DIAMOND

.

.

Present by Shin Key Can

.

.

.

Disclaimer : Masashi Kishimoto

Warning : Cuma mau kasih tahu kalau fic ini berisi , AU, OOC, Typos, etc...

Pairing : Naruto Uzumaki, Ino Yamanaka, Uchiha Sasuke dan masih banyak lagi

Hai minna ketemu lagi sama Shin.. Shin kali ini bikin fic genre familly. Semoga g ngecewain ya. Happy reading

.

.

Desa Konoha

Langkah kecil mewarnai sosok anak laki-laki berambut pirang yang kini sedang mendaki di lereng gunung desa Konoha. Anak laki-laki itu berusia sepuluh tahun ini bernama Uzumaki Naruto. Setiap akhir pekan saat pulang sekolah, ia selalu menyempatkan mendaki gunung untuk sekedar berjalan-jalan sambil berolah raga. Naruto, begitu akrabnya ia di panggil, kini telah sampai di dekat air terjun favoritenya. Ia betah sekali jika sudah berada di tempat ini.

Naruto melepas pakaian dan sepatunya, kemudian ia masuk ke dalam kolam air yang berasal dari air terjun itu. Ia begitu menikmati hari ini. Naruto bergumam kecil. "Segar sekali rasanya."

Naruto tersenyum lebar, ia tak henti-hentinya mencipratkan air ke segala arah. Maklum saja ditempat ini hanya dialah seorang diri yang sedang asyik bermain air disini. Ia memeng sudah terbiasa hidup seperti ini, bermain sendiri, bahkan hidup sendiri. Hampir satu jam Naruto berenang, ini saatnya ia bersiap pulang. Hari sudah hampir menjelang sore. Naruto pulang ke apartementnya. Ia kemudian memakai bajunya dan setelah itu ia turun dari lereng gunung.

"Aku harus segera pulang dan makan ramen. Nyam..nyam..nyam, pasti enak," ucapnya bermonolog sambil memegangi perutnya yang sudah mulai lapar. Jalanan setapak pun di lalui Naruto dengan mulus. Ia sudah hafal betul dengan tempat ini. setelah perjalanan hampir setengah jam, ia memutuskan untuk istirahat sebentar di bawah pohon.

"T-tolong,"

"Suara apa itu," batin Naruto ketakutan. Akhirnya Naruto mengabaikan lagi suara itu. namun setelahnya suara itu kembali lagi bergema.

"T-tolong. Siapapun, tolong aku," suara itu begitu lirih dan begitu menyedihkan, membuat Naruto mau tidak mau mencari sumber suara itu.

Naruto perlahan mencari di sekitar semak-semak. Nihil, suara itu malah tidak terdengar lagi ketelinganya. "Apa jangan-jangan dia hantu?" batin Naruto.

Naruto sedikit berteriak. "Hei, apa ada orang? Jangan membuatku takut."

Dengan helaan nafas berat, Naruto akhirnya memutuskan untuk melanjutkan perjalan. Suara itu tak lagi terdengar. Saat beberapa langkah ia berjalan, suara itu kembali terdengar dan jaraknya semakin dekat. "Tolong aku. Aku disini."

Naruto semakin mengedarkan pandangan dan mencari sumber suara itu, beberapa saat kemudian, ia melihat seseorang tersungkur dengan tubuh yang penuh luka.

"Astaga, nii-san? Anda tidak apa-apa?" tanya Naruto mendekati orang tersebut.

"A-aku baik-baik saja. Hanya saja, kaki dan lenganku sepertinya patah tulang. Arggghh," ucap sang pria yang menahan sakit.

"Saya akan memapah anda. Sebaiknya anda tunggu disini sebentar," ucap Naruto. Ia kemudian mencari beberapa kayu kering untuk melakukan pertolongan pertama pada pria muda di hadapannya. Selang beberapa saat, Naruto kembali membawa beberapa kayu yang panjangnya telah diperkirakan oleh Naruto sebelummnya.

"Nii-san, ini sedikit sakit, kumohon bertahanlah."

Naruto menyobek kaosnya. Ia kemudian meletakkan kayu tersebut diantara kaki pemuda yang terkilir itu. Naruto dengan telaten mengikatkan kain diantara kayu dan kaki, seperti di perban. Ia kemudian berlanjut ke lengan sang pria itu, caranya masih sama seperti yang ia lalukan pada kaki pemuda itu.

"Selesai. Nah tuan, sekarang saya akan membawa anda ke rumah sakit terdekat di desa kami. Jadi nii-san bisa mendapatkan perawatan medis di sana," ucap Naruto tersenyum.

