Aku bawa fic narusaku baru lagi, hehe... Kayaknya yang ini fic yang paling gaje bin aneh, deh! Idenya muncul gitu aja di tengah malem buta, waktu aku nggak bisa bobo...ckckck... Karena ini kumpulan oneshot, jadi mungkin ada yang gak berhubungan ceritanya satu sama lain. Tamatnya juga gak tentu, tergantung ideku untuk lanjut atau nggak, hee...
Oh, iya gomen karena belum update fic yang Tales From Myobokuzan-nya, aku lagi gak mood buat ngetik ficnya, ehehe... *ditimpukin readers*. Tapi insya Allah, bakal aku update, kok!^^v
Warning : AU, Typo, OOC, dsb. Don't like? don't read!
Disclaimer :Naruto belong to Masashi Kishimoto
Story by. Rinzu15
:: ::
Odd Family
Scene 1: Demam Artis
:: ::
Hai, aku Namikaze Naruto (23) yang belum lama ini menikahi gadis cantik pujaanku. Gadis berambut merah muda yang tak kalah enerjiknya dengan diriku, hehe… Sakura Haruno (22), oh ralat! Sekarang sudah jadi Sakura Namikaze. Aku seorang pemilik Kedai Ramen Namikaze yang tinggal di rumah sederhana bersama istriku tercinta.
Kehidupan rumah tanggaku setelah kurang lebih tiga bulan menikah, baik-baik saja. Semuanya berjalan normal dan bahagia tentunya, meski terkadang aku selalu kena omelan Sakura karena kebodohanku. Walaupun begitu, aku sudah terbiasa dengan kecerewetan Sakura. Aku menganggap itu sebagai tanda sayangnya untukku.
Setidaknya, kenormalan itu masih berlangsung jika saja 'gadis' itu tidak datang dalam kehidupan keluargaku, oh maksudku kehidupan istriku. Awalnya hal ini tidak ku jadikan masalah, karena menurutku wajar-wajar saja kita mengagumi seseorang. Namun sepertinya lama kelamaan kekaguman itu sudah melebihi batas wajar. Dan hal itu membuatku cukup pusing sekarang jika melihat sikap Sakura.
Ya, kurang lebih sudah tiga minggu ini Sakura mengagumi sosok gadis bernama Karin, seorang dancer dengan skill yang hebat, sang finalis acara KMB alias Konoha Mencari Bakat, acara yang sedang hangat-hangatnya di Konoha. Sakura tidak pernah absen untuk menonton aksinya di TV.
"Naru-kun, lihat! Karin hebat sekali 'kan? Gerakannya saat menari benar-benar keren! Aku jadi ingin bisa break dance seperti itu, haha…" komentarnya saat menonton aksi jagoannya. Aku hanya bisa tertawa mendengar ucapannya.
Dan kupikir itu cuma sekedar komentarnya saja. Tak lama setelah itu, yang ku dengar bahwa Karin berhasil menjadi juara KMB. Dari situlah istriku mulai bersikap tak wajar. Tak jarang aksi Karin kerap kali menghiasi layar kaca. Bahkan video aksinya mulai beredar. Tentu saja Sakura juga tak ketinggalan untuk membeli video yang sedang laris itu.
Suatu hari aku terkejut saat melihatnya mempraktekkan gerakan tarian break dance Karin. "Sa-Sakura-chan, apa yang kau lakukan?"
"Naru-kun, aku sedang berlatih. Apa kau tidak melihat?" jawabnya tanpa melihat ke arahku. Matanya sibuk memperhatikan tiap gerakan si penari.
"Berlatih? Apa maksudmu?"
Sakura sejenak menghentikan gerakannya dan menekan tombol pause dari remote DVD-nya. Dia tersenyum manis dan menghampiriku.
"Aku belum bilang, ya? Minggu ini ada kontes dance. Siapa yang gerakannya bisa sekeren Karin, akan mendapatkan tiket jalan-jalan ke luar negeri sama Karin! Kyaaa~ aku bertekad untuk ikut kontes itu dan memenangkan tiketnya!" serunya dengan girang.
