GARA-GARA CINCIN

Disclaimer : Naruto © Masashi Kishimoto

Rated : T

Pairing : Hinata Hyuuga & Naruto Uzumaki [slight NejiTenten]

Warning : AU(mungkin), GaJe. Maaf kalo mainstream.

Summary : Cincin itu yang mempertemukan mereka. Cincin itu yang terpaksa membuat mereka terus bersama. Dan akhirnya cincin itu yang menyatukan mereka. Hinata, gadis sederhana yang bertemu pasangan seumur hidupnya dengan cara yang tidak biasa. From ring become love. Summary mungkin agak mirip seperti cerita, jadi baca saja ^^

Pagi yang cerah. Semua orang mulai bangun dan bersiap untuk melakukan aktivitasnya masing-masing. Begitu pula dengan Hyuuga manis dengan mata lavender, Hinata Hyuuga. Senyum sudah tercetak jelas di wajahnya karena hari ini dia akan bertemu dengan orang yang dia sukai sejak SMA, laki-laki yang mempunyai tanda lahir segitiga berwarna merah di kedua pipinya, Kiba Inuzuka.

"Hahh, senangnya.. Hari ini aku akan bertemu dengan Kiba-kun. Kami-sama bantulah aku untuk melancarkan segala sesuatu di hari ini dan cepat sembuhkanlah Neji nii-san juga. Aku ingin segera bercanda dengan dia lagi."

Yah, begitulah Hinata. Semenjak saudaranya, Neji di rawat di rumah sakit karena mengidap penyakit jantung dan harus dioperasi, gadis bermata lavender ini semakin sering berdoa untuk melancarkan segala urusannya, termasuk mendoakan Neji dan tidak lupa menjenguknya. Hari ini dia harus menjenguk Neji di rumah sakit dan setelah itu dia akan menemui Kiba, pujaan hatinya.

-Sesampainya di rumah sakit-

"Neji nii-san… Ohayou!"Panggil Hinata. "Ohayou, langsung masuk saja Hinata.." Jawab Neji dari dalam. "Neji nii-san, bagaimana keadaanmu? baik-baik saja kan? Aku bawakan makanan kesukaanmu, dimakan ya!" Ucap Hinata dengan wajah yang terlihat sangat senang. "Ah, Hinata.. Sepertinya kau terlihat senang sekali. Ada apa?" Tanya Neji heran.

"Hihi, tidak ada apa-apa kok. Oh iya gomenna Neji nii-san siang ini aku tidak bisa menunggui Neji nii-san, karena aku harus pergi menemui seseorang. Aku akan menelpon dan meminta tolong pada Tenten-san untuk menunggui Neji nii-san."

"Iya, lagi pula aku juga tidak memintamu untuk menungguiku seharian kan? Ngomong-ngomong seseorang itu siapa? Oh, jangan-jangan seseorang itu kekasihmu ya? Berarti selama ini kamu sudah punya kekasih dong.. Haha.." . 'Hah? Kenapa Neji nii-san berkata seperti itu? Apa dia senang kalau aku punya kekasih?' Batin Hinata.

"Emm.. Memangnya kenapa Neji nii-san?"

"Oh. Tidak apa-apa sih, karena kalau misalnya aku sudah tidak ada, kau sudah mempunyai laki-laki yang bisa menjaga dirimu. Ya syukurlah kalau kau sudah mempunyai kekasih. Tapi, orangnya baik kan?"

"Ihh, Neji nii-san… Aku ingin kau cepat sembuh dan bersamaku lagi, itu saja. Aku tidak pernah berpikir sampai sejauh itu." Kata Hinata. "Haha, ya berdoalah semoga aku cepat sembuh."

"Siap Neji nii-san. Oh iya aku harus pergi sekarang, Tenten-san juga sedang dalam perjalanan kesini. Ya sudah ya Neji nii-san."

Akhirnya Hinata pergi meninggalkan rumah sakit dan tidak sabar akan bertemu dengan Kiba. Ternyata, tanpa diduga ketika sedang berjalan melewati taman Hinata bertabrakan dengan laki-laki hingga terjatuh dan kakinya luka. Laki-laki itu berambut kuning jabrik dan bermata biru sapphire. Walaupun dia hanya memakai kaos dan celana jeans tapi dia terlihat tampan. Hinata tidak tau siapa laki-laki itu, yang jelas dia harus bertanggung jawab atas kejadian ini.

