Sougo's Assasination
Gintama milik Hideaki Sorachi-sensei
Warning: OOC, Typo's, dll
.
.
.
Sougo menghela nafas sambil melihat ke atas, menatap langit dengan bintang yang berhamburan. Ia tersenyum kecil.
' Sudah berapa lama... aku menjadi seperti ini?.'
Ia kembali mengingat kilasan ingatannya tentang Mitsuba, yang berlanjut ke kondou-san, dan...
Hijikata.
" Aku tidak tahan lagi.."
Kakinya dengan segera melaju di saat yang bersamaan dengan musuhnya. Hanya kilatan pedang yang bisa menandakan ke arah mana anak itu melangkah. Gerakannya terlalu cepat untuk hanya dilihat melalui mata telanjang. Dan dalam sekejap, Sougo sudah berada di ujung gang markas Joui, meninggalkan mayat para Joui yang berhamburan di sana. Ia lalu menjilat pipinya yang terciprat darah.
" Sejak kapan.. aku menjadi haus darah seperti ini, ya?."
.
.
.
" HAH?!"
Kamiyama hampir berteriak saat Sougo baru memberitahukannya sesuatu. Untung saja ia masih bisa menahan hasratnya untuk tidak segera menusukkan pedang ke dalam mulut Kamiyama. Oh tuhan, mulut itu begitu menggoda untuk dihias dengan darah karena terbuka lebar sekali. Tapi ia akan sedikit kerepotan kalau hanya ada Zakki yang bisa di Bully.
" Okita-taichou! Saya akan melindungi anda dengan nyawa saya jika ada lagi anggota Joui yang mengincar nyawa anda! Saya akan bersumpah demi pantat saya!," kata Kamiyama sembari memantati Sougo.
Jleb!
Ah, kali ini Sougo sudah tidak tahan. Dan sekarang ia yang kesusahan sendiri. Bagaimana caranya ia mengambil kembali pedang yang sudah ia tancapkan ke pantatnya Kamiyama?. Setelah beberapa kali mencoba , akhirnya Sougo memutuskan untuk mematahkan pedangnya sendiri.
" Kamiyama, kau bertanggung jawab untuk membelikan pedang yang baru. Ku tunggu sampai besok pagi, atau seppuku," kata Sougo sambil berjalan meninggalkan Kamiyama sendirian di depan vending machine.
" EH?! Ta... taichou! Tunggu!," mohon Kamiyama. Kenapa sekarang ia terlihat seperti orang yang bersalah? Bukannya Sougo sendiri yang menancapkan hal itu?. Tolong diingat, fanfic ini masih ada di dalam rate T.
Dan dari balik kegelapan, Yamazaki kembali menuliskan laporannya.
.
.
.
" Ano saa, Zakki, haruskah aku ingatkan untuk yang kesekian kalinya bahwa walaupun kau harus melakukan tugas mu, seorang mata-mata juga harus tahu dimana batasnya ia bisa-,"
" Aku mengerti, Fukuchou! Ini bukan seperti yang kau bayangkan!," teriak Yamazaki mendengar laporannya yang di tolak mentah-mentah oleh Hijikata. Ia lalu menunjukkan sebuah foto yang juga diambil diam-diam, mengantisipasi hal seperti ini terulang. Hijikata lalu mengambil foto itu dan mengamatinya. Ia lalu mengambil nafas.
" Ano saa, Zakki, antara mata-mata dan stalker itu-," dan perkata Hijikata yang satu ini membuat urat-urat di dahi Yamazak muncul.
" SUDAH CUKUP FUKUCHOU! Aku bukan seorang stalker dan juga bukan orang mesum, dan aku mengerti batas-batasnya dengan cukup baik!," akhirnya Yamazaki berteriak juga. Entah bagaimana ia biasa bertahan di samping orang berambut v ini.
Kali ini Hijikata membaca laporan dari Yamazaki dengan serius.
