Konoha, pukul 23:06.
"Dengar rencana ini sangat rahasia." ucap serius salah satu pria berambut pirang berkacamata yang memiliki tiga garis dipipinya kepada pemuda yang tengah mengelilingi sebuah meja kecil disebuah ruangan yang gelap. Senter yang pria pirang itu pakai untuk menyinari wajahnya dari bawah itu dimatikan.
"Sebaiknya berita besar ini jangan sampai tersebar. Ini adalah rahasia rank SSS." ucap seorang pria berambut pirang yang juga mempunyai tiga garis dipipinya —minus kacamata— setelah sebelumnya menghidupkan senter tepat dibawah dagunya seperti yang dilakukuan pria pirang dihadapannya yang memakai kacamata, lalu mematikannya.
Sebuah senter kembali menyala menampilkan wajah seram pria berambut merah karena ngantuk plus efek pencahayaan —senter— yang diarahkan dari bawah dagunya mirip seperti cara menakut-nakuti yang lazim dilakukan kebanyakan orang hampir diseluruh dunia.
"Intinya kita hanya perlu 'menyeret'nya besok'kan?" ucapnya dengan nada malas karena ngantuk kemudian mematikan senternya.
"Betul." sahut pria pirang tanpa kacamata sambil menghidupkan senternya seperti sebelumnya dan kembali mematikannya.
"Jadi bagaimana caranya?" ucap pria berambut merah lagi setelah menghidupkan senternya tanpa berniat mematikannya karena telah lelah.
"Besok akan aku berikan skenarionya. Jadi jangan sampai mengacaukan alur." Terang pria berkacamata sembari menghidupkan senternya. "Dan lagi, matikan sentermu Gaara." lalu senter dimatikan.
Gaara, pria berambut merah itu mematikan senternya sambil berdecih.
Sebuah senter kembali menyala dikegelapan, Pria pirang tanpa kaca mata itu menghela nafas.
"Kapan kita melakukannya?" tanyanya.
"Misi ini dimulai jam dua besok siang. Jadi ada pertanyaan?" ucap pria pirang berkacamata setelah menghidupkan senternya satu menit yang lalu. Senternya kembali dimatikan.
Hening...
Tak ada senter lagi yang menyala.
"Aku ada pertanyaan. Tapi sebelumnya..." jeda sebentar.
Pria merah itu baru menghidupkan senternya.
"Hidupkan dulu senter kalian." ungkapnya lagi.
Cklik...
Cklik...
Dua pria pirang itu menghidupkan senternya berbarengan.
Pria berambut merah itu menghela nafas sambil memandang duo pirang itu bergantian. "Pertanyaanku..."
"Dimana Sai?" Tanya Gaara yang baru menyadari jika salah satu temannya yang bernama Sai sama sekali tak menghidupkan senternya selama lampu ruangan itu dimatikan.
"Eh bukannya disebelah Menma?" timpal pria pirang tanpa kacamata sambil memandang pria pirang berkacamata yang berwajah seram karena efek senter.
"Bukan, lagipula jika dia duduk disebelahku berarti dia juga duduk disebelahmu Naruto." ucap Menma, pria berkacamata itu pada pria pirang dihadapannya yang dipanggil Naruto.
Naruto menggaruk tengkuknya lalu berdiri dan menghidupkan saklar lampu yang berada didinding belakangnya sambil menguap.
Cklik...
Lampu menyala.
"Eh... Sai tidak ada." sahut Menma cepat setelah mengedarkan pandangannya keseluruh penjuru ruangan.
Naruto segera membalikkan badan dan ikut mengedarkan pandangannya dengan mata terbelalak.
"Jangan-jangan, Sai diculik monster salju." Naruto bergidik.
"Atau mungkin dia diculik mafia italia." tambah Menma sambil berdiri mendekati Naruto. Naruto menggelleng.
"Tak mungkin, dia pasti telah dibawa moster sebesar Thor kegunung salju."
"Tidak tidak... Lebih memungkinkan kalau Sai diculik mafia dan dibawa langsung ke Italia." tambah Menma tak mau kalah.
Disisilain Gaara yang masih duduk ditempatnya hanya menggeleng lalu meletakkan kepalannya diatas meja. Hah... Melihat Uzumaki bersaudara itu saja sudah membuatnya luar biasa lelah.
"Dasar duo uzumaki gila."
Duo Uzumaki itu mengelilingi ruangan yang bisa dibilang luas itu setelah sadar kalau perdebatannya dikalahkan kuat oleh beberapa fakta. Pertama, 'Tak akan ada monster salju di musim panas' dan kedua 'Italia itu terlalu jauh' dan ketiga 'Bukan'kah Sai itu tak terlalu penting untuk diculik'
Menma menuju kepojok kiri ruangan, ia disana tak ada. Di balik tirai, tak ada juga. Dibalkon luar juga tak ada. Merasa lelah Menma pergi menemui Naruto yang tengah menyingkap karpet didepan TV. Menma memutar bola matanya.
"Kau pikir dia semut."
Naruto meringis.
"Mungkin saja."
Oke. Gaara mulai kesal dengan kebodohan mereka sekarang. Gaara nundukkan kepalanya ke bawah meja pendek dihadapannya, disana seorang pria berambut hitam tengah menggelung aneh.
"Hei Naruto! Menma! Aku menemukannya." teriak Gaara sambil menunjuk meja didepannya. Naruto dan Menma menoleh lalu dengan cepat berjalan kearah yang ditunjuk Gaara.
