggengam tangan anak perempuan itu.
"Aku serius." ujar anak berambut orange itu.
"Kau janji?" tanya anak berambut hitam.
"Janji."
Mereka berdua saling tersenyum dan menggengam tangan satu sama lain. Mereka berdua berjalan meninggalkan taman itu dan pulang ke rumah mereka masing-masing. Mereka berdua telah membuat janji dan entah kapan bisa terwujud.
Mentari telah bersinar dengan terang, cahaya-nya sampai menerobos masuk ke kamar seorang pemuda berambut orange. Ia berusaha bangun dari tidurnya dan meregangkan badannya. Ia melihat sekelilingnya, tidak ada yang berubah.
"Tadi itu... mimpi?" gumam pemuda itu.
Sudah beberapa hari terakhir ini ia mengalami mimpi yang sama. Mimpi dimana ketika ia berusia 10 tahun dan berjanji kepada seorang gadis untuk menikahinya. Tapi, ia tidak pernah ingat siapa gadis yang ada dalam mimpinya itu. Yang ia ingat hanyalah, gadis itu cinta pertamanya.
"Ah, lebih baik aku segera siap-siap." gumam pemuda itu. Well, sebut saja nama pemuda itu Kurosaki Ichigo. Seorang pemuda berusia 22 tahun yang berkuliah di universitas Karakura jurusan sastra.
Ichigo langsung saja bersiap-siap menuju universitasnya setelah selesai dengan kegiatannya itu. Tidak butuh waktu lama untuk ke universitasnya, karena ia telah mempunyai apartemen sendiri yang jaraknya dekat dengan universitasnya.
Ichigo langsung menuju kelasnya dan hanya duduk terdiam sambil mengecek buku-buku yang ia bawa. Tiba-tiba datang sosok seorang gadis berambut hitam sebahu yang berdiri di sebelah Ichigo.
"Ano, apa kursi di sebelahmu itu kosong?" tanya gadis itu.
Ichigo menoleh ke arah suara itu. Dilihatnya sosok gadis berambut hitam sebahu, wajahnya terlihat manis. Sejenak Ichigo hampir terlena melihat rupa gadis itu. Tapi ia langsung menjawab pertanyaan gadis itu.
"Tidak. Silahkan." jawab Ichigo.
"Terima kasih." gumam gadis itu dan duduk di sebelah Ichigo.
Ichigo memperhatikan baik-baik sosok gadis yang berada di sebelahnya. Entah kenapa ia merasa nostalgia. Seakan-akan ia pernah melihat gadis itu, tapi ia lupa dimana. Tampaknya gadis itu menyadari dirinya diperhatikan, ia menoleh ke arah Ichigo.
"Apa ada sesuatu di wajahku?" tanya gadis itu.
"Ah tidak," jawab Ichigo kaget. Ia malu terlihat mencurigakan oleh gadis itu. Tapi rasa penasaran benar-benar menguasai dirinya. "Ano, apa kita pernah bertemu?"
"Ha?" tanya gadis itu heran. "Mungkin kau salah orang."
"Oh begitu. Maaf."
"Tidak apa. Oh ya, namaku Kuchiki Rukia. Kau?"
"Aku, Kurosaki Ichigo."
"Salam kenal, Kurosaki-san."
"Panggil Ichigo saja."
"Eh? Baiklah." Rukia memperlihatkan senyumnya pada Ichigo. Lagi-lagi Ichigo merasa nostalgia, ia merasa memang pernah bertemu dengan gadis yang ada di hadapannya. Tapi dimana? Ia sendiri tidak tahu.
Tidak terasa dosen telah tiba dan memulai pelajaran. Mau tidak mau Ichigo harus berkonsentrasi untuk pelajarannya. Meski di saat-saat tertentu ia melirik ke arah gadis yang berada di sampingnya.
'Aku memang pernah melihatnya. Tapi dimana?' batin Ichigo. Rasa penasaran masih menguasai dirinya.
Mata kuliah terakhir sudah selesai, jam sudah menunjukkan pukul tiga sore. Ichigo bergegas meninggalkan kelasnya, tapi ia sempat melihat Rukia sudah berlalu dari hadapannya. Ia penasaran kemana gadis itu pergi. Tapi ia tidak punya petunjuk.
Ichigo melangkahkan kakinya menuju perpustakaan di universitasnya. Biasanya banyak para mahasiswa yang berada disana, baik untuk mengerjakan tugas dari dosen atau sekedar baca-baca buku.