" Jadi tadi malam ia sempat diculik, eh?," konfirmasi dari Hijikata segera mendapat jawaban anggukan dari Yamazaki. Yah, Hijikata sih tidak terlalu cemas jika Sougo yang diculik. Bahkan ia sedikit merasa senang. Selain dari faktor seseorang yang mungkin bisa menjadi calon pembunuh Hijikata menghilang sejenak, ia yakin Sougo bisa membereskan beberapa Joui yang menculiknya.
" Kalau begitu panggil Sougo. Aku ingin mendengar laporan tentang berapa jumlah korban jiwa yang berhasil dia bunuh tadi malam."
.
.
.
" Jadi bagaimana?" tanya Hijikata sambil memakan Mayonaise bernasinya. Mereka berdua berada di dalam ruang kerja Hijikata untuk makan siang. Sembari mengunyah nasinya, Sougo menoleh ke arah Hijikata.
" Maksud mu tentang Mayonaise itu? Tentu saja aku yang menuangkan racunnya tadi malam," dan Hijikata segera melotot. Pantas saja ia merasakan sebuah rasa yang aneh saat ia selesai menelan mayonaisenya.
" HOEK!" terdengar suara muntahan yang sangat keras dari arah kepala Hijikata yang sudah ada di wastafel. Sementara Sougo sibuk menaburi serbuk yang lain diatas makanan Hijikata sebelum sang Oni-fukuchou kembali dari toilet.
" Arara, Hijikata-san, jangan menatapku dengan mata menakutkan seperti itu," pinta Sougo saat Hijikata sudah duduk dan menikmati makanannya kembali-kali ini ia memakan makanan yang belum diberi mayonaise. Dengan muka yang kesal, Hijikata melihat Sougo. Dan sebelum ia sempat menanyakan sesuatu, Sougo lebih dahulu bicara darinya.
" Jangan semarah itu, itu hanya racun untuk sakit perut loh, Hijikata-san, oh ya, dan tenanglah, aku sudah memberi solusi untuk hal itu karena aku baru saja menaburkan obatnya di makanan yang belum bermayonaise," jelas Sougo sambil terus memakan nasinya dengan santai. Dan sesaat kemudian ia menatap Hijikata dengan mata liciknya.
" Supaya Hijkata-san bisa terus memakan mayonaisenya."
TRAAANG!
Tidak bisa. Habis sudah kesabaran Hijikata. Ia menekan pedangnya yang baru saja beradu dengan pedang milik Sougo. Makanan mereka berceceran di atas meja. Mulut Sougo tidak berhenti membentuk sebuah seringaian lebar karena puas.
" Haaah... sudahlah... kelihatannya kau tidak apa-apa," kata Hijikata sambil menurunkan pedangnya. Setidaknya ia senang masih bisa mengobrol dengan Sougo sesekali. Ia tidak akan bisa bertemu dengan Mitsuba lagi di sana jika ia sampai mengirimkan Sougo lebih cepat dari perkiraan ke surga.
" Apa maksud mu, Hijikata-san?," tanya Sougo heran.
" Aku mendengarnya. Tadi malam sepertinya kau diculik, hm? Sepertinya kau senang bisa membunuh tengah malam itu sampai tidak sempat melapor padaku," kata Hijikata. Ia lalu tersenyum tipis.
Anak kecil yang waktu itu bertarung dengan pedang kayu bersamanya di doujo, sekarang sudah berubah menjadi sebesar ini. Sangat besar hingga tidak perlu digendong untuk kembali dari tempat bertarung.
" Apa nya... yang kau bilang... baik-baik saja?..."
Hijikata menoleh ke arah Sougo. Anak itu sudah menundukkan kepalanya dalam dan sedikit gemetaran. Benar. Anak itu kelihatan tidak baik. Setidaknya ia baik-baik sampai beberapa menit yang lalu. Persetan dengan laporannya, ia harus segera menyuruh Sougo istirahat. Ia bisa mengurus soal laporan nanti.
