ROTATION OF TIME

1

Sehun-Luhan

E

Drama, Romance, little fantasy

.

.

.

Warning – typo

.

1940, 23 Tahun kepemerintahan raja Oh Kyu Hyun

5 tahun lalu, ratu Sungmin di turunkan dari tahta oleh raja Oh Kyuhyun. Ratu Sungmin dituduh terlibat dalam kasus pencobaan pembunuhan raja dan penggelapan penobatan sarjana para pelajar serta dalang dari penyerangan wilayah utara. Mereka yang menentang keputusan raja akan disiksa. Yang mulia permaisuri Ryewook di nobatkan menjadi ratu. Sementara ratu Sungmin di asingkan ke selatan

Namun, 5 tahun kemudian raja mendapat kabar bahwa dipengasingan selatan terdapat seorang anak yang tak seharusnya berada disana dan membuat ulah. Raja meminta para petugas diselatan mengusir anak itu namun raja malah mendapat kabar yang tak terduga

Seorang utusan berkata bahwa—mantan—ratu Sungmin telah mengandung saat di bawa kepengasingan. Dan anak yang suka membuat ulah di pengasingan adalah anak raja Oh Kyuh Hyun sendiri.

Kenyataan itu adalah kabar gembira tersendiri bagi raja karna ratu Ryewook melahirkan seorang putri mahkota sementara raja menginginkan putra mahkota. Sang raja berubah pikiran. Pihak barat berencana mengembalikan Ratu Sungmin secara diam-diam, namun perubahan pikiran raja tercium oleh wakil perdana menteri, Yesung. Sebuah konspirasipun direncanakan untuk membunuh ratu Sungmin dan putra mahkota.

.

.

ROTATION OF TIME

.

.

~keinginan untuk bersamamu lagi. Tak pernah pergi dari pikiranku.

Aku percaya padamu, aku tahu bahwa kau tidak melakukan apa yang di tuduhkan padamu

Aku ingin menangkap Yesung atas kejahatan keji yang diperbuatnya, tapi itu bukanlah hal yang mudah

Mungkin, beberapa pihak yang tidak setuju sudah mencium titahku untuk mengembalikanmu.

Sesuatu akan terjadi, ku harap kau bisa menjaga dirimu dan putra mahkota

Kumohon untuk mengerti kegelisahan hatiku~

Ratu Sungmin tersenyum membaca pesan dari sang raja. Ia berbalik mengambil sebuah kertas dan tinta guna membalas pesan sang raja. Tangannya terulur hendak menggoreskan kata demi kata diatas kertas saat telinganya mendengar suara gaduh diluar sana. Ratu Sungmin menelan ludah dengan kasar.

Secepat inikah?

Ratu Sungmin mengalihkan pandangannya menatap seorang anak kecil yang tertidur lelap disudut ruangan sebelum beralih kembali menatap kertas kosong di atas meja dan mulai menulis

~yang mulia, dosa hamba tidak bisa di ampuni.

Membiarkan hamba hidup adalah tanda dari kebijakan anda.~

Ratu Sungmin kembali menghentikan gerakan tangannya saat suara teriakan terdengar diluar sana disertai suara pecahan barang. Ratu mengalihkan pandang ke pintu ruangan

"siapa di luar?" tak ada jawaban "apa ada orang di luar sana?" masih tak ada sahutan. Ratu mengerjab dan memutar kaku kepalanya menatap anak kecil yang tertidur pulas diatas ranjang. Kedua mata sang ratu mulai berkaca-kaca meneruskan tulisannya

~sama seperti cabang pohon teh hijau yang jatuh bebas..

Sebagai penghormatan, hamba hanya bisa meneteskan air mata sebagai bentuk tanda syukur yang dalam.

Bagaimanapun, tidak ada cara untuk membayar kebijakan anda.

Bagaimana hamba bisa menebus dosa-dosa hamba?

Hamba mohon agar tak ada lagi pertumpahan darah karena mempertahankan hamba sebagai ratu.—

Brak!

Ratu menelan ludah dan menutup mata saat pintu terbuka dengan kasar memperlihatkan seorang berpakaian serba hitam yang mengarahkan pedangnya pada sang ratu. Setetes liquid jatuh dari mata indah sang ratu. Siap tidak siap, ratu Sungmin tau ini akan terjadi

Dalam hati. Ratu bedoa agar nyawa putra mahkota bisa di tukar dengan nyawanya. Ia tak menyesal asalkan putra mahkota tetap hidup hingga detik berikutnya ratu benar-benar tak sadarkan diri. Bukan, bukan karna pedang si pria berpakaian hitam menancap di tubuh sang ratu melainkan sesuatu yang kecil menancap tepat di leher sang ratu.

Pria berpakaian hitam terheran-heran dan berbalik, namun sebuah pedang langsung menggores lehernya hingga putus. Orang itu terlihat seperti seorang pelajar. Ia kembali memasukan pedangnya ke sarung dan mendekati ratu yang tak sadarkan diri lalu membawanya.

.

.

.

Keesokan paginya. Seorang anak kecil terbagun dari tidur lelapnya dan kebingungan di sana. Mulut dan matanya terbuka lebar saat mendapati banyak percikan darah di sekitarnya dan seorang tanpa kepala tergeletak di lantai.