"Apa? Kau ingin ikut kontes itu? ya ampun, Sakura-chan, lebih baik kau batalkan saja! Aku tidak mau kau jadi keseleo gara-gara nge-dance seperti itu!" tegurku.
"Tidak bisa, Naru-kun! Kau tenang saja, aku 'kan sering olahraga jadi tidak mungkin keseleo! Pokoknya aku akan ikut kontes itu, titik!"
"Hh~ terserah kau saja, deh, Sakura-chan…" ucapku pasrah.
Sakura memang cukup keras kepala. Aku tidak mau sampai berdebat dengannya. Bisa-bisa aku kena bogemannya nanti.
::
~R.I.N.Z.U.1.5~
::
Hari kontes pun datang. Sepertinya Sakura benar-benar sudah siap dengan penampilannya. Pagi itu terdengar ribut sekali. Sakura terlihat sibuk berdandan. Aku yang baru saja bangun dari tidurku, yang sebenarnya terbangun gara-gara suara ribut yang dibuat Sakura, langsung terbelalak lebar saat melihat penampilan istriku.
"Sakura-chan…apa-apaan penampilanmu itu?" pekikku tak percaya.
Sakura yang sibuk menyisir rambutnya, langsung menoleh ke arahku dan tersenyum lebar. "Taraa! Bagaimana penampilanku, Naru-kun? Keren 'kan?" tanyanya dengan wajah innocent.
Aku hanya bisa sweat dropped dan melongo dibuatnya. Ya, ampun…celana yang dipakainya benar-benar super pendek! Selain itu dia juga mengenakan sepatu tinggi dan memakai stocking hitam sampai pahanya. "Sakura-chan, kau akan tampil seperti itu?"
"Tentu saja! Ini 'kan gaya Karin!"
"Aduh! Tapi celana yang kau pakai itu terlalu pendek, Sakura-chan! Ganti dengan yang lebih panjang, deh!"
"Tidak bisa, Naru-kun! Karin selalu memakai celana pendek seperti ini! Lagipula celana ini sengaja aku beli untuk penampilanku hari ini. Sayang kalau tidak dipakai. Sudah, ya? Aku harus segera berangkat sekarang. Doakan aku agar lolos, ya, Naru-kun!"
Dengan ciuman singkat di bibirku, Sakura bergegas pergi tanpa bisa kucegah. Aku hanya bisa menghela napas panjang. "Semoga Sakura-chan tidak lolos!" umpatku dalam hati sambil berjalan menuju kamar mandi.
Sore harinya Sakura pulang dengan wajah yang terlihat kesal. "Tadaima!" ucapnya seraya menjatuhkan diri di sofa dengan kasar. Aku yang kebetulan baru pulang dari kerja langsung menghampirinya dan duduk di sampingnya. "Okaeri," jawabku.
"Aku mencium kabar buruk," godaku selanjutnya.
Sakura menatapku sambil cemberut. Jujur saja wajahnya terlihat lucu sekali saat sedang seperti itu. Entahlah, menurutku mau seperti apapun ekspresi wajah Sakura, tetap saja terlihat cantik di mataku. Tapi tentu saja, ekspresi wajahnya saat tersenyum adalah yang paling cantik diantara semuanya.
"Aku tidak lolos!" jawabnya singkat.
"Hah?" Aku pura-pura kaget mendengarnya. Padahal dalam hati aku bersorak gembira. Aku tahu ini jahat. Tapi aku tidak mau kalau Sakura sampai muncul di televisi dan digemari oleh banyak pria.
"Menyebalkan! Aku rasa jurinya berbuat curang! Huh, padahal aku sudah berlatih keras, tapi mereka tidak memberiku kesempatan!"
Aku mengelus punggung Sakura, mencoba menghiburnya. "Sudah, jangan terlalu dipikirkan. Mungkin belum saatnya kau menang, Sakura-chan."