"Oh benarkah... Kau hebat Gaara." Ucap Naruto sambil merentangkan tangan bermaksud memeluk Gaara. Namun dengan sigap Gaara menghindar sehingga kepala Naruto dengan mulus mendarat dilantai. Maaf maaf ya... Gaara gak mau dan gak sudi dipeluk oleh Naruto.
Menurut kamus temannya yang punya rambut mirip pantat ayam, dipeluk Naruto sama dengan kena sial tujuh turunan. Yah sebenarnya sih Gaara gak terlalu percaya. Dia cuma was-was, karena kalau dilihat-lihat wajah Naruto memang penuh dengan bintik-bintik kesialan yang sering disebut 'jerawat'(?). Menurut referensi yang Gaara tahu, jika wajah dipenuhi bintik kesialan itu kesialan akan terus berdatangan. Contoh kesialan itu adalah.
Dijauhin orang-orang terutama oleh cewek-cewek. Oh Gaara tak sudi kena sial ya. *oke abaikan info tak penting ini.*
"Lebih baik aku mengurusnya sekarang juga." gumam Menma kemudian mengangkat meja kayu itu hati-hati dan meletakkannya tak jauh dari mereka. Pria berkacamata itu meregangkan tubuhnya dan memutar lehernya sehingga menghasilkan suara gemeretak.
Pria yang bergelung dilantai itu masih bergeming dalam tidurnya seolah terukir dijidatnya kalimat Damai-sekali-dunia-ini. Pria itu menggeliat pelan namun belum sampai pada mode 'bangun' dan masih tertidur pulas bahkan kali ini dia sempat mendengkur.
Menma menyeringai kejam.
"Gawat, sisi hitamnya muncul. Cukup Menma!" seru Naruto sambil mengelus kepala pirangnya yang benjol penuh kasih. Gaara membelalakkan mata.
"Menma! Tak perlu berlebihan seperti itu!" bentaknya.
Menma memandang Naruto dan Gaara dengan ekspresi yang sulit diartikan. Lalu detik kemudian ia tertawa keras.
"Ha... ha... ha... Kalian terlalu khawatir. Aku hanya berniat memindahkannya saja." ucapnya disela-sela tawa.
Naruto mengelus dadanya lega sedangkan Gaara hanya menghela nafas pelan.
Braaaaaakkkkk!
Pintu ruangan itu digebrak kencang oleh seorang pria berambut mirip pantat ayam yang telah dikelilingi aura hitam nan mencekam. Pintu yang baru saja dibuka dengan sangat tidak ber'perikepintuan' itu tergeletak tak bernyawa dilantai. Atmosfir ruangan tiba-tiba berubah menjadi lebih dingin. Sehingga Naruto bergerak mundur beberapa langkah.
Pria berambut mirip pantat ayam itu menundukkan wajah sehingga wajahnya tertutup oleh helaian rambut ravennya.
"Kalian benar-benar berisik..." ucapnya dingin sambil mengangkat kepalanya pelan-pelan ala anime —supaya lebih terkesan serem gitu—.
"KALIAN PIKIR JAM BERAPA INI! HAAAAAHHH!"
"Shimata." = Menma *nepok jidat*
"Lariiiii..." = Naruto *Loncat dari balkon lantai dua*
"Hah... Dia kumat." = Gaara *geleng-geleng*
"Ada apa ini?!" = Sai *belom sadar 100%*
.
.
.
.
Disclaimer: Naruto punya Masashi Kishimoto
Pair: [NaruHina] & [SasuSaku]
Genre: Humor & romance
Summary: Siapa bilang orang genius itu kuper, berkaca mata tebal, dan selalu menyendiri di dalam sebuah lab. Bagaimana jika definisi genius itu diubah menjadi, orang aneh, otaku akut, biang onar, tukang palak, dan mantan seme./ Kisah tentang kehidupan kelima murid genius dengan tampang serta ke'aneh'an yang diatas rata-rata.
Warn!: OOC, Gaje, Kata tak baku, typo, Humor gagal, alur gak jelas, dan lainnya...
Super Idiots
Bagian satu : Konoha
.
.
.
Bisa dikatakan jika manusia memiliki level tersendiri untuk mengukur kepintaran serta kerja motorik otak. Level yang dihitung dengan angka-angka itu adalah muthlak.
Yang bernilai rendah bahkan sangat rendah biasa disebut dengan idiot atau mereka mempunyai keterbelakangan mental. Ada pula yang sedang atau rata-rata, merekalah yang memiliki populasi paling banyak didunia. Dan yang menduduki tingkat tertinggi disebut dengan 'genius' yaitu mereka-mereka yang mempunyai kelebihan dalam hal kepintaran dan kerja motorik otak yang melebihi manusia lainnya.
Dalam kehidupan sehari-hari sifat mereka yang genius selalu disandingkan dengan mereka yang memiliki keterbelakangan mental. Bahkan banyak yang mengatakan seseorang yang genius itu 'idiot' dan bodoh. Mengapa? Entahlah. Tapi itu kenyataannya.
Berbicara tentang genius. Siapa yang tak tahu dengan Senju Gakuen. Salah satu SMA yang sangat terkenal dengan siswa pintarnya di Tokyo. SMA berasrama itu terkenal dengan asrama mewahnya, asrama Konoha.