"e-eomma?~" suaranya terdengar serak saat memanggil sang ibu. Anak itu masih duduk di tempat tidurnya melihat sekeliling mencari sang ibu yang tak di dapatinya pagi ini di sampingnya.

"eomma?~" lagi dan sang ibu tak menyahut sama sekali. Pemuda kecil itu mulai beranjak dari tempatnya mencari sang ibu. Untuk anak sekecil dirinya. Ia tak takut sama sekali melihat jasad di hadapannya dan malah melangkahi mayat itu keluar dari ruangan berteriak memanggil ibunya.

Si anak mengedarkan pandang dan mendapati betapa kacaunya tempat itu dengan tumpahan darah dan mayat di mana-mana. Ia mulai panic tapi tak menangis. Sesuatu pasti terjadi pada ibunya.

Kaki kecilnya melangkah keluar dari tempat pengasingan menuju sebuah kuil di selatan. Seorang biksu menyambutnya dan mengantar anak itu kedalam.

.

.

.

"saat aku bangun, eomma tidak ada disana dan banyak mayat serta tumpahan darah disana sini. Apa tadi malam eomma mengunjuni, noona?" anak itu bertanya sambil melahap paha ayam yang tersaji di hadapannya. Seorang wanita cantik yang berprofesi sebagai gisaeng duduk di hadapannya mengusap kepala anak itu dengan raut wajah yang sulit di artikan.

"tapi, apa kau baik-baik saja?" anak itu mengangguk sambil melahap paha ayamnya sebelum meneguk semangkuk air dan kembali menatap si wanita gisaeng

"aku tidak apa-apa, tapi, dimana eomma?" wanita di hadapannya tersenyum dan mengisap pipi anak itu dengan lembut.

Kospirasi itu pasti sudah di jalankan. Tapi, kenapa putra mahkota baik-baik saja? Tapi, bagaimanapun itu kabar yang melegakan. Setidaknya putra mahkota selamat dari tangan orang-orang yang berencana membunuhnya. Aku harus melakukan sesuatu agar putra mahkota tak tersentuh oleh perdana menteri, Yesung. Pikir si gisaeng

Ia lalu menatap si anak yang tengah menatap ke keramaian pasar Selatan

"kau ingin makan lagi?" si anak mengalihkan pandangannya pada gisaeng dan menggeleng

"aku sudah kenyang, noona. Jadi, apa noona tau kemana eomma?" tanyanya lagi, gisaeng itu kembali tersenyum lebut

"eommamu pergi ke barat menjalankan titah raja. Ia tak bisa memberitaumu karna kau tidur sangat lelap." Si anak mengeryitkan alis

"lalu, kenapa banyak mayat di pengasingan?" gisaeng itu terlihat menerawang mencari alasan yang tepat

"aku dengar akan terjadi perang dengan kerajaan dari europa. Mungkin para pasukan tengah berlatih dan kebetulan pengasingan di selatan adalah salah satu tempat berlatih battalion tertentu." Gisaeng itu mengeryitkan alis. Sedikit ragu bahwa anak kecil di hadapannya akan percaya karna anak itu bukanlah orang yang mudah di bodohi karna ia punya otak yang cerdas.

Buktinya, tatapan intimidasi si anak cukup membuktikan sebelum seruannya menyusul dan membuat si gisaeng menghela napas.

"aku tau noona berbohong. Tapi, aku tidak akan bertanya lagi dan aku percaya bahwa eomma akan baik-baik saja."

Setelahnya anak itu mulai beranjak hendak meninggalkan si wanita gisaeng

"Sehun.." si anak berbalik menatap si gisaeng yang berjalan menghampirinya. Giaeng itu terlihat mengeluarkan sesuatu dari balik lengan bajunya dan menggenggam tangan si anak guna memberikan benda itu

"jika terjadi sesuatu. Gunakan benda itu." si anak membuka telapak tangannya dan mendapati sepotong kain berwarna cokelat dengan tulisan rumit yang di tulis menggunakan tinta merah di sana. "itu adalah jimat, aku mendapatkannya dari seorang biksu dari kuil barat." Si anak masih kebingungan saat tangan gisaeng itu kembali terulur mengusap kepalanya dan tersenyum. "aku tau kau anak yang pintar. Kau bisa membaca itu dan memahaminya bukan?" lalu gisaeng itu pergi meninggalkan Sehun dengan kebingungan. Namun, Sehun memilih tak perduli dan menyimpan potongan kain itu di balik bajunya

.

.

ROTATION TIME

.

.

Seoul 2014, masa kepemerintahan presiden Park Geun-Hye.

TAPI….

Ini bukan menceritakan masa kepemerintahan Korea. Melainkan HUNHAN okay!

Seorang pemuda terlihat berlari-lari kesana kemari mengitari setiap lantai sebuah gedung. Beberapa kali ia membuka pintu ruangan yang di lewatinya namun tak menemukan apa yang di tujunya hingga sampailah ia di lantai 4 dan bertemu seorang yang sepertinya bekerja disana. Iapun menghampiri orang itu

"permisi." Orang itu menoleh dan tersenyum pada si pemuda berambut pirang

"maaf, dimana audisi untuk drama Black Pearl?" si pemuda berujar panic membuat orang yang ditanyai terkikik sebelum menjawab

"ah, itu ada di lantai 3" si pemuda mengerutkan alis

"aku sudah mencarinya di lantai 3 tapi tidak ada" mata si pemuda terlihat berkeliaran kesana kamari saat bicara. Kebiasaan dikala panic

"tempatnya di gedung sebelah." Si pemuda menatap wanita di hadapannya dengan raut wajah bodoh "audisinya bukan digedung ini, tapi di lantai 3 gedung sebelah." Jelas si wanita menangkap kebingungan si pemuda berambut pirang "turunlah ke lantai 1 dan lewati lobi."