"Maaf nona.. Saya tidak sengaja karena saya sedang terburu-buru, permisi." Ujar lelaki itu sambil membantu Hinata bangun dan langsung pergi.

"Hei, tunggu! Bagaimana denganku? Aaauu.. Ittai." Kata Hinata sambil menahan rasa sakit di kakinya itu.

Namun kemalangan menimpa Hinata kali ini. Laki-laki itu tidak mendengar Hinata. Untunglah Hinata bukan tipe orang yang pemarah atau pendendam. Biasanya dia hanya menahan amarahnya sendiri.

Dan akhirnya sampai juga di café yang Kiba maksud. Dan ternyata Kiba sudah menunggu Hinata.

"Kiba-kun sudah lama menunggu ya? Gomen Kiba-kun."

"Tidak perlu minta maaf Hinata, aku juga baru datang kok. Oh iya, waktu itu kan aku janji mentraktirmu makanan kesukaanmu, Tiramisu Pudding. Nah sekarang ini dimakan ya!" Ucap Kiba sembari tersenyum.

Hinata yang mukanya sudah memerah itu mencoba untuk mempertahankan dirinya agar tidak pingsan karena melihat Kiba tersenyum. Dan Hinata pun memakan puddingnya. Tiba-tiba handphone Kiba berbunyi dan meminta ijin pada Hinata untuk pergi duluan karena ada urusan. Hinata pun menyetujui dan tidak lupa berterimakasih pada Kiba. Hinata sudah tidak sabar ingin segera menyantap pudding tersebut. Dan di tengah acara makan pudding, Hinata merasakan suatu benda padat berbentuk lingkaran di dalam mulutnya, dan lebih tepatnya menyerupai sebuah cincin. Saat Hinata mengeluarkannya dan benar, itu sebuah cincin.

'Hah, sebuah cincin.. Dari Kiba-kun untuk aku? A-apakah ini artinyaa…? Waaa… Arigatou Kami-sama.'

Alangkah gembiranya Hinata saat mengetahui kalau di dalam pudding itu ada cincin. Tetapi, Hinata lalu dikagetkan oleh seorang laki-laki berambut kuning jabrik dan bermata biru. Ya benar. Laki-laki itu persis yang menabrak Hinata hingga jatuh di taman tadi.

"Loh.. KAMU?" Tanya keduanya serentak. "Eh, maaf aku mau mengambil cincin itu, itu punyaku." Kata laki-laki itu. "Ma-maaf anda siapa ya? Tapi ini punyaku, ini dari orang yang penting." Balas Hinata.

"Tapi tadi itu puddingnya tertukar, jadi itu punyaku."

-FLASHBACK ON-

"Pelayan, tolong cincin ini dimasukkan ke pudding yang tadi aku pesan ya, aku akan melamar kekasihku." Naruto menjelaskan rencananya kepada seorang pelayan café tersebut supaya rencananya lancar. "Baik tuan." Jawab pelayan.

"Ah, Sakura-chan.. aku punya kejutan untukmu, tapi kau harus sabar dulu" goda Naruto pada Sakura, pacarnya. "Kejutan apa Naruto?" Tanya Sakura penasaran.

"Rahasia dong, kau harus sabar dulu." Lagi-lagi Naruto menggoda Sakura. "Baiklah, kalau memang harus begitu." Sakura hanya bisa sabar menghadapi tingkah kekasihnya itu.

-FLASHBACK OFF-

Karena Hinata tidak mau banyak berdebat, Hinata segera lari dengan membawa cincin itu karena menurut Hinata itu memang miliknya. Laki-laki yang diketahui namanya Naruto itu tidak mau kehilangan cincinnya dan segera menyusul Hinata. Tapi karena Naruto kehilangan jejak Hinata akhirnya Naruto kembali dengan tangan hampa.

"Ada apa Naruto? Kenapa tiba-tiba kau berlari keluar, tadi hampir saja aku ingin mengikutimu." Tanya Sakura. "Eh, gomen, tidak ada apa-apa, semua baik-baik saja."

Ketika dalam perjalanan pulang, handphone Hinata berbunyi dan ternyata itu telepon dari rumah sakit tempat Neji dirawat.

"Halo, apa benar ini Hinata Hyuuga?" Sapa seseorang di dalam telepon. "Iya benar. Ini siapa ya?"