Konoha adalah asrama elit yang khusus diperuntukkan bagi mereka yang mempunyai IQ tinggi dalam kata lain 'genius'. Asrama yang terpisah jauh dengan asrama reguler itu adalah surga bagi Senju Gakuen karena fasilitas mewah khas hotel berbintangnya. Ditambah dengan peraturan dibebaskannya biaya makan dan biaya asrama beserta disediakannya uang saku perhari membuat orang-orang mengidam-idamkan Asrama ini. Bahkan mereka yang dari luar kota pun banyak yang mendaftar di Senju Gakuen seperti Gaara yang berasal dari Sapporo dan Sai dari Kyoto.
Namun tak dapat dibayangkan jika Konoha dalam kenyataannya tak sesuai dengan gambaran surga yang dapat digapai oleh orang yang terlampau pintar. Yah meskipun itu pemahaman searah dari murid tampan sesekolah yang diberi nama Uchiha Sasuke oleh ayahnya dan diberi nama Pantat Ayam oleh makhluk pirang sahabatnya kecilnya. *oke abaikan info tak penting ini.*
Saat ini penghuni Konoha adalah makhluk aneh yang seluruhnya menduduki kelas dua. Kenapa demikian? Jangan tanyakan alasannya sekarang.
Mereka adalah anak-anak yang sempat tinggal kelas satu tahun pada sekolah dasar. Dengan fakta itu semua orang sempat dibuat gempar. Kenapa malah anak tinggal kelas yang harus masuk Konoha? Alasannya hanya satu dan itu telah dijelaskan sedari awal. Adalah karena mereka terlewat pintar.
Pagi ini Konoha tampak tenang. Kelima penghuninya duduk berbaris diteras sambil menopang dagu. Naruto menatap jam tangannya lalu berdiri. Keempat pria lain yang memakai kemeja yang sama segera menoleh padanya.
Naruto melempar tasnya pada Menma yang duduk disisi kirinya. Menma menangkap tas Naruto dan meringis kecil saat tahu tas Naruto ternyata sangat berat.
"Aku titip tas. Aku akan kembali jam satu." ucap Naruto sambil menyengir lebar bersemangat.
"Kau mau kemana?" tanya Sai.
"Main game." ucapnya berapi-api sambil lari ditempat.
"Yosshh... Akan kusikat hadiah hari ini!" Naruto langsung melesat berlari kejalanan dengan kecepatan tinggi.
Uzumaki Naruto adalah Otaku akut. Ia telah banyak mendapat hadiah dari perlombaan game nasional dan juga perlombaan membuat manga. Pria pirang yang dikenal dengan nama Kitsune Kyuubi sebagai nama pena dikomik shounen yang dibuatnya itu kini mulai merambat kedunia anime. Sudah tiga judul anime dibuatnya Saat ini walaupun hanya dipublikasikan di sosialmedia khusus jepang saja.
Naruto hampir selalu bolos sekolah hanya untuk nongkrong bermain game atau membaca manga. "Apapun bukan masalah asalkan tetap populer dan bisa makan ramen" adalah motto hidupnya.
"Kita pergi sekolah saja." kata Gaara yang telah berdiri beberapa saat yang lalu. Ketiga temannya ikut berdiri.
"Ayolah Sasuke, kau harus semangat. Bukannya kau ingin bertemu Haruno." ucap Gaara lagi setelah melihat Sasuke berdiri dengan ogah-ogahan.
Sasuke memalingkan wajahnya dengan wajah —sedikit— memerah.
"Siapa bilang aku ingin bertemu Sakura." belanya.
"Sudahlah Sasuke, buktinya kau memanggil wanita yang kau sukai dengan nama kecil." tambah Sai memperkeruh suasana.
"Urusai!"
Mereka mulai berjalan kesekolah yang hanya berjarak beberapa meter dari asrama. Sasuke berjalan paling depan dengan wajah dingin yang dibuat se-Cool mungkin—padahal didalam hatinya dia senang bisa bertemu dengan Haruno Sakura, gadis idamannya—.
"Lihat Sai, Menma, Sasuke bersemangat sekali tuh." Ucap Gaara dengan suara kencang sambil berkedip ke Sai lalu Menma. Sai balas berkedip.
"Ah benar, bagaimana kabar si Haruno ya?" tambahnya dengan suara tak kalah kencang dari Gaara.
"Sasuke! Haruno ada ditaman sekolah sekarang." teriak Menma.
Sasuke berbalik dan menatap sadis ala psikopat ketiga temannya yang hanya berjarak beberapa centi darinya. Mereka yang ditatap horor langsung mencari aktivitas lain. Menma sibuk dengan laptop yang dia buka ditangan kirinya, Sai sedang jongkok sambil memainkan bando telinga kelinci yang kebetulan dilihatnya tergeletak dijalan, Gaara pura-pura menelepon seseorang, padahal sebenarnya ponselnya mati habis baterai.
Sasuke menarik nafas dalam.
Uchiha Sasuke, adalah Murid —yang katanya— tertampan disekolahnya. Siswa yang mendapat embel-embel 'pangeran sekolah' ini telah berkali-kali memenangkan kejuaraan Kendo tingkat Nasional saat SMP dan berhenti bermain Kendo saat SMA. Sekarang dia sedang fokus menjadi programer dan membuat game bersama dengan Naruto.
Memang tak ada yang tahu jika pangeran sekolah mereka ternyata adalah mantan penyuka sesama jenis atau homo seksual —kecuali keempat penghuni Konoha tentunya. Dan kini dia mulai tergila-gila pada Haruno Sakura — murid kelas sebelah— yang menduduki peringkat ke-6 disekolah yang artinya dibawah mereka berlima.
