Become Crazier
- アイシヽルド 21 -
Eyeshield 21 ㊒ Riichiro Inagaki & Yuusuka Murata
Become Crazier ㊒ me a.k.a 'Aka' no 'Shika'
- アイシヽルド 21 -
Genre (s) : Drama/Friendship –dapat berubah sesuai cerita-
Rated : T –dapat berubah menjadi M sewaktu-waktu-
Main Chara (s) : Kotaro Sasaki & Hayato Akaba –for this chapter-
Warning : Dengan segala keGAJEan saya menyatakan bahwa chara-chara di fict ini akan saya OOC-kan sedikit banyak dan saya akan menambahkan beberapa OC –jika memungkinkan-. Setiap chapter tidak ada hubungannya. Don't like, don't read! Kegajean kita tanggung bersama.
- アイシヽルド 21 –
Summary : I can become crazier because you!
- アイシヽルド 21 –
Chapter 1 : That Crazy Red Eyes
- アイシヽルド 21 -
Hari ini, tepat satu tahun Kotaro berada di SMU Bando. Dan tepat satu tahun juga, ia mengenal seorang pria bernama Hayato Akaba. Yang menjadi teman setimnya di Tim American Football di SMU tersebut. Dan kini, entah untuk keberapa kalinya ia mendengar ocehan Akaba selama latihan.
"Payah! Tendanganmu masih belum ada apa-apanya, Kotaro!" ucap si mata merah, Hayato Akaba. Kotaro yang mendengar hanya bersungut sambil menyisir rambutnya yang sebenarnya sudah rapi.
"Ck! Kau ini, bisanya cuma protes! Kalau kau bisa menendang lebih jauh dari pada aku, akan kuanggap kau sebagai penendang terkuat se-Tokyo!" ancam Kotaro sambil mengacungkan sisirnya tepat di depan mata merah Akaba.
Sambil memetik senar gitar ia berkata, "maaf saja. Bukannya aku menolak. Hanya saja, aku bukan kicker. Jadi aku tak peduli dengan gelar begituan." Jawab Akaba tenang dengan diiringi alunan musik dari gitar merahnya.
"Te-teme!" sudah habis kesabaran Kotaro. Ia bermaksud untuk menampar wajah charm Akaba. Namun gerakannya dihentikan oleh Julie. Julie memandang mereka berdua secara bergantian.
"Kotaro! Akaba! Ada apa lagi ini?" tanya Julie setelah melepaskan cengkraman tangannya dari tangan penendang berambut ungun tersebut.
"Dia mulai duluan, Julie-chan!" jawab Kotaro marah sambil mengacungkan sisirnya tepat di depan hidung Akaba. Akaba hanya memejamkan matanya.
"Memangnya Akaba ngapain kamu, sih?" tanya Julie yang sebenarnya sudah bosan dengan perkelahian yang tiap saat pasti terjadi jika Kotaro dan Akaba berada di tempat yang sama.
"Dia mengatakan kalau tendanganku ini payah! Aku tak terima itu!" jawab Kotaro dengan semangat menggebu sambil memencet-mencet ujung hidung Akaba dengan sisir tadi. Akaba berusaha mengelak dengan tenang.
"Huh! Begitu saja marah?" tanya Julie. Lalu ia meninggalkan Kotaro dan Akaba berdua dalam diam.
- アイシヽルド 21 -
Lama mereka saling terdiam. Kotaro hanya menendang bola terus menerus, sedang Akaba hanya memainkan gitarnya. Matanya menatap Kotaro serius. Namun yang diperhatikan tak peduli sama sekali.
"Hey, childish!" panggil Akaba bermaksud memanggil Kotaro.
Kotaro tetap tak peduli. Ia masih marah pada Akaba. Lagi pula, ia tidak merasa childish. Jadi, untuk apa ia menanggapi panggilan Akaba?
"Hey, penendang childish! Aku memanggilmu!" panggil Akaba lagi. Kini ia sudah berhenti memainkan gitarnya. Kotaro masih tak memandangnya. Hanya menggumamkan sesuatu yang ternyata masih bisa Akaba dengar.
"Enak saja! Siapa yang childish?"
"Ya, kau lah. Aku kan memanggilmu. Lagian di sini cuma ada kita berdua kan?" ucap Akaba menjawab pertanyaan Kotaro yang sebenarnya berupa gerutuan.
"Heh... Kau ini sama sekali gak SMART!" bentak Kotaro sambil memandang Akaba tajam. Mata mereka saling beradu. Akaba memperhatikan mata ungu Kotaro sejenak. Begitu pula sebaliknya. Kemudian Akaba lagi-lagi memejamkan matanya. Menunggu reaksi Kotaro.
"Maksudmu apa memanggilku childish, hah!?" bentak Kotaro sambil meremas tangannya.
"Fuh, harusnya kau sudah tahu jawabannya." Jawab Akaba seraya beranjak meninggalkan Kotaro yang terdiam. Kotaro tak mengerti apa yang dikatakan rivalnya tersebut. Akaba sudah pergi menuju ruang American Football SMU Bando.
'Apa maksud si mata merah gila itu, sih!? Apa maksudnya 'harusnya kau sudah tahu jawabannya'?' pikir Kotaro pusing.
"Akh! Gak smart!" pekik Kotaro kesal sambil menendang bola sekuat mungkin hingga terbang entah kemana.
- アイシヽルド 21 -
Sore sudah berganti malam. Matahari sudah beranjak ke ufuk barat, digantikan dengan munculnya bulan. Meskipun sudah malam, Kotaro masih berada di sekolah. Mempersiapkan segala sesuatu untuk besok. Besok merupakan pertandingan persahabatan antara Bando Spiders melawan Ojo White Knights dalam rangka Festival Ulang Tahun Ojo Gakuen.