"Ini dari rumah sakit, pasien Neji Hyuuga memintaku untuk menelpon anda. Katanya dia ingin bertemu anda sekarang juga."Penjelasannya. "Oh iya, aku segera kesana."

Hinata pun bergegas menuju rumah sakit. Sesampainya di sana, Hinata tidak sengaja mendengar percakapan Neji dengan Tenten, pacar Neji. 'Wah wah wah.. Ada yang sedang bermesraan nih, hihi.' Batin Hinata.

"Tenten.." Panggil Neji. "Iya, Neji-kun ada apa? Apa kau membutuhkan sesuatu? Biar aku ambilkan." Balas Tenten bersemangat.

"Tidak, aku hanya ingin menanyakan beberapa hal kepadamu." Jawab Neji singkat. "Baiklah, tanyakan saja. Aku akan menjawab semua pertanyaanmu sampai selesai." Ucap Tenten.

"Yang pertama, apakah kau masih mau berpacaran denganku?" Tanya Neji. "Apa yang kau bicarakan Neji-kun? Tentu saja iya. Mengapa kau bertanya seperti itu?"

"Tidak, aku hanya takut, aku akan kehilanganmu. Dengan kondisiku yang seperti ini, aku tidak bisa membahagiakanmu. Aku tidak bisa mengajakmu jalan-jalan, aku tidak bisa mengantarmu kemana-mana, aku tidak bisa melakukan apa yang laki-laki lain lakukan pada kekasihnya, bahkan aku tidak ada disaat kau membutuhkanku. Apa laki-laki sepertiku masih pantas bersanding dengan perempuan manis sepertimu. Aku rasa aku sudah-"

Belum sempat Neji menyelesaikan pembicaraannya, Tenten sudah membungkam mulut Neji lalu melepaskan tangannya kembali. Tanpa disangka air mata Tenten terlihat jelas mengalir di pipinya.

"Kau sangat berarti bagiku. Kau tak mungkin kehilanganku karena aku juga tak ingin kehilanganmu. Kau segalanya bagiku. Walaupun kondisimu seperti ini, aku akan selalu sayang padamu." Ucap Tenten sembari menitikkan air matanya.

"Hei, tak perlu menangis seperti itu. Dengar, aku tak ingin melihat air mata itu mengalir di pipi kekasihku. Aku juga sayang padamu, tapi.. yang kedua, jika operasinya tidak berhasil dan aku meninggal, apa kau masih sayang padaku?"

"Sudah, kau tak usah membicarakan hal seperti itu.. Operasinya pasti berhasil, dan kau harus sembuh, dan kau akan berada di sisiku lagi, dan kita akan bertunangan, dan mungkin kita akan menikah nantinya. Aku tak ingin kehilanganmu, kau harus berjanji kita akan bersama selamanya. Aku sangat mencintaimu."

Ini bagian yang Neji suka, Tenten menangis sambil memeluk dirinya lalu menggenggam erat tangannya. *Hei tunggu dulu, 'bagian yang Neji suka' ?*. Ya, sebenarnya tadinya Neji hanya ingin menggoda Tenten, tapi akhirnya malah jadi seperti ini.

"Aku juga mencintaimu. Sudah, tak usah menangis lagi, itu baru dua pertanyaan. Ini pertanyaanku yang terakhir." Ucap Neji menenangkan Tenten lalu menanyainya kembali. "Apa?" Tanya Tenten yang masih berusaha menghapus air matanya. "Aku rasa Hinata sudah memiliki kekasih. Bagaimana menurutmu?" *Lupakan saja.. Bagian apa ini..*

Hinata yang mendengar pertanyaan itu langsung segera masuk untuk mengalihkan pembicaraan tersebut.

"Hallo minna.. aku datang.. Kenapa kau menelponku Neji nii-san? Kau membutuhkan sesuatu?" Ucap Hinata guna mencairkan suasana sekaligus mengalihkan pembicaraan. "Tenten-san, sepertinya kau habis menangis. Apa yang dilakukan Neji nii-san hingga membuatmu menangis, bicaralah kepadaku." Sambung Hinata lagi.

Tenten segera melepas genggamannya pada tangan Neji dan mengelap air matanya.