Motto hidupnya adalah "Tak ada". Iya, motto Sasuke itu "Tak ada". Nggg... Maksudnya... akhhh... *author frustasi*
"KALIAN PIKIR AKU TULI! HAAHHH! KALIAN TAK PERLU TERIAK DIJARAK SEDEKAT INI'KAN! HEI GAARA! AKU SEDANG TIDAK SENANG SEKARANG! SAI! KAU PIKIR AKU BABY SISTERNYA SI HARUNO HAH! MENMA! MEMANG APA PEDULIKU KALAU HARUNO ADA DISANA! HAAAAHHHH!" teriak Sasuke membahana dengan wajah yang penuh urat-urat kekesalan.
Gaara sweatdrop. 'Memangnya siapa yang akan tuli sekarang.' batinnya.
Menma yang berdiri paling depan dengan Sasuke sukses terkena hujan lokal. 'Tak apa... walaupun bau jigong, ini lebih baik daripada aku dicincang.' batinnya legowo. Karena ia tahu jika sebenarnya Sasuke selalu membawa pedang kayu—bukan pedang kendo ya— pendek dibalik seragamnya. Katanya sih, "Ini diperlukan jika sekali-kali aku ingin mencincang seseorang." Terang Sasuke jikalau Menma bertanya.
Sai yang terlanjur tertarik dengan telinga kelinci yang dia dapat dijalan hanya senyam senyum tak jelas. 'sepertinya Sasuke cocok memakai ini.' batinnya sambil membayangkan Sasuke yang memakainya lalu ia terkik pelan. Sepertinya kau harus mengurungkan niatmu Sai, itupun kalau kau sayang nyawa.
.
Naruto yang sedang berlari dengan kecepatan tinggipun berhenti saat mendengar teriakan Sasuke yang kencangnya minta ampun. Padahal Naruto yakin kalau dia sudah jauh berlari dari asrama, lihat! Bahkan sudah sampai didepan gubuk derita(?) Kakashi sensei, guru yang baru pindah beberapa hari yang lalu di Senju gakuen.
"Pasti sebentar lagi mereka kena cincang." Ucap Naruto lalu kembali berlari.
Bagaimana dengan Kakashi?
Sebagai orang baru yang baru saja pindah rumah kerumah orang tuanya yang sudah lama tak ditempati—sehingga bentuknya sudah mirip rumah hantu— didistrik itu. Tentu saja ia kaget. Pria berambut silver yang hampir mirip seperti 'uban'an itu baru saja hendak memutar knop pintu rumahnya tapi langsung mengurungkan niatnya untuk membukannya.
'Suara apa itu?' Batinnya.
Ia jadi teringat berita yang baru-baru ini menjadi trending topik di seluruh dunia. Itu loh tentang suara aneh yang berasal dari langit. Kakashi menegang. Apa itu juga suara misterius yang menandakan akhir dunia? Apa memang berarti dunia akan segera berakhir?
Dengan cepat Kakashi duduk lalu bersujud sembah berulang kali kepintu yang engsel atasnya sudah copot itu.
"Kami-sama maafkan saya! Saya belum sempat kekuil bulan ini! Maafkan saya... Saya berjanji tak akan membaca Icha Icha lagi!" teriaknya histeris dan nangis-nangis bombai ala cabe-cabean. Belum yakin maafnya diijabah, Kakashi terus melakukan gerakan sujud-duduk-sujud-duduknya. *Lumayan biar gak sakit pinggang*
Tiba-tiba terdengar suara aneh nge-bass yang Kakashi yakini berasal dari pintu didepannya. "Kau yakin dengan janjimu itu anak muda." Katanya.
'Itu pasti Kami-sama.' Batin Kakashi.
"Saya yakin. Kami-sama! maafkan saya.." tegas Kakashi.
Naruto yang berada didepan pintu Kakashi mencoba untuk tak tertawa. Tadi saat dia belum jauh berlari ia tak sengaja mendengar teriakan senseinya yang terdengar amat pilu dan menyayat hati*lebay*. Jadi ia memutuskan mampir sebentar. Dan inilah yang terjadi, sebuah drama seorang guru yang dibodoh-bodohi muridnya sendiri.
"Baiklah. Kau dimaafkan." Ucap Naruto. Lalu kembali berlari sambil tertawa kencang yang berakhir dengan Naruto keselek liurnya sendiri.
"Ohok.. ohok... Gawat... ohok... Kami-sama telah... ohok.. ohok... menghukumku.. Ohok.. ohok.."
Kembali pada Sasuke...
"Aku pergi duluan!" Teriak Sasuke lalu berjalan sambil menghentak-hentakkan kaki menuju gerbang sekolah yang hanya beberapa meter lagi. Setelah yakin Sasuke telah menghilang dibalik gerbang, Gaara menaruh kembali ponselnya kedalam saku. Lalu menghampiri Menma yang masih fokus menatap layar laptopnya.
"Dia ketempat si Haruno." Ucap Menma tiba-tiba.
Sai yang tengah selfie dengan memakai bando telinga kelinci berwarna pink hasil pungutan menoleh pada Menma. "Siapa?"
"Sasuke."
Gaara yang telah sampai disamping Menma terkejut. "Sejak kapan kau jadi mata-mata Menma?" Tanya Gaara yang kagum dengan aplikasi yang dibuka Menma. Dilayar laptop itu terpampang peta dengan segitiga-segitiga berwarna merah yang diatasnya diberi nama. Sejauh yang bisa Gaara baca ada nama 'Sasuke', 'Haruno', 'Ibiki Botak' *whatz*, 'Kiba', 'Hyuuga', 'Naruto' bahkan juga Namanya dan Sai.