Si wanita mengarahkan tangannya ke tangga sebelum pergi meninggalkan si pemuda berambut pirang yang masih menampakan ekspresi bodoh menengadah dan menghela napas sebelum beralih menatap jam tangannya dan menuruni tangga dengan raut wajah lesu.

Sial sekali dari tadi ia mencari di gedung yang salah. Dan sekarang, usahanya sia-sia karna audisi itu sudah berakhir melihat letak jarum jam yang melingkar di tangannya menunjukan waktu audisi sudah berakhir 1 jam yang lalu.

Ia kembali menghela napas saat menginjakan kaki di lantai 1 dan ponselnya berbunyi menampilkan sebuah panggilan di layar touchnya. Pemuda itu dengan malas mengangkat ponselnya

"yeo-bo-se-o?~" ejanya dengan malas

"kau jadi pergi? Apa kau sudah sampai?" sahut suara di seberang sana, si pemuda menyandarkan punggung di pegangan tangga

"sudah, tapi audisinya sudah selesai. Aku terlambat." Ia terdengar sangat kecewa dan lelah

"terlambat? Wae? Kau datang jam berapa? Bagaimana mungkin kau terlambat? Kau tau—"

"ya ya, aku tau aku tau. Tolong jangan mengomel dulu. Kepalaku sakit." Si pemuda langsung memotong suara omelan di seberang sana sambil memijat kepala "aku menyerah. Aku sudah terlambat 1 jam."

"bicara apa kau? Ini masih jam 3." Terdengar helaan napas di seberang sana membuat pemuda itu kembali bertanya "ku bilang sekarang masih jam 3. Kau belum terlambat." Si pemuda melihat jam yang melingkar di pergelangan tangannya dan kembali memasang raut wajah lesu

"aku terlambat, ini jam 4:55"

"kau bercanda? Ini jam 3:05" kali ini terdengar pekikan di seberang sana "kau memakai arlojiku?!" pemuda itu menjawab dengan dengungan hingga terdengar decikan kesal di seberang sana

"Astaga, Luhan! Arloji itu diatur lebih cepat dari waktu yang sebenarnya." Seakan tak percaya, pemuda berambut pirang itu menatap ponselnya dan mendapati angka yang berbeda dengan arlojinya. Ia langsung kembali bersemangat dan tanpa mengucapkan apa-apa, ia langsung mematikan ponselnya membuat orang di seberang sana mengeluh kesal.

Bodoh! Kenapa aku harus menyerah seperti ini?.

Lalu pemuda bernama Luhan itu melangkah dengan cepat menelusuri lobi ke gedung sebelah.

.

.

.

Luhan menapaki kaki di sebuah ruangan tempat audisi. Di sana terlihat banyak artis/aktor senior dan pendatang baru yang mengantri untuk audisi pemeran utama. Luhan hendak menduduki sebuah bangku yang berjejer dengan peserta lainnya saat seorang pengarah menghampirinya

"Luhan-shii?" Luhan menoleh dan menyahut pada si pengarah yang tersenyum padanya "baguslah kau datang. Waktu sudah di atur ulang. 30 menit lagi barulah giliran anda." Luhan tersenyum senang. Ternyata ia tak terlambat untuk gilirannya. Iapun mengarahkan pandang ke panggung dan di sana terdapat seorang pemuda yang tengah melafalkan nasakah di sertai gerakan

"setelah ini berakhir, datanglah ke belakang panggung." Ucap si pengarah lagi. Luhan mengangguk dan keluar dari ruangan. Ia sempat menanyakan ruang ganti pada si pengarah tapi, mungkin pengarah itu tak mendengarnya membuat Luhan mengedikan bahu dan pergi mencari sendiri.

Luhan tak menemukan tempat yang cukup tertutup di manapun. Namun, saat melewati lobi. Ia menemukan ruangan kecil yang kosong. Iapun masuk kesana dan menutup jalan kecil ke ruangan itu dengan sebuah billboard produk makanan.

Di sebelah kiri kanan ruangan itu terdapat dinding kaca yang tertutup tirai dari ruang sebelah. Luhanpun mulai membuka satu persatu pakaiannya saat ponselnya berbunyi menandakan panggilan dari seseorang yang sebelumnya juga meneleponnya.

Ia mulai berbincang-bincang dengan seseorang di seberang sana saat melihat sepasang sepatu dari balik tirai ruang sebelah dan tirai itu terlihat mulai di tarik keaatas. Luhan panic.

Astaga! Ia tak memakai baju dan seseorang akan menarik tirainya.

Kini Luhan melihat sebuah kaki. Tirai itu makin di tarik dan Luhan mengambil bajunya hendak memakainya namun tak sempat karna tirai itu sudah di tarik sepenuhnya membuat Luhan terdiam di tempat dengan boxer yang menutupi daerah pribadinya.