"Hinata, kau ini baru masuk sudah menuduhku yang tidak-tidak." Kata Neji memberontak. "Haha, gomen gomen." Ucap Hinata singkat

"Aku tak apa tenang saja.. Ya sudah karena Hinata-chan sudah ada di sini jadi aku pulang dulu yaa.." Kata Tenten sambil mengambil tasnya lalu mengecup dahi Neji dan keluar dari ruangan tersebut.

Setelah Tenten pulang, Neji tidak sengaja melihat sebuah cincin yang melingkar di jari manis Hinata.

"Hinata, itu cincin dari kekasihmu ya? Hayo ngaku!"

Karena wajah Hinata sudah memerah, dia tidak tau lagi harus menjawab apa, dan tanpa sengaja dia hanya tersenyum. Dan itu dianggap Neji sebagai jawaban 'Iya'. Neji hanya tersenyum melihat tingkah saudaranya itu.

"Sudah malam Hinata, kau pulang saja dulu."

"Mengapa kau memintaku kesini hanya untuk menyuruhku pulang, Neji nii-san?" Ucap Hinata dengan nada sedikit sebal.

"Bukan begitu maksudku. Aku merasa kasihan pada Tenten. Dia menungguiku dari siang sampai malam begini. Maka dari itu, aku menyuruhmu kesini supaya dia pulang, kalau aku menyuruhnya pulang nanti dia akan berpikiran 'Apa Neji-kun mengusirku? Apa dia sudah tidak sayang padaku?' Nanti kalau dia sedih, lalu muncul rasa benci padaku, dan memutuskanku bagaimana? Kau mau tanggung jawab?" Ucap Neji panjang lebar.

"Hahaha nii-san, kau sudah seperti Omoi-san saja, bukankah itu malah merupakan tanda sayangmu. Mungkin dia akan lebih sayang padamu dan tidak mau berpaling darimu."

"Apa sih Hinata, kau hanya mencoba menghiburku kan? Sudah, sana pulang cepat!"

"Haaa… Neji nii-san mengusirku haaa… Oke bercanda, baiklah, Neji nii-san juga harus istirahat, supaya cepat sembuh, oke! Ya sudah, aku pulang dulu ya, Jaa!.

Sesampainya di rumah, Hinata terus memegangi dan memperhatikan cincin yang baru didapatkannya tadi. Dia terus memikirkannya hingga tak bisa tidur. Hingga handphone Hinata berbunyi yang menandakan ada pesan masuk.

' From : Kiba

Selamat tidur Hime. Mimpi indah yaa! :* '

Blush! Wajah Hinata langsung memerah seketika. Pesan tersebut dari Kiba. Dan Kiba memanggil Hinata dengan sebutan Hime.

"Waah ternyata Kiba-kun.. Ka-kau romantis juga ya.."

Keesokan harinya. Pagi yang sejuk dan sangat segar. Udara terasa sangat bersahabat pagi itu. Pagi yang cerah itu digunakan Hinata untuk menyiram bunga-bunga kesayangannya. Tiba-tiba sebuah mobil sport berwarna hitam berhenti di depan rumahnya. Hinata segera bergegas ke luar untuk mengetahui siapa yang mengunjunginya pagi-pagi begini. Hinata sangat terkejut ketika diketahui yang mengendarai mobil tersebut adalah pemuda berambut kuning jabrik dan bermata biru, yang kemarin ingin merebut cincinnya.

"Hei, kau lagi.. Ada apalagi? Masih berusaha mengambil cincin ini? Ini punyaku." Kata Hinata sambil menunjukkan cincinnya.

"Hinata Hyuuga kan? Perkenalkan, namaku Naruto. Tepatnya Naruto Uzumaki."

"Siapa peduli dengan namamu, lagipula dari mana kau tau rumahku dan namaku? " Ucap Hinata. "Aku tau dari Kiba." Jawab Naruto singkat.

"D-darimana kau kenal dengan dia?" Tanya Hinata.

"Dia itu teman SMA-ku."

'Teman SMA dia bilang? Kiba itu juga teman SMA ku. Atau dia satu sekolah denganku juga ya? Tapi, kenapa aku tidak ingat sama sekali dengan dia. Namanya saja aku tidak ingat.' Batin Hinata.