"Jika kau tanya kapan, mungkin sudah sejak sekolah dasar." Ucapnya.
"Gaara, Menma." Seru Sai.
Cklik...
"Yes berhasil selfie dengan Gaara dan Menma." Sai tersenyum sambil memandang hasil karya diponselnya. Disana Sai yang memakai telinga kelinci tersenyum menggoda sambil membentuk jari seperti huruf 'V'. Gaara yang paling dekat dengannya menyerngitkan dahi. Sedangkan Menma menaikan alis dengan mulut yang sedikit terbuka, mungkin dia hendak bertanya "Ada apa?".
"Lihat Sasuke telah sampai ditempat Haruno." ucap Menma lalu mengotak atik laptopnya sebentar.
"Apa yang kalian lihat?" Tanya Sai yang telah sampai disisi lain Menma.
"Hei, Jidat." Terdengar suara dari laptop Menma yang di yakini adalah suara Sasuke.
"Jidat?" Beo Sai. "Maksudnya si Haruno."
"Ssstt... diam Sai." tegur Gaara.
"Ah.. Apa yang kamu maksud itu, aku?" Jawab suara lain dari laptop Menma.
"Iya, memangnya siapa lagi yang punya jidat lebar disini."
"Dasar pantat ayam kurang ajar." Bisik suara yang dipikir Sai adalah suara Haruno.
"Kau berkata sesuatu?"
"Tidak tidak... oh iya, ada apa Uchiha-san datang menemuiku?"
"Apa? Menemuimu? Jangan mengkhayal.."
"Lalu?!"
"Aku ingin mengusirmu. Awas! Bangku ini tempatku."
"Apa! Kamu pikir kamu itu siapa?! Seenaknya mengusir orang."
"Aku bilang bangku ini tempatku!"
"Oh begitu... jadi karena kau penghuni Konoha yang selalu dielu-elukan guru dan juga bebas dari aturan sekolah kau bisa seenaknya mengusir murid biasa dan mengklaim semua tempat adalah daerah kekuasaanmu. Begitu?!"
"Apa yang kau katakan hah!"
"Terserah kau saja."
Menma mencelos melihat segitiga merah bernama Haruno pergi meninggalkan taman versi laptopnya.
"Bodoh sekali Sasuke itu! Dasar pantat ayam gila!" Ucap Haruno Sakura yang terdengar dilaptop Menma.
"Ehhh!" Teriak Sai. "Dia memanggil Sasuke dengan nama kecilnya."
"Mereka itu saling mencintai."
"Apa maksudmu Menma." Gaara memandang menma menuntut penjelasan.
"Kau tahu, hampir setiap malam aku dengar si Haruno itu bicara sendiri sambil memuja-muja Sasuke."
Gaara bergindik ngeri. Ia harus berhati-hati dengan Menma mulai sekarang, terlebih namanya juga terdaftar dipeta aneh makhluk berkaca mata itu. "Tunggu, itu kau memakai GPS ya? Lalu kau menyadap mereka menggunakan apa?"
Menma menoleh pada Gaara.
"Ra-Ha-Sia."
"Sudahlah, sebentar lagi bel berbunyi." Ucap Sai yang sudah berjalan didepan mereka diikuti Menma dan Gaara.
Bruuukkk...
"Ma-maaf..."
Gaara mengutip tasnya yang terjatuh akibat ditabrak seorang siswa setelah ia sampai digerbang sekolah. Memang sih tidak terlalu keras tapi yang namanya terkejut bagaimana lagi.
Gaara melirik siswa dihadapannya yang ketakutan.
"Ma-maafkan aku." Ujarnya sambil ber-ojigi.
"Tak—" perkataan Gaara langsung dipotong siswa itu.
"Maaf." Ucapnya sambil menyodorkan dompet pada Gaara dan langsung berlari menjauh darinya.
"—apa-apa." Lanjut Gaara pelan dengan mata masih mengikuti perginya siswa tadi kemudian menatap dompet ditangannya.
"Lihat anak Konoha itu malak lagi."
"Iya... dasar preman."
"Aku heran, kenapa tukang palak seperti dia tak dikeluarkan dari sekolah saja."
Gaara menghela nafas berat mendengar bisik-bisik disekitarnya. Menma dan Sai yang tadinya berjalan didepannya mendekati Gaara yang tertunduk lesu.
"Menma, Sai, apa mataku terlalu memyeramkan?"
Sabaku Gaara. Pria berambut merah bermata tajam ini terkenal sebagai tukang palak Senju gakuen. Ditambah dengan eyeliner tebal dikedua matanya yang mengesankan pandangannya semakin tajam membuatnya ditakuti hampir seluruh murid disekolah. Tetapi karena adanya aturan bahwa murid Konoha dibebaskan dari segala aturan tertulis sekolah, murid dan guru tak ada yang berani menegurnya.
Pria asal Sapporo ini merupakan violinis berbakat yang sudah terkenal di mancanegara. Namun kurang dikenal dinegaranya sendiri karena memang sejak menginjak sekolah dasar ia telah disekolahkan disekolah musik, Jerman.
Sai melirik Menma. "Benar-benar menyeramkan."
"Super duper menyeramkan. Tapi... Seperti biasa dompetnya buat aku." Menma merebut dompet ditangan Gaara yang galau karena terus terusan dikatai tukang palak.
Jlebb...
