Semua karakter milik: Haruichi Furudate

Tasha hanya mengadopsinya menjadi sebuah drabble. Bukan komersial, semata-mata untuk ekspresi diri.

Feel free to review, bookmark, and fav!

Warning: OOC's (banget mungkin), Gaje, BL, Typo?


Kuroo masih menyimpan hadiah valentine Bokuto.

Bokuto datang ke rumah Kuroo, dalam keadaan basah kuyup oleh derasnya hujan saat itu. Lalu di tangan kiri Bokuto, membawa bunga mawar putih yang cantik.

Kuroo pikir, laki-laki rambut dwiwarna tersebut akan memberikannya secara ikhlas. Tetapi sebelum ia menerima bunganya, Bokuto tiba-tiba menerjangnya. Menindihnya. Macam burung hantu yang ingin duel sama kucing hitam. Terasa jelas, bagaimana sakitnya ketika kepala Kuroo dihantam lantai, serta tangannya yang Bokuto genggam kuat— serasa ingin remuk.

Netra emas Bokuto melihat Kuroo jijik. Ada apa? Bukankah Kuroo menawan? Tapi entah mengapa, Bokuto menjambak rambut Kuroo, membenturkan kepalanya berkali-kali ke lantai. Perlahan pandangan Kuroo mengabur. Menyisakan pemandangan buram seorang pemuda jahanam.

Namun, Kuroo tidak mau berakhir tragis. Kesadaran pelan-pelan kembali. Dengan sekuat tenaga, ia berusaha lepas dari tindihan Bokuto. Tangannya terasa gatal, kemudian secara cepat mengambil pisau daging yang tergantung manis di pintu. Seharusnya, jika Bokuto menginginkan Kuroo mati cepat, ia mengambil pisaunya segera.

Tetapi terlambat!

Kuroo-lah yang akan mengakhiri permainan ini.

Kuroo marah padanya. Dengan bengis, ujung pisau dia hujamkan tepat di dada musuh. Kelereng kecil Bokuto masih terbuka. Kemudian mulut kejinya mengerang. Kuat sekali. Suatu resonasi merusak gendang telinga. Namun, bisa menjadi latar melodi manis, khusus adegan seperti ini.

Satu hujaman rasanya tidak cukup untuk mencabut nyawa Bokuto. Barangkali sekali lagi? Atau ratusan kali lagi? Cipratan darah dari dadanya yang terkoyak— mengenai mawar. Meninggalkan noda merah marun— menambah kesan cantik tiada terkira. Sehingga seulas senyuman Kuroo terukir.

Tapi beberapa saat, senyum Kuroo memudar. Ia menatap tatapan sinis Bokuto yang mengenasakan.

"Cih! Untung semua ini hanyalah fantasi belaka."

Benar.

Sesungguhnya ia berada di perpustakaan universitas. Tengah menekuri tumpukan buku-buku serta diklat hasil dosen sebagai bahan pembelajaran. Bersama bros before hoes-nya— Bokuto, ia maso bareng. Sangking tidak jelas isi otaknya, Kuroo melampiaskan kekesalan dengan menulis cerita singkat di secarik kertas, agar unek-uneknya hilang.

Dan dia sadar ...

... bahwa Bokuto sedang melempar tatapan intimidasi, karena di ceritanya dia jadi orang mati.

"Kuroo, kamu lagi stress berat, yah?"

"Banget."

Bokuto menepuk-nepuk pundak Kuroo. "Yang sabar."

"Sedang diusahakan."


Tasha Amalia, siswi tahun terakhir, masih kolaps dengan buku-buku untuk US-nya.

Tolong ... ini kenapa jadi produktif di saat yang salah?