Lord of The Rings / The Hobbit

DISCLAIMER : ©JRR Tolkien

Genre : Family; Thranduil [The Elven King of Mirkwood] / Legolas

by Arashi Kachigawa

ERYN LASGALEN—

.

.


.

"Thranduil putra Oropher, Raja Peri Mirkwood, dinyatakan baru saja menjadi Adar, dengan lahirnya buah hatinya yang disambut hangat dari seluruh Penghuni Mirkwood di Middle Earth, Legolas; Greenleaf."

Himpunan Peri Silvan bergejolak bersamaan diiringi tepukan tangan meriah mereka; sudah berapa ratus tahun mereka menunggu-nunggu hadirnya Pangeran Mirkwood. Thranduil hanya bisa tersenyum memandangi air muka putra kesatrianya, yang tampak tertidur nyenyak di gendongannya, meski meninggalkan kepedihan di dalam hati Thranduil sejak ditinggal mati oleh istrinya.

"Legolas.." Thranduil tidak mampu mengucapkan apapun, yang ada hanyalah perasaan bahagia yang begitu meledak dan menari-nari dalam hatinya. Namun selaku sebagai Raja Mirkwood, ia harus berperilaku sebagaimana gelar Raja pada umumnya.

Jemari Thranduil diangkat; mengusap lembut pipi Legolas yang kemerahan, matanya termeram lembut, sesekali membuka iris birunya. Surai pirang keperakannya, sebagaimana identik dengan generasi sebelumnya, Thranduil dan Oropher. "Aku janji akan merawat Ion-nin, Legolas," Raja Peri Mirkwood itu tersenyum hangat; yang sangat jarang ditunjukkannya di depan umum—Hanya spesial untuk buah hatinya saja.

Ratusan tahun hanyalah sebuah kedipan mata bagi Peri. Namun hal itu sempat ditentang oleh Thranduil; ia ingin mengalami masa yang lebih panjang bahkan abadi jika bisa; dengan Legolas kecilnya, di dalam Taur-e-Ndaedelos yang damai sentosa. Kesehariannya mulai penuh warna sejak hadirnya Legolas kecil itu.

"Ada! Ada!" seru Legolas, dengan tangan mungilnya serta berpakaian baju hangat dengan perpaduan warna cokelat dan hijau, terlihat gembira mempermainkan surai panjang milik Raja Peri Mirkwood.

"Legolas-ku, aku mengalah," sahut Thranduil diiringi tawa kecilnya, menyerahkan mahkota Mirkwood pada Legolas kecil dan ia mendekapnya erat. "Ada, aku ingin rambut panjang seperti Ada!" pinta Legolas seraya menepuk-nepuk pundak Thranduil, mengernyitkan dahinya; menandakan ia sedikit iri pada Adar-nya.

Thranduil tertawa kecil lagi; berbeda dari sikap dinginnya yang memerintah serta mengatur hutan Mirkwood selama ini; hanya terhadap Legolas, ia bisa membuka topeng dan berperilaku sebagaimana ayah pada anaknya. "Kalau sudah besar, rambut Legolas akan memanjang seperti rambut milik Ada," Thranduil mengusap kepala Legolas lembut.

Setiap hari kejadian itu terus berulang, tanpa menyadari sudah berapa tahun berlalu, Thranduil masih berharap hal yang sama; Legolas tetap kecil, tidak tumbuh dewasa; hanya untuk menemani di sisi Thranduil yang selama ini kesepian sebelum hadirnya Legolas di hutan Mirkwood.

"Pergilah kalian. Berburulah orc-orc sampai habis betul," perintah Thranduil terhadap bawahannya di atas singgasana berkepala tanduk Aras. Tak lama kemudian suara derap kaki para prajurit Peri Silvan rendah terdengar, meninggalkan kerajaan Peri Mirkwood, tampak Legolas sedang mengintip di balik pilar kayu yang menjulang tinggi serupa dengan pilar lainnya, dan posisinya tepat di bawah singgasana raja Peri; berhadapan dengan puluhan anak tangga.