Gaara tertohok telak. Ia mencengkram seragam tepat didadanya yang tertancap anak panah gaib yang belum jelas datang dari mana itu. Kakinya menekuk penuh dramatis, lalu berlutut dijalan dekat koridor masuk sekolahnya. Entahlah, Gaara tak tahu kenapa ia begitu lebay sekarang. Yang ia tahu dadanya terasa amat perih sampai-sampai ia tak mampu berkata-kata. Yang terpikir olehnya saat ini adalah membuat status diseluruh sosial medianya lalu memberi hastag dengan tulisan "sakitnyatuh disini" yang di caps lock. Tapi ia urungkan karena baru teringat kalau ponselnya sedang tewas saat ini.
"Ayo kita pergi." Ajak Sai sembari membetulkan bando telinga kelincinya.
"Kalian duluan saja." Ujar Gaara yang telah jongkok sambil menyembunyikan kepalanya didalam lipatan tangan plus aura-aura galau-tingkat-dewa disekelilingnya yang lama-kelamaan semakin kelam. Sampai Menma harus mengipasinya dengan komik Naruto agar virus galau Gaara tak menular padanya.
"Ayolah Gaara... itukan hanya pendapat mereka." Hibur Sai—tak ikhlas— dengan nada datar.
"Gaara..." panggil Menma.
"Aku orang yang hina." Gumam Gaara sambil menggaruk-garuk jalan.
"Gaara... tidak begitu kok." Sai yang mulai tak tega dengan keadaan Gaara memberi deathglare pada rombongan yang tadi mengatai Gaara 'tukang palak'. Mereka yang mendapat tatapan tajam dari mayat-hidup-bertelinga-kelinci hanya bergindik lalu meninggalkan mereka jauh jauh.
"Aku bukan orang yang baik. Aku tak pantas hidup." Gaara memukul-mukul pilu jalanan dengan sepatunya yang telah dia lepas.
"Tak usah dipikirkan Gaara." Sai yang ikut tertular virus 'galau' Gaara mengacak rambutnya pelan dengan wajah mewek hampir nangis.
Menma speecless.
"Aku... Aku..." Gaara jeda sebentar.
"Sabaku Gaara bukan orang yang baik... aku tak pantas lagi hidup." Lanjut Gaara yang mengulang narasi dari author. Lalu mengais tanah ditaman mini yang ditanami pohon sakura besar tak jauh darinya.
"Gaara... aku tahu perasaanmu." Ungkap Sai sembari mengusap air matanya lalu menyusut ingus.
Menma sweetdrop.
"Sai, Menma... maafkan aku... Sampaikan juga maafku pada Naruto dan Sasuke... aku akan menggali kuburanku sekarang juga." Gaara mencangkul tanah dengan cangkul yang entah ia dapat dari mana.
"Gaara!... jika kau ingin mati, bawa aku bersamamu." Sai nangis bombay dan menarik-narik kaki Gaara yang tengah menggali itu.
"Maafkan aku Sai."
"Jangan begitu, bawa saja aku bersamamu."
"Sai."
"Gaara."
"Sai."
"Gaara."
"Sai."
"Gaara."
"Sai!"
"Gaara!"
"Sai!"
"Gaara!"
"HENTIKAN DRAMA GILA KALIAN!" Teriak Menma yang tampaknya tertular dari Sasuke.
Gaara dan Sai kicep.
"Hah... ayo Sai." Menma menyeret paksa Sai yang masih memengang kaki Gaara.
"Gaara!" Teriaknya lebay.
Merekapun meninggalkan Gaara yang gundah gulana.
"Kenapa aku selalu disebut tukang palak? Bahkan Yuuki-chan juga mangataiku tukang palak." Gumam Gaara menyalahkan author setelah kepergian Menma dan Sai.
Oke Gaara, itu tak ada dalam narasi. *author ngangkat naskah tinggi-tinggi*
Sementara itu Menma yang telah sampai dikelas duduk dibangkunya sambil menghitung uang hasil 'rampasan' Gaara. "Wah.. lumayan juga isi dompetnya. Fu.. fu..fu.." Menma mengibaskan uang kertas itu didepan wajahnya lalu tertawa aneh.
Sasuke yang duduk di meja seberang Menma hanya menggeleng pelan dan menyumpal telinganya dengan headset. "Apa Sakura marah padaku ya." gumamnya merana.
Pintu kelas digeser pelan oleh guru baru berambut silver yang kita tahu bernama Hatake Kakashi. Guru bermasker itu mengedarkan pandangannya keseluruh penjuru kelas dan pandangannya berhenti saat melihat tiga bangku kosong dibarisan paling belakang.
Dari yang kita tahu, satu bangku kosong adalah bangku Naruto yang membolos main game. Dan yang satunya lagi bangku Gaara yang masih menggali kuburannya sambil berteriak gaje.
"Aku tak pantas hidup!"
Lantas satu bangku kosong yang penuh hiasan bintang-bintang aneh itu punya siapa? Entahlah.
Kakashi mengangkat bahu pelan yang ditafsirkan oleh murid-murid dikelas bahwa senseinya itu sebenarnya sudah terkena penyakit ayan.
"Ehem.." dehem Kakashi menaruh kertas-kertas dimeja.
"Apa kalian mendengar suara aneh pagi ini?" Tanyanya yang dibalas bermacam reaksi dari murid-murid dihadapannya. Mulai dari mendengus pelan, berbisik-bisik, bahkan ada yang hanya masa bodoh sambil mengalihkan padndangan kearah lain.
