Hai, ini fict kedua ku di FFn ini (padahal fict 'Bet is Our Red Thread' aja belum selesai) *geplaked*. Moga nanti ada banyak review-nya *full hopes*. Aku buat fict ini gara-gara mimpi (?) wkwkwk. Di mimpi itu aku yang jadi peran utamanya *ngarep* tapi, sayangnya gak ada lanjutannya tuh mimpi. Jadinya aku buat fict aja deh. Tapi, di sini aku pilih pair SasuSaku (karena aku SasuSakuLovers) yey. Aku bingung ini based on true story atau Based on a dream. Tapi, sudah kusempurnakan dengan segala hal yang diperlukan kok. Hahaha :D kayaknya ini twoshoot ato threeshoot aja deh.
Okeh, kita langsung saja cekidot :D
.
.
.
Main Pair : SasuSaku
Pairing : SasuSaku dan SasoSaku
Warn : AU, OOC (?), MissTypo(s), dan sebagainya
Author : RestuChii SoraYama
.
I'm Still in Love with You
Chapter : All started from a strange dream
.
Suasana di ruang kelas 9.4 sore itu sangatlah sepi, ya bagaimana lagi tidak sepi. Semua murid sudah pada pulang dari 2 jam yang lalu. Yah, tidak semua murid sih.. ada beberapa yang mengikuti ekskul tapi, mereka ada di lantai satu semua. Yap, kelas 9 semuanya ada di lantai 2. Karena seperti kekuasaan kelas 9, kelas 7 dan 8 seakan tak punya keberanian untuk ke lantai 2.
Tap, tap, tap, langkah kaki seorang anak perempuan yang berambut pink itu tengah berlari di tangga. Ia terengah-engah karena berlari menaiki tangga, ternyata berlari menaiki tangga tidaklah semudah kelihatannya. Perempuan berambut pink itu, sebut saja Sakura Haruno langsung berlari lagi saat sudah selesai berlari di tangga tadi. Ia berbelok menuju kelasnya, yaitu 9.4.
Kriiiiet, bunyi pintu dibuka itu memang cukup menakutkan apalagi memang sudah sore di situ. Namun, bagi Sakura itu biasa karena itu adalah kerjaannya tiap hari Senin. Yang biasa yang ia lakukan hari Senin yaitu tinggal di sekolah bersama teman-temannya bermain catur, gitar, bercanda, tertawa, ataupun bermain basket melepas lelah bersama teman memang sangatlah menyenangkan.
Sakura menuju ke kursinya, ia mengambil tas dan memeriksa isi lacinya. Ia biasanya memasukkan handphone-nya ke laci itu tapi ternyata nihil. Handphone itu tidak ada disana.
"Akh, di mana handphone-ku? Kurasa ada di laci tadi sebelum aku pergi.. Aduh, di mana ya? Padahal sebentar lagi aku harus pulang. Aduh, bagaimana ini?" Sakura mengacak-ngacak rambut pink pendeknya yang sebahu.
"Kau mencari ini?" tiba-tiba ada seseorang yang bersandar di depan pintu kelas sambil memamerkan handphone Sakura.
"Ya, terima kasih Sasori-kun. Di mana kau menemukannya?" Sakura tampak lega saat melihat kembali handphone-nya masih ada.
"Aku menemukannya di koridor tadi,"
"Oh, oke Sasori-kun. Bisa kau berikan handphone itu padaku? Sepertinya aku harus mencari bukuku dulu. Akh, sepertinya bukuku ada di loker." Sakura berjalan ke arah belakang, ia membuka loker miliknya dengan kunci yang ia gantungkan di kotak pensilnya.
Sasori sedikit heran, mengapa kunci loker Sakura gantungkan di kotak pensilnya. "Kenapa kau gantungkan kunci itu di situ?"
"Ini?" tanya Sakura sambil menunjukkan kunci lokernya. "Aku ini orangnya pelupa jadi semua yang penting itu harus ada di dekat barang-barang yang aku bawa setiap hari." Sambungnya kemudian. Sasori hanya ber-oh ria. Sasori lalu berjalan mendekati Sakura. Sebelum benar-benar dekat dengan Sakura terlihat jelas sekali bahwa Sasori menunjukkan seringainya.
"Kau tau Sakura, kalau dari belakang begini kau terlihat sangat cantik." Ujar Sasori. Sakura yang kaget dengan ucapan Sasori yang tiba-tiba itu langsung berbalik dengan ekspresi terkejut.
"Apa-apaan sih? Kalau mau menggoda, cari cewek lain saja! jangan aku Sasori-kun!" Semburat merah jelas terlihat di wajah Sakura. Jelas saja, karena ini pertama kalinya mendengar cowok berkata seperti itu padanya.
