#Prologue

Izuku terbangun dari tidurnya, hawa dingin menusuk tulangnya. Rantai tampak menjaga tangan dan kakinya seakan-akan takkan membiarkannya kabur kemanapun. Mata bulatnya menelusuri tempat di mana ia terbangun. Jelas bukan di kamarnya yang hangat dan penuh dengan poster All Might. Bunyi nyaring masuk ke dalam telinganya, membuat tubuhnya secara spontan menoleh ke asal suara. Seorang gadis dengan rambut pirang diikat dengan model pigtail terlihat mengetuk jeruji besi dengan sebilah pisau, dia tersenyum, memperlihatkan gigi taringnya.

"Toga?" gumam Izuku bertanya-tanya. Dirinya berusaha mengingat apa yang terjadi sebelum dirinya tertidur. Tidak. Bukan tertidur, melainkan pingsan.

Gadis bernama Toga itu semakin memperlebar senyumannya, membuat matanya semakin terlihat sipit. "Tomura-kun, lihatlah! Dia bangun!"

Seorang pemuda dengan rambut abu-abu terlihat menghampiri sel, wajahnya tampak datar seakan tak ada hal menarik yang terjadi. "Ada kata-kata terakhir, Midoriya Izuku?"

Izuku dibuat terkejut dengan ucapan pemuda yang dikenal sebagai Shigaraki Tomura itu. Bukannya menjawab, Izuku malah memberontak, berusaha melepaskan diri dari rantai yang menjaganya. Dia terdiam sejenak untuk berpikir, kemudian memberontak lagi, namun hasilnya nihil. Mata emeraldnya menatap Tomura yang sedikit tersenyum, jujur saja, Izuku takut. Dia takut mengecewakan ibunya dan All Might. Sekarang ini bukanlah saat untuk mati di tangan para penjahat.

"Jangan memberontak. Kami takkan membunuhmu, kok," kata Tomura, "oya, bisakah kau beri tahu kami tentang All Might?"

"Tidak akan, Shigaraki Tomura!" tegas Izuku.

Tomura yang sudah tahu jika Izuku akan menjawab sedemikian rupa hanya bisa terkekeh sambil menggeleng pelan. "Sayang sekali. Jika memang kau tak ingin memberi tahukannya, maka dirimu yang akan menjadi imbasnya. Kurogiri, bawa dia ke lab!"

Kurogiri mengiyakan perintah Tomura, dia kemudian membuka pintu sel, dan dengan kekuatannya dia membawa Izuku menuju suatu tempat yang terlihat dingin, kelam, dan menakutkan. Izuku hendak berdiri dan melarikan diri, akan tetapi kakinya terasa sangat sakit. Kakinya patah. Izuku tak pernah ingat pernah memiliki cedera parah itu sebelum pingsan, kini dia berasumsi jika para penjahatlah yang membuat kakinya patah.

Dabi yang sudah menunggu langsung membawa Izuku menuju sebuah kursi dengan kabel-kabel dan peralatan yang mengerikan jika dilihat dari pandangan Izuku. Tangan dan kaki Izuku diikat, meronta hanya akan membuat tubuhnya semakin sakit.

"Apa—apa yang akan kalian lakukan padaku?" tanya Izuku dengan nada ketakutan namun masih mencoba untuk berani.

"Diamlah atau kau akan kuhancurkan," ancam Tomura seraya memasangkan jarum pada lengan Izuku.

Izuku tak bisa bergerak lagi pada saat jarum itu menusuknya. Seperti terbius, Izuku hanya terdiam ketika Toga memasangkan sebuah bundaran ke kepalanya, Dabi memasang sesuatu pada punggungnya, dan ketika Tomura menjilat pipinya.

"Pergilah Izuku lama, datanglah Izuku baru," bisik Tomura. Bersamaan ketika Toga menurunkan sebuah tuas. Mesin pada kursi yang diduduki oleh Izuku pun mulai bekerja, membuat Izuku berteriak keras.

"Semoga mesin pencuci otak dari Sensei bekerja dengan baik," gumam Tomura.


"Nama Anda Izuku Midoriya, kau memiliki misi yang sama dengan Tomura, yaitu menghancurkan Sang Simbol Perdamaian," jelas Kurogiri sambil membersihkan gelas.

Tomura bertopang dagu, mata ruby miliknya menatap Kurogiri sinis. "Kau lupa bagian terbaiknya, Kurogiri..."

"Dan Anda adalah kekasih Shigaraki Tomura. Kalian sudah menjalin hubungan lama sekali," tambah Kurogiri dengan nada malas.

Seorang bocah bersurai hijau itu hanya diam termenung, wajahnya seketika merah begitu mendengar ucapan Kurogiri. Dirinya langsung menghadap ke arah Tomura, matanya menyiratkan rasa tidak percaya. "Aku ... apa?" pertanyaan bodoh itu keluar dari mulutnya.

"Kekasihku," jawab Tomura dengan cepat seraya menggenggam tangan Izuku tanpa jari tengah. Wajahnya dan Izuku semakin mendekat, "aku senang kau di sini, Midoriya."

TBC...