Thranduil tersenyum lembut begitu membuka matanya, menemukan Legolas kecil bersembunyi di sana. Lalu ia membentangkan kedua lengannya, "Sini, Ion-nin. Legolas-ku boleh duduk di singgasana raja Peri Mirkwood, karena engkau adalah Pangeran Mirkwood," ujarnya hangat.

Legolas tersenyum cerah dan berlari ke arah ayahnya, derap kakinya terdengar begitu antusias namun ringan; menapaki satu per satu anak tangga dengan begitu ringan seolah tanpa gaya gravitasi, menuju singgasana beralaskan tekstil merah. Dan dalam hitungan detik, ia sudah berada di atas pangkuan ayahnya.

"Ada apa, Ion-nin?" Thranduil bertanya demikian, menggusap kepala Legolas lembut. "Ada, Aku ingin ikut berburu dengan mereka juga!" pinta Legolas ke sekian, terdengar cukup ambisius dan maniknya terlihat berkilau-kilau. Alis Thranduil hanya bisa naik, sebagai reaksi terhadap perkataan Legolas-nya.

"Tetapi kau harus latihan dulu, Legolas-ku," sahut Thranduil. Ia menyadari, seiring waktu makin berjalan, Legolas makin tumbuh dan makin banyak yang harus ia gali di Middle Earth untuk menambah pengalaman dan ilmu pengetahuannya. Thranduil takut, suatu hari mungkin Legolas akan meninggalkan kerajaan Mirkwood, dan kembali menyambut kesepian pada Thranduil, duduk sendirian di singgasana.

Tetapi mana bisa ia tidak memenuhi permintaan anaknya? Legolas sempat terdiam sejenak; menandakan ia sedikit kecewa ataupun mengharapkan jawaban setuju Adar-nya. Thranduil lalu tersenyum lembut. "Aku akan mengajarkan kamu. Besok kita akan ke luar," tambah Thranduil.

Legolas tersenyum dan gembira, surai pirang keperakannya sepanjang bahu kini menari-nari, tangannya mencengkeram lembut jubah kelabu milik Raja Peri Mirkwood. "Terima kasih, Ada!"

Langkah kaki Elk terdengar ringan begitu disambut pepohonan raksasa yang menjulang tinggi hingga menutupi langit pagi dan dipenuhi lumut hijau, tersebar aura penuh misterius layaknya penuh sihir yang berbahaya sehingga tak ada yang berani mendekati Kerajaan Mirkwood; dikuasai oleh Thranduil putra Oropher.

Elk kesayangan Thranduil ditunggangi oleh pemiliknya dan anaknya, Legolas kecil. Di balik jubah hijau milik Pangeran Mirkwood, terdapat tempat anak panah dan busur yang diberikan oleh Adar-nya tadi malam. Legolas tampak tak sabaran dan ingin memulai petualangan barunya bersama ayahnya, memburu hewan liar yang ada. Thranduil berpikir kalau Legolas belum kuat atau belum saatnya untuk diajari seperti ini—namun sekali lagi, ada dia di samping Legolas. Sudah wajib ia melindungi Legolas, dengan segenap kemampuannya sebagai Raja Peri Mirkwood.

"Aku akan mengajarimu cara memanah. Jangan takut, kalau kau mengakui kau adalah Pangeran Mirkwood, dengan segala perilaku berwibawa yang harus kau tampilkan dan keterampilan serta pertahanan fisikmu," bisik Thranduil pada Legolas, mengajari cara memegang busur dengan menyatukan tangannya pada tangan Legolas. Lalu lengan Thranduil ditarik belakang bersamaan dengan lengan Legolas, meregangkan anak panah itu, kemudian panahnya berdesis begitu ditembak ke arah satu pohon di depan mereka.

"Mengerti? Seperti itulah tadi cara memanah," Thranduil melepaskan tangannya; menguji Legolas memanah sendiri tanpa bantuan ayahnya. "Tembaklah ke pohon-pohon terlebih dahulu. Kalau bisa—"

Spontan anak panah diluncurkan oleh Legolas terhadap satu kelinci di balik semak-semak yang jauh di sana bahkan sangat susah dilihat oleh mata Manusia ataupun ras lain; layaknya kamuflase yang bisa mengelabui musuh namun takkan mengalahkan mata Peri milik Legolas.