"Hahaha," Sasori tertawa renyah. "Aku memang bermaksud menggodamu." Dipegangnya dua tangan Sakura, dan ia kunci dengan satu tangannya. "Tapi, aku serius padamu" lanjutnya.
DEG! Sakura merasakan wajah Sasori semakin dekat dengannya. Ia bermaksud memberontak dengan cara menggerakkan tangan dan kakinya, menggeleng-gelengkan kepalanya dan tidak lupa matanya yang terus men-deathglare Sasori. Namun, semua usahanya sia-sia. Wajah Sasori semakin dekat dengannya, semakin dekat, semakin dekat dan...
"TIDAAAAAAAK!" teriak Sakura terbangun dari mimpinya dan segera dalam keadaan terduduk.
"Apanya dengan kata tidak?" tanya seseorang yang ada di samping tempat tidur Sakura. Sakura menoleh pada laki-laki itu. Diamatinya sebentar rambut raven, mencuat ke belakang, wajahnya, dan suara baritonnya itu.
1 detik
2 detik
3 detik
"Kyaaaa! Apa yang kau lakukan di kamarku?" teriak Sakura.
"Apa? Ini kamarmu? Hmmph, Ini UKS baka!" Orang itu, Sasuke menahan tawanya dengan menutup mulutnya dengan punggung tangannya. Wajah Sakura langsung merah padam, bagaimana bisa ia ada di UKS?.
"Kau pingsan saat upacara tadi," terang Sasuke seperti bisa membaca pikiran Sakura.
"Eh? Tapi kan upacara itu pagi, kenapa sekarang sangat gelap?" Sakura tampak bingung karena sepertinya saat itu sudahlah sore.
"Ya, selamat. Kau pingsan selama 9 jam." Sakura mengernyit. Segitu lamanya tah? Yah, memang sih Sakura tadi malam begadang sampai tidak tidur semalaman karena nonton dorama. Sekarang saja, sepertinya masih ada lingkaran hitam di bawah matanya itu.
"Lalu, apa yang kau lakukan di sini?"
"Aku? Jelas menungguimu baka!" Oke, dua kata 'baka' sudah dilontarkan Sasuke kepadanya hari ini.
"Iya, ya, sebentar ya. Aku mengambil tas dulu." Sakura bangkit dari tempat tidur. Ya, Sakura selalu diantar pulang oleh Sasuke setiap harinya. Kalau ada yang tanya kenapa, mereka sudah berpacaran lima bulan. Yah, walaupun bukan pasangan yang akur namun mereka termasuk pasangan yang serasi.
"Cepat, atau kutinggal kau!" Perintah Sasuke sambil mengikuti Sakura dari belakang. Sontak saja Sakura langsung berlari ke arah tangga. Ia terus berlari dan berbelok ke kelasnya.
.
Sakura POV
.
Tap, tap, tap. Aku menaiki tangga dengan tergesa-gesa. Gara-gara ChikenButt itu, ck kalau saja ini bukan sore aku pasti tak akan berlari-lari begini! Hah, biarlah. Biar rasa kantukku itu tak menyerang lagi. Loh? Kok aneh ya? Kurasa sepertinya bentar lagi akan turun hujan ah, tidak mungkin badai.
"Hah, hah, capek juga ya. Lari-lari saat menaiki tangga." Aku hanya berhenti sebentar lalu berlari lagi. Aku segera menemukan kelasku. Kupegang knop pintu itu dan membukanya.
Kriiieet, Ah suara itu. Menakutkan sih, tapi aku sudah biasa. Kulangkahkan kakiku menuju tempat dudukku. Di sana masih terlihat tasku yang bertengger manis. Kutersenyum, untunglah tak ada yang berubah dari tadi pagi. Kutaruh tas di punggungku dan memasukkan tanganku ke dalam laci untuk mencari handphone. Loh? Loh? Loh? Kok gak ada sih? Perasaan tadi itu jelas-jelas ada di dalam laci ini. Aku merogoh-rogoh kantung rok dan bajuku, tapi nihil.
"Akh, di mana handphone-ku? Kurasa ada di laci tadi sebelum upacara... Aduh, di mana ya? Padahal sebentar lagi aku harus pulang. Aduh, bagaimana ini? Pasti Sasuke-kun itu marah padaku gara-gara aku kelamaan di atas" Aku mengacak-ngacak rambut pink pendeknya yang sebahu. Mungkin aku terlihat sangat frustasi dengan tampang berantakan ini.
"Kau mencari ini?" tiba-tiba ada seseorang yang bersandar di depan pintu kelas sambil memamerkan handphone-ku. DEG! Tunggu, kok ini sama dengan mimpi aneh itu tadi?. Gak mungkin kan itu kenyataan? Aku kan sudah berpacaran dengan Sasuke-kun. Gak, aku gak mau melakukan 'itu' sebelum aku lulus SMA! Hyaaa..., bagaimana ini?.