Ketika Ichigo masuk ke perpustakaan, betapa senangnya ia melihat sosok Rukia berada di ujung meja sambil membaca buku. Ia bersyukur menuju tempat ini. Ia berjalan mendekati Rukia yang sedang asyik membaca.
"Tampaknya kau sedang serius, Rukia?" tanya Ichigo basa-basi.
Rukia yang tadi sibuk membaca melirik sekilas ke arah Ichigo. Ia hanya tersenyum saja, kemudian meneruskan kegiatannya itu. Ichigo duduk di sampingnya dan melirik buku yang dibaca Rukia. Sebuah buku kumpulan cerita pendek karya Kahlil Gibran.
"Kau membaca buku itu ya? Bagaimana ceritanya?" tanya Ichigo.
"Ceritanya bagus," jawab Rukia. "Kenapa? Kau ingin membacanya juga?"
"Tidak. Aku pernah membacanya. Dia menuliskan ceritanya dengan bertele-tele, tapi kata-katanya yang puitis itu jadi daya tariknya."
"Kau benar. Aku menyukai kata-katanya."
Rukia kembali meneruskan kegiatannya. Ichigo memandang Rukia dalam diam, ia memang pernah bertemu dengannya. Tapi Ichigo tetap tidak bisa mengingatnya. Hal yang ia ingat ketika kecil, ia dan temannya itu sering sekali bersama. Salah satu kegiatannya adalah membaca buku.
"Wah, kebetulan bisa bertemu disini, Kurosaki-kun." gumam seorang gadis berambut senja, Inoue Orihime.
"Ah, Inoue dan Tatsuki." gumam Ichigo melirik kedua temannya. Rukia melirik ke arah kedua teman Ichigo itu.
"Dia murid baru di kelas kita ya?"tanya Tatsuki.
"Iya. Dia Kuchiki Rukia. Rukia, ini temanku Inoue dan Tatsuki." ujar Ichigo.
"Salam kenal." ujar Rukia.
"Salam kenal." ujar Orihime dan Tatsuki bersamaan.
"Ah, kau mau meminjam buku, Ichigo?" tanya Tatsuki.
"Tidak. Mau bersantai saja." jawab Ichigo.
"Hehehe... Kurosaki-kun memilih bersantai di perpustakaan, ide yang bagus." gumam Orihime sambil tersenyum.
"Ichigo selalu begitu, ke perpustakaan bukan buat cari buku malah santai-santai di sini." sindir Tatsuki.
"Aku juga baca buku. Kau selalu menuduh yang tidak-tidak." ujar Ichigo.
"Iya deh. Apalagi kalau ada temanmu yang dulu itu. Aku ingat dulu kau sering bercerita tentangnya. Tapi ia yang membacakan buku-buku itu untukmu kan?"
"Kau ini..."
Mendengar pembicaraan Ichigo dan Tatsuki itu Rukia langsung terdiam. Ia tidak meneruskan kegiatannya membaca tadi. Ia merasa familiar dengan apa yang Ichigo dan Tatsuki bicarakan.
'Dulu...' batin Rukia.
.
.
.
"Rukia, hari ini kau membaca buku apa?" tanya seorang anak laki-laki berambut orange.
"Ah, hanya buku cerita saja." jawab anak perempuan berambut hitam yang bernama Rukia.
"Maukah kau membacakannya untukku?"
"Boleh."
Rukia membacakan buku cerita yang ia baca tadi pada anak laki-laki yang berada di sampingnya. Mereka berdua sering sekali membaca buku bersama, dan Rukia sering membacakannya layaknya ibu yang mendongeng untuk anaknya.
"Selesai." gumam Rukia.
"Boleh aku pinjam buku itu?" tanya anak laki-laki itu.
"Tentu."
"Terima kasih."
.
.
.
Rukia sejenak kembali mengingat masa kecilnya, ketika ia sering membacakan buku untuk temannya. Melihat Rukia yang sedang melamun itu, Orihime menyadarkannya.
"Kuchiki-san, kau melamun?" tanya Orihime.
"Ah, tidak kok." jawab Rukia.
Tatsuki dan Ichigo juga sudah selesai dengan pertengkaran kecil mereka. Ichigo memperhatikan Rukia, demikian juga Rukia. Secara tidak sengaja pandangan mata mereka bertemu dan Rukia langsung memalingkan wajahnya. Ichigo agak bingung dengan apa yang terjadi pada Rukia.