"Tapi aku kesal! Seharusnya kau lihat gerakanku, Naru-kun, aku tidak kalah kerennya dari dia! Kalau bertemu dengannya lagi akan ku shannaro dia! Huh, lihat saja!" Sakura mengepalkan tangannya kuat-kuat.
Aku segera saja beranjak dari sofa karena mulai merasakan aura yang tidak mengenakkan di sekitarnya. Sebelum aku jadi korban pelampiasan rasa kesalnya, aku memilih untuk menyingkir saja dan membiarkan Sakura sendiri sampai amarahnya reda.
::
~R.I.N.Z.U.1.5~
::
Beberapa minggu kemudian, pesona Karin lambat laun mulai tenggelam. Sakura pun sudah melupakan kejadian yang lalu dan kembali menjadi Sakuraku yang dulu. Namun ternyata itu tidak berlangsung lama. Karena lagi-lagi sebuah tayangan televisi menyiarkan sebuah acara konser musik dengan artis pendatang baru sebagai tamunya, yang belum lama ini baru saja merilis album perdananya.
Dari situ mulailah berita kehebohan sang penyanyi merebak di Konoha. Banyak media yang tak luput dari berita sang artis, Ino Yamanaka, seorang wanita bertalenta yang memiliki suara emas dan gaya yang menggemaskan.
Dan lagi, istriku mulai mengidolakannya. Dia tak ketinggalan membeli kaset Ino. Setiap hari, saat sedang beres-beres rumah, dia selalu menyetel lagunya di tape sambil ikut bernyanyi. Sampai saat itu aku sama sekali tidak terganggu.
Namun beberapa hari kemudian, saat aku pulang bekerja, aku dikagetkan dengan pemandangan di dalam kamar saat aku memasukinya. Di dinding kamar semuanya dihiasi dengan tempelan poster-poster Ino!
"Sakuraa-chaaaaann! Apa-apaan poster-poster ini?" teriakku.
Sakura yang saat itu sedang menyiapkan makan malam di dapur, langsung menghampiriku dengan tergopoh-gopoh.
"Naru-kun, pokoknya jangan kau cabut poster-poster itu dari tempatnya!" ancamnya dengan galak.
"Iya, tapi kenapa banyak sekali, sih? Benar-benar mengganggu pemandangan!"
"Habis Ino benar-benar cantik! Aku senang melihatnya. Awas kalau kau sampai mencabutnya, Naru-kun! Sudah, ayo cepat ganti baju! Makan malam sudah siap, nanti keburu dingin 'kan tidak enak," ujarnya sambil berjalan kembali ke dapur.
Aku memandangi kamar 'baruku' dengan lesu. Kau tahu, bahkan ada poster yang besarnya mengalahkan foto pernikahan kami! Ckckck…'Sakura-chan…'
Selesai makan malam dan mandi, aku bergabung dengan istriku yang sedang membaca buku di kasur. "Hei, sayang! Sudah waktunya kau tidur, ayo kemarikan bukunya!" Aku meraih buku yang sedang dibaca Sakura dari tangannya dan kemudian meletakkannya di meja samping tempat tidur.
"Aduh, itu'kan tanggung! Sedikit lagi selesai!" kilahnya.
"Besok saja dilanjutkan lagi."
Akhirnya Sakura mengalah dan mendengus pelan. Dia mulai membaringkan tubuhnya dan menarik selimut, menutupi sampai lehernya. Seperti biasa, aku memeluknya supaya mendekat ke arahku. Dia pun mulai menaruh tangannya di pinggangku, saling memberi kehangatan satu sama lain.
"Aku harap, suatu saat nanti anak kita bisa secantik Ino, hihi…" ucapnya tiba-tiba.
Aku sejenak terkejut mendengar ucapannya. Namun tak lama kemudian tersenyum simpul. "Hmm…kalau laki-laki bagaimana?"
"Semoga saja perempuan," jawabnya dengan cuek.