"Kau kenapa? Tak apa?" Sekilas aku melihat wajahnya yang menunjukkan kecemasan itu. Yak, dialog ini tak ada di mimpi itu. Jadi, tak ada yang perlu ku khawatirkan.
"Ya, tak apa. Terima kasih Sasori-kun. Di mana kau menemukannya?" Fyuuh, aku lega saat melihat kembali handphone-ku di tangannya, ah bukan itu hanya salah satu alasanku. Alasan sebenarnya adalah perihal mimpi aneh itu.
"Aku menemukannya di koridor tadi," Jawabnya. Oh, iya! Aku lupa, bukannya besok ada pe-er. Mana aku belum ngerjain lagi. Kalau tidak salah, bukunya ada di loker. Yah, ambil dulu deh daripada aku dihukum.
"Oh, oke Sasori-kun. Bisa kau berikan handphone itu padaku? Sepertinya aku harus mencari bukuku dulu." Aku berjalan ke arah belakang, membuka loker milikku dengan kunci yang ku gantungkan di kotak pensil.
"Kenapa kau gantungkan kunci itu di situ?" Oh, Sasori juga sama saja ya. Sama seperti teman-temanku yang menanyakan pertanyaan itu padaku.
"Ini?" tanyaku sambil menunjukkan kunci loker yang bertengger di kotak pensilku. "Aku ini orangnya pelupa jadi semua yang penting itu harus ada di dekat barang-barang yang aku bawa setiap hari." Sambungku kemudian. Kudengar Sasori hanya ber-oh ria.
"Kau tau Sakura, kalau dari belakang begini kau terlihat sangat cantik." Ujar Sasori. Apa? Tadi dia bilang apa? Cantik? Sasuke aja belum pernah ngomong kayak begitu padaku. Sontak saja aku langsung berbalik badan untuk melihatnya.
"Apa-apaan sih? Kalau mau menggoda, cari cewek lain saja! jangan aku Sasori-kun!" Semburat merah pasti jelas terlihat di wajahku. Ahh, malunya. Jelas saja, karena ini pertama kalinya aku mendengar cowok berkata seperti itu.
"Hahaha," Sasori tertawa renyah. "Aku memang bermaksud menggodamu." Dipegangnya dua tanganku, dan ia kunci dengan satu tangannya. "Tapi, aku serius padamu" lanjutnya.
DEG! Ini benar-benar sama dengan mimpi aneh itu. Aduh, bagaimana ini? Aku harus lepas dari aku memberontak dengan cara menggerakkan tangan dan kaki, menggeleng-gelengkan kepala dan tidak lupa kedua mataku yang terus men-deathglare Sasori. Namun, sepertinya itu sia-sia. Aduh, bagaimana ini? Ahhh, Sasuke tolong aku! Kulihat wajah Sasori semakin dekat denganku. Karena aku takut, kupejamkan saja mataku...
.
End of Sakura POV
.
"Sakura, cepatlah sedikit!" Ada suara di depan pintu. Sontak itu membuat Sasori melepaskan pegangan tangannya pada tangan Sakura lalu pergi meninggalkan kelas dan meletakkan handphone Sakura di atas mejanya. Sakura hanya terdiam, saking takutnya ia merosot ke bawah dengan tubuh yang bergetar.
"..." Sasuke hanya terdiam, ia sedang mengendalikan emosinya. Namun, ia gagal.
"Kau pulang saja sendiri, ada yang harus kukerjakan." Ucap Sasuke dengan nada datar. Namun, Sakura samar-samar mendengar suara Sasuke yang menahan amarah.
"Ah, Sasuke! Tunggu aku!" Teriak Sakura lalu berusaha mengejar Sasuke tapi sayangnya untuk berdiri saja ia harus berpegangan dengan loker atau dinding. Hati Sakura mencelos dengan sikap Sasuke tadi. Sekarang, apa yang harus ia lakukan? Rumahnya agak jauh dari sekolahnya, ini sudah sangat sore apa boleh buat mungkin ia harus jalan kaki. Ya, untungnya kaki Sakura sudah tidak gemetar lagi. Jadi, Sakura memutuskan untuk jalan kaki menuju ke rumahnya. Tapi...,
JGEEER! Entah, mungkin hari ini bukanlah hari keberuntungan Sakura. Tiba-tiba hujan turun dengan derasnya membasahi semua yang Sakura pakai termasuk tasnya. Namun, Sakura tidak berniat sedikit pun untuk berteduh. Ia lebih memilih berjalan seperti sebelumnya. Mungkin, ia berpikir lebih baik begini daripada ia masuk sekolah besok. Hatinya sangatlah hancur sekarang, bagaimana tidak orang yang sangat dicintainya itu tidak mempercayainya.
.
.
.