Thranduil hanya tercengang—ia menyadari, betapa hebatnya perilaku anaknya ini, sebagaimana dengan sifat turun temurun dari Thranduil putra Oropher, akan mewarisi takhta berikutnya. "Hebat, Legolas! Satu kelinci mati,"

"Ya, bagus! Bagus! Terus begitu!" Thranduil tertawa puas; berlari bersama Legolas di atas punggung Elk, derap kaki Elk yang gesit sekaligus berisik mengitari hutan Mirkwood tanpa memedulikan bertabrakan dengan pepohonan—jangan meremehkan kelincahan serta kemampuan Elk milik Thranduil. Legolas semakin pandai memanah dan sudah dua belas kelinci yang ia panahi; satu Great Spider mati; dan beberapa ikan yang berenang secara leluasa sekaligus lincah di sungai bahkan mati dipanahi.

"Legolas, kau akan menjadi pemanah terbaik di Middle Earth!" puji Thranduil, melambungkan rasa bangga terhadap putra tunggalnya. Legolas hanya tersenyum menyeringai begitu kepalanya diusap kembali oleh Adar-nya. "Lihat, Legolas, rambutmu panjang kian. Kamu semakin tumbuh. Aku tidak rela kalau Legolas kecil-ku sudah beranjak dewasa kelak," Thranduil mendekap erat Legolas.

Legolas kembali tertawa kecil, "Ada, rasanya baru sekedip mata begitu aku melihat pantulan diriku yang sudah besar ini di Forest River." Thranduil tersenyum tipis mendengar perkataan Legolas kecil-nya. Lebih tepatnya, Legolas dalam masa remaja.

Berpuluh tahun berlalu, ilmu pengetahuan serta keterampilan dalam menyerang dengan panah maupun pedang, yang dimiliki Legolas, semakin meluas dan hal itu sudah sangat memuaskan Thranduil, sehingga ia bisa melepaskan anaknya tanpa bimbingannya lagi. Masih dalam keadaan damai sentosa, berhari-hari ia melalui kehidupannya di kerajaan Mirkwood dengan Legolas, yang kini perlahan beranjak dewasa. Sesekali ia berjalan dengan Legolas di dalam hutan, memulai petualangan kecil seperti memburu hewan liar bahkan hanya berbincang-bincang saja, dan sudah tak terhitung berapa kali mereka berjalan bersama di dalam hutan Mirkwood.

Thranduil bangkit, telapak tangannya masih menempel erat dengan lengan singgasana, menanggapi perkataan Peri Silvan rendah, mencoba menyakini sekali lagi. "Legolas keluar lagi?" tanyanya.

"Ya, Aran-nin. Great Spider hampir tak bersisa; semuanya dibantai Legolas tadi," kata salah satu Peri Silvan, berlutut penuh hormat terhadap Thranduil. Ekspresi Thranduil terlihat sedih; ada saatnya kalau Legolas akan memulai petualangan tersendirinya di luar Mirkwood, bahkan di Middle Earth yang sangat luas. Thranduil tahu, Legolas sudah dewasa, dan ia harus keluar ke dunia yang lebih luas lagi, memperdalamkan ilmu pengetahuan seiring usianya bertambah—Thranduil tahu Legolas tidak peduli usianya berapa bahkan sudah berpuluh-puluh tahun, tetapi tetap saja Thranduil membutuhkan kehangatan dari yang dianggap nothrim olehnya.

Thranduil tahu Legolas akan mengajukan banyak pertanyaan mengenai ibunya, Ratu Kerajaan Mirkwood—istri Thranduil. Thranduil tahu bahwa Legolas akan baik-baik saja; tetapi pada akhirnya selaku ayah, ia bisa menjadi penuh khawatir bahkan sempat berpikir negatif jika para Peri Silvan rendah membawa kabar bahwa Legolas terluka ke pemilik singgasana.

"…Biarkan Legolas berbuat semaunya," ujar pelan Thranduil; menyembunyikan nada lirihnya, namun tetap tegas dan terlihat penuh berwibawa dan berkuasa di Kerajaan Mirkwood. Kaum Peri Silvan mengangguk lembut, mereka tahu apa yang dimaksud oleh Thranduil. Biarkan Pangeran Mirkwood berpetualang sendirian. Karena Thranduil pernah seperti Legolas—sewaktu Thranduil dalam pengawasan Oropher.