"A-apa kau dari Konoha High School?" Tanya Hinata. "Iya. Bagaimana kau bisa tau?" Tanya Naruto balik. "Aku juga sekolah di sana, baka!" Omel Hinata. "Hei, baka baka, aku juga tidak tau kalau kau dari sana juga tau! Ngomong-ngomong kenapa aku tidak ingat kau ya? Dari kelas mana?" Sepertinya Naruto orang yang kepo sekali. "Kelas XII-1."

"Oo aku ingat kau itu Hyuuga yang pemalu itu kan? Ya ya, aku ingat. Seingatku kau berbakat juga kan? Hmm.. Juara olimpiade matematika Konoha, juara lomba sains se-Konoha, dan siswa terpandai di sekolah setelah Shikamaru. Ya kan?" Tanya Naruto.

"Hn. A-aku juga mulai mengingatnya, k-kau Naruto Uzumaki yang dikagumi banyak perempuan di sekolah. Dan kau masih berusaha untuk lebih populer supaya lebih banyak perempuan yang mengagumimu, lebih tepatnya mungkin kau berusaha mengalahkan kepopuleran Sasuke yang diatas rata-rata itu kan." Jelas Hinata yang mencoba mengingat Naruto kembali.

"Haha, kau mengingatku dengan baik. Apa mungkin kau juga salah satu dari perempuan yang mengagumiku?" Tanya Naruto lagi tetapi sambil bercanda.

"Tidak mungkinlah. Ngomong-ngomong mau apa kau kesini?" Tanya Hinata. "Mengambil cincinku lah, apalagi?" Balas Naruto.

"Punya hak apa kau, sembarangan mengambil cincin orang. Kalau tak percaya ayo kita buktikan."

"Baiklah, siapa takut." Jawab Naruto jelas.

Akhirnya mereka pun membuktikan bersama-sama kepada Kiba.

"Jadi, cincin itu memang milik Naruto. Dia sendiri yang cerita denganku bahwa dia akan melamar kekasihnya dengan cincin itu. Katanya sih cincin itu turun temurun dari kakeknya, tapi ga tau juga sih." Jelas Kiba. Tiba-tiba handphone Kiba berbunyi gara-gara ada pesan masuk.

"Haah, Hinata-chan maaf aku pergi duluan ya.. Aku ada janji dengan kekasihku. Oh iya, kau belum tau ya? Sekarang aku punya pacar namanya Hana, lain kali pasti aku akan mengenalkannya padamu. Dan aku minta maaf sekali lagi, waktu itu aku salah kirim sms, harusnya aku akan mengirim itu ke Hana-chan tapi malah salah kirim ke kontakmu, maaf ya. Kalau begitu aku pergi dulu ya, jaa!" Kata Kiba yang langsung pergi dari tempat itu.

Betapa hancurnya hati Hinata manakala mengetahui bahwa Kiba, pujaan hatinya sudah mempunyai pacar. Naruto yang sedari tadi melihat Hinata sedang bercakap-cakap dengan Kiba hanya melihat dari kejauhan. Hinata pun segera berlari meninggalkan tempat itu dan Naruto pun mengikutinya. Tetapi lagi-lagi Naruto kalah cepat dengan Hinata dan kembali kehilangan jejak Hinata. Setelah mencari-cari akhirnya Naruto menemukan Hinata sedang duduk di ayunan di sebuah taman bermain yang sudah sepi karena sudah sore dan tidak ada lagi anak-anak bermain.

"Hyuuga-san…"

"…" Tidak ada jawaban apapun dari Hinata.

"Hyu.." "Bisakah kau memanggilku Hinata saja?" Ucap Hinata yang masih menangis dan sekaligus memotong panggilan Naruto.

"EEH? Semudah itukah? Ehm, baiklah. Hyu.. Eh Hinata, aku mengerti apa yang kau rasakan. Aku juga pernah mengalaminya Hinata, jadi hentikan tangisanmu itu, aku paling tidak kuat melihat perempuan menangis."

"…" Lagi-lagi tidak ada jawaban dari Hinata.

"Hei, dengar.. Hentikanlah tangisanmu itu, tangisanmu tidak ada gunanya. Apa jika kau menangis seperti itu Kiba akan jatuh cinta padamu dan tiba-tiba memutuskan pacarnya? Tidak kan. Ayolah Hinata, belajarlah jadi wanita yang tegar dan kuat, jangan biarkan sakit hatimu membuatmu terpuruk seperti ini. Masih ada hari esok Hinata, siapa tahu kau bisa menemukan yang lebih baik dari Kiba."

