Ingatan

Naruto Masashi Kishimoto

Ingatan tentang kehidupan kemarin, sekarang dan yang akan datang, bagaimana jika semua itu memasuki otak mu dan memaksa otak mu untuk menampung semuanya?

Bagian 1 : Awal

.

.

.

[1]

"Hoy Naruto, kau dengar tidak?"

"A-ah maaf, aku melamun tadi. Bisa kau ulangi perkataan mu Shikamaru?"

"Ck mendokusai, kami akan mentraktirmu ramen untuk merayakan kepulanganmu." Ujar Shikamaru dengan wajah yang malas

"Baiklah, nanti malam di kedai paman Teuchi kan? Aku pergi dulu Shika, jaa"

"Eh tunggu, bagaimana dia bisa tau?"

Merebahkan tubuhnya, mencoba mencari posisi senyaman mungkin dengan menggeliat kesana kemari, namun hal tersebut tidak bisa membuat diriku tenang. "Oh ayolah kenapa kutukan ini harus muncul lagi setelah 3 bulan terhenti." Naruto berusaha mencari posisi lain hingga akhirnya menyerah dan memilih duduk untuk bermeditasi. Menarik nafas dalam, memejamkan mata, menegakkan badan dan kemudian bernafas secara teratur, hal tersebut sering aku lakukan untuk meredakan kecemasan yang aku alami karena kutukan ini.

Terlihat sebuah desa yang hampir seluruhnya terbuat dari pasir

Tap tap

Terlihat sebuah menara yang juga terbuat dari pasir

Tap tap tap

Terlihat dua orang sedang beterbangan di angkasa

Boom

Terlihat sesosok manusia terjatuh dari langit akibat ledakan

"Hokage-sama, tolong berikan aku misi ke Sunagakure." Ujarku menatap penuh harap pada sosok perempuan dengan jabatan tertinggi di desa, astaga apa aku tidak akan dicurigai ya karena tiba-tiba berbuat seperti ini. Ah biarlah, yang penting aku bisa menyelamatkannya.

"Tidak, kau baru saja pulang. Istirahatlah di apartemenmu" Dapat kulihat ia sedikit kaget karena aku memanggilnya dengan hormat, sial pasti aku akan di interogasi nanti.

"T-tapi.." ucapanku terhenti ketika mendengar suara gebrakan meja yang berasal dari perempuan didepanku ini

Brak

"Tidak ada tapi, sana keluar atau aku akan memukulmu dan membuatmu masuk rumah sakit" Nada dan raut wajah yang nampak selaras berhasil mengurungkan niatku untuk membantah. Bagaimanapun aku masih menyayangi nyawaku.

Menyusuri jalan Konoha dengan hawa yang suram membuat orang-orang disekitarku agak menjauh dariku "oh ayolah kenapa nenek tua itu tidak memberikanku ijin, padahal dia tau aku jinchuriki" racauku disepanjang jalan. Tak sadar aku telah sampai di warung paman Teuchi, kulihat banyak teman-temanku berkumpul disana, apa yang mereka lakukan ya?"

"Yo, kalian sedang apa disini? Tumben" Ujarku ketika telah duduk disalah satu bangku yang tersedia disana. Semuanya langsung memperhatikanku dengan muka yang err marah mungkin? "Etto ada yang salah kah?" Mencoba memecahkan keganjilan yang terjadi, aku mencoba bertanya kepada mereka, namun hanya mata melotot yang aku terima dari mereka.

"Kau lupa Naruto? Bukankah tadi siang aku sudah memberitahumu?" Ujar Shikamaru mencoba mengendalikan suasana.

"Ah mana mungkin aku lupa, aku hanya bercanda kok tadi. Ha ha ha" Tawa hambar keluar dari mulutku, oh sial aku telat 1 jam ujarku dalam hati ketika tak sengaja melihat jam yang terpajang di dinding. "Hey aku serius, aku hanya bercanda tadi" Ujarku lagi, namun kali ini ditambah jariku yang membentuk tanda V mencoba meyakinkan mereka.

"Baiklah kami percaya" Ujar mereka bersamaan dengan nada pasrah. Untung saja mereka tidak marah.

Tak terasa malam sudah sangat larut, semua canda dan tawa yang keluar saat bersama teman-teman membuat aku lupa akan semua masalah, satu persatu teman temannya mulai kembali ke rumahnya masing-masing hingga hanya tersisa dirinya dan Sakura. Keheningan tercipta diantara kami, namun aku tersentak karena sadar telah melupakan sesuatu yang sangat penting, benar ia lupa kalau ia harus cepat-cepat pergi ke Desa pasir untuk menyelamatkan temannya.

"Sakura, boleh aku minta tolong padamu?" Kulihat wajahnya menunjukkan raut keheranan, mungkin karena aku secara tiba-tiba meminta bantuan padanya.

"Ada apa Naruto?"

"Tolong berikan suratku kepada Hokage-sama besok!" Dan untuk kedua kalinya ekspresi itu muncul, apa dia sekarang heran karena aku memanggil orang dengan hormat?

"Eh? Memangnya besok kau kemana?" Dan ini ketiga kalinya, oh sial seaneh itukah sifatku sekarang?

Zanan, log out