Sion
Ne, Sion…
Detik ini, saat ini
Kau dan aku telah dipertemukan kembali
Aku menatapmu penuh kerinduan, dan kau membalas penuh kehangatan
Pandanganmu yang tak berubah, sekalipun darah telah mewarnai lingkar indah permata wajahmu
Entah berapa malam telah kulalui sendiri dengan hanya ingatan tentangmu
Gundah aku menanti, gundah aku mencari
Mencari sosok yang sedari dulu menjadi kesayanganku, sumber kebahagiaanku
Dan sekarang aku menemukanmu
Bukan, kau lah yang menemukanku
Aku gundah mencarimu, gundah mengejarmu
Tetapi kau lah yang mendapatiku, ternyata kau berlari ke tempatku
Tempat penuh kebengisan yang menipu
Tempat perpisahan untukku
Hatiku terasa lebur ketika melihat dirimu penuh luka demiku, sahabatmu, orang yang mencintaimu
Andaikan angin bernyanyi dan anugerah menyelimuti, ingin kupeluk erat dirimu, melepas rindu hingga mati ini
.
Ne, Sion…
Orang di sebelahmu, diakah Nezumi 'itu'?
Nezumi materi pencarianmu, Nezumi pengisi relung benakmu
Nezumi yang merubahmu, Nezumi pembuka gerbang penjaramu
Nezumi… yang membuatku terasa jauh darimu?
Ingin kuucap beribu puji
Ingin kusanjung setengah mati
Walau dada ini terasa disayat belati
Hingga mata air jatuh mengalir
Karena dia lah kau dapat terbang ke angkasa
Karena dia lah kau dapat menghirup udara hingga sekarang
Dia memisahkan kita, namun dia juga yang mempertemukan kita
Aku ingin menangis, namun tidak tahu emosi apa yang harus kurasa
Bahagia kah? Haru kah?
Aku ingin membiarkan ragaku tenggelam dalam lautan air mata
Untuk terakhir kali, saat aku masih bisa menangis,
Dan merasakan asinnya garam kehidupan
Manisnya gula cinta
Lalu… pahitnya cocoa perpisahan
.
Ne, Sion…
Keberanian yang kupupuk saat itu
Hingga berani menyatakan artimu bagiku
Aku tahu kau terkejut
Tapi kau tidak berlari meninggalkanku
Tiada penyesalan yang terasa karena mencintaimu
Kebanggaan menyeruak karena telah menjadikanmu cintaku
Tidak pernah sekalipun aku mencintaimu karena potensi dan talenta yang terlihat dari padamu
Mencintaimu bukanlah hipotesis sepele
Mencintaimu adalah fakta hidup dan mati
Hal-hal di luar logika yang tak pernah kupercaya
Hal-hal yang tidak bisa dijelaskan secara kasat lidah
Tapi untuk kali ini, aku ingin memercayai sebuah hal berlawanan
"Reinkarnasi."
Setelah melalui pintu kematian ini
Oh, Tuhan. Berikan lah aku hidup sekali lagi
Buat lah aku menjadi baru, dalam wujud apapun
Dan biar lah aku mencintai Sion lagi, lagi, dan lagi
Aku tahu hanya dengan sekali tatap
Hati dan ragamu tidak mencariku
Setiap lekuk tubuhmu membutuhkan Nezumi dan bukan aku
Tapi salahkah aku mencintaimu, hingga akhir hayatku?
.
Ne, Sion…
Selama matahari masih bersinar
Selama bulan masih bercahaya
Selama air masih mengalir
Selama udara terus berputar
"Aku mencintaimu
Selama-lamanya."
Sebuah puisi dari sudut pandang Safu. Gegara pengaruh scene Safu di volume 8 chapter 1, ane full galau. Sangat sedih, membayangkan jadi Safu. Di saat kita tahu kalau kita sudah tidak terikat dengan dunia ini lagi, orang yang kita cintai (dengan sepenuh hati) datang ingin menyelamatkan kita. Perasaan ingin bertemu, ingin bercanda, ingin mengajaknya ikut bersama... OH MAN. Tapi Safu mampu untuk tegar dan memilih pilihan yang terbaik—untuk Sion. Dia bisa saja meminta Elyurias kalau dia mau hidup bersama Sion selamanya-yang berarti membawa Sion ke dalam kematian yang sama dengannya. Tapi dia mengurungkan egonya, dan lebih memilih untuk membantu Sion memperbaiki dunia itu. Sungguh, sedih abis. Nyesek man...
Dan rasanya kalau dipikir-pikir, mungkin kita pernah berada dalam posisi Safu—merelakan orang yang dicinta dengan tetap mencinta. ;w;
Dan karena itulah ane makin galau.
Lalu, perasaan galau itu berubah jadi pengin membuat puisi ini. Aneh, ya? Dx —bukan tipe puitis tapi sok puitis #tapimau #galauuu ;w;
Ampuni saya kalau ada kesalahan kata-kata dan keanehan lainnya! Semoga reader yang berkenan membaca bisa ketularan galaunya (?) #ditampol #sepertinyasulit
Xie xie telah berkenan membaca!
Celia Agarashi
P.S : Disclaimer : Atsuko Asano-sensei!