Aigoo! Memalukan sekali

Tapi, melihat siapa yang menarik tirainya membuat Luhan membulatkan mata dan mulutnya. Orang itu memakai kacamata hitam dan masih menegadah menarik tirainya hingga keatas sebelum bertemu pandang dengan Luhan.

Meraka sama-sama terdiam dengan pembatas kaca transparan hingga orang yang menarik tirai membuka kaca matanya dan mengerjab menatap Luhan dari atas kebawah lalu keatas lagi sambil ber'woah' dan bersiul.

Luhan tersadar dan coba pergi ke sisi ruangan namun masih bisa terjangkau pandang pemuda yang ada di ruang sebelah. Merasa percuma, Luhan kembali mendekat kekaca sambil berusaha memakai bajunya dengan benar tapi orang itu terus memandanginya, membuat Luhan membiarkan pakainnya tergantung di leher dan mengisyaratkan orang itu agar menurunkan tirainya karna Luhan melihat di runagan itu tak hanya pemuda itu, tapi ada beberapa orang juga yang tengah membelakanginya menatap computer di hadapan mereka.

"turunkan, turunkan tirainya.." ucap Luhan namun pemuda di balik kaca itu hanya mengangkat bahu dan kedua tangannya seolah tak mengerti "kubilang turunkan tirainya." Ulang Luhan namun pemuda di balik kaca hanya memutar telunjuk di depan telinganya dan menggeleng

Luhan mulai kesal. Ia menunjuk-nujuk tirai mengisyaratkan pemuda itu agar menurunkannya namun si pemuda malah menarik tirai itu semakin keatas hingga membuat gaduh di ruangan itu karna suara berisik tirai.

"tidak, tidak, ku bilang turunkan!." Ulang Luhan. si pemuda hanya mengibaskan tangan didepan wajah dan terlihat menghela napas seolah menyerah namun ,detik kemudian ia terlihat menahan tawa membuat Luhan semakin kesal dan cemas karna si pemuda mulai menoleh ke belakang dan menatap kedua orang yang tengah focus di depan computer

"jangan, kumohon jangan." Luhan berujar panic mengerti apa yang akan di lakukan si pemuda

"hyeong~." Salah satu dari kedua orang itu menggumam. Pemuda itu tertawa terbahak-bahak melihat Luhan yang beranjak mengambil semua pakaiannya dan memakainya dengan panic

"hyeong~ lihat ini.." ujar pemuda itu lagi. Luhan menoleh dan mengumpat sambil memakai celananya melompat-lompat. Pemuda di balik kaca tertawa dengan keras namun, saat kedua orang yang sibuk di depan computer menoleh. Pemuda itu langsung menarik turun tirainya dan tertawa sampai memeganggi perutnya.

"hei, apa yang kau lakukan? Cepat ganti baju, tak ada waktu lagi. Kita segera berangkat." Ucap salah satu orang di depan computer. Si pemuda masih tertawa namun tetap menurut mengambil pakaian yang tergantung di dekatnya dan pergi ke ruang ganti

Sementara itu, Luhan yang ada di ruang sebelah mengumpat kesal sambil mengancing kemeja putihnya "bajingan itu benar-benar sialan!." Tapi, untungnya dia menutup tirainya membuat kedua orang yang sedari tadi duduk di depan computer tak melihat pemandangan memalukan tadi.

.

.

.

"Luhan-shii" Luhan berjalan di lobi menuju ruang audisi saat seseorang memanggilnya dari belakang, namun Luhan tak perduli dan tetap berjalan karna ia tau siapa yang memanggilnya "hei, res celanamu tak di naikan." Ujar orang itu lagi membuat Luhan menatap res celananya dan merutuki kebodohannya karna percaya begitu saja

Terdengar sebuah langkah kaki mendekatinya dari belakang hingga orang itu berdiri di samping Luhan

"ini benar-benar kau?" ujar orang itu, Luhan hanya berdehem sebelum mendengus karna harus melihat orang ini lagi.

"yeah, lama tidak bertemu, bagaimana kabarmu?" Luhan memaksakan senyum yang terlihat aneh "kau tidak pernah berubah" Luhan menatap orang itu dari ujung ke ujung sebelum kembali menatap wajah orang itu "masih senang menggoda orang lain."

"hei, sungguh. Tadi itu tirainya tidak mau turun." Orang itu membela diri. Padahal kalau tidak mau turun, kenapa dia harus memanggil kedua orang yang tengah sibuk dengan computer?

Luhan tak perduli dan berjalan mengacuhkannya namun pemuda itu ikut berjalan beriringan dengannya

"tapi, kenapa kau ada di sini?"

"aku sedang mengurus pekerjaan." Luhan mendengus lagi. kenapa ia harus bertemu orang menjengkelkan ini lagi? huh!. Sementara orang di sebelahnya mengangguk dan terlihat berpikir

"benarkah? Atau…. kau tau aku sudah kembali dan menungguku untuk melihatmu tak berpakaian?" Luhan menghentikan langkahnya dan berbalik menatap orang itu dengan tajam setelah ucapan bodoh si pemuda. Cih! Siapa ingin mempertontonkan tubuh telanjang dihadapanmu?