"Terima kasih, nak. Aku sungguh berhutang budi padamu."

"Tak masalah nii-san. Mari aku bantu berdiri," ucap Naruto tulus. Naruto tampak kesulitan memapah pemuda. Bukan Naruto namanya kalau ia menyerah. Ia berhasil memapah pemuda itu agar dapat membawanya ke desa secepatnya sebelum malam tiba.

"Siapa namamu, nak?" tanya pemuda di saat mereka mulai perjalanan.

"Uzumaki Naruto, kalau nii-san?"

"Itachi Uchiha. Nah, Naruto, apa ini masih lama dari desamu?

"Sebentar lagi sampai. Nii-san bertahan sebentar ya."

.

.

.

~Dua Jam Kemudian

"Ya, ampun Naruto. Apa yang terjadi?" seorang wanita paruh baya.

"Tsunade-sama, kakak ini aku temukan tersungkur di lereng saat aku akan pulang."

"Suster, tolong bawa pasien ke ruang perawatan. Naruto tunggu diluar saja. Atau pulanglah ke rumah dan beristirahat."

"Umm."

Naruto menuruti perintah Tsunade. Pemuda bernama Itachi itu langsung di bawa ke ruang perawatan untuk di tangani secara medis oleh Tsunade. Naruto kemudian melirik jam diding di depan ruangan itu. Ia memutuskan untuk pulang ke rumah.

.

.

"Dokter, apa lukaku ini serius?" tanya pemuda bernama Itachi itu. setelah beberapa saat di tangani Tsunade, ia diharuskan menginap beberapa hari di rumah sakit ini.

"Lengan dan kaki anda mengalami patah tulang. Anda harus banyak beristirahat dan menjalani perawatan."

"Aku ingin menghubungi keluargaku dokter, tapi sebelum itu, aku ingin bertemu dengan Naruto."

"Besok saja bertemu Naruto, Uchiha-san. Naruto juga harus pulang dan beristirahat."

"Aku mengerti."

"Selamat beristirahat, Uchiha-san." Sang dokterpun pergi keluar meninggalkan Itachi sendirian di ruang VIP di rumah sakit itu.

Itachi kemudian mengambil ponsel di dalam tas yang diletakknan di atas meja oleh suster. Ia kembali menekan nomor di ponselnya. Ia menunggu sejenak sampai suara telpon di angkat.

"Ayah, aku berada di rumah sakit," ucap Itachi di seberang telepon.

"Apa? Bagaimana bisa? Itachi, apa kau baik-baik saja? Sekarang kau dimana? Kami mencemaskanmu," suara sang ayah mengeras.

"Aku terjatuh saat mendaki lereng gunung. Aku sekarang berada di desa Konoha. Aku di rawat di sini. Besok ayah kesini ya."

"Besok ayah, ibu juga adikmu langsung ke sana."

"Aku tunggu, yah."

.

.

~Keesokan Harinya

Naruto sedang asyik mendengarkan pelajaran senseinya. Ia termasuk murid yang cerdas di sekolahnya. Naruto murid kelas lima di SD Konoha yang terbilang cukup elite di desanya. Naruto dapat masuk ke sekolah ini karena prestasinya yang mengagumkan. Sejak usia lima tahun ia sudah bisa membaca, menulis dan berhitung. Ini semua berkat didikan orang tuanya.

Sementara di tempat lain, Uchiha Itachi sedang duduk di kamar di rumah sakit pasca insiden tergelincirnya di lereng gunung dekat desa Konoha. Ia merasa bosan berada di sini. Ia kemudian berusa berbaring kembali memejamkan mata. Beberapa saat kemudian, ia terdengar suara pintu yang di buka dari luar. Itachi melebarkan matanya.

"Selamat pagi, Itachi-san. Bagaimana keadaanmu?" tanya Tsunade memerikas kondisi pasiennya. Ia datang bersama seorang suster.

"Baik. Sudah lebih baik dari tadi malam, dok," jawab Itachi kemudian.

Tsunade kemudian beralih memerika detak jantung dan tekanan darah Itachi. Ia dengan telaten memeriksa secara detail kondisi kesehatan pasiennya. "Tekanan darah dan detak jantung semua normal."

"Bagaimana dengan kaki dan lenganku, dokter?"

"Perlu waktu agar patah tulang yang anda alami sembuh. Suster akan mengganti perban anda agar luka di kulit akibat goresan benda tumpul tidak infeksi," kata Tsunade ramah.

Itachi menghela nafas pelan. "Baiklah dokter."