"A-aku tak mengerti dengan p-perasaan ini. Dari dulu sampai sekarang kurasa aku menyukai Kiba-kun, t-tapi bahkan sekarang saja aku sampai tidak tau kalau dia sudah punya pacar. A-aku… a-aku.."

Karena sudah tak kuat menghadapi kejadian Kiba tadi, Hinata langsung pingsan. Untungnya, di sebelahnya ada Naruto, lalu Naruto langsung membawanya ke rumah sakit terdekat, dan yang paling dekat itu adalah RS Konoha, tempat Neji di rawat juga.

"Bagaimana keadaan Hinata, dokter Ino?" Tanya Naruto kepada dokter perempuan berambut pirang panjang yang diketahui bernama Ino itu.

"Dia baik-baik saja. Mungkin dia hanya kelelahan dan banyak pikiran. Dan darimana kau tau namaku?" Tanya dokter cantik itu. "Anda memakai name tag di baju anda. Dr. Ino Yamanaka." Ucap Naruto sambil membaca name tag Ino sekali lagi.

"Oh iya, hehehe. Ngomong-ngomong Hinata itu saudaranya Neji-san, kan?" Tanya Ino memastikan. "Neji itu siapa?" Tanya Naruto.

"Dia pasienku di rumah sakit ini juga. Sebenarnya aku ahli penyakit dalam, tapi karena dokter jaga sedang sibuk, ya aku yang menggantikan." Jelas Ino. "Ya sudah aku pergi dulu, kau bisa menunggunya di dalam dan tunggu sampai dia siuman." Ucap Ino lalu pergi.

Rencananya, setelah mendapat telpon untuk menggantikan dokter jaga yang tengah sibuk, dokter Ino akan segera ke kamar Neji untuk mengecek kondisinya.

"Konbanwa, Neji-san. Bagaimana keadaannya?" Sapa dokter Ino ramah.

"Eh, dokter Ino, masih seperti biasanya."

Dokter muda itu lalu memeriksa Neji dengan hati-hati. Setelah selesai, Ino pun bercerita pada Neji soal pertemuannya dengan Naruto.

"Neji-san, aku punya kabar buruk dan kabar baik untukmu, kau mau pilih yang mana dulu?" Tanya Ino.

"Bagaimana kalau kabar buruk?" Kata Neji. "Baiklah, kabar buruk. Hinata pingsan dan masuk UGD rumah sakit ini. Sepertinya dia hanya kelelahan dan banyak pikiran." Ucap Ino.

"Hah, bagaimana bisa? K-kabar baik?" Tanya Neji cemas. "Menurutku ini bisa dibilang kabar baik. Hinata dibawa kesini oleh seorang laki-laki. Tampan sih, rambutnya berwarna kuning, cukup keren, dan kurasa dia kekasih Hinata." Jelas Ino.

Kabar barusan membuat Neji kaget, sehingga hampir membahayakan kondisi jantungnya. Untung masih ada dokter Ino disitu.

-Di Lain Tempat-

"Ehh.. D-dimana aku?"

"Hoi, Hinata. Kau sudah sadar? Tadi kau pingsan, jadi kubawa ke rumah sakit." Tanya Naruto

'Eh? Ini kan rumah sakit tempat Neji nii-san di rawat. Oh tidak, apalagi ada Naruto di sini, bagaimana ini?' Batin Hinata.

"S-siapa dokter yang tadi memeriksaku?"

"Siapa ya namanya? Emmm… Oh iya aku ingat namanya Dr. Ino Yamanaka." Jawab Naruto.

Setelah mendengar kalimat itu rasanya Hinata ingin pingsan lagi tetapi tidak jadi karena Hinata dapat menahannya. Hinata langsung keluar dari UGD dan langsung menuju kamar Neji. Naruto pun ikut menyusulnya karena takut akan terjadi apa-apa dengan Hinata. Tinggal 5 meter lagi ke kamar Neji, Hinata berhenti dan melihat dokter Ino keluar dari kamar Neji.

"Oh, t-tidak. Gawat." Gumam Hinata. "Kenapa? Ada sesuatu?" Tanya Naruto heran.

"Sebenarnya aku tidak mau melakukan ini, tapi mau bagaimana lagi. Kau mau membantuku kan?" Ucap Hinata pada Naruto.

"Ya okelah."

TBC

Review please?