"Oi? Sougo, kau tidak apa?," pertanyaan dari Hijikata segera dijawab dengan suara tertawa Sougo yang sinis.
" Arya? Ku kira baru saja kau bilang bahwa aku baik-baik saja? Kenapa kau menanyakannya lagi, Hijikata-san?," kata Sougo setengah tertawa. Ia tidak tahan dengan kebodohan Hijikata dari dulu. Tentang bagaimana bodohnya Hijikata mencampakkan kakaknya sendirian.
" ..tidak tahan lagi.."
Hijikata mengabaikan perkataan Sougo yang terakhir dan segera mengambil jas Shinsengumi yang tersampir di sampingnya. Ia lalu berdiri, memakaikan jas itu di pundak Sougo. Ia menarik tangan anak itu untuk berdiri dan menuntunnya untuk keluar dari ruangan Hijikata.
" Kembali ke ruangan mu, kau sakit."
" Aku tidak butuh bantuan mu," kata Sougo. Ia terdiam, sebelum sempat keluar dari ruangan. Sougo menepis tangan Hijikata, lalu melempar jas miliknya ke lantai. Ia tidak tahan lagi. Ia bukan anak-anak yang terus bergantung kepada Kondou-san. Ia tidak butuh tangan Hijikata saat ia tidak bisa berdiri. Bersama-sama dengan Hijikata di dalam satu ruangan lebih lama lagi hanya membuat pikirannya berputar di tempat yang sama. Tentang Kondou-san. Tentang nya. Tentang Mitsuba.
Suara batuk-batuk mulai terdengar dari Sougo yang menutup mulutnya. Kepalanya makin pusing, ia tidak bisa bernafas. Dadanya sangat sakit karena terbatuk makin parah. Ia hampir terjatuh jika saja Hijikata tidak memeganginya dari belakang.
" Jangan bodoh! Berdiri saja tidak bisa, kan?!" kata Hijikata. Ia memegang pundak Sougo dan menyuruhnya duduk kembali. Hijikata lalu segera menelpon Yamazaki setelah ia bisa memaksa bawahannya yang keras kepala untuk duduk dengan tenang.
" kalau kau tidak mau ku antar, setidaknya tunggulah Zakki. Aku tidak akan membiarkan mu jalan sendirian" dan Sougo hanya bisa mendecih saat ia mendengar Hijikata. Mengapa Hijikata bisa merasa lebih superior darinya hanya karena Kondou-san memilihnya untuk menjadi wakilnya? Padahal ia lebih dulu bersama Kondou-san. Kenapa Kondou-san menggantungkan dirinya pada Hijikata saat ia ada di depan Kondou-san?. Ah, ya, mungkin karena Kondou-san tidak pernah benar-benar melihatnya.
Bruuugh!
Hijikata menoleh. Tubuh Sougo sudah tergeletak di atas tatami. Ia sangat lemas. Mukanya memerah karena demam dan berkeringat dengan sangat banyak. Hijikata segera mengangkat kepala Sougo dengan menempelkan tangannya ke dahi anak itu. Bahkan panas yang sekarang dirasakan di tangan Hijikata jauh lebih panas dari beberapa menit yang lalu.
" Oi, Sougo?!" Hijikata menepuk-nepuk pipi anak yang sudah tidak sadarkan diri di depannya. Hanya flu biasa. Ia yakin ini hanya flu biasa. Setidaknya ia ingin menenangkan dirinya sendiri saat itu. Hijikata mengutuk dalam hatinya. Kenapa Yamazaki lama sekali? Kalau ia tidak salah dengar tadi Yamazaki hanya berada beberapa meter dari markas mereka.
Greek!
Pintu geser terbuka. Terdengar suara dari seseorang yang membuat raut muka di wajah Hijikata jauh lebih cerah. Ia mengangkat kepalanya.
" Toshi, tadi aku bertemu Zakki dan sekalian saja aku menyuruhnya untuk memata-matai... So... Sougo...?" Kondou yang baru saja membuka pintu, sedikit kaget saat melihat Sougo yang terbaring lemas di atas pangkuan Hijikata. Ia segera berlari masuk dan menggiyangkan bahu Sougo pelan.