"Aku di sini, mengatur serta menguasai Eryn Lasgalen agar dapat hidup damai sentosa, Legolas di sana pula bertugas menghabiskan musuh-musuh yang akan datang ke Kerajaan ini." Thranduil kembali duduk di singgasananya.

Beratus tahun berlalu, sudah sangat lama mereka tak saling berjumpa; meski sesekali berjumpa di beberapa perang yang mengancam Kerajaan Mirkwood atau Kerajaan lainnya yang membutuhkan bantuan mereka sebagai dua orang paling gagah dalam pertempuran. Sepulangnya Thranduil ke dalam Kerajaan-nya, tetap saja ia merasakan kesepian. Kesepian telah melanda hatinya, sama seperti ketika ditinggal mati istri tercintanya, namun kali ini dua kali lipat; ditambah perginya Legolas.

Terkadang setiap hari Thranduil memandang pepohonan raksasa yang mengelilingi Kerajaan Mirkwood itu.. ia hanya bisa tersenyum perih, di sanalah terdapat banyak kenangan indah; petualangan kecil ayah-anak. Legolas yang suka menangkap ikan, diperbolehkan oleh ayahnya meskipun Thranduil tahu itu perilaku tak pantas dilakukan oleh pewaris takhta di Mirkwood, namun yang namanya kebahagiaan tidak bisa dibayar apapun, Thranduil membiarkan Legolas melakukan apapun yang ia sukai, selama Legolas bisa menyungging senyum lebarnya.

Bahkan, Legolas suka bergulingan di atas padang ilalang yang bermandikan cahaya matahari hangat, bersamaan dengan Thranduil, terkadang mereka suka bertanding lari, dan saling menangkap dengan gesitnya berkat langkah Peri yang terlalu ringan. Dan, ya, ini adalah rahasia mereka berdua, Thranduil pernah memanjat pohon tua bercabang banyak dahan serta akar, bersama dengan Legolas, dan menikmati pemandangan hutan yang dikuasai secara penuh oleh mereka, tertidur lelap di atas dahan yang membentuk alas duduk kokoh yang bahkan mampu menopang mereka berdua, menemani Legolas membaca buku tentang sejarah Middle Earth.

Apa lagi? Kenangan begitu banyak, yang mereka lewati selama puluhan tahun sebelum Legolas beranjak dewasa dan mulai bersikap sendiri dan lepas dari ayahnya. Sangat banyak. Thranduil ingat, ia pernah membawa Legolas ke Rivendell, bertemu dengan Elrond. Di sanalah Legolas mulai akrab dengan Aragorn atau Estel, dan bahkan ke depannya Thranduil mengetahui bahwa Legolas dapat menangkap Gollum berkat bantuan Aragorn.

Terkadang Thranduil menikmati derum air terjun yang begitu merdu di Rivendell, memangku Legolas di atas paha yang berselimutkan jubah kelabu, ditemani Elrond dan dua putranya sebelum Aragorn lahir di Dunia Tengah. Kadang-kadang Thranduil dan Elrond suka bertaruh mana yang lebih pandai, Legolas atau Aragorn. Lagi, Thranduil mengingat, Legolas pernah bermain dengan putra kandung Elrond, Elladan dan Elrohir. Mereka berdua saling mengajari bahkan bertanding memanah dengan busur Kerajaan masing-masing, Mirkwood dan Rivendell.

Thranduil membungkuk rendah, kedipan mata cukup untuknya, menunggu ratusan tahun memang mudah, namun untuk menunggu Legolas, tidaklah mudah. Ia hanya bisa mengisi kesehariannya yang kosong tanpa Legolas dengan aktivitasi yang membosankan.

Semuanya telah berakhir dengan bahagia. Perang besar pun berakhir sukses, Thranduil masih menunggu dan menunggu Legolas, untuk kembali memulai petualangan berdua, Legolas dewasa, bukan Legolas kecil lagi. Dipejamkannya matanya, menelengkan kepalanya, mengepalkan tangan di atas lengan singgasana, hingga mendapatkan sebuah ajakan yang membuatnya kembali melambungkan rasa senang hati dan menghapus kesepian dalam hatinya sejenak.