"Haah. Kalau besok si Akaba meminta untuk melakukan on side kick, aku akan melakukan sedikit perlawanan. Biarkan dia melakukan sujud sembah kepadaku, takkan ku pedulikan!" gumam Kotaro licik. Kemudian ia menyeringai sambil memandang bola amefuto yang ia mainkan siang tadi.
"Fuh, bisa juga ya, kau berpikiran licik begitu?" tiba-tiba terdengar suara yang sudah tak asing bagi Kotaro dari arah pintu. Sontak Kotaro kaget.
"Te-teme! Ngapain kau di sini? Belum pulang?" tanya Kotaro berusaha menutupi ekspresi kaget dan marahnya.
"Sedang mengepaki barang untuk besok. Kau sendiri?" tanya Akaba balik.
"Lihat saja sendiri!" Kotaro mengemasi barangnya dan berdiri. Ia berjalan mendekati Akaba dan meninggalkan Akaba.
"Aku mau pulang. Bisa muntah aku jika melihat mata sok tenangmu itu! Hoek!" Kotaro menjinjing tasnya dan berjalan meninggalkan Akaba yang masih bersandar di daun pintu.
"Kalau besok kau tak mau melakukan on side kick, maka tim kita akan kalah. Yah, meskipun ini hanya pertandingan persahabatan." Ujar Akaba tenang sambil memalingkan wajahnya dari Kotaro. Kotaro pun menghentikan langkahnya. Sejenak ia berpikir apa yang dikatakan Akaba memang benar. Tanpa kicknya, mustahil tim ini akan menang. Tiba-tiba saja Kotaro mendapatkan ide cemeralng.
"Ha! Aku punya tantangan SMART untukmu!" teriak Kotaro sambil menyeringai dengan sangat licik ditambah ia juga mengacungkan sisirnya ke arah mata Akaba. Akaba langsung shock. Mungkin kaget.
Setelah tenang dan menghela napas, Akaba bertanya, "tantangan? Tantangan apa?"
"Bagaimana kalau besok kau bertarung dengan menggunakan penutup mata? Sebab, aku muak melihat matamu itu!" seru Kotaro sambil menunjuk mata Akaba dengan jari telunjuk.
"... Itu bukan tantangan yang bagus. Sama sekali gak berseni. Apa lagi beritme. Payah." Akaba menegakkan badannya dan membersihkan bajunya yang sedikit kotor terkena debu dan berlalu meninggalkan Kotaro yang sudah tidak sabar ingin mencomot mata merah sang lead blocker tersebut dengan sisirnya.
- アイシヽルド 21 -
Keesokan harinya di Ojo Gakuen...
Kotaro, Julie dan Akaba sudah datang duluan ke Ojo Gakuen. Kemudian menyusul tim mereka yang lain. Terlihat di sana-sini terdapat berjejer stand-stand makanan, minuman, serta marchandise. Julie yang melihat sebuah marchandise yaitu sebuah kipas kecil berwarna hijau emerald dengan cepat menyambar stand yang memajang benda itu. Kotaro langsung mengikuti Julie. Begitu pula dengan Akaba.
"Wah, kipasnya bagus banget! Kotaro, Akaba! Cocok tidak aku pakai kipas ini?" tanya Julie sambil mengibaskan kipas tersebut ke tubuhnya. Merasakan angin yang berhembus lembut yang menerpa tubuhnya.
"Julie-chan, kau terlihat sangat cantik!" puji Kotaro dengan wajah merah.
"Cantik." Satu kata keluar dari mulut Akaba. Kemudian ia menutup matanya.
'Sok calm banget, sih?' pikir inner Kotaro jengkel. 'Coba ada yang jual kontak lens warna pink? Biar kupasang di matanya! Bikin sebel aja!' tambahnya.
- アイシヽルド 21 -
Setelah pertandingan persahabatan antara Bando Spiders dan Ojo White Knights usai, Kotaro memutuskan untuk langsung pulang ke rumah. Sebelum itu, ia melampiaskan kekesalannya pada Akaba dulu. Karena ia berpikir, bahwa yang membuat tim Spiders kalah adalah Akaba.
"Heh, mata merah gak smart! Gara-gara kau, kita kalah 3 angka! Padahal tadi kalau kau bisa memblocking Shin dengan benar, aku bisa menendang dengan sempurna! Dan hasilnya pasti lebih baik!" ungkap Kotaro kesal.
"Bukannya kau yang salah? Kenapa tadi kau malah bergaya dulu? Kan keburu Shin mentacklemu?" sanggah Akaba sambil memainkan melodi gitar.
"Hah! Semua itu karena mata gilamu itu! Aku gak tahan melihatnya! Kenapa sih, musti ada orang yang mempunyai mata merah, rambut merah, baju merah –padahal seragam timnya sendiri berwarna merah?-, gitar merah, semua merah! Aku benci merah! Sama sekali gak SMART!!!" Kotaro menggerutu kesal dan berjalan cepat meninggalkan Akaba yang cengo.
"Fuh~ dasar childish. Merah itu melambangkan keberanian. Makanya aku suka." Gumam Akaba sambil pergi menyusul Kotaro.
- おわり-
Setelah sekian lama, akhirnya saya bisa membuat fict dengan fandom Eyeshield 21 lagi. Saya berharap banyak suka. OK! Langsung saja ya, minna untuk RnR fict ini. Chapter 2 akan menyusul dan dengan pair HiruMamo (Insya Allah. Rencananya sih..)
Yasud, sekian dulu. Sampai ketemu di chapter 2 yang akan pasti akan lebih GAJE!!!