"Maaf tuan, saya akanmengganti perban di pelipis anda," ucap sang suster kemudian. itachi menurut saja. Tsunade ikut membantu sang suster mengganti perban lain yang menempel di tubuh Itachi. Bosan dengan keheningan, Itachi membuka suara.

"Dokter, apa Naruto akan kesini hari ini?" tanya Itachi.

"Biasanya sepulang sekolah ia akan bekerja di ladang milik tetangga." Tsunade menjawab pertanyaan Itachi. Itachi nampak tertarik pada Naruto.

"Bekerja? Lalu di mana orang tuanya sampai membiarkan anak kecil itu bekerja, dok?"

"Kedua orang tuanya meninggal setahun yang lalu. Naruto tumbuh menjadi anak yang cerdas dan mandiri, Uchiha-san."

Itachi melebarkan matanya. Ia sungguh tak menyangka naruto anak yatim piatu. "Keluarga lainnya tidak ada yang merawatnya?"

"Orang tua Naruto tidak memiliki saudara. Aku adalah teman orang tua Naruto. Aku hanya membantu jika ia membiayai sekolah dan makannya sehari-hari."

"Lalu kenapa tidak tinggal di rumah anda saja, dokter?"

"Naruto menolaknya. Ia tidak ingin menyusahkan orang lain."

"Anak itu, berbeda jauh denganku," batin Itachi.

"Bisakah anda membawa Naruto kemari, dokter?" pinta Itachi kemudian. Tsunade yang mendengarkan permintaan pasiennya hanya tersenyum.

"Aku akan menjemput Naruto sore nanti, Itachi-san."

"Terima kasih, dokter."

.

.

Sore ini, Tsunade datang menemui Naruto ke apartementnya untuk menjemput anak laki-laki berambut pirang itu. Tsunade tak lupa membawakan Naruto makan kesukaannya yang selalu ia bawa ketika ia berkunjung di apartement mungil milik orang tua Naruto. Tsunade mengetuk pintu apartement Naruto.

Tok..tok..tok..

"Naruto, kau di dalam?" panggil suara Tsunade dari luar. Naruto yang mendengar ketukan pintu dari luar bergegas membukakan pintu.

Naruto masih mengenakan 'seragam kerjanya' saat membukakan pintu. "Tsunade-san. Silahkan masuk," ucap Naruto mempersilahkan.

"Naruto, Itachi-san memintamu datang menemuinya."

"Itachi-san yang kemarin itu, ya?"

"Baik. Aku mandi dulu ya, Tsunade-san. Badanku kotor setelah pulang sekolah dan bekerja. Tunggu disini dulu."

Beberapa saat setelah Naruto masuk ke dalam dan mandi, Tsunade kemudian meletakkan sekantong sayur dan buah yang ia bawa sebelum ke apartement Naruto. Tsunade nampak tersenyum geli, Naruto yang masih sekolah dasar sangat rajin membersihkan rumahnya. Meski minim perabotan, namun terlihat rapi dan bersih. Tsunade jadi teringat ketika Minato dan Khusina saat masih hidup, mereka sangat kompak menjaga kebersihan rumahnya, hal inilah yang mungkin mereka ajarkan pada Naruto hingga ia bisa hidup mandiri. Tsunade terkekeh kecil.

Dua puluh menit kemudian Naruto telah selesai mandi. Ia berganti baju dan segera menyisir rambut pirangnya itu. Naruto kemudian menemu Tsunade yang saat ini tengah berada di ruang tamu. "Maaf menungguku lama, Tsunade-san. Ayo berangkat sebelum malam."

"Ayo berangkat, Naruto."

.

.

~Konoha Hospital

Tsunade dan Naruto telah sampai di rumah sakit, keduanya menuju kamar Itachi. Tsunade mengetuk pinu kamar Itachi pelan. Untung saja jam berkunjung belum berakhir. Tsunade dan Naruto masuk ke kamar Itachi. Di sana, Itachi tidak sendirian. Keluarganya ternyata datang menjenguk Itachi.

"Ah, Naruto. Akhirnya kau datang juga," sapa Itachi saat melihat Tsunade datang bersama Naruto.

"Itachi-san, saya keluar sebentar."

"Ya, dokter."

Naruto menatap keluarga ini dengan tatapan yang sulit di artikan. Ia jelas sangat nyaman melihat kebersamaan keluarga ini. Dalam hati ia berpikir, Naruto juga ingin seperti keluarga yang hangat ini. 'Andai orang tuaku masih hidup,' batin Naruto.