Kakashi menyerngit. Apa mereka tidak mendengarnya? Suara sebesar itu? Ayolah jangan buat sensei yang tampannya melebihi arjuna—tentu saja arjuna versi bermasker— ini terlihat sangat bodoh di fanfic abal ini.
"Maksudnya suara apa sensei?" Tanya Menma sambil tersenyum penuh semangat akibat penghasilannya hari ini bertambah drastis. 'Aku harap besok Gaara memalak anak orang kaya.'
"Itu, semacam. Suara dengungan aneh."
"Aku tidak mendengarnya tuh sensei. Barangkali sensei salah dengar." Tambah Menma.
"Mana mungkin. Karena setelah itu sensei langsung mendengar suara Kami-sama." Sangkal Kakashi.
"Etoo... sensei, aku meramalkan kalau sensei tak akan lama lagi." tegas Menma dengan wajah menyesal yang dibalas gelengan penuh coretcintacoret dari murid-murid dikelas itu.
Kakashi terhenyak. Apa maksudnya aku akan mati? Apa maksudnya aku yang akan berakhir, bukan dunia ini?
"Ittai... sen-sei.." rintih seseorang berkulit pucat dibawah meja guru yang sedang mengapai-gapai tangannya kearah Kakashi.
Kakashi menjadi lemas seketika. 'Bahkan aku telah bisa melihat arwah sekarang. Apa berarti aku akan segera mati? Kami-sama...' jerit hatinya pilu. Lalu pundung dipojokan dengan jari menulis dilantai kata "aku tak ingin mati" berulang kali.
Sai sang pria berkulit pucat itu mengelus kepalanya yang terantuk meja guru. Ia yang mulanya tertidur dikolong meja itu langsung terbangun kala kepalanya mendapat 'sapaan' pagi oleh meja tersayangnya. Saat melihat senseinya berada didekatnya, Sai berinisiatif meminta pertolongan pada senseinya untuk membantunya keluar. Tapi entah ada angin apa, senseinya malah ngacrit kepojokan.
Setelah memakai kembali memakai telinga kelincinya, Sai pun keluar dari tempat 'perenungan'nya dan langsung memasang senyum menggodanya pada semua makhluk di ruangan itu.
"Ohayo minna~ untuk hari ini yoroshiku!"
Shimura Sai, pria asal kyoto ini terkenal sebagai pelukis jenius yang karyanya telah tersebar diberbagai museum di Jepang. Sai sering disebut-sebut 'aneh' karena Pria berkulit pucat ini mempunyai hobi tidur dibawah meja dan memungut barang-barang aneh yang terjatuh dijalanan. Ia bahkan sering terlihat merenung dibawah pohon sambil memandang barisan semut yang membawa sisa makanan.
Namun karena pribadinya terkesan 'unik', Sai menjadi cukup populer dikalangan para gadis. Entah mungkin karena gadis zaman sekarang lebih suka pada pria yang terkesan lain-dari-yang-lain atau mungkin pula yang lebih terkesan tak-punya-malu semacam Sai.
Sai berjalan menuju bangkunya —yang mejanya penuh tempelan bintang— di iringi tatapan kagum para gadis.
Menma berdiri memandang Sai dan Sasuke. "Akan kumulai pengenalannya sekarang." Ucapnya mantap.
Sai mengangguk. "Jangan terlalu 'mewah' yang 'sederhana' saja." Jawab Sai penuh makna terselubung.
"Hn." Gumam Sasuke tak jelas.
"Yosh..." lalu Menma pergi meninggalkan kelas dengan membawa satu plastik besar yang isinya masih diragukan.
.
.
.
Menma keluar dari ruangan yang diatasnya ada papan nama bertuliskan "Hatake" dengan senyum lebar merekah diwajahnya. Ya, itu adalah ruangan Kakashi, sang guru baru.
"Maaf Sai, aku tak bisa kalau hanya memberi pesta yang sederhana. Lagi pula aku tak akan kehabisan dana hanya untuk ini, kan kita punya Gaara. Dia bisa memalak lagi besok." Oceh, Menma pada angin yang berlalu lalang.
Sebuah robot kecil yang hanya mempunyai tinggi kira-kira 10 sentimeter itu mendekati Menma. Menma berlutut lalu mendekap robot silver metalik itu sambil bergumam. "Kerja bagus kawan. Berkat kau pestanya akan berjalan lancar."
Dari arah berlawanan Menma dapat melihat Kakashi berjalan sambil membawa kertas yang tampaknya adalah kertas hasil ulangan. Sejujurnya Menma tidak peduli dengan ulangannya toh ia juga akan naik kelas tahun depan. Oke kita fokus pada sensei bermasker kita yang masih memiliki hawa tak sedap. Mungkin dia masih memikirkan ramalan asal-asalan Menma.
"Ah sensei." Sapa Menma.
"Menma kan? Kenapa kau tidak kembali ke kelas lagi. Kau melewatkan ulangannya." Tegur Kakashi. "Kau harus dapat remedi besok beserta dua orang yang tak hadir itu."
"Baik sensei." Balas Menma. 'Ayo sedikit lagi.'
"Oh iya ada perlu apa kau kesini." Selidik Kakashi, ya tahu lah... koridor inikan jalan yang hanya dipakai untuk akses ruang guru dan juga kantor kepala sekolah. 'Anak ini pasti bermasalah?'
"Aku hanya ingin meminta cuti pada kepala sekolah." Jawab Menma datar.
"Cuti?" Beo Kakashi. Apa di Senju gakuen anak murid bisa meminta cuti juga ya?