"siapa yang menunggu siapa?" Luhan memberi jeda "apa karna sekarang kau tak begitu terkenal hingga membuat otakmu mengalami kerusakan, Kim Jong In?" Jongin hanya tersenyum dan melangkah kedepan Luhan

"lalu, kenapa kau ada di sana?" Jongin terlihat berpikir saat ia mengucapkan itu, namun tiba-tiba mata pemuda itu bertambah volume dan menatap Luhan dengan raut wajah dramatis tak percaya "OMO! Jangan bilang kau ingin melakukan sesuatu dengan seseorang—di siang bolong—"

Plak!

"ada apa dengan isi otakmu?! Aku kesini untuk ikut audisi, wae?!" sebelum Jongin melanjutkan ucapan bodohnya. Sebuah pukulan keras mendarat di atas kenapala pemuda itu membuat Jongin mengaduh sakit menatap Luhan

"aku tak punya banyak waktu dan butuh tempat ganti baju, terlalu buru-buru hingga tak perduli siapa yang datang. Semua perusahaan ingin seorang bintang terkenal sepertimu. Tapi, seorang pemula sepertiku hanya bisa terus berusaha mengikuti audisi." Luhan mendengus lagi. kenapa ia harus menceritakannya? "ada masalah?" Luhan kembali berjalan namun Jongin kembali mengikutinya

"ah~, jadi kau kesini ikut audisi?" Jongin menanyakan hal yang sudah di katakan Luhan sebelumnya, bodoh!. Luhan mengabaikannya "kau tidak keluar dari Perusahaan?" Luhan berhenti lagi dan menatap Jongin

"kau? Bagaiaman kau—"

"rincian kontakmu berubah makannya aku bertanya."

"bagaimana kau bisa tau rincian kontaku?"

"aku hanya penasaran dengan kehidupanmu." Luhan mengeryitkan alis. Jongin memasukan kedua tangannya ke kantong celana dan menatap Luhan "tidakkah kau penasaran tentangku?" Luhan mengerjab dan tertawa sinis

"butuh waktu lama untuk penasaran dengan sesuatu, tuan Kim." Luhan memberi jeda "sepanjang tahun, bulan, bahkan 24 jam sehari, di semua saluran aku akan melihat skandalmu dengan para artis dan actor TV." Jongin melipat tangan di depan dada menyimak ucapan Luhan

"selain itu, mereka juga punya nama yang berbeda. Ada Jung, Kim, Song, Go atau artis Hwang." Luhan berucap sambil menghitung jarinya "ah, terakhir kau juga cukup terkenal di kalangan para musisi. Kau lumayan mengangumkan, Kim Jong In-shii. Wah!" Luhan bertepuk tangan dramatis, terlihat sekali dibuat-buat.

Jongin maju satu langkah kearah Luhan membuat pemuda itu mundur kebelakang "apa kau masih marah sampai sekarang?" Luhan membuka mulut hendak menyahut namun Jongin masih ingin melanjtkan ucapannya "bukankah kita putus secara baik-baik?" Jongin mengangkat sebelah alisnya

"lalu, kenapa kau masih marah?" lanjutnya. Luhan mengepalkan kedua tangan, rahangnya mengeras kesal dengan orang di depannya ini. Putus secara baik-baik? Huh!

"kau benar! Kita putus secara baik-baik!" Luhan berteriak di depan wajah Jongin membuat pemuda itu memasang wajah datar "kau bilang, akhirnya kesempatan datang juga dan memintaku untuk tak menjadi beban." Luhan menepuk dadanya

"maka dari itu, kedepannya berpura-puralah tak mengenalku karna aku hanya akan menjadi beban bagimu." Luhan mendengus lagi

"tidakkah kau takut berkencan dengan bintang yang berbeda tingkatan denganmu akan membuat marah para pengemarmu, eoh?." Luhan memberi jeda "bintang terkenal, Kim Jong In!" lalu pemuda berambut pirang itu melangkah meninggalkan Jongin yang hanya memasang senyum dan melambai

"semoga beruntung audisinya." Ucap Jongin dari belakang membuat Luhan mendengus dan berbalik lalu berterimakasih dengan raut wajah yang di buat-buat semanis mungkin. Namun, saat ia berbalik pergi, pemuda itu mengacungkan jari tengahnya pada Jongin sambil berjalan membuat Jongin tertawa

.

.

ROTATION OF TIME

.

.

Sementara itu di tempat lain. Seorang wanita terlihat menahan marah mendengar tiap kata yang keluar dari mulut seorang dayang istana. Dayang kepercayaannya yang di utus untuk mengorek informasi dari wakil perdana menteri Yesung bahwa konspirasi yang mereka rencanakan gagal karna ratu Sungmin tiba-tiba menghilang dan utusan yang di kirim tewas semua.

Sementara putra mahkota entah pergi kemana sedang di selidiki. Ratu Ryewook beranggapan wakil perdana menteri Yesung tak becus menjalankan konspirasi itu dan terlalu lamban dalam bertindak.

Dayang itu juga berkata bahwa surat yang di tujukan ratu Ryewook pada perdana menteri Yesung yang menurunkan titah untuk membunuh ratu Sungmin dan putra mahkota telah dicuri. Dan itu memikul kecurigaan bahwa surat itu telah sampai di tangan raja Oh Kyuh Hyun karna dari informasi sang dayang, menurut kantor penasehat khusus banyak yang keluar dari gerbang istana malam itu. Dan mungkin saja tujuan mereka adalah pengasingan selatan.

Tapi, menurut informasi. Putra mahkota kemungkinan besar masih berkeliaran di selatan.