" Oi! Sougo! Kau kenapa?! OI!?"
.
.
.
" Untung hanya flu biasa.."
Kondou seharian ini tidak pergi kemanapun. Ia hanya duduk di samping Sougo sambil sesekali mengganti kompres yang berada di atas dahi anak itu. Sementara Hijikata berdiri di luar pintu, tetapi masih belum beranjak dari tempatnya sejak dokter keluar dari kamar Sougo.
" Kondou-san, biar aku yang menjaganya. Anda istirahatlah," pinta Hijikata. Kondou menoleh. Ia melihat Hijikata yang masih kelihatan tidak peduli, walau begitu tidak ada satu pun pekerjaannya yang beres sejak Sougo pingsan. Sifat tsunderenya tidak bisa disembunyikan. Dan kadang Hijikata sendiri kesal denga bagaimana ia tidak bisa menjadi seperti Kondou yang bisa menyampaikan rasa sayangnya secara gamblang.
" Anda butuh tidur. Dan lagi ada kasus yang belum diselesaikan," kata Hijikata. Ia kemudian melangkah masuk dan duduk di belakang Kondou, walaupun mukanya masih terlihat cuek. Kondou tersenyum lebar. Sepertinya tidak ada anggota Shinsengumi lain yang bisa melihat sisi ini dari dalam Hijikata. Mungkin termasuk Sougo.
" Aa... aku menitipkan Sougo pada mu ya,Toshi."
Kali ini Kondou bangun dan keluar dari kamar itu. Ia mengerti. Seberapa parahnya hubungan Sougo dengan Hijikata, Hijikata akan terus menjaga Sougo. Seperti di hari itu, saat Hijikata memastikan Sougo tidak akan jatuh di dalam gendongannya.
Hijikata melihat Kondou yang keluar. Sebenarnya ia sendiri tidak terlalu yakin. Ia tidak tahu apalagi kata-kata kasar yang akan keluar dari mulutnya saat Sougo bangun. Tetapi ia tidak peduli. Ia hanya ingin memastikan anak itu aman dengan dirinya. Sembari memasang kompres dingin yang baru di atas dahi Sougo, ia tersenyum kecil.
" Dasar merepotkan."
" mayat shine-Hijikata nomor 5032... mayat Hijikata-konoyarou nomor 5033... mayat-"
Urat-urat di dahi Hijikata muncul dengan sempurna, bahkan kali ini membuat perempatan. Ia segera mengambil bazooka yang selalu dibawa-bawa oleh Sougo dan mengarahkannya ke anak yang masih tertidur lelap di atas futon.
" Harusnya kau menghitung domba... SOUGO!"
BLAAAAR!
.
.
.
" Cih! dia berhasil kabur.."
Di dalam sebuah gang kecil, seorang dengan jubah yang menutupi mukanya berdiri di depan mayat-mayat yang bergelimpangan. Ia menatap beberapa orang suruhannya yang terbaring penuh darah dan mulai membusuk. Ia lalu melangkahkan kakinya meninggalkan tempat itu dalam diam.
' Okita Sougo... lain kali, pasti...'
Dengan satu tangannya, ia melempar jubah dan melihat ke arah langit. Rambut panjangnya yang hitam legam terurai dan terkibas dengan lembut. senyum kecil terkembang di dalam mukanya yang sering dikenal sebagai penjahat kelas berat. Katsura Kotarou.
" Aku akan membunuh mu.."
Dan suara tertawa yang keras terdengar dari dalam gang kecil itu.
.
.
.
Akhirnya aku bikin fanfic ini *YAS!*
Bagi yang nebak aku suka Yamazaki, Aku lebih suka Sougo. Tapi anggota Shinsengumi yang lain juga suka.
Tolong tinggalkan Review untuk kritik dan sarannya yaa! ^o^