"Nah, Naruto, perkenalkan ini, ayah dan ibuku. Fugaku dan Mikoto Uchiha, sedangkan anak seusiamu itu adikku, namanya Uchiha Sasuke, " ucap Itachi tersenyum.

"Salam kenal, aku Uzumaki Naruto," ucap Naruto memberi hormat.

"Naruto-chan duduk besama kami. Wah kau anak yang imut dan pemberani, ya," puji Mikoto, ibu Itachi.

"Ah, saya hanya kebetulan melintas di lereng gunung saja, bibi," ucap Naruto malu-malu.

"Terima kasih nak. Berkat Naruto, Itachi putra kami bisa segera tertolong," kata ayah Itachi ramah. Ia bernama Fugaku Itachi.

"Paman tidak usah sungkan," ucap Naruto merendah diri.

"Terima kasih banyak atas bantuannya, Naruto."

"Bukan masalah, Itachi-nii. Aku senang bisa membantu Itachi-nii."

Itachi hanya tersenyum menanggapi sikap polos Naruto. Sepertinya Naruto ini berbeda dengan adikknya, Sasuke. Liat saja, Sasuke hanya diam saja ketika Naruto datang. "Hey, Sasuke-chan. Kok diam saja, ayo kenalan sama Naruto,"

"Hnn."

Lagi-lagi Sasuke hanya menjawab singkat. Sedikit menjengkelkan bagi Fugaku, Mikoto dan Itachi. Itachi menghela nafas, ia paham dengan sikap adiknya. "Kok cuma, Hn?"

"Apaan sih, Itachi-nii. Aku malas dekat-dekat dengan si dobe itu," ucap Sasuke ketus.

'Dobe? Sombong sekali si teme itu,' batin Naruto tidak terima. Naruto hanya diam. Suasana makin tidak nyaman. Ia hanya tamu disini.

Fugaku, Mikoto dan Itachi sedikit marah menghadapi sikap tidak sopan Sasuke. Fugaku lantas mengusap keningnya pertanda ia kesal dengan sikap putranya. "Minta maaf pada Naruto, Sasuke. Itu tidak sopan. Ayah tidak pernah mengajarimu memanggil orang seperti itu."

"Tidak, yah."

"Kau-

"Paman, sebaiknya jangan memaksa Sasuke. Jika dia tidak ingin berkenalan dengan saya, saya tidak keberatan kok," suara Naruto memotong perkataan Fugaku.

"Dia tidak sopan padamu Naruto." Kali ini Mikoto sang ibu Sasuke dan Itachi ambil suara. Dia benar-benar malu pada Naruto.

"Paman, bibi, Itachi-nii, saya memaafkan sikap Sasuke kok. Anda tidak perlu merasa tidak enak hati dengan saya. Berhubung ini sudah malam, Naruto mau pamit pulang."

"Kenapa cepat sekali? Ini baru jam tujuh malam," kata Itachi heran.

Naruto benar-benar ingin keluar dari tempat ini. Tatapan tajam iris onyx Sasuke membuatnya harus segera pergi. "Maaf Itachi-nii. Naruto banyak PR. Saya pamit pulang, paman, bibi, Itachi-nii dan Sasuke."

"Hati-hati di jalan, nak. Maafkan kelakuan anak bungsu paman yang satu ini," ucap Fugaku merasa bersalah.

"Umm."

Akhirnya Narutopun keluar dari kamar Itachi. Dari luar kamar, Naruto mendengar Fugaku, Mikoto dan Itachi memarahi habis-habisan Sasuke. Naruto tidak ambil pusing dengan hal itu, toh ia juga tidak akan bertemu dengan mereka lagi.

.

.

.

~Lima Hari Kemudian

Semenjak Naruto mengunjungi Itachi terakhir kali, Naruto tidak lagi berani mengunjungi Itachi di rumah sakit. Itachi dan juga orang tuanya sungguh merasa tidak enak pada Naruto. Mereka jadi berpikir jika Sasuke adalah alasan kenapa Naruto tidak lagi mengunjungi Itachi.

Hari ini Itachi diperbolehkan pulang oleh dokter Tsunade. Sebelum pulang, Itachi meminta Tsunade untuk mengantarkan melihat aktivitas Naruto sehari hari. Tsunade tidak keberatan mengingat ia adalah pemilik rumah sakit ini dan ia bebas keluar masuk rumah sakit. Fugaku dan Mikoto sependapat dengan ide Itachi, ini jelas membuat Sasuke cemberut.

"Sebentar lagi Naruto pulang sekolah? Apa kita langsung menemuinya saja Uchiha-san?" tanya Tsunade.

