Keberutungan hanyalah sebuah impian

Dan impian itu tek pernah aku dapatkan…

Seokjin POV

"Aku pindah sekolah?" ucapku bingung ketika umma mengatakan masalah sekolahku ketika kami semua sarapan.

"Hem, umma sudah jengah dengan kata-kata jika kau itu adalah pembawa sial." Ucapnya.

"Umma, mungkin mereka mengatakannya dengan tidak serius. Mereka hanya bercanda umma." Ucapku, kulihat appa untuk meminta bantuan.

"Maafkan appa sayang tapi appa kali ini setuju pada ummamu." Ucapnya, akupun menghela nafas.

"Kenapa harus pindah segala?" ucapku lemas.

"Lalu apa? Kau mau umma menyuruh mereka semua untuk pindah sekolah?" ucapnya.

"Meskipun pindah akan percuma saja, semua orang dikota ini sudah mencapku sebagai pembawa sial yang tak pernah beruntung." Ucapku kesal.

"Maka dari itu disekolah barumu kau harus membiasakan dirimu dan mengubah sikap cerobohmu itu agar tak lagi membuat sial orang lain." Ucapnya, akupun menghela nafas.

"Aku berangkat sekolah." Ucapku dengan memakai tasku dan pergi.

"Apa? Pindah?" ucap nayoung ketika kami berdua sedang makan, akupun hanya mengangguk lemas.

"Kenapa harus pindah segala? Lalu bagaimana denganku?"

"Kau mau pindah juga bersamaku? Aku tak keberatan koq." Ucapku, diapun berdecak.

"Orangtuaku tak akan menyukainya." Ucapnya, akupun menghela nafas lagi.

"Hentikan itu, kau sudah seharian ini terus menghela nafas." Ucapnya.

"Aku hanya takut tak punya sahabat disana, mengenal semua orang mengetahui aku pembawa sial mana mungkin ada yang mau mendekat?" ucapku gamang.

"Memangnya kau mau pindah kemana?" ucap namjoon dengan duduk disampingku, akupun menggeleng tak tahu.

"Aku bisa menemanimu."

"Namjoon-ah, nasibku bagaimana?" ucap nayoung, namun namjoon tak mendengarkan.

"Aku akan sangat bahagia jika kau benar-benar melakukannya, akan sangat bagus juga jika kau sekelas denganku karena kemampuan otakmu itu." Ucapku, namun aku membaringkan kepalaku dimeja.

"Masalahnya itu tak mungkin." Ucapku, akupun menghela nafas.

"Apa kau sudah membujuk orangtuamu agar membatalkannya?" tanya nayoung.

"Mereka sama keras kepalanya denganku, jadi jangan tanyakan masalah itu." Ucapku.

"Ah benar juga." Ucap nayoung, akupun bangkit sampai mereka memandangku heran.

"Aku harus menandatangani registrasi keluarku, dadah." Ucapku lemas dengan meninggalkan mereka dan berjalan kearah kantor.

Kuperhatikan pantulan tubuhku yang memakai seragam baru dan juga mengikat rambut coklatku, akupun memegang blazzerku dan mengenyampingkan tubuhku.

"Tidak buruk." Ucapku ketika design baju ini lumayan bagus.

"Apa sekolah ini sama bagusnya dengan seragam ini?" ucapku pelan.

"Kau sedang apa?" ucap yuri unni ketika melihatku hanya bercermin.

"Tidak, hanya tak senang." Ucapku dengan berjalan kearah tasku dan memasukan buku-bukuku.

"Biasanya seorang murid baru akan senang masuk sekolah baru."

"Aku malas mencari teman lagi, mereka pasti akan sama dengan sekolah lamaku." Ucapku lemas.

"Ya… jangan lemas seperti itu. Aku yakin mereka akan baik, kudengar disana banyak pria tampan."

"Lalu apa pengaruhnya padaku." Ucapku jengah, akupun memandang kearah jendela.

"Apa unni tahu sekolahan ini?" tanyaku, diapun mengangguk.

"Tahu, memangnya kenapa?" tanyanya dengan memandangku.

"Bagaimana sekolahnya?"

"Lumayan menyenangkan, ah bukankah kau suka dengan siaran radio. Disana ada juga koq, yang mengaturnya siswa-siswa disana." Ucapnya.

"Benarkah?" ucapku tertarik, diapun mengangguk.

"Setidaknya ada yang aku suka, baiklah aku berangkat."

"Tak sarapan dulu?"

"Tidak, aku akan makan disana." Ucapku, diapun mengangguk dan dengan segera aku pergi setelah berpamitan dengan orangtuaku.

Akupun hanya melihat peta yang ada diponselku ketika berjalan menuju sekolah, akupun berhenti ketika berada dihalte bus sesuai petunjuk umma.

"Kenapa tak antar saja sekalian?" ucapku bingung, akupun duduk dihalte ini.

"Kenapa halte ini sepi?" ucapku heran, namun aku menyerngit heran ketika ada seorang siswa yang memakai seragam yang sama duduk disampingku.

"O aku baru tahu ada siswi sekolah yang sama bloknya denganku?" ucapnya, akupun hanya tertawa canggung.