Aku hanya mengangkat kedua alisku. "Kalau perempuan, aku tidak setuju kalau dia secantik Ino."
"Heh?" Sakura mendongakkan kepalanya menatap mataku dengan bingung.
Aku pun kembali tersenyum lalu mengecup bibirnya dengan lembut. "Aku ingin dia secantik ibunya."
Blush!
Ucapanku berhasil membuat wajah Sakura memerah. Duh, gemas sekali melihatnya merasa malu seperti itu, hihi… Benar-benar manis!
"Dasar gombal!" Sakura menundukkan kepalanya, menenggelamkan wajahnya ke leherku. Aku tahu, sebenarnya dia mencoba menyembunyikan wajahnya yang sudah semerah tomat itu dariku.
Aku memeluknya semakin erat dan mencium kepalanya. Betapa beruntungnya aku bisa menikah dengan gadis ini. Bagiku, tak ada hal yang lebih membahagiakan dibanding bisa bersama dengannya. Aku merasa kalau aku adalah pria yang paling beruntung sedunia!
"Naru-kun, sebenarnya besok ada jumpa fans Ino, lho! Katanya lima orang fans beruntung yang berpenampilan mirip Ino akan diajak untuk dinner bareng Ino di restoran mewah!" ujar Sakura dengan penuh semangat.
"Apaa?" Mendengar hal itu, sontak wajahku yang tadinya sumringah, berubah drastis menjadi kusut.
"Besok, kau antar aku, ya, Naru-kun!"
Lagi-lagi acara konyol seperti ini! Aku benar-benar tidak mau membayangkan Sakura berpenampilan seperti waktu itu lagi!
Tanpa melihat bagaimana ekspresi wajahku saat itu, Sakura dengan manisnya sudah tertidur pulas di pelukanku. Bagus! Apa lagi yang akan terjadi besok?
::
~R.I.N.Z.U.1.5~
::
Sore harinya, aku pulang bekerja lebih cepat dari biasanya karena Sakura memintaku untuk mengantarnya ke tempat acara jumpa fans Ino. Setelah memarkir mobilku di depan rumah, aku pun segera masuk ke dalam.
"Sakura-chan, ayo! Kau sudah siap belum?" teriakku.
Karena tidak ada jawaban, aku pun mulai mencari sosoknya ke dapur. Namun, aku terkejut ketika mendapati seorang gadis berambut pirang berkuncir ekor kuda dengan pakaian warna ungu yang cukup seksi, sedang mengambil minum dari galon dengan posisi memunggungiku.
"Ah, ada tamu, ya? Maaf aku tidak tahu…" ujarku pada gadis yang sepertinya teman Sakura itu. Dalam hati, aku bertanya-tanya kenapa Sakura tidak memberitahuku sebelumnya kalau akan pergi bersama temannya juga?
Mendengar suaraku, gadis pirang itu pun akhirnya menoleh. "Tamu? Siapa yang kau bilang tamu, Naru-kun?" tanyanya.
"Hoh?" Aku membelalakkan mataku tak mengerti. Berani sekali gadis ini memanggilku 'Naru-kun'! Kenapa juga dia tahu namaku? Padahal kami baru saja bertemu! Yang boleh memanggilku begitu cuma Sakura-chan saja!
Gadis itu kemudian menatapku dengan serius. "Ya, ampun…Naru-kun, jangan bilang kalau kau tidak mengenaliku, ya?" ucapnya sambil berkacak pinggang.
Hah? Apa maksudnya? Memangnya aku mengenal gadis ini sebelumnya?
Aku mengamati wajahnya dengan seksama. Mata emeraldnya yang indah terasa begitu familiar denganku. Warna yang sama dengan warna mata Sakura. Dan tiba-tiba saja, mataku terbelalak lebar begitu menyadari siapa gadis cantik ini.
"Sakura-chaaaaaannnn?" teriakku dengan keras. Tanganku menunjuk wajahnya tak percaya.