"aku tidak mau tau, cepat cari anak itu dan selesaikan semuanya." Ratu Ryewook meremas mangkuk yang ada di atas meja "anak itu mengancam kedudukanku dan putri mahkota." Mata sang ratu melotot seram membuat dayang itu mengangguk patuh dan segera pergi untuk menyampaikannya pada wakil perdana menteri Yesung

.

.

.

"gan, pil, gu, in?" gumam seorang anak kecil yang tengah duduk bersandar di batang pohon bambu menatap potongan kain cokelat di tangan kanannya

"kehidupan setelah kematian? Apa maksudnya?" anak itu—Sehun—menerawang menatap langit coba mencari pemahaman dari apa yang tertulis pada potongan kain itu hingga telingannya mendengar derap langkah kaki yang bergesekan dengan daun-daun bambu di hutan.

Tubuhnya yang awalnya bersandar pada salah satu batang pohon bambu ia luruskan dan memasukan potongan kain itu ke balik bajunya. Ia mulai berdiri dan berjalan kearah yang sama dengan langkah kaki yang terdengar semakin dekat itu berusaha menjauh. Entahlah, ia merasa ini tidak baik

Syaat….. Tuk!

Sehun melotot dan refleks berbalik kebelakang saat sebuah anak panah nyaris mengenainya. Tapi, untunglah hanya nyaris dan anak panah itu menancap di salah satu pohon bambu.

Dari tempatnya, Sehun dapat melihat beberapa orang berpakaian layaknya ninja berlari menghampirinya dan beberapa dari mereka menunggang kuda. Dari anak panah yang meleset itu saja, Sehun sudah tau kalau orang-orang ini mengincar nyawanya.

Meski ia tak tau apa alasan mereka melakukannya. Sehun tetap berlari menghindari orang-orang itu. Ia semakin cepat kedalam hutan bambu namun orang-orang itu jauh lebih cepat karna apalah daya lari seorang anak kecil dengan lari bala tentara dan kuda tempur?

Detik berikutnya. Sehun tak punya pilihan selain diam di tempat karna dirinya telah dikepung. Di hadapannya dua orang berpakaian hitam yang menunggangi kuda tengah mengacungkan pedang kearahnya. Sementara di kedua sisi dan belakang Sehun masing-masing berdiri 5 orang yang siap menebas kepalanya kapan saja. Dan di luar lingkaran 7 orang itu ada beberapa orang dengan busur panah yang siap menancap di tubuhnya

Ada apa ini? Kenepa mereka ingin membunuhnya?

"apa mau kalian?!" pekik Sehun menatap tajam tiap orang yang mengancamnya dengan senjata itu.

Namun, bukan jawaban yang di dapat. Salah satu dari mereka maju kedepan dan melayangkan pedang kearah Sehun namun anak itu beruntung bisa menghindar. Merasa Sehun bukanlah anak kecil yang bisa di remehkan. 6 orang lainnya maju dan mulai menyerang Sehun.

Anak itu panic tapi tetap terkendali. Ia menendang salah satu dari mereka tepat di daerah pribadinya dan merebut pedang orang itu lalu mengarahkannya untuk menangkis tiap serangan yang diarahkan padanya. Beberapa orang dengan busur panah tak tinggal diam. Mereka mulai membidik Sehun dari tempat namun tak jadi saat salah satu dari ksatria pedang itu membuat Sehun jatuh tersungkur di tanah dan mengarahkan ujung pedangnya ke leher Sehun.

Anak itu menelan ludah dengan susah payah. Orang-orang di sana berdecih meremehkan dan mengejeknya, seorang anak kecil tak mungkin melawan orang dewasa. Dan setelahnya, Sehun menutup mata saat pedang itu mengayun siap menebasnya. Walau begitu, ia tak terlihat takut sama sekali

Si pelaku membuka penutup wajahnya dan menatap Sehun dengan seringain lalu pedangnya mengayun menancap didada kiri , yang terjadi tak seperti yang di harapkan. Sasaran mereka tiba-tiba lenyap bagai hembusan angin yang lewat dan pedang yang tadi diarahkan ke dada Sehun menancap ditanah. Orang-orang berpedang dan berbusur di sana terlihat bingung dan melihat sekitar mereka mencari Sehun namun tak menemukan anak itu. Tak mungkin Sehun bangkit dan berlari dengan cepat hingga mereka tak melihatnya. Itu mustahil, tapi, lebih mustahil lagi kalau anak itu tiba-tiba saja menghilang. Ini benar-benar aneh.

.

.

ROTATION OF TIME

.

.

Di belakang panggung. Luhan berkali-kali menghela napas. Ia bertekat bahwa dirinya harus lulus dalam audisi ini untuk menunggang karir dan membuat bangga managernya.

Seorang pengarah yang berdiri diahadapannya menatap Luhan dengan raut wajah bodoh sebelum mempersilahkankan Luhan untuk maju ke panggung dan berdiri di belakang garis yang ada di panggung. Luhan menghela napas sekali lagi sebelum naik ke panggung.

Luhan memasang senyum dan seorang juri yang adalah sutradara dan produser pelaksana dan penerbit drama itu menyuruhnya untuk memperkenalkan diri. Luhanpun membungkuk dan memperkenalkan diri

" kau pernah ikut SMART Uniform Models?" tanya salah satu juri. Luhan mengangguk dan menambahkan

"ne, saya masuk final tahun 2009."