"Maaf ya minna, aku mau pulang." ujar Rukia dan langsung berlalu meninggalkan mereka bertiga. Ichigo terkejut karena Rukia tiba-tiba pergi. Wajahnya menunjukkan raut kecemasan.
'Kenapa dia?' batin Ichigo.
.
.
.
Rukia berjalan meninggalkan perpustakaan, sebenarnya ia tidak ingin pulang ke rumah dulu. Entah kenapa ia ingin menghilang dari hadapan Ichigo dulu. Masih teringat jelas di benaknya tentang anak laki-laki kecil yang selalu meminjam buku padanya.
"Apakah anak itu... dia?" gumam Rukia.
Keesokannya Ichigo menuju universitas seperti biasa. Tapi saat ia melangkah masuk ke kelas ia melihat Rukia berdiri di depan pintu kelas. Ichigo heran apa yang Rukia lakukan disana, ia langsung mendekatinya.
"Rukia, kamu ngapain disini?" tanya Ichigo.
"Bagus, aku ingin bicara denganmu." ujar Rukia.
"Eh? Ada apa?"
"Ano... Kamu dulu pernah menanyakan apa kita pernah bertemu, kau ingat itu?"
"Iya. Lalu?"
Ichigo merasa atmosfir yang tiba-tiba menjadi serius ini. Sebenarnya apa yang ingin Rukia bicarakan dengannya. Ichigo tetap menunggu sang empunya mata violet itu untuk berbicara. Ia sabar menunggu.
"Apa benar kita pernah bertemu?" tanya Rukia.
Ichigo terdiam mendengar pertanyaan Rukia itu. Kalau boleh jujur ia juga belum yakin apakah ia memang pernah bertemu dengan Rukia atau salah mengira seseorang. Tapi hati kecilnya bilang kalau gadis yang berada di hadapannya ini adalah gadis yang sama dengan 12 tahun yang lalu.
"Aku tidak bisa mengingatmu dengan pasti... Tapi, pembicaraanmu dengan Tatsuki membuatku teringat pada kenangan masa kecilku," ujar Rukia. "Nee, kamu anak itu, Ichigo?"
Ichigo tidak bisa menjawab pertanyaan Rukia, ia juga bingung. Tiba-tiba terlintas mimpi Ichigo, dulu ia pernah memberi gadis itu sebuah bunga lily. Ichigo ingat di musim semi seperti sekarang bunga lily ada di taman Karakura.
"Pulang nanti, kamu mau ikut denganku?" tanya Ichigo.
"Eh? Kemana?" tanya Rukia.
"Nanti kau akan tahu." jawab Ichigo. Ia berjalan masuk ke kelasnya, sedangkan Rukia hanya menatap punggung Ichigo.
'Sebenarnya ia mau membawaku kemana?' batin Rukia.
Akhirnya kegiatan di universitas telah selesai. Ichigo langsung menarik tangan Rukia pergi meninggalkan ruang kelas. Rukia awalnya sempat menolak digenggam oleh Ichigo, tapi entah kenapa akhirnya ia membiarkan pemuda itu menggengam tangannya.
Rukia tidak tahu apa yang ia rasakan, seperti sebuah rasa yang familiar. Mereka berdua terus berjalan dan akhirnya sampai di taman Karakura. Disana banyak beberapa bunga yang bermekaran.
"Wah..." gumam Rukia senang. Pandangan matanya terfokus pada bunga-bunga yang terlihat di taman. Ichigo hanya tersenyum saja. Ia melepaskan genggaman tangannya itu dan berjalan menjauh dari Rukia. "Eh, kamu mau kemana?"
Tapi Ichigo tidak menjawab pertanyaan Rukia. Ia menghilang di sudut taman. Rukia bingung dengan tingkah Ichigo. Karena ia ingin melihat bunga yang sedang bermekaran, ia mengelilingi taman saja.
Saat sedang asyik memandangi bunga-bunga, tiba-tiba Rukia merasa pundaknya ditepuk oleh seseorang. Ia menoleh ke belakang dan melihat sosok Ichigo berada di belakangnya.
"Ah, kau mengagetkanku." ujar Rukia.
"Hehe... Maaf," gumam Ichigo. Tiba-tiba ia memberikan Rukia sebuah bunga lily putih. Rukia heran ketika Ichigo memberinya bunga. "Ini untukmu, kau suka bunga lily kan?"