Tentu saja tidak. Bodoh.
"Iya cuti."
"Cuti apa?" Harus diakui Kakashi benar-benar heran dengan sistem sekolah ini.
Sudah kubilang itu tidak ada. Dasar bodoh.
"Cuti melahirkan." Balas Menma dengan wajah datar bak trilplek.
Krik... krik..
Kakashi sweetdrop.
"Sudah dulu sensei aku buru-buru." Menma langsung ngibrit takut ditanya yang aneh-aneh lalu pestanya jadi gagal.
'Hebat, anak itu bahkan sudah punya istri. Sedangkan aku... sudah tua begini belum dapat pasangan.' Batin Kakashi salah kaprah. Lalu berjalan menuju ruangannya.
Menma berhenti berjalan.
Knop pintu diputar.
Menma menyeringai.
Kakashi masuk.
Menma berlonjak bahagia.
Blusss... byuurrr... bughh..
"Itai!"
"Untuk permulaan hanya tepung ringan dan siraman air ditambah kelereng yang akan lepas otomatis dari pengganjal plus oli sebagai pemanis." Ujar Menma bersungut-sungut.
Tiiitt... kletakk.. kletak... blass..
"Aw... hei.. APA INI!"
"Selanjutnya... aku sudah memasang tiga puluh sensor untuk rencana ini, pistol akan otomatis menembak cairan merah darah tepat pada saat sensei menyentuh sensor." Menma bersandar didinding sambil mengelus robotnya layaknya peliharaan.
Bug.. bag... bug.. bag...
"APA YANG TER- aw JADI!"
"Sensor ke-15 dan seterusnya akan mengeluarkan lima belas robot yang telah aku pasangkan sarung tangan tinju yang akan memukul sensei walaupun tidak terkena sensor yang ke-16." Menma mengerucutkan bibir sebal. "Aku membuang-buang sensorku yang berharnga." Sesalnya.
"Hei! Keluarkan aku dari sini!" Pintu itu digedor keras dari dalam.
"Sebagai penegas kau tak akan bisa keluar dari sana sensei. Karena pintu akan tertutup otomasis sejak kau terkena tepung." Tambah Menma yang masih memainkan robot di tangannya.
Sreeettt... byarrr...
"Apa-apaan in— aduh..."
"Lalu, karena sensei memutar knop pintu maka panel mendorong akan mendorong sensei langsung kearah meja. Otomatis tiga puluh sensor akan hidup lagi. Dan ini adalah serangan beruntun, pistol darah, robot peninju, plus sebagai tambahan di sensor ke-27 ada letupan gula, yang artinya sensei akan diguyur tiga kilo gula supaya manis. Dan terakhir ada sepuluh jebakan tikus menanti kaki." Terang Menma entah pada siapa sambil membenahi letak kacamatanya.
Tek.. tek.. tek...
"Aw.. aw... Apa yang.. aw... sebenarnya... TERJADI!"
Menma tertawa ala psikopat. "Siapa bilang jebakan tikus ini tak mempan, ada robot khusus yang akan menahan Sensei lalu dua robot kecil akan membuka sepatu Sensei. Dan tada... robot yang menahan sensei akan mengarahkan sensei kepada sepuluh jebakan tikus. Tapi tak apa sensei... jebakan tikus itu sudah aku modifikasi sehingga efeknya tidak terlalu WOW." Ujarnya bangga.
Hening..
"Oke semuanya sudah selesai." Menma melanjutkan berjalan dengan wajah puas.
Uzumaki Menma, adik kembar dari Naruto ini adalah sang pembuat onar yang berkali-kali masuk ruangan konseling dengan wajah bangga. Hobinya yang memasang jebakan diruang guru serta kegagalan beroperasi yang dibawah 10% ini sering dipuja-puja murid laki-laki yang sering kali memintanya untuk mengerjai guru bahkan orang yang tak mereka suka.
Menma ahli dalam merancang robot dan robot buatannya telah beberapa kali menang dikejuaraan nasional maupun internasional. Selain itu ia juga hacker profesional, bahkan juga ahli dalam menebar alat pelacak dan penyadap yang ia buat khusus sedemikian rupa agar tak mudah ditemukan.
Kakashi membuka pintu ruangannya dengan wujud yang mengerikan. Kakinya penuh dengan jebakan tikus, tubuhnya penuh cairan merah dan taburan gula yang membuatnya tampak aneh antara 'gore' atau 'permen stroberry'. Bahkan wajahnya pun sudah sulit dikenali akibat tertutup cairan merah. Jangan ditanya bagaimana bentuk ruangannya saat ini. Kakashi bahkan tak tahu harus kesal atau bersyukur karena orang yang memasang jebakan menutup otomatis berkas-berkas serta buku dengan plastik saat ia mulai mendapat tembakan darah. Namun sangat disayangkan kertas ulangannya tak berhasil ia diselamatkan dan sudah pasti anak-anak akan mengikuti ujian ulang.
Priiitttt... tarrr...
Sebuah terompet berbunyi nyaring diikuti jatuhnya kertas warna-warni diatas tubuhnya yang Kakashi yakin sudah dipasang diatas pintu. Lalu tak lama berselang turun lagi sebuah kertas lebar yang masih tersangkut bagian atasnya di pintu. Sehingga jika dibaca dari atas ke bawah bacaannya adalah "Selamat datang di Senju gakuen".
Kakashi menggeram kesal.
"Sialan... jadi ini sambutan selamat datang untukku."
.
.
|TBC|
Berniat meReVieW?