Sasuke sudah berada di rumahnya, ia lebih memilih mendengarkan lagu dari BlackBerry-nya itu. Lagu yang ia dengarkan adalah lagu KAT-TUN – No More Pain. KAT-TUN, sebenarnya ia tidak menyukai boyband itu sejak awal. Namun, Sakura seenaknya saja menghapus seluruh daftar lagu kesukaannya dengan semua lagu KAT-TUN. Ya, Sakura adalah penggemar berat dari KAT-TUN. Saat Akanishi Jin keluar dari KAT-TUN, ia ingat betapa sedihnya Sakura karena idolanya yang sering ia puji-puji didepannya itu keluar dari KAT-TUN untuk belajar bahasa Inggris di Amerika. Lalu, saat Akanishi Jin kembali lagi Sakura langsung senyam-senyum kayak orang gila. Sungguh, saat itu Sasuke ingin sekali tertawa. Tapi ditahannya, karena Sasuke bakal dipukulin Sakura kalau itu sampai terjadi. Tapi saat Akanishi Jin kembali keluar permanen dari KAT-TUN dan memulai solonya, Sakura menangis sampai matanya sembab. Lalu, Sasuke merelakan pulsanya habis hanya untuk menenangkan Sakura. Karena tidak mungkin ia ke rumah Sakura malam-malam. Bayang-bayang Sakura yang tertawa, menangis, memohon, dan tersenyum itu terus berputar-putar di kepala Sasuke.
"Akh, kuso!" teriak Sasuke di dalam kamarnya melepas headsetnya dan mematikan lagu. Ia lalu berjalan ke arah jendela dan menyibakkan tirai. Hujan dan gelap. Seketika mata Sasuke melebar, ia tidak sadar telah meninggalkan Sakura di sekolah sendirian. Sasuke ingat, ia melihat Sakura susah sekali berdiri karena ketakutan. Ya, setiap Sasuke mendekati wajahnya kurang dari 10 cm Sakura pasti terjatuh ke bawah dan tidak bisa berdiri. Lalu, mana ini lagi hujan. Bagaimana ia pulang?, Apakah ia baik-baik saja?, Apakah ia masih ada di sekolah? Semua pertanyaan itu terus-menerus ia tanyakan dalam hati Sasuke. Akhirnya Sasuke berdiri dan mengambil hoodie-nya, jas hujan, payung dua dan keluar dari rumahnya. Ia mendengar ibunya memanggil ia dari kejauhan.
.
Sasuke POV
.
Sial! Gara-gara si rambut merah sialan itu, aku meninggalkan Sakura sendirian di sekolah. Aku sangat menyesal, harusnya aku tidak terbakar api cemburu! Akh! Sakura pasti marah padaku. Tapi itu tak apa, sekarang yang aku khawatirkan adalah bagaimana ia pulang, apakah ia sudah pulang, dan apakah ia baik-baik saja?. Aku berlari menembus hujan tak peduli apakah baju, sepatu, rambutku basah yang penting sekarang aku harus menyusul Sakura. Aku tersenyum melihat bangunan tinggi yang dindingnya berwarna biru tua dan biru muda itu, itu dia sekolah!
.
End of Sasuke POV
.
Sasuke mempercepat larinya. Berlari, berlari, ia terlihat terengah-engah saat sampai di depan pintu gerbang. Seorang satpam menghampirinya.
"Nak, ada apa malam-malam begini ke sini?" tanya Satpam itu heran.
"Ada yang ingin saya cari, pak" jawab Sasuke sambil mengatur nafasnya.
"Tapi, setiap jam 6 ke atas tidak diperkenankan seorang pun masuk ke sekolah."
"Tapi, pak... apakah bapak melihat seorang gadis berambut pink keluar dari sekolah ini?"
"Oh, gadis berambut pink itu? Dia sudah keluar tadi, tapi sepertinya ia kehujanan saat di jalan."
"Terima kasih pak." Sasuke berbalik dan berjalan. Dia terlihat menundukkan kepalanya. Di wajahnya, ia terlihat sangat mencemaskan pacarnya itu. Sekarang tinggal satu pertanyaan yang ada di kepalanya itu. Apakah Sakura baik-baik saja? Ia berniat menelpon Sakura tapi, handphone-nya tertinggal di kamarnya. Sekarang Sasuke benar-benar mengutuk dirinya, ia tidak bisa berpikir jernih kalau ada segala hal yang mengangkut tentang Sakura. Besok, ia akan meminta maaf pada Sakura. Secepatnya. Ya, itu janjinya pada dirinya sendiri.
.
.
.
TBC
Bagaimana? Bagus atau tidak? Hahaha :D sebenarnya ada beberapa hal yang kuubah, karena kalau tidak diubah bisa-bisa genre bukan Romance. Wkwkwk. Oke, mind to review?
R
E
V
I
E
W
?
