Secret

Cast : Chanyeol, Baekhyun (GS), Seulgi

Rate : T

Genre : Angst, Romance

Prolog

Park Chanyeol sangat menyukai musim semi. Bukan karena bunga warna-warni yang bermekaran – Park Chanyeol bukanlah seorang pria peduli akan hal itu, namun karena ia menemukan seseorang yang sangat ia cintai pada musim semi. Sebaliknya, ia justru membenci musim dingin. Salju yang turun dan udara dingin tidak hanya membekukan kedua telapak tangannya, namun juga membuat perasaan cintanya beku tanpa alasan yang jelas.

The Story Begins

24 Desember, 2015

Malam natal yang sungguh dingin. Pertokoan di sepanjang jalan masih dipenuhi dengan orang-orang yang berbelanja untuk kebutuhan natal mereka besok. Orang-orang yang sekedar melintasi jalan sesekali menggosok-gosokkan kedua telapak tangannya atau merapatkan jaket tebal yang mereka kenakan karena udara dingin yang terasa menusuk kulit. Hiasan dan pernak-pernik natal sudah terlihat di setiap toko, bahkan alunan lagu-lagu natal yang ceria sudah mulai terdengar dari sebuah toko roti besar di ujung jalan. Semua orang nampak bahagia dan bersemangat, namun hal itu tampaknya tidak berlaku bagi sepasang sejoli yang kini tengah terdiam, sibuk dengan pikirannya masing-masing.

"Maafkan aku, Chanyeol. Tapi lebih baik kita putuskan hubungan ini."

Satu kalimat itu membuat telinga pria yang disebut 'Chanyeol' itu mendadak tuli. Buktinya, ia tidak bisa lagi mendengar irama lagu natal yang masih mengalun dan hanya terfokus pada kata-kata yang diucapkan gadis didepannya ini. Lidahnya terasa kelu.

"Tunggu, Baek. Ada apa sebenarnya? Apa yang kau maksud barusan? Dan kenapa?"

Begitu banyak pertanyaan yang terlintas di pikiran Chanyeol, namun gadis itu belum juga menggubris pertanyaan Chanyeol barusan.

"Bicara, Baekhyun. Disini sudah semakin dingin."

Gadis bernama Baekhyun itu hanya menunduk, berusaha menghindari tatapan kedua mata lebar dari kekasihnya – atau mungkin lebih tepat disebut sebagai mantan kekasihnya. Sebuah helaan napas berat terdengar sebelum akhirnya ia bersuara.

"Aku sudah tidak mencintaimu lagi."

"Tidak, bukan itu alasanmu – Baek, apa-apaan dengan alasan klise itu? Tatap aku, Baek, aku ingin menemukan kejujuran dari sana."

Chanyeol mengangkat dagu gadis didepannya sehingga keduanya bertatapan. Mata Baekhyun sudah berair. Jika memang Baekhyun tidak lagi mencintainya, kenapa ia harus menangis? Bukankah seharusnya ia merasa senang telah memutuskan hubungan mereka?

"Aku tidak punya alasan. Tiba-tiba saja aku merasa bosan, aku merasa lelah denganmu, dan aku bosan. Bisa aku minta hadiah natalku untuk tahun ini sekarang? Tolong jangan pernah temui aku lagi, jangan pernah hubungi aku lagi, dan ayo kita berpura-pura tidak pernah mengenal sebelumnya. Selamat natal, Chanyeol."

Semua kalimat itu diucapkan Baekhyun dengan cepat dan jelas, sebelum akhirnya ia mengukir senyuman kecil di bibirnya dan melangkahkan kakinya pergi dari sana. Diam, hanya itu yang mampu Chanyeol lakukan. Ia membutuhkan waktu untuk mencerna maksud dari kalimat yang Baekhyun katakan. Kedua matanya terasa perih dan tenggorokannya sakit. Persetan dengan udara yang begitu dingin, mungkin setelah ini ia akan sakit.

Kilas balik mengenai hubungan mereka di masa lalu mulai terlintas di pikiran Chanyeol. Semuanya berjalan dengan begitu sempurna, sulit untuk membayangkan akhir menyedihkan seperti ini. Park Chanyeol bahkan masih mengingat jelas saat pertama kali mereka bertemu, di musim semi dua tahun lalu.

Flashback

'Yaaaak, Seulbear! Kau sangat mengesalkan! Kau kan sudah berjanji akan menemaniku datang kesini, kalau begitu sekarang siapa yang bisa memfotoku? Kau harus lihat, bunga-bunga putih disini sudah mekar sempurna!'