"tapi, kenapa kau tak mulai melakukan sesuatu? Seperti pemotretan mungkin?" ujar salah satu juri lagi menatap sebuah kertas berisikan data Luhan di tangannya. Luhan menarik napas, apa harus ada wawancara seperti ini?

"eum, itu karna saya ingin belajar acting." Luhan memberi jeda semabari meremas tangannya di depan perut "itu sebebnya saya ikut teater untuk menambah pengalaman." Tambah Luhan saat juri itu hendak bertanya lagi. Juri itu hanya mengangguk lalu juri lainnya bertanya lagi

"mengenai acting, apa kau pernah mencoba sesuatu yang lebih terkenal dari teater?" juri itu memperbaiki topinya. Luhan terlihat berpikir sebelum menjawab

"..err.. tahun lalu di drama 'to the beautiful you'—" Luhan hendak melanjutkan namun terintrupsi saat pintu ruangan terbuka dan para crew mengalihkan pandang kearah pintu dan berdiri sambil membungkuk saat presdir Lee So Man berjalan masuk keruangan itu.

"oh, presdir anda di sini?" Soman hanya mengangguk menanggapi pertanyaan sutradara dan mengambil tempat duduk namun, sebelumnya ia memperkenalkan seseorang yang datang bersamanya, Kim Jong In.

Hal itu refleks membuat Luhan menganga. Jongin memberi salam pada semua crew dan para crew berterimakasih karna Jongin menyempatkan untuk ikut serta dalam audisi dan langsung menyalami pemuda itu. Jongin lalu beralih menatap panggung di mana Luhan berdiri dan membulatkan mulutnya sembari mengangguk-angguk seolah memahami sesuatu.

Salah satu crew meminta Jongin untuk menyaksikan audisi karna akan lebih bagus jika orang yang terlibat dalam drama ikut menyaksikan dan mempersilakankan pemuda itu untuk duduk. Jongin duduk di tempat yang sudah di sediakan di dekat para juri dan tersenyum menatap Luhan yang hanya dibalas dengusan oleh pemuda berambut pirang di panggung itu.

"ah, Luhan-shii. Kau kenal Kim Jong In bukan? Jongin-shii akan berperan sebagai Kai di drama ini."

"NDE?!" Luhan melotot dan berteriak tak percaya, tangannya yang semula bertautan di depan perut langsung melemas dikedua sisi celana.

"ah, dia pasti sangat senang hingga berteriak seperti itu." komentar Lee Soman dan Luhan benar-benar memasang wajah bodohnya sekarang. Ini pasti tidak nyata. Ia akan beradu acting dengan Jongin, tapi, bukan itu masalahnya. Melainkan, tokoh 'Kai' dalam drama ini adalah pemeran utama dan Luhan ikut audisi sebegai pemeran utama kedua, dimana dirinya akan menjadi partner 'Kai' dan jika ia lulus dalam audisi ini, otomatis ia akan sering bersama Jongin dalam drama. Dan itu neraka bagi Luhan. Aigoo!

Sementara Jongin hanya memasang senyum menyebalkan dan memiringkan kepala ke kanan menatap Luhan yang terlihat bodoh diatas panggung.

"ah, pak sutradara." Sutradara yang duduk di sebelah Jongin menoleh menatap Jongin "aku punya ide" Jongin menatap Luhan yang berdiri diatas panggung. Sebuah seringaian tercetak jelas di wajah pemuda itu

"bagaimana kalau kita tambahkan sedikit kisah romantic dalam drama ini?" sutradara memutar badan menatap Jongin

"ne, ini memang akan ada sedikit banyak kisah romantic" Jongin menggelengkan kepala dan tangannya.

"bukan, bukan drama romantic seperti pria dan wanita." Sutradara mengerutkan alis "seperti yaoi mungkin, itu tidak biasa dan akan menarik perhatian public bukan? Lagipula, ini drama dengan genre action jadi, bukankah terlalu melanklonis dan akan menjadi cengeng jika melibatkan seorang wanita dengan tokoh utama?."

Sutradara terlihat berpikir sebelum menepuk pundak Jongin dan tertawa sangat keras. Sedangkan Luhan yang mendengar ide Jongin itu sudah mengeram seperti serigala yang siap mencabik-cabik pemuda yang tengah mengacungkan jari tengahnya kearah Luhan tanpa sepengetahuan para crew dan tersenyum manis.

"itu ide yang luar biasa, Kim Jong In-shii. Tidak salah melibatkanmu dalam hal ini, hahaha.." komentar produser yang duduk di sebelah sutradara. Semuanya terlihat mempertimbangkan ide Jongin. Benar-benar sial karna Luhan tau apa yang di maksud Jongin dengan ide ini

.

.

.

Luhan memakan ramyeonnya dengan brutal dan meneguk soda lalu membanting kaleng sodanya di atas meja dengan kesal. Benar-benar sialan! Kim Jong In sialan!

Setelah tetesan kuah ramyeon terakhir habis. Luhan kembali memanggil seorang pelayan di kedai itu dan memesan lagi. Saat pelayan itu pergi, ponsel Luhan berbunyi dan ia menjawab dengan teriakan membuat beberapa orang menatapnya aneh.