"Siapa namamu?" ucapnya.

"Kim seokjin." Ucapku dengan membalas jabatan tangannya.

"Oh iyah namaku adalah park jimin." Ucapnya tersenyum.

"Salam kenal." Ucapku, diapun mengangguk semangat.

"Kau murid baru?" tanyanya, akupun mengangguk.

"Iyah."

"Ah pantas saja, mulai dari sekarang pulang dan berangkat bersamaku saja."

"Bolehkah?" tanyaku, diapun mengangguk.

"Terimakasih banyak."

"Jangan formal seperti itu, kurasa kita sebaya." Ucapnya, akupun memandang dasi yang dia tunjuk.

"Asal sekolahmu darimana? Kenapa pindah?" tanyanya, akupun menggaruk tengkukku.

"I-itu…"

"Ah aku terlalu banyak tanya yah?" ucapnya, akupun menggeleng.

"Tidak koq, hanya saja…"

"Busnya datang." Ucapnya, akupun berdiri.

"Ayo." Ucapnya, akupun mengangguk dan ikut masuk dengannya. Diapun mendudukanku bersamanya dan aku hanya bisa menunduk malu.

"Jadi ini hari pertamamu disekolah yah, kau kelas apa?"

"Aku sekarang kelas 2." Ucapku.

"Ah kebetulan sekali, kita benar-benar sebaya." Ucapnya.

"Kau kelas apa?" ucapku.

"Aku ada dikelas C, nanti kau bisa datang kekelasku atau aku kekelasmu." Ucapnya.

"Terimakasih." Ucapku, diapun tersenyum.

Kamipun akhirnya sampai sekolah setelah berjalan selama beberapa menit, diapun mengantarkanku kekantor dan aku langsung membungkuk terimakasih sebelum dia tinggalkan.

"Sekolah ini benar-benar keren." Ucapku ketika melihat designnya.

"Dia benar-benar biang sial, menurut rumor yang beredar dia pernah membuat teman kelasnya jatuh ketika membersihkan jendela hanya karena bersentuhan saja." Ucap guru, akupun hanya terdiam mengingat ketika teman kelasku terjatuh saat membersihkan jendela bersamaku.

"Dan juga dia membuat kesialan-kesialan lainnya hanya karena menjadi rekannya." Ucapnya, akupun mengingat ketika disaat olahraga aku membuat temanku jatuh ketika bermain lari estapet.

"Bahkan dia pernah membuat guru privatenya pingsan sesak nafas dalam satu ruangan bersamanya." Ucapnya, akupun semakin menunduk.

"P-permisi." Ucapku, merekapun berhenti berbisik dan memandangku kaget.

"Halo, aku kim seokjin murid pindahan." Ucapku, kulihat mereka bergerak canggung dan salah satu guru menghampiriku.

"A-ah kau murid baru itu, aku wali kelasmu." Ucapnya, akupun tersenyum.

"Senang bertemu dengan anda." Ucapku membungkuk, namun dia sedikit mundur.

"Ayo kekelas, kita berada dikelas D." ucapnya dengan berjalan duluan.

"Iyah." Ucapku dengan mengikuti guru tadi.

"Halo semuanya, perkenalkan aku adalah kim seokjin murid pindahan itu. Salam kenal." Ucapku ceria, namun yang bertepuk tangan hanya seorang.

"O kim taehyung, kau disini?" ucapku kaget, diapun hanya nyengir kuda.

"Ah baiklah kim seokjin, kau bisa duduk dibangku yang kosong dibelakang sana." Ucap guru, akupun membungkuk.

"Baiklah." Ucapku dengan berjalan kearah bangkuku, namun aku terhenti ketika para murid tengah meminggirkan bangku mereka menghindariku. Akupun berusaha tegar dan tersenyum sambil berjalan duduk dibangkuku.

Taehyung POV

Kulihat dari kejauhan dia tengah memandang piala tropi yang dipajangkan diaula sekolah dan sebagian adalah tropiku, akupun tersenyum dan berjalan kearahnya.

"Kau iri dengan prestasiku?" tanyaku, diapun memandangku.

"Aish kebiasaan sombongmu itu benar-benar, aku tak tahu jika kau sekolah disini?" ucapnya, akupun merangkulnya.

"Ummamu menanyakan padaku sekolah yang paling bagus dimana, kukatakan saja disekolahku. Aku bisa mengawasimu juga." Ucapku, diapun merangkulku kesal.

"Kau bilang apa? Jadi ini ulahmu iblis kecil." Ucapnya, akupun hanya tertawa dan melepaskan rangkulannya.

"Kutahu kau masih suka dengan acara radio, kebetulan aku ketua klub radio disini. Bagaimana jika kau bergabung?" tanyaku, diapun memandangku antusias.

"Benarkah? Kau serius?" tanyanya senang, akupun mengangguk.

"Ah terimakasih taehyungie…" ucapnya dengan mencubit pipiku gemas.

"Tapi kita makan dulu, aku benar-benar lapar." Ucapnya, diapun mendecih.

"Seharusnya aku tak percaya padamu." Ucapnya, akupun hanya tertawa dan merangkulnya untuk pergi bersamanya.