"Sebaiknya kita mengintai dari jauh saja dokter," jawab Fugaku.

"Baiklah kalau begitu." Mereka segera menyelesaikan administrasi Itachi. Fugaku, Mikoto, Itachi, Sasuke dan Tsunade akhirnya keluar dari rumah sakit dan segera masuk ke dalam mobil Tsunade.

.

.

"Nah itu Naruto keluar dari gerbang sekolahnya, Uchiha-san," ucap Tsunade bersemangat. Naruto berjalan cepat agar ia sampai di rumah tepat waktu dan bisa memulai aktivitas kerja sambilannya.

Mikoto melihat ke samping jendela mobilnya. Naruto melewati mobil itu tanpa mengetahui dirinya di ikuti. "Dia jalan kaki?"

"Dia lebih suka jalan kaki di bandingkan dengan naik sepeda, Uchiha-san."

"Tuh, kan, dia miskin sekali," celetuk Sasuke.

"Diam kau Sasuke," bentak Itachi. Fugaku, Mikoto dan Tsunade hanya diam menanggapi pernyataan Sasuke. Mereka lebih memilih mengikuti Naruto dari pada mendengar protes Sasuke. Sasuke menggerutu tak jelas.

Tsunade kembali menyalakan mesin mobilnya menuju apartement milik orang tua Naruto. Sesampainya di sana, baik itu Itachi dan orang tuanya merasa prihatin dengan keadaan apartement yang terlihat sempit. Tsunade dan keluarga Uchiha masih berada di dalam mobil, mereka belum berani keluar dari mobilkarena takut pengintaiannya di ketahui Naruto.

"Tsunade-san, Naruto mau kemana?" tanya Fugaku setelah melihat Naruto keluar dari apartementnya dan ia telah berganti pakaian.

"Ia pasti menuju kebun tetangga untuk bekerja di ladang mereka, Fugaku-san."

"Anak sekecil itu bekerja? Orang tua mana yang tega menyuruh anaknya bekerja?" ucap Fugaku heran.

"Orang tuanya telah meninggal. Naruto tinggal sendirian. Kalau anda tidak percaya, kita bisa mengikuti Naruto ke kebun yang biasa Naruto kerjakan."

Sekilas, Mikoto dan Fugaku tertegun melihat kenyataan bahwa Naruto yatim piatu. Itachi yang telah lebih dulu mengetahui hal itu hanya diam. "Tsunade-san, aku ingin melihat Naruto bekerja," ucap Itachi kemudian.

Dengan hati-hati Tsunade memacu mobilnya di belakang Naruto agar tidak ketahuan. Tsunade bisa paham dengan rasa penasaran mereka pada Naruto, jadi dengan ikhlas, Tsunade mau membantu mereka mengintai Naruto seharian.

.

.

Mobil berhenti di area kebun jagung tempat biasa Naruto bekerja. Tampak keluarga Uchiha senang melihat pemandangan yang asri di alam pedesaan. Sudah lama sekali mereka tidaj melihat ini. "Kita sampai di tempat Naruto bekerja Uchiha-san," ucap Tsunade kemudian.

"Naruto sedang apa Tsunade-san?" tanya Mikoto setelah membuka kaca jendela mobil Tsunade.

"Dia sedang memberi pupuk pada jagung itu, nyonya. Saat ini, waktu yang tepat untuk memupuk tanaman jagung agar tumbuh subur."

"Kira-kira dia dibayar berapa Tsunade-san?"

"Aku tidak tahu, Itachi-san."

Itachi melirik sekilas Sasuke yang sekilas memperhatikan Naruto. Ia harus tahu jika kehidupan yang ia jalani sangatlah beruntung dari pada Naruto. "Tuh, liat di depanmu Sasuke. Seharusnya kau bersyukur tidak mengalami hidup seperti Naruto yang harus berjuang sendirian."

"Hnn."

"Dengarkan dan liat itu, Sasuke."

"Iya, yah."

"Huh, menyebalkan," batin Sasuke malas.

.

.

~Skip time

"Tsunade-san, terima kasih seharian telah mengantar kami jalan-jalan di desa Konoha yang indah ini," ucap Fugaku setelah sampai di hotel tempat Uchiha sekeluarga menginap.

"Bukan masalah tuan. Saya harus segera pulang. Maaf tidak bisa ngobrol lama-lama," kata Tsunade ramah.

"Lain kali kami akan berkunjung ke sini," ucap Itachi kemudian.

"Saya tunggu kedatangan anda. Saya permisi pamit pulang. Jaa nee."

.

.

.

To be countinued