Rukia langsung terdiam di tempat, ia tidak sempat menerima bunga dari Ichigo. Tiba-tiba kenangan yang sudah Rukia lupakan terlintas lagi di benaknya. Kenangan yang merupakan arti dari janji mereka yang dulu.
.
.
.
"Nee, bunga lily putih ini untukmu." ujar anak berambut orange itu.
"Wah, terima kasih. Kau tahu, aku sangat menyukainya." anak berambut hitam itu menerima bunga dan tersenyum. Wajahnya terlihat sangat cantik dan manis.
"Maaf ya aku cuma bisa memberimu satu bunga."
"Eh?"
"Kalau sudah besar nanti, aku akan memberikanmu seluruh bunga dan menikah denganmu."
.
.
.
"Ah!" teriak Rukia ketika ia berhasil mengingatnya. Ia langsung menerima bunga lily dari Ichigo. Jujur ketika berteriak, Ichigo kaget melihat ekspresi Rukia.
"Kenapa Rukia?" tanya Ichigo.
"Kamu... aku ingat. Kamu anak yang dulu kan? Yang selalu meminjam buku dariku, selalu menemaniku bermain dan suka sekali memberiku bunga lily ketika kecil." ujar Rukia.
Ichigo tersenyum. Ia langsung saja memeluk tubuh mungil Rukia. Rukia sangat terkejut dibuatnya. Wajahnya tiba-tiba saja memerah.
"I... Ichigo..." gumam Rukia.
"Begitu pertama melihatmu, aku yakin kau gadis itu. Hanya saja aku ingin memastikan. Aku takut salah orang, tapi nyatanya tidak. Ini benar-benar kau." ujar Ichigo.
"Iya. Ini aku..."
Ichigo merasa senang bisa bertemu dengan gadis yang 12 tahun lalu mengilang dari hidupnya. Dulu ia menyayangi gadis ittu dan berjanji satu hal penting padanya. Tapi keesokan harinya si gadis malah tidak menampakkan wujudnya sama sekali.
"Kau kemana saja selama ini? Kenapa dulu pergi tiba-tiba?" tanya Ichigo. Ia melepaskan pelukannya dari Rukia.
"Aku dibawa ke luar negri oleh orangtua-ku." jawab Rukia.
"Kenapa tidak bilang?"
"Aku juga tidak tahu. Itu terjadi tiba-tiba. Ketika aku ingin bilang, tapi kau tidak ada."
Mereka berdua terdiam, masing-masing berusaha menerima ucapan yang tadi diucapkan. 12 tahun itu waktu yang lama, ternyata waktu pula yang mempertemukan mereka lagi. Setidaknya Ichigo merasa bahagia bisa bertemu lagi dengan gadis itu, cinta pertamanya.
"Ano, Rukia..." panggil Ichigo.
"Apa?" tanya Rukia.
"Apa kau masih ingat... janji yang dulu?"
"Janji?"
Tidak ada ucapan lagi yang terdengar. Hanya angin yang menemani keheningan mereka. Ichigo dan Rukia saling berpandangan. Ketika Rukia memastikan "janji" itu, hati Ichigo merasa sedikit sakit. Itu artinya Rukia melupakan janji itu.
"Kau lupa ya?" tanya Ichigo. "Tidak apa-apa."
"Eh? Jangan buat aku penasaran. Janji apa, Ichigo?" tanya Rukia lagi. Rasa penasaran memenuhi dirinya sekarang.
"Aku dulu berjanji... ingin menikahimu suatu saat nanti."
Wajah Rukia langsung saja memerah, Ichigo juga memalingkan wajah dari Rukia. Ia berusaha menyembunyikan rasa malu itu. Tapi yang paling terkejut adalah Rukia, ia tidak menyangka dulu mereka bisa membuat janji seperti itu.
"Ichigo..." panggil Rukia. Ichigo segera menoleh ke arahnya.
"Ada apa?" tanya Ichigo.
"Apa benar kita pernah berjanji seperti itu?"
"Iya."
Rukia kembali terdiam. Ia menghela nafas saja, ia langsung mengembalikan bunga lily putih itu pada Ichigo, Ichigo bingung dengan tindakan Rukia itu.
"Kenapa kau mengembalikan bunga ini?" tanya Ichigo.
"Maaf... Aku sudah memiliki tunangan." ujar Rukia.
TBC
A/N: Sudah lama aku tidak nulis fic IchiRuki. Aku nulis dalam rangka event IchiRuki fanday ini.
Semoga saja minna-san suka. Saran, kritik ditunggu dalam bentuk review...^^