'maaf' lirihnya menyesal telah berteriak karna dibalas teriakan pula dari seberang sana. Orang di seberang yang tak lain adalah Lay, manager Luhan bertanya seputar berjalannya audisi Luhan dan memekik kaget mendengar deretan kejadian yang menimpa Luhan hari ini.

Mulai dari bertemu Kim Jong In hingga Kim Jong In yang berperan sebagai 'Kai' di drama black pearl. Semuanya ia ceritakan dengan jelas dan rinci termasuk hal memalukan saat ia berganti pakaian

'semua telah berakhir. Selama audisi dia terus tertawa saat aku melafalkan naskah membuatku terlihat seperti orang bodoh di hadapan sutradara, argghh…aku ingin!—' Luhan yang awalnya berbicara dengan nada pelan lama kelamaan volume suaranya meninggi membuat beberapa orang kembali menatapnya hingga Luhan menghentikan ucapannya dan meminta maaf.

'aku mengecewakanmu lagi, maaf sudah membuatmu berharap.' Terdengar helaan napas berkali-kali di seberang sana hingga kemudian di susul bantingan barang. Luhan yakin, Lay pasti sedang mengamuk. Pemuda itupun mulai melahap cepat ramyeonnya dan meminum soda sebelum membayar semua pesanannya

'bajingan sialan itu membuat hidup orang lain seakan tak berguna!.' Luhan keluar dari kedai itu dan terdengar lagi bantingan barang di seberang sana dari ponselnya 'kau tau, sebenarnya itu kabar bagus. Bajingan itu adalah 'Kai'. Lalu, kenapa kau masih terus ikut audisi, eoh?!' jeda 'dan apa itu? romantic? Yaoi? Apa dia sudah gila menuruhmu bermain drama seperti itu dan memandang wajahnya?!' bantingan barang lagi 'lupakan saja! Meski kau lulus audisi, jangan lakukan syuting!'

Luhan menjauhkan ponselnya dari telinga dan menatap aneh ponsel itu sambil tertawa sebelum menempelkannya lagi ke telinga.

'bicara apa kau? Jika aku terpilih, aku tetap akan melakukan syuting.' Walau demikian, suara di seberang sana tetap melarangnya melakukan syuting lalu menyuruh Luhan cepat pulang.

.

.

.

Saat perjalanan pulang, Luhan berkali-kali menghela napas tak berduli umurnya bertambah pendek atau tidak. Ia menatap keluar menikmati pemandangan kota Seoul saat ponselnya kembali berbunyi.

Tanpa melihat siapa yang menelepon. Luhan mengangkat panggilan itu dan membuka jendela mobil agar angin malam kota Seoul dapat masuk.

"yeoboseyo?"

"kau dimana?"

"nuguseyo?" Luhan terlihat bingung. Supir taxi terlihat melirik kaca spion yang memperlihatkan Luhan disana

"kau lupa suara mantan pacarmu, eoh?" jeda, Luhan merubah raut wajahnya "kau keterlaluan" Luhan mengerjab dan melihat layar ponselnya namun hanya ada nomor yang tak terdaftar dalam kontaknya sebelum kembali menempelkan ponsel itu ke telinga "aku baru saja selesai syuting. Kau dimana?"

"darimana kau tau nomor ponselku?" bukannya menjawab, Luhan balik bertanya dengan sinis hingga terdengar decikan lidah di seberang sana

"tidak sulit mengingat kau ikut audisi itu." jeda lagi "kau ingin berperan sebagai Xiau Lu bukan? Kalau kau mau, kau bisa datang ke Peyto Lake tempat biasa kita pergi. Kau ingat bukan?—" belum sempat Jongin meneruskan ucapannya, Luhan sudah lebih dulu mematikan ponselnya dan memasang ekspresi ingin muntah kearah ponselnya sambil mencibir Kim Jong In yang tak bisa lagi membedakan, timur, selatan, barat dan utara saat pemuda itu sudah terkesal.

Yang benar saja, Peyto Lake?

Luhan berada jauh puluhan kilometer dari tempat itu. Dan Luhan tak akan terpengaruh bualan seorang Kim Jong In untuk kedua kalinya

Luhan mengeluarkan kepalanya dari jendela mobil dan meneruskan aktivitasnya memandang keindahan kota Seoul di malam hari namun ponselnya kembali berbunyi mengganggu. Luhan mengumpat memaki Jongin yang di kiranya adalah si penelepon

Namun, saat melihat layar ponselnya yang memperlihatkan nama sutradara drama yang ingin di bintanginya. Luhan melotot dan mengangkat tinggi ponselnya keudara. Ia hendak menjawab namun tiba-tiba taxi yang di tumpanginya melintasi polisi tidur membuat mobil terguncang dan ponsel yang di genggam Luhan melayang keudara keluar melewati jendela mobil dan masuk ke got penyaringan air. Oh SIAL!

.

To Be Countinue…

.

Ell note :

Baiklah, terimakasih buat yang bersedia mau bacaaa…. Kayaknya Ell emang lebih nyaman dengan rating T ketimbang M bikin sakit kepala.

Luhan mantan Jongin? Yap, seperti itulah.

Sehun bocah umur 5 tahun? Gak, tenang aja. Luhan gak bakal jadi pedo kok. Sehun bakal dewasa tenang aja kkk~

chapt ini mungkin baru pengenalan dulu

Okai, sayonara~