"Baka! Memangnya kau kira aku ini siapa? Payah, kau baru sadar sekarang. Apa segitu berubahnya wajahku sampai kau tidak mengenali istrimu sendiri, Naru-kun? Padahal aku cuma mengecat rambutku jadi kuning saja."
"A-a-apa? Pe-penampilan macam apa ini, Sakura-chaan? Ya, ampuunn, bajumu… bajumu ini…kenapa perutmu kau pamerkan begitu, hah?" teriakku heboh sambil menunjuk-nunjuk perut Sakura yang terekspos karena baju atasannya yang minim itu.
"Naru-kun, ini 'kan kostum Ino Yamanaka. Aku memesannya dari Shizune-san khusus untuk acara spesial ini."
Aku merasa seperti tertimpa batu besar tepat di atas kepalaku! Penampilan Sakura membuatku shock. Rambutnya yang dicat kuning dengan pakaian ungu tanpa lengan yang bagian perutnya terbuka! Persis baju yang dipakai Ino di poster yang tertempel di dinding kamar kami.
"Tidak boleh! Aku tidak akan mengizinkanmu keluar dengan pakaian seperti ini, Sakura-chan!"
"Apa?"
"Pokoknya ganti dengan yang lain!"
"Tidak mau! Aku sudah memesannya, ini 'kan baju yang keren!"
"Sakura-chan…!"
"Sudah, jangan banyak protes, Naru-kun! Cepat kita pergi!" Sakura pun langsung menarikku keluar menuju mobil. Lagi-lagi aku tidak bisa mencegahnya…
Akhirnya aku menjalankan mobil menuju tempat jumpa fans itu.
Dua jam kemudian kami pun sudah kembali ke rumah. Wajah Sakura sudah tak diragukan lagi terlihat lesu karena lagi-lagi dia belum beruntung mendapatkan kesempatan untuk dinner bareng Ino.
"Sudah, jangan sedih, Sakura-chan… Kalau kau mau, nanti aku temani dinner di restoran mana pun yang kamu mau," hiburku.
"Huh, tapi 'kan tidak ada Ino-nya!"
Aduh, susah juga membujuknya kalau sudah begini. Aku jadi bingung harus bagaimana. Setelah ini pasti Sakura akan terus cemberut dan marah-marah seperti ini. Haaahh~
"Hoeeekk!" Tiba-tiba saja Sakura berlari ke kamar mandi sambil menutupi mulutnya. Aku tentu saja cemas dan mengikutinya ke kamar mandi.
"Hoeeekk!" Terdengar lagi suara itu dari mulutnya.
"Kau kenapa, Sakura-chan?" tanyaku sambil mengurut punggungnya.
"Tidak tahu, Naru-kun. Rasanya mual sekali. Mungkin aku masuk angin…"
Aku menghela napas panjang dan menyadari sebab Sakura bisa sampai seperti ini. "Pasti gara-gara kau memakai baju itu, jadinya masuk angin. Sebentar, aku ambilkan air hangat untukmu."
Aku segera ke dapur dan mengambil segelas air hangat untuk Sakura. Setelah itu, aku kembali ke tempat Sakura yang terlihat baru keluar dari kamar mandi. Aku pun menyerahkan air minum itu pada Sakura. "Ayo, diminum dulu!"
"Terima kasih, Naru-kun."
Setelah menghabiskan air minumnya, aku pun menuntun Sakura menuju tempat tidur. "Lebih baik kau istirahat saja, Sakura-chan!" ujarku.
"Hem…" Sakura mengangguk dan kemudian membaringkan tubuhnya di kasur. Aku menarik selimut sehingga menutupi tubuhnya.
Setelah aku mengecup keningnya, Sakura pun memejamkan matanya, sementara aku memilih untuk menonton TV sebentar.
::
~R.I.N.Z.U.1.5~
::
Keesokan harinya lagi-lagi aku dikejutkan oleh suara Sakura yang muntah-muntah, namun tetap tidak ada yang keluar dari mulutnya. Aku jadi semakin cemas dan segera menghampirinya.
"Sakura-chan, kau tidak apa-apa? Lebih baik kita periksa ke dokter saja. Aku khawatir terjadi apa-apa padamu."
"Tidak apa-apa, kok, Naru-kun. Mungkin setelah minum obat akan segera sembuh."
"Tidak, Sakura-chan. Lebih baik kita ke rumah sakit sekarang, ayo!"
Setelah kupaksa, akhirnya Sakura mau juga ke rumah sakit. Di sana kami bertemu dengan Dokter Tsunade.
Setelah Sakura selesai diperiksa, Dokter Tsunade kembali ke tempat duduknya dan tersenyum pada kami. "Naruto-san, istri Anda tidak apa-apa, kok! Ini hanya gejala umum wanita hamil." Jelasnya dengan santai.
"Apaaa?" Aku terlonjak kaget mendengarnya, begitu juga Sakura. "Ha-hamil? Istriku hamil?"
"Benar sekali, Naruto-san. Setelah kuperiksa ternyata istri Anda memang positif hamil. Kalau tidak percaya lihat saja buktinya di test pack itu."
Aku pun meraih test pack yang ditunjukkan Dokter Tsunade, dan terlihat dua buah garis merah di sana.
"Naru-kun… aku... aku hamil?" Sakura berseru senang.
"Iya, Sakura-chan, kau benar-benar hamil!" Aku langsung memeluk Sakura dengan erat. "Aku akan jadi ayah! Kau akan jadi ibu, Sakura-chan!"
"Iya..." Sakura mulai meneteskan air mata haru dari mata emeraldnya.
"Selamat, ya kalian berdua!" ucap Dokter Tsunade ikut bahagia dengan kabar ini.
Setelah mengetahui kabar gembira itu, aku berniat untuk menyelenggarakan pesta kecil-kecilan di rumah sederhana kami. Aku sengaja membeli makanan siap saji di restoran supaya lebih praktis dan tidak membuat Sakura terlalu lelah.
Selesai makan, kami berdua duduk di sofa sambil menonton film kung-fu komedi yang dibintangi oleh dua aktris muda, yang sering disebut sebagai T2 alias Tenten dan Temari.
Kami tertawa ketika melihat adegan-adegan lucu saat sang bintang utamanya beraksi dengan lincah melawan musuh-musuhnya. Mirip sekali denga Jackie Chan.
"Keren sekali Tenten dan Temari!" seru Sakura.
"Benar, mereka hebat!" komentarku.
"Oh, iya, Naru-kun, nanti bantu aku untuk melepas poster-poster Ino, ya?"
"Eh? Kau…benar-benar akan melepasnya, Sakura-chan?" tanyaku tak percaya. "Kau sudah tidak nge-fans lagi sama Ino?"
"Begitulah…"
Yaaaayyy! Aku berteriak girang dalam hati. Akhirnya, poster-poster itu akan menghilang juga dari dinding kamarku! Aku pun mengelus perut Sakura yang masih rata itu sambil tersenyum senang. 'Terima kasih, nak! Berkat kau, ibumu bisa kembali lagi seperti dulu, hehe…' batinku.
"Dan sebagai gantinya…kau ganti poster Ino dengan poster Tenten dan Temari yang cute itu, hihi…" Sakura terkikik geli.
"Naniii?"
Aku langsung membeku seketika dengan wajah shock.
"Oke, Naru-kun? I love you!" Setelah mencium pipiku, Sakura melenggang begitu saja menuju kamar.
"TIDAAAAAKKK! Kamisamaaaa…!"
"Naru-kun, jangan teriak-teriak begitu!"
Begitulah istriku, Namikaze Sakura, yang tak henti-hentinya demam artis!
Aku melirik ke arah televisi dan menggeram kesal. "Aku hancurkan saja TV ini sekalian 'ttebayoooo!"
Poor Naruto...
~End of scene 1~
Thanks for reading!^^
Review?
ll
ll
v