"Ada, Aku ingin berpetualang lagi dengan Ada." Legolas berlutut penuh hormat di depan Thranduil.

Thranduil membuka matanya lebar, dan kembali bangkit dari singgasana. Ia mengulurkan tangannya pada Legolas. "Sudah kubilang, kau tak perlu berlutut seperti itu, Pangeran Mirkwood. Kapanpun kau bisa duduk di singgasana sesukamu. Bahkan mungkin aku mewariskan takhta ini padamu jika kau berkenan," ujarnya tegas.

Legolas tersenyum menyeringai. "Semuanya berakhir damai. Apa jawaban Ada terhadap ajakan istimewa-ku satu ini?" balasnya, sembari bangkit dan saling kontak mata dengan Adar-nya.

Thranduil tersenyum lembut. "Kenapa tidak?"

Langkah kaki yang sudah lama tidak terdengar; yang biasa mengitari isi hutan beberapa ratus tahun lalu, disambut penuh hormat oleh pepohonan raksasa terhadap dua penguasa Mirkwood; kicauan burung yang merdu; suara sungai mengalir dengan damai, kembali meramaikan hati hutan yang selama ini merasa kosong tanpa adanya mereka selama ratusan tahun.

"Legolas, rambutmu sudah memanjang, hampir menyerupai rambut Ada." Thranduil tertawa kecil, mengingat kembali masa lalu ketika Legolas sempat ingin rambutnya seperti Adar-nya.

"Aku menyukai rambutku yang sekarang. Rambut Peri memang menakjubkan, namun rambut pirang keperakan lebih istimewa lagi, dan aku merasa beruntung," balas Legolas, ikutan tertawa kecil.

"Hutan ini sangat tua dan sangat banyak kenangan, begitu kembali ke hutan ini bersama Ada, aku merasa kembali muda lagi," ujar Legolas mengulangi ucapannya ketika ia bersama Gimli dan Aragorn.

Thranduil tersenyum tipis. "Aku pun merasakan demikian, Legolas kecil-ku." Ia menunggangi Elk namun tak bersama Legolas; melainkan Legolas berjalan kaki di sampingnya. "Apa kau tidak ingin naik Elk lagi?"

"Tidak." Legolas tersenyum. "Aku tidak ingin dipanggil Legolas kecil lagi. Aku merasa kasihan dengan Elk-nya."

Thranduil tertawa. "Kalau begitu kita mau bertanding memanah lagi? Sesuai keinginanmu, kita ingin melakukan petualangan di antara kita lagi? Lihat, Great Spider kembali bereinkarnasi dan kita harus memburunya. Kau tidak ingin Kerajaan Mirkwood, tempat lahirmu, terancam bahaya?"

"Aku tidak ingin kita sekedar memulai petualangan kecil-kecilan saja. Aku ingin memulai petualangan yang sebenarnya; sebelum aku pergi lagi dengan Gimli, sahabat karibku," pinta balik Legolas. "Mengelilingi beberapa wilayah Middle Earth, sebelum aku menyebrangi samudera luas bersama Gimli."

Thranduil tersenyum. Yang penting ia bisa melihat senyum Legolas merekah kembali. Dan, hal yang sudah lama diimpikannya, bisa berpetualang kembali dengan Legolas dalam wujud dewasa. Ia pun mengutarakan persetujuannya yang akan mewujudkan harapannya.

"Baiklah, Legolas-ku."

Methed

.

.


A/N : ..Thranduil dan Legolas dalam genre Family kok sedikit yah.. Tapi bagaimanapun ide yang terlintas untuk bikin mereka dalam genre Family, hanyalah ini yang terpikirkan, endingnya juga. Saya stuck banget di bagian ide… Dan diksi saya tidak begitu bagus tentang penggambaran pemandangan alam. Tapi bagaimanapun.. Thranduil dan Legolas tetaplah ayah-anak yang terlalu fabulous untuk dibikin Fic-nya! #plak#