Suara teriakan gadis itu sangat mengganggu pendengaran Chanyeol. Namun pengunjung taman lainnya masih bersikap 'tidak terjadi apa-apa' dan tetap sibuk mengabadikan momen mekarnya bunga warna-warni dengan kamera ponsel mereka. Tentu saja, mengingat hari itu adalah hari pertama musim semi dan Chanyeol adalah satu-satunya orang yang berada dekat dengan gadis itu, tidak heran Chanyeol menjadi satu-satunya orang yang terganggu. Sudah sepuluh menit berlalu dan gadis itu masih saja mengamuk dengan seseorang di telepon. Tidak, Chanyeol tidak menguping – salahkan gadis itu yang berbicara dengan sangat keras.

'Baiklah kalau begitu, aku akan foto sendiri!'

Gadis itu tampak mematikan ponselnya dengan sebal sambil tetap mengumpat. Chanyeol yang tidak tahan lagi melihatnya, akhirnya memutuskan untuk menghampiri gadis itu.

'Kau tahu, suaramu hampir membuat telingaku tuli.'

Gadis yang dimaksud tampak terkejut dan menoleh, lalu malah mengerucutkan bibirnya – sesuatu yang tampak sangat menarik bagi Chanyeol, lebih menarik dari bunga-bunga di sekitar mereka.

'Kalau begitu jangan berdiri dekat-dekat denganku, menjauh saja.'

Jawaban yang menyebalkan tadi malah membuat Chanyeol tertawa kecil.

'Itu kan urusanku mau berdiri dimana. Lagi pula, boleh aku tahu masalahmu?'

'Wah, kau ini rupanya selain penguping juga ingin tahu urusan orang lain saja. Tapi baiklah, Seulbear janji padaku untuk menemaniku datang ke taman ini untuk berfoto. Hari ini adalah satu-satunya hari libur kerjaku, dan aku tidak mungkin mengambil cuti esok hari untuk kembali kesini. Tentu saja aku sangat kesal, dan itu wajar kan? Ya, mungkin aku bisa memfoto diriku sendiri. Tapi itu berarti bunganya tidak akan terlihat banyak dan hanya wajahku yang memenuhi sebagian besar layar, jadi – '

'Berdirilah disitu, aku akan mengambil foto untukmu. Tapi sebelumnya, boleh aku tahu namamu, nona yang cerewet?'

Ocehan gadis itu seketika terhenti. Ia menangkap sosok laki-laki di depannya sedang tersenyum lebar, sepertinya ia tulus.

'Benarkah? Kau mau mengambil foto untukku? Jangan seenaknya memanggilku cerewet, namaku Baekhyun. Byun Baekhyun. Dan kau?'

'Tentu saja, Baekhyun. Aku hanya mengambil foto, bukannya bekerja rodi untukmu. Aku Park Chanyeol, lalu mana handphone-mu?'

Tanpa ragu, gadis bernama Baekhyun itu segera merogoh kantongnya, mengeluarkan handphone miliknya, memberikannya kepada Chanyeol lalu berlari menjauh dan berpose sambil tersenyum lebar.

'Terima kasih banyak, Chanyeol! Untung saja aku bertemu denganmu. Hasil fotonya juga sangat bagus! Apa kau memang fotografer?'

'Fotografer hanya salah satu dari cita-cita masa kecilku.'

Baekhyun tertawa dengan keras, seolah-olah kalimat yang diucapkan Chanyeol barusan adalah kalimat terlucu yang pernah ia dengar – dan itu membuat Chanyeol ikut tertawa.

'Aku senang bertemu denganmu. Apa mungkin kita bisa bertemu lagi? Tapi besok aku sudah mulai bekerja, dan aku harus pergi sekarang. Seulbear pasti menunggu di rumah.'

'Kita pasti bertemu lagi. Pergilah.'

Baekhyun tidak tahu pasti apa maksud perkataan Chanyeol, bahkan Chanyeol tidak berniat meminta nomor ponselnya hingga akhirnya Baekhyun pulang ke rumah. Sayang sekali jika ia tidak dapat bertemu lagi dengan orang baik bertelinga lebar seperti Chanyeol, pikir Baekhyun. Ia tidak tahu apa yang telah dilakukan Chanyeol sebelum mengembalikan ponselnya tadi. Chanyeol melakukan panggilan dengan ponsel Baekhyun ke ponselnya sendiri, bahkan sempat mengirimkan foto Baekhyun ke ponselnya. Sejak saat itulah mereka menjadi lebih sering bertemu. Chanyeol mengetahui segala tentang Baekhyun, mulai dari pekerjaannya sebagai editor majalah, Baekhyun yang hidup sendiri, hingga masa kecil Baekhyun. Baekhyun pun mengetahui semua tentang Chanyeol, dan mereka menyukai itu.

19 Januari, 2016

"Aku bawakan kau makanan, jangan lupa harus kau habiskan, ya."

Park Chanyeol mengalihkan pandangan dari laptop dihadapannya menuju sebuah kotak makan yang baru saja diletakkan di meja kerjanya. Perlahan, sebuah senyum lebar mengembang. Dengan bersemangat, Chanyeol segera meraih kotak tersebut dan membukanya. Wangi yang berasal dari dua potong sandwich isi telur, daging, sayuran, saus, dan lelehan keju langsung menyeruak keluar. Persis sama seperti sandwich kesukaannya yang selalu dibuatkan Baekhyun setiap hari Minggu pagi.

"Terima kasih, Ba-"

Ucapan Chanyeol terhenti. Bisa-bisanya ia menyebutkan nama Baekhyun di depan gadis yang sama sekali bukan Baekhyun. Namun sejujurnya mereka mirip, dan sandwich ini semakin menambah kemiripan mereka.

"Maksudku terima kasih banyak, Seulgi. Ini terlihat sangat enak. Apa kau membuatnya sendiri?"

Gadis bernama Seulgi itu tersenyum lebar melihat reaksi Chanyeol yang tampak menyukai makanan yang dibawanya.

"Tentu saja, kami membuatnya sendiri. Ayolah, kau harus memakannya sekarang selagi itu masih hangat. Aku langsung bergegas kesini setelah sandwich itu selesai dibuat."

Park Chanyeol mengangguk dan langsung melahap salah satu sandwich di tangannya. Tidak bisa dipungkiri lagi – ia begitu merindukan rasa sandwich seperti ini. Entahlah ia merindukan sandwichnya atau si pembuatnya. Sudah sebulan sejak kejadian malam natal itu berlalu, rasanya mustahil untuk dapat melupakannya. Setidaknya ia tidak terlalu merasa kesepian, karena seseorang datang ke dalam kehidupannya setelah itu. Seulgi, gadis yang lebih muda dari Baekhyun. Ini bukan pertama kalinya Seulgi datang dan membawakan makanan untuk Chanyeol, ia melakukannya hampir setiap hari. Padahal Chanyeol sudah mengatakan untuk tidak perlu terlalu repot untuknya, namun Seulgi tetap memaksa dan datang kembali esok harinya.

"Apa kau sedang sibuk bekerja? Aku akan pulang sekarang agar tidak mengganggumu, yang penting aku sudah melihatmu memasukkan sandwich itu ke mulutmu. Sampai jumpa lagi!"

Seulgi melambaikan tangannya sambil tersenyum, lalu keluar dari ruangan itu. Beberapa menit setelahnya, Sehun, sahabat Chanyeol, masuk ke ruangan yang sama tanpa mengetuk pintu.

"Hei, direktur Park! Siapa perempuan tadi?"

"Temanku."

Sehun mengedarkan pandangannya ke seluruh ruangan, hingga matanya tertuju pada kotak makan yang masih berisi sepotong sandwich didalamnya.

"Wow, dia yang memberimu sandwich itu? Kebetulan sekali aku sedang ingin sandwich."

Mendengar kalimat Sehun barusan, Chanyeol segera meraih kotak makan itu dan menutupnya rapat-rapat.

"Hei, apa-apaan itu? Sekarang kau jadi pelit pada sahabatmu sendiri, padahal hanya sebongkah sandwich. Apa dia wanita pengganti Baekhyun?"

Park Chanyeol tertawa kecil. Dalam pikirannya, ia masih menyimpan kenangan bersama Baekhyun baik-baik. Senyuman dan suara tertawa Baekhyun, cara bicaranya yang selalu bersemangat dan ceria, semua hal tentang Baekhyun masih ia ingat dengan sangat jelas. Entahlah, ia rasa mustahil untuk menemukan pengganti Baekhyun secepat ini. Kalau saja ia boleh jujur, ia masih sangat menyayangi Baekhyun. Ia hanya mencoba memberikan kado natal yang gadis itu inginkan, dengan tidak lagi menghubungi Baekhyun hingga rasanya ia akan mati. Baekhyun bagaikan oksigen – sekali ia pergi, hidup Chanyeol tidak akan pernah